Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk

(1)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI MEDAN

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS EVA DAN MVA ANTARA PT

INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DENGAN PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.

DRAFT SKRIPSI OLEH:

MELKY SEDEK HAMONANGAN S 060521099

DEPARTEMAN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : Melky Sedek Hamonangan S

NIM : 060521099

DEPARTEMEN : Manajemen

JUDUL SKRIPSI : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Analisis EVA dan MVA antara PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk dengan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.

Tanggal : Agustus 2009 Dosen Pembimbing

(Dra. Lisa Marlina M.Si)


(3)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : Melky Sedek Hamonangan S

NIM : 060521099

DEPARTEMEN : Manajemen

JUDUL SKRIPSI : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Analisis EVA dan MVA antara PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk dengan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.

Tanggal : Agustus 2009 Ketua Departemen Manajemen

(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si)

Tanggal : Agustus 2009 Dekan Fakultas Ekonomi

(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec)


(4)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan ini adalah hasil kerja saya sendiri melalui penelitian yang saya lakukan di PT. Varia Sekata Pancurbatu. Segala sumber dan kutipan yang terdapat dalam skripsi ini telah saya lampirkan sebagaimana mestinya.

Medan, Agustus 2009

Melky Sedek Hamonangan S NIM. 050521134


(5)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih, anugerah dan pengharapan dari-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, nasehat, dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi., selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Lisa Marlina M.Si, sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan nasihat dalam penulisan skripsi ini.

5. Dr. Isfenti Sadalia SE. ME, sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan penyempurnaan dan penilaian dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Khaira Amalia F.SE, MBA,Ak., sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan penyempurnaan dan penilaian dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya yang terdapat di Departemen Manajemen.


(6)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. 8. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

khususnya yang terdapat di Departemen Manajemen.

9. Keluargaku yang kucintai, Bapak A. Sipayung dan Mama R. br. Saragih, adik-adikku, yang selalu ada memberi motivasi.

10.Teman-temanku di Jurusan Manajemen, CIPTA18, dan GMnet terima kasih atas persahabatanya. Tuhan menyertai kita.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan, dan untuk kemajuan peradaban Bangsa Indonesia.

Medan, Agustus 2009 Penulis

Melky Sedek Hamonangan S. NIM: 060521099


(7)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

ABSTRAK

Secara umum terdapat terdapat tiga tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham, tanggung jawab sosial, dan memaksimalkan harga saham dan kesejahteraan sosial. Pencapaian tujuan tersebut diwujudkan dengan pencapaian suatu kinerja keuangan yang baik dari manajemen perusahaan. Mengukur keuangan kinerja perusahaan dapat dilakukan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. dengan menggunakan analisis EVA dan MVA dan Bagaimana perbandingan kinerja keuangan kedua perusahaan setelah dilakukan analisis.. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kinerja manajemen dengan menggunakan analisis EVA dan MVA pada PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. dan untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan kedua perusahaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian dilakukan tahun 2004-2008.

Hasil penelitian ini adalah bahwa PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. memperoleh nilai EVA negatif pada tahun 2004 dan 2006, sedangkan pada tahun 2005, 2007, dan 2008 perusahaan memperoleh nilai EVA positif. Untuk nilai MVA-nya, perusahaan ini memperoleh nilai yang positif selama tahun 2004-2008. Untuk PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk., perseroan memperoleh nilai EVA yang selalu positif selama tahun 2004-2008. Perbandingan yang dilakukan berdasarkan perolehan nilai EVA dan MVA pada kedua perusahaan menunjukkan bahwa kinerja PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk lebih baik dari pada PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

Kata kunci: Economic Value Added, Market Value Added, NOPAT, WACC, Invested Capital, dan Nilai Pasar


(8)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAAN ... ii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Kerangka Konseptual ... 8

1. Economic Value Added ... 8

2. Market Value Added ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

E. Metodologi Penelitian ... 9

1. Batasan Operasional ... 9

2. Definisi Operasional ... 10

3. Lokasi dan Waktu Penelitian... 13

4. Jenis Data dan Sumber Data... 13

5. Teknik Pengumpulan Data ... 14

6. Metode Analisis Data... 14

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu... 15

B. Economic Value Added 1. Pengertian Economic Value Added ... 16

2. Perhitungan Economic Value Added ... 17

a. Net Oerating After Tax ... 19


(9)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

c. Cost of Capital ... 21

3. Manfaat Economic Value Added ... 29

4. Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added ... 35

5. Strategi Kenaikan Economic Value Added ... 36

C. Market Value Added ... 37

D. Hubungan EVA dengan MVA ... 40

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A.PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk ... 43

1. Sekilas PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk ... 43

2. Kondisi Umum Perusahaan ... 48

B.PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. ... 52

1. Sekilas PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk ... 52

2. Kondisi Umum Perusahaan ... 61

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A.ANALISIS EVA ... 64

1. Menghitung NOPAT ... 64

2. Menghitung Cost of Capital ... 68

3. Menghitung WACC ... 84

4. Menghitung Invested Capital ... 87

5. Menghitung dan Mengevaluasi Nilai EVA... 91

B.ANALISIS MVA ... 94

C.PERBANDINGAN NILAI EVA DAN MVA ... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.KESIMPULAN ... 104

B.SARAN ... 106

Daftar Pustaka Daftar Lampiran


(10)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perolehan Laba Bersih INTP dan SMGR tahun 2004-2008 ... 6

Tabel 1.2 Nilai Nominal dan Nilai Pasar Saham INTP dan SMGR tahun 2004-2008... 6

Tabel 1.3 Langkah-langkah Menghitung Nilai EVA ... 11

Tabel 2.1 Jenis-jenis Risk Premium ... 28

Tabel 3.1 Data Pemegang Saham INTP per 31 Desember 2008 ... 45

Tabel 3.2 Lokasi dan Kapasitas Pabrik INTP ... 45

Tabel 3.3 Anak perusahaan INTP ... 46

Tabel 3.4 Kondisi Umum INTP tahun 2004-2008... 49

Tabel 3.5 Volume Produksi Klinker dan Semen INTP tahun 2004-2008 .... 51

Tabel 3.6 Volume Penjualan Klinker dan Semen INTP tahun 2004-2008 .. 51

Tabel 3.7 Data Pemegang Saham SMGR per 31 Desember 2008 ... 55

Tabel 3.8 Kondisi Umum SMGR tahun 2004-2008 ... 61

Tabel 3.9 Volume Produksi dan Penjualan Semen SMGR tahun 2004-2008... 62

Tabel 4.1 Perhitungan NOPAT INTP tahun 2008-2004 ... 65

Tabel 4.2 Perhitungan NOPAT SMGR Tbk tahun 2008-2004 ... 66

Tabel 4.3 Perhitungan Cost of debt INTP Tbk tahun 2008-2004 ... 69

Tabel 4.4 Perhitungan Cost of debt SMGR tahun 2008-2004 ... 70

Tabel 4.5 Tingkat Suku Bunga SBI tahun 2004-2008 ... 73

Tabel 4.6 Perhitungan Return Market (Rm) Tahun 2004-2008 ... 74

Tabel 4.7 Return Individual (Ri) INTP tahun 2004-2008 ... 75

Tabel 4.8 Return Individual (Ri) SMGR tahun 2004-2008 ... 77

Tabel 4.9 Nilai Beta INTP tahun 2004-2008 ... 79

Tabel 4.10 Nilai Beta SMGR tahun 2004-2008 ... 81

Tabel 4.11 Perhitungan Cost of Equity (Metode CAPM) INTP tahun 2008-2004... 82

Tabel 4.12 Perhitungan Cost of Equity (Metode CAPM) SMGR tahun 2008-2004... 82


(11)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

Tabel 4.14 Perhitungan WACC SMGR tahun 2008-2004 ... 86

Tabel 4.15 Perhitungan Invested Capital INTP tahun 2008-2004 ... 88

Tabel 4.16 Perhitungan Invested Capital SMGR tahun 2008-2004 ... 89

Tabel 4.17 Perhitungan nilai EVA INTP tahun 2008-2004 ... 93

Tabel 4.18 Perhitungan nilai EVA SMGR tahun 2008-2004... 93

Tabel 4.19 Perhitungan nilai MVA INTP tahun 2008-2004 ... 95

Tabel 4.20a Perhitungan nilai MVA SMGR tahun 2008-2004 ... 96

Tabel 4.20b Perhitungan nilai MVA SMGR tahun 2008-2004 ... 97

Tabel 4.23 Perbandingan EVA terhadap Pendapatan Bersih dan Kenaikan Saham INTP tahun 2008-2004 ... 100

Tabel 4.24 Perbandingan EVA terhadap Pendapatan Bersih dan Kenaikan Saham SMGR tahun 2008-2004 ... 101


(12)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar Struktur Organisasi PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

Lampiran 2 Gambar Struktur Oraganisasi PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.

Lampiran 3 Company report PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA

Tbk. dari Bursa Efek Indonesia.

Lampiran 4 Company report PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. dari Bursa Efek Indonesia.

Lampiran 5 Neraca Konsolidasian PT INDOCEMENT TUNGGAL

PRAKARSA Tbk. tahun 2008 dan 2007.

Lampiran 6 Laporan Laba Rugi Konsolidasian PT INDOCEMENT

TUNGGAL PRAKARSA Tbk. tahun 2008 dan 2007.

Lampiran 7 Neraca Konsolidasian PT INDOCEMENT TUNGGAL

PRAKARSA Tbk. tahun 2006 dan 2005.

Lampiran 8 Laporan Laba Rugi Konsolidasian PT INDOCEMENT

TUNGGAL PRAKARSA Tbk. tahun 2006 dan 2005.

Lampiran 9 Neraca Konsolidasian PT INDOCEMENT TUNGGAL

PRAKARSA Tbk. tahun 2004 dan 2003.

Lampiran 10 Laporan Laba Rugi Konsolidasian PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. tahun 2004 dan 2003.

Lampiran 11 Neraca Konsolidasian PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. tahun 2008 dan 2007.

Lampiran 12 Laporan Laba Rugi Konsolidasian PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. tahun 2008 dan 2007.

Lampiran 13 Neraca Konsolidasian PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. tahun 2006 dan 2005.

Lampiran 14 Laporan Laba Rugi Konsolidasian PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. tahun 2006 dan 2005.


(13)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. Lampiran 15 Neraca Konsolidasian PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.

tahun 2004 dan 2003.

Lampiran 16 Laporan Laba Rugi Konsolidasian PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. tahun 2004 dan 2003.


(14)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Krisis ekonomi global yang terjadi pada saat ini dampaknya sudah dapat dirasakan. Tidak hanya para pengusaha/investor yang ikut merasakannya, kejadian itu juga mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat yang merupakan stakeholder dari kegiatan perekonomian. Inti dari kejadian kejadian krisis ekonomi global saat ini adalah terjadinya perlambatan dan penurunan pertumbuhan ekonomi. Setiap sektor perekonomian ikut merasakannya walaupun dengan pengaruh yang berbeda-beda. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan, laporan keuangan perusahaan yang mengalami kerugian, lapangan kerja yang berkurang.

Kegiatan perekonomian diisi oleh unit-unit kegiatan bisnis. Unit kegiatan bisnis ini dapat dijalankan dengan cara perorangan maupun dengan berkelompok. Bentuk unit kegiatan bisnis yang dijalankan secara perorangan sering disebut dengan perusahaan perseorangan. Sedangkan unit kegiatan bisnis yang dijalankan dengan berkelompok terdiri dari berbagai bentuk, seperti: Persekutuan dengan Firma, Persekutuan Komanditer dan Perseroan Terbatas. Dari keempat bentuk badan usaha dalam menjalankan kegiatan bisnis, Perseroan Terbatas merupakan bentuk yang paling populer. Namun bagaimanapun bentuk badan usaha dalam menjalankan kegiatan bisnis tersebut, seorang pebisnis tentunya menginginkan agar bisnis yang dijalankannya dapat menghasilkan laba, bertumbuh, dan


(15)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. berkembang. Dalam menjalankan bisnis tentunya tidak seperti pohon yang tumbuh ditengah hutan, pohonnya tumbuh besar tidak ada yang merawatnya. Dalam menjalankan bisnis dibutuhkan ilmu manajemen yang dapat menumbuhkembangkan bisnis tersebut.

Perseroan Terbatas adalah suatu perusahaan yang modalnya berbentuk saham-saham. Pada Perseroan Terbatas terjadi pemisahan yang tegas antara pemilik modal dengan pihak manajemen perusahaan. Selain itu perpindahan kepemilikan perusahaan juga dapat terjadi kapan saja, sehingga pengukuran kinerja manajeman dalam menjalankan perusahaan merupakan hal yang crucial. Dengan melakukan pegukuran terhadap kinerja manajemen, pemilik/investor akan mengetahui apakah perusahannya mampu memberikan benefit atau return yang diharapkan.

Dalam mengelola perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas, manajemen perusahaan dituntut beberapa hal yang menjadi tujuan perusahaan yaitu: (1) Memaksimalkan kekayaan pemegang saham, (2) Tanggung jawab sosial, dan (3) Memaksimalkan harga saham dan kesejahteraan sosial. Dalam pencapaian tujuan tersebut sering terjadi konflik antara manajemen dengan pemilik perusahaan maupun kreditor.

Pencapaian tujuan perusahaan dapat diukur melalui penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan. Tercapainya kinerja keuangan perusahaan yang baik tentunya akan memberikan prospek yang positif dalam pencapaian tujuan perusahaan. Penilaian kinerja keuangan perusahan sangatlah penting karena dapat digunakan manajemen sebagai alat untuk meyakinkan pemilik perusahaan dan investor. Penilaian kinerja keuangan perusahaan juga dapat digunakan pihak manajemen sebagai alat untuk mengukur pencapaian terhadap target-target yang


(16)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. telah ditetapkan perusahaan sebalumnya. Selain itu, penilaian kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan menjadi patokan perusahaan dalam menyusun perencanaan keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.

Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan terdapat banyak teknik analisis yang dapat digunakan. Objek yang dianalisis dalam melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan adalah laporan keuangan. Pada penelitian ini dua alat analisis yang akan dipergunakan yaitu analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Analisis EVA dan MVA merupakan konsep yang dikembangkan oleh Joel M. Stern dan G. Bennet Stewart III pemilik perusahaan konsultan Stern Stewart Management Service. Kedua alat analisis ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen. Analisis EVA menilai kinerja manajemen dengan mengukur keberhasilan manajemen dalam menambahkan nilai kedalam investasi yang ditanamkan shareholder. Analsis EVA juga merupakan alat yang dapat digunakan sebagai sebagai pengukur keberhasilan kinerja manajemen untuk perusahaan. Analisis MVA digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan manajemen dalam memaksimalkan kekayaaan pemegang saham. Hal itu diwujudkan dengan terjadinya peningkatan nilai pasar saham.

Menurut artikel di majalah Fortune EVA telah banyak digunakan diberbagai perusahaan besar di Amerika Serikat, seperti Coca-cola, AT&T, Quackers Oats, Elly Lilly, Tenneco. Survey yang dilakukan Manufacture’s Aliances mengungkapkan bahwa EVA adalah pengukur kinerja yang paling banyak digunakan didunia usaha. Survei tersebut menemukan bahwa sebagian besar responden yang merupakan senior eksekutif diberbagai perusahaan di Amerika


(17)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. Serikat berpendapat bahwa penggunaan EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian pada pencipataan nilai perusahaan (creating a firm value).

Untuk MVA, Djawahir (2007) menuliskan artikelnya pada majalah SWA yang berjudul “Mengukur Kekayaan Perusahaan” menyatakan bahwa Market Value Added mencerminkan ekspektasi pemegang saham terhadap perusahaan dalam menciptakan kekayaan di masa mendatang. Pendekatan ini dianggap lebih komprehensif dan objektif untuk menilai perusahaan. MVA mengukur kekayaan (wealth) yang diakumulasi perusahaan dari waktu ke waktu untuk pemegang saham. MVA merupakan merupakan net present value dari seluruh EVA yang akan datang.

Pada Perseroan Terbatas pihak yang memiliki persentase modal lebih dari 50% merupakan pihak yang memiliki andil didalam menentukan manajemen perusahaan. Satu hal yang tidak dapat kita bantah, bahwa PT merupakan produk dari globalisasi ekonomi dan krisis ekonomi global yang terjadi saat ini merupakan efek negatif yang dilahirkan globalisasi ekonomi. Di Indonesia perusahaan berbentuk PT yang besar umumnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dilihat dari kepemilikannya, ada PT yang dikusai oleh pemerintah (BUMN), ada yang dikuasai pihak swasta, maupun patungan (joint venture). Untuk pihak swasta dapat kita pisahkan yaitu swasta asing (PMA) dengan swasta domesik (PMD), sedangkan joint venture merukapan kombinasi dari pemerintah atau swasta domestik dengan swasta asing.

Pada penelitian ini, PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. (INTP) dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. (SMGR) dipilih sebagai objek yang


(18)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. akan diteliti. INTP mulai beroperasi pada tahun 1985. Heidelberger Zement (Jerman) merupakan pemilik modal terbesar yakni sebesar 60,60%. Sedangkan SMGR mulai beroperasi pada tahun 1957 pemegang saham mayoritas pada perusahaan ini adalah negara Republik Indonesia dengan jumlah saham 51,59% Kedua perusahaan itu memiliki beberapa persamaan yaitu bergerak disektor manufaktur yang memproduksi semen, merupakan perusahaan joint venture, dan terdaftar pada kelompok saham Indeks LQ45 untuk periode perdagangan 02 Februari 2009 sampai dengan 31 Juli 2009. Yang menjadi perbedaan diantara kedua perusahaan ini adalah pengelolanya. INTP dikelola oleh kombinasi dari orang asing dengan orang Indonesia, sedangkan manajemen SMGR dikelola oleh orang Indonesia.

Melalui penelitian ini akan diketahui bagaimana kinerja keuangan kedua perusahaan. Setelah dilakukan analisis kinerja keuangan kedua perusahaan ini akan diperbandingkan. Perbandingan dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan suatu perusahaan yang dikelola oleh kombinasi orang asing dan orang Indonesia (INTP) dengan perusahaan yang dikelola orang Indonesia (SMGR). Jika dilihat dari kapasitas produksi dan jumlah penjualan SMGR meduduki peringkat satu di Indonesia lalu di susul oleh INTP. Sebagai perbandingan awal pada tabel 1.1 dapat dilihat perolehan laba bersih INTP dan SMGR dari tahun 2004-2008. Pada tabel 1.2 dapat dilihat nilai nominal saham dan nilai pasar saham tertinggi, terendah, dan penutupan setiap tahunnya dari tahun 2004-2008.


(19)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

Tabel 1.1

Perolehan Laba Bersih INTP dan SMGR tahun 2004-2008 (dalam jutaan rupiah)

2004 2005 2006 2007 2008

INTP 116.023 739.686 592.802 980.103 1.745.501 SMGR 520.589 1.001.772 1.295.520 1.775.408 2.523.544

Sumber: INTP dan SMGR (2008)

Tabel 1.2

Nilai Nominal dan Nilai Pasar Saham INTP dan SMGR tahun 2004-2008 (dalam rupiah)

2004 2005 2006 2007 2008

INTP -Nilai nominal -Nilai pasar  High Low Close 500 3.125 1.225 3.075 500 3.900 2.300 3.350 500 5.950 3.500 5.750 500 9.000 4.950 8.200 500 9.050 2.750 4.600 SMGR -Nilai nominal -Nilai pasar  High Low Close 1000 19.000 7.550 18.500 1000 20.750 14.800 17.800 1000 38.500 17.700 36.300 100 55.700 4.175 5.600 100 5.800 1.825 4.175 Sumber: BEI (2008)

Berdasarkan tabel 1.1 bahwa laba bersih kedua perusahaan perusahaan dari tahun 2004-2008 umumnya mengalami peningkatan. Namun dalam analisis EVA perolehan laba bersih tidak memberikan jaminan untuk memperoleh nilai EVA yang positif, sehingga perusahaan yang memperoleh laba belum tentu memiliki kinerja keuanganyang baik. Tabel 2.2 menunjukkan terjadi fluktuasi nilai pasar


(20)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. saham setiap tahunnya dari tahun 2004-2008. Fluktuasi nilai pasar saham kedua perusahaan setiap tahunnya berada diatas nilai nominal saham perusahaan. Perubahan nilai pasar saham dapat menunjukkan perubahan nilai kekayaan yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Peningkatan nilai pasar saham menunjukkan prestasi manajemen dalam menciptakan nilai bagi perusahaan yang nilainya diukur melalui perolehan nilai MVA perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan mengapa kinerja keuangan menjadi pokok pembahasan yang diangkat pada penelitian ini dengan laporan keuangan PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. sebagai objek yang dianalisis. Setelah analisis dilakukan kinerja keuangan kedua perusahaan tersebut selanjutnya diperbandingkan. Analisis EVA dan MVA akan menunjukkan apakah manajemen mampu menciptakan nilai bagi perusahan. Dengan bertambahnya nilai perusahaan dan kekayaan pemilik saham tentunya akan menunjukkan kinerja keuangan yang baik yang diberikan oleh manajeman kepada perusahaan dan pemilik perusahaan.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan pokok masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kinerja keuangan PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. dengan menggunakan analisis EVA dan MVA ?


(21)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. 2. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan PT INDOCEMENT TUNGGAL

PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. setelah dilakukan analisis ?

C.Kerangka Konseptual 1. Economic Value Added

Menurut Young & O’Byrne (2001:17) EVA merupakan perhitungan profitabilitas suatu operasi perusahaan yang tidak hanya mengurangi dengan biaya opersi namun juga mengurangkan biaya modal yang terkait dengan operasi tersebut terhadap total pendapatan. Dengan melakukan perhitungan terhadap nilai EVA suatu perusahaan, maka akan ada tiga kemungkinan hasil yang diperoleh:

EVA > 0 (positif) maka keuntungan yang diperoleh perusahaan melebihi harapan tingkat pengembalian yang diharapkan investor dan mampu menutupi biaya-biaya yang timbul untuk memperoleh keuntungan tersebut, terjadi pertambahan nilai. EVA = 0 (impas) maka keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan sudah sesuai dengan harapan tingkat pengembalian yang diharapkan investor dan mampu menutupi biaya-biaya modal yang timbul untuk mendapatkan keuntungan tersebut.

EVA < 0 (negatif) maka keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak sesuai dengan harapan tingkat pengembalian yang diharapkan investor dan biaya-biaya yang dikeluarkan tidak dapat ditutupi.

2. Market Value added

Menurut Nasser (2003), MVA adalah selisih antara harga pasar per lembar saham perusahaan dengan nilai nominal per lembar saham dikalikan dengan


(22)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. jumlah saham yang beredar. Hal tersebut dilakukan jika perusahan hanya memiliki surat berharga hanya dalam bentuk saham biasa. Jika surat berharga perusahaan terdiri saham biasa, obligasi, surat berharga lainnya, menurut Djawahir (SWA:2007) MVA diperoleh dengan menghitung nilai perusahaan (penjumlahan harga pasar seluruh saham, surat utang dan surat berharga lainnya) dikurangi nilai buku (book value) atau modal yang diinvestasikan. Dalam menghitung nilai MVA dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh yaitu:

MVA positif, nilai tersebut menujukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan.

MVA negatif, nilai tersebut menunjukkan kinerja yang buruk dari manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan tidak berhasil dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan.

D.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja manajemen dengan menggunakan analisis EVA dan MVA pada PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.

b. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan kinerja keuangan antara PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.


(23)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. a. Bagi penulis, menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan mengenai

analisis Economic Value Added, Market Value Added, dan pengaplikasiannya. b. Bagi pihak lain, memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu

pengetahuan. E.Metode penelitian 1. Batasan Operasional

Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan tidak menyimpang dari masalah yang sedang dianalisis maka batasan operasional penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap kinerja keuangan PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. dengan menggunakan metode analisis Economic Value Added dan Market Value Added dengan data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahan tersebut pada tahun 2004 s/d 2008.

2. Definisi Operasional a. Economic Value Added

Young & O’Byrne (2001:39) menyatakan bahwa Economic Value Added adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan dan sangat berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah seluruh biaya modal termasuk biaya ekuitas telah dikurangkan. Jadi, dalam konsep EVA dilandasi oleh gagasan laba ekonomis. EVA merupakan selisih antara laba operasi perusahaan setelah pajak (NOPAT) dengan rata-rata tertimbang biaya modal (WACC) dikali modal yang diinvestasikan. Sehingga persamaan EVA diperoleh:


(24)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

Komposisi modal dari suatu perusahaan memberi pengaruh yang sangat besar dalam menghitug nilai EVA. Secara umum dapat diperoleh dari hutang, penerbitan saham istimewa, dan penerbitan sahan biasa. Komposisi modal tesebut berpengaruh terhadap penghitungan biaya modal. Untuk INTP modalnya terdiri dari hutang dan ekuitas saham biasa, untuk SMGR juga memiliki kombinasi modal terdiri dari yaitu hutang dan ekuitas saham biasa. Tabel 1.3 menunjukkan langkah-langkah menghitung nilai EVA.

Tabel 1.3

Langkah-lagkah menghitung nilai EVA

No Langkah Persamaan

1 Menghitung NOPAT NOPAT = EBIT (1-Tax)

2 Menghitung Invested Capital Invested Capital = hutang jangka pendek + hutang jangka panjang + minoritas + ekuitas pemegang saham biasa.

3 Menghitung Cost of Capital Kdt = Kd (1 – T)

Ke = Rf + beta [E(Rm) – Rf] 4 Menghitung WACC WACC = WdKdt (1- T) + We Ke

5 Menghitung Nilai EVA EVA = NOPAT - (WACC x Invested Capital)

Sumber: Young & O’Byrne (2001) Keterangan:

Invested Capital (IC) adalah merupakan penjumlah dari hutang jangka panjang dan jangka pendek pendek perusahaan, hak minoritas, dan total ekuitas. Perlu digaris bawahi bahwa hutang tersebut merupakan hutang-hutang yang terlepas dari kegiatan niaga perusahaan misalnya kewajiban pajak tangguhan dan kewajiban imbalan kerja, hutang yang mengandung bunga termasuk obligasi


(25)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

seperti pada SMGR. Untuk surat hutang tersebut yang dihitung adalah nilai nominalnya.

Sesuai dengan komposisi modal yang dimiliki kedua perusahaan maka Cost of capital yang ditanggung kedua perusahaan dibagi dua yaitu Cost of debt after tax (Kdt) dan Cost of equity (Ke). Cost Of Capital merupakan tingkat

pengembalian minimum yang diminta oleh investor atas investasi yang dilakukan. Cost of debt after tax (Kdt) merupakan beban bunga setelah pajak

yang bersumber dari hutang-hutang perusahaan yang mengandung bunga termasuk obligasi. Perhitungan Cost of equity menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAMP). Ekuitas kedua perusahaan terdiri dari saham biasa. Rf adalah tingkat pengembalian atas aktiva bebas resiko. Instrument yang tepat digunakan untuk mengestimasi nilai Rf tingkat suku bunga SBI bulanan atau triwulan yang dirata-ratakan selama satu tahun. E(Rm) merupakan harapan pengembalian atas pasar saham. Beta adalah pengukuran dari resiko.  Weighted Average Cost of Capital (WACC) menggambarkan biaya modal yang

akan ditanggung perusahaan atas komponen-komponen modal yang mereka gunakan. Untuk kedua perusahaan komponen modal terdiri dari hutang dan saham biasa.

b. Market Value Added

Menurut Nasser (2003), Market Value Added adalah selisih antara nilai pasar saham biasa perusahaan dengan nilai nominal saham biasa perusahaan dikalikan dengan jumlah saham saham biasa perusahaan yang beredar. Sehingga persamaan MVA adalah sebagai berikut:


(26)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

MVA = (Nilai pasar saham biasa perusahaan – Nilai nominal saham biasa perusahaan) x Jumlah saham saham biasa perusahaan yang beredar.

Untuk SMGR pada tahun 2004 dan 2005 perhitungan perhitungan nilai MVA dilakukan dengan tidak mengikuti persamaan diatas, dimana pada tahun tersebut mereka memiliki hutang dalam bentuk obligasi, sehingga perhitungan nilai MVA yang dilakukan menggunakan persamaan dibawah ini yang diangkat dari Majalah SWA (2007) :

MVA = (Harga pasar saham biasa + Nilai pasar surat hutang) – Modal yang diinvestasikan.

Keterangan:

 Harga pasar saham diperoleh dengan melakukan perkalian antara harga pasar perlembar saham biasa perusahaan pada penutupan diakhir tahun dengan jumlah saham biasa perusahan yang beredar.

 Nilai pasar surat hutang diperoleh dari nilai hutang obligasi yang tercatat pada neraca.

Untuk penghitungan modal yang diinvestasikan sama perhitungan Invested capital pada perhitungan nilai EVA.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan melalui internet yaitu pada situs ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2009 sampai selesai.

4. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data-data sekunder yang digunakan tersebut bersumber


(27)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. dari internet yaitu dari situs resmi PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk. berupa data-data keuangan dan data yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.

5. Tenik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan teknik dokumentasi, dimana data-data yang dibutuhkan telah tersedia. Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku dan internet.

6. Metode Analisis Data

Sesuai dengan namanya, uji beda, maka uji ini dipergunakan untuk mencari perbedaan, baik antara dua sampel data atau antara beberapa sampel data. Dalam kasus tertentu, juga bisa mencari perbedaan antara suatu sampel dengan nilai tertentu. Uji beda dapat dikategorikan kedalam uji statistik parametrik dan uji statistik non-parametrik. Pada penelitian ini, variabel yang diteliti adalah PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. dan PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk., dimana keduanya merupakan variabel bebas. Pada penelitin ini data diperoleh dengan teknik dokumentasi, sehingga Uji beda yang dilakukan pada penelitian ini masuk kedalam ketegori uji statistik non-parametrik. (Jonikriswanto, 2008)


(28)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.


(29)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Penelitan Terdahulu

Napitupulu (2008), “Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) pada Tiga Emiten Terbaik 2006”. Ketiga emiten tersebut adalah PT ASTRA INTERNASONAL Tbk., PT ANEKA TAMBANG Tbk., dan PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. Kesimpulan dari penelitian itu adalah bahwa ketiga emiten terbaik 2006 telah memperhatikan sepenuhnya kepentingan para shareholder yang tercermin dari nilai EVA dan MVA yang selalu positif.

Sjarief dan Wirjolukito (2004), “ Pengaruh Economic Value Added dan Faktor Lainnya Terhadap Harga Pasar Saham”. Rumusan masalah adalah apakah EVA berpengaruh positif terhadap harga saham. Data bersumber dari BEJ pada tahun 2000 sebanyak 290 dan yang dijadikan sample sebanyak 51 perusahaan. Kesimpulan dari penalitian tersebut bahwa EVA sebagai alat pengukur kinerja perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi harga saham. Penulis menyarankan pada manajemen puncak, terutama perusahaan go public, untuk memulai sedini mungkin penggunaan konsep EVA pada perusahaannya.

Tobing (2007), “Peranan Analisis Economic Value Added dalam Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT UNITED TRACTORS Tbk. Hasil penelitiannya mengungkanpkan bahwa PT UNITED TRACTORS Tbk mampu menciptakan nilai tambah ekonomis bagi pemegang saham pada tahun 2004 dan 2005 dan telah bertindak seperti pemegang saham tetapi pada tahun 2006 EVA


(30)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. perusahaan bernilai negatif menunjukkan manajer gagal dalam menciptakan nilai tambah karena biaya modal perusahaan lebih besar dari NOPAT perusahaan juga tidak terpengaruh dari besarnya suku bunga, return pasar dan saham serta resiko individual perusahaan. Selain itu dapat disimpulkan laba bersih yang besar belum tentu menandakan perusahaan dapat menciptakan nilai bagi pemengang sahamnya karna belum dikurangkan biaya utang dan ekuitasnya, oleh karena itu EVA dapat dipertimbangkan sebagai pengukur bagi pemegang saham yang ingin menanamkan modalnya bagi perusahaan.

B.Economic Value Added

1. Pengertian Economic Value Added

Menurut Stewart (dalam Utomo, 1999:36) Economic Value Added adalah a residual income measure that subtract the cost of capital from the operating profits generated in business. EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama satu periode tertentu. Pada prinsipnya EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan.

Menurut Widayanto (dalam Nasser, 2003:27), Nilai Tambah Ekonomis (Nitami) dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan, kita harus dengan adil mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilan tersebut dinyatakan dengan ukuran tertimbang (weighted) dari struktur modal yang ada. Untuk itulah perlu


(31)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. pemahaman mengenai konsep ongkos modal (cots of capital), karena Nilai Tambah Ekonomis (Nitami) berangkat dari konsep ini.

Young & O’Byrne (2001:17) berpendapat bahwa EVA merupakan perhitungan profitabilitas suatu operasi perusahaan yang tidak hanya mengurangi dengan biaya opersi namun juga mengurangkan biaya modal yang terkait dengan operasi tersebut terhadap total pendapatan. EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan dan sangat berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah seluruh biaya modal termasuk biaya ekuitas telah dikurangkan. Jadi, dalam konsep EVA dilandasi oleh gagasan laba ekonomis.

Menurut Brigham dan Houston (2001:51), EVA adalah nilai yang ditambahkan manajemen kepada pemegang saham selama satu tahun tertentu. EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal, termasuk modal ekuitas, telah dikurangkan sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas.

2. Perhitungan Economic Value Added

EVA yang pertama kali digagas oleh Stern and Steward memiliki persamaan sebagai berikut:

EVA = Operating Profits – (Cost of capital x Capital)

Selain persamaan diatas ada beberapa persamaan yang dapat menghitung nilai EVA suatu perusahaan. Adapun persamaan tersebut hanya dibedakan oleh bentuk


(32)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. penulisanannya, namun apabila digunakan dalam suatu perusahaan yang sama akan menghasilakan nilai yang sama.

Menurut Sjarief dan Wirjolukito (2003:46), EVA dirumuskan sebagai berikut: EVA = Net Operating After Tax – Capital Charges

= Net Operating After Tax – (Average Cost of Capital x Total Capital) Capital Charges merupakan perhitungan charges (berbentuk bunga) dan biaya-biaya yang harus dibayarkan kepada pemegang saham yang selama ini tidak tercermin dalam laporan akuntansi.

Selain itu ada lagi persamaan lain menurut Irmani dan Febrian (2005:4) EVA = NOPAT – (WACC x Total Assets)

Menurut Young and O’Byrne (2001:31) sebagai alat pengukur kinerja keuangan EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:

Penjualan Bersih (Biaya Operasi)

Laba Operasi (pendapatan sebelum bung dan pajak, EBIT) (Pajak)

Laba opersi bersih sesudah pajak

(Biaya Modal (modal yang diinvestasikan x biaya modal)) EVA

Dari ketiga persamaan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam perhitungan EVA terdapat tiga komponen, NOPAT (Net Operating After Tax), WACC (Weighted Average Cost of Capital), dan Total Assets atau Total Capital.


(33)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. a. Net Operating After Tax (NOPAT)

Defenisi NOPAT menurut Karnadi (Sjarief) adalah hasil operasi perusahaan yang diperoleh dari usaha normal perusahaan. Secara singkat NOPAT dapat diperoleh dengan rumus EBIT (1 – T) atau dinyatakan dengan penjumlahan berikut, yaitu EAT ditambah dengan bunga (1 – T) ditambah dengan kerugian atau minus keuntungan yang bukan dari operasi normal perusahaan dan ditambah dengan cadangan pajak yang ditangguhkan.

Menurut Young and O’Bryne (2001:39), NOPAT merupakan laba operasi perusahaan, setelah pajak, dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. Young and O’Bryne membuat suatu perhitungan terhadap NOPAT sebagai berikut:

Pendapatan Operasi xxx

Ditambah:

Pendapatan bunga xxx

Pendapatan ekuitas (atau – Kerugian ekuitas) xxx

Pendapatan investasi lainnya xxx

Dikurangi:

Pajak penghasilan xxx

Pembebasan pajak terhadap biaya bunga xxx

Laba operasi setelah pajak (NOPAT) xxx

b. Invested Capital (IC)

Menurut Widjaja (dalam Tobing, 2007:24), modal yang diinvestasikan (investad capital) adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities), seperti utang


(34)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka dan sebagainya. Sedangkan Young and O’Bryne (2001:39) menyatakan hal yang sama bahwa modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak menanggung bunga (non-interest bearing liabilities), seperti utang dagang, upah yang akan jatuh tempo (accrued wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes). Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang, dan kewajiban jangka panjang lainnya, seperti persamaan berikut:

Utang jangka pendek xxx

Ditambah:

Utang jangka panjang (termasuk obligasi) xxx

Utang jangka panjang lainnya (pajak yang ditangguhkan dan provisi) xxx Ekuitas pemegang saham (termasuk bunga minoritas) xxx

Modal yang diinvestasikan xxx

Sedangkan Brigham dan Houston (2001:51) memberi modal yang diinvestasikan dengan total modal operasi yang diberikan investor yaitu jumlah dari utang yang dikenakan bunga, saham preferen, dan ekuitas saham biasa yang digunakan untuk memperoleh aktiva bersih perusahaan, yaitu modal kerja operasi plus aktiva tetap bersih. Menurut Sjarief dan Wirjolukito (2004:48) invested capital merupakan hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya capital yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditor dan pemodal juga untuk melihat


(35)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. seberapa besar capital yang diinvestasi dalam aktivitas operasional dan non-operasional lainnya. Invested capital dapat dihitung dari:

1. Jumlah utang jangka pendek.

2. Bagian pinjaman bank atau sewa guna usaha atau obligasi jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun (current maturity of long term debt). 3. Utang jangka panjang.

4. Kewajiban pajak yang ditangguhkan (deferred taxes liabilities). 5. Kewajiban jangka panjang lainnya.

6. Hak minoritas. 7. Ekuitas. c. Cost of Capital

Menurut Van Horme dan Wachowichz (1998:398), biaya modal merupakan tingkat pengembalian minimum yang diharapkan atas berbagai jenis pendanaan. Terwujudnya kesesuainan antara tingkat pengembalioan yang diharapkan investor dengan yang didapatkannya merupakan sumber utama terjadinya penciptaan nilai perusahaan. Terjadinya peningkatan harga pasar saham perusahaan merupakan wujud dari tercipatanya nilai perusahaan, sehingga yang menyebabkan tidak terjadinya perubahan/penurunan harga pasar saham biasa perusahaan dipasar modal adalah karena kecilnya tingkat pengembalian yang diterima investor dari suatu proyek yang diinvestasikannya.

Menurut Utomo (1999:37) Biaya modal atau cost of capital adalah tingkat pengembalian minimum yang diharapkan oleh pemegang saham (pemilik) perusahaan dalam investasinya. Untuk praktisi bidang keuangan, istilah cost of capital ini digunakan:


(36)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

1. Sebagai tarif diskonto (discount rate) untuk membawa arus kas masa mendatang suatu project ke nilai sekarang (present value)

2. Sebagai tarif minimum yang diinginkan untuk menerima project baru

3. Sebagai biaya modal (capital charge) dalam perhitungan economic value added

4. Sebagai bandingan (benchmark) untuk menaksir tarif biaya pada modal yang digunakan

Cost of capital sangat dipengaruhi oleh hubungan antara risiko (risk) dan tingkat pengembalian (return), dimana semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang dikehendaki sebelum nilai tambah dapat diciptakan dan semakin tinggi biaya modal yang timbul.

Sedangkan menurut Young and O’Bryne (2001:148) menyatakan biaya modal untuk investasi maupun dalam suatu proyek, sebuah devisi bisnis, atau suatu perusahaan keseluruhan adalah tingkat dari pengembalian yang diharapkan oleh penyedia dana, jika proyek itu diinvestasikan di proyek lainnya, dalam suatu proyek, aktiva, atau perusahaan dengan seriko yang sebanding. Dengan kata lain biaya modal adalah suatu biaya kesempatan. Biaya modal untuk perusahan A adalah mamfaat yang dilewatkan dengan tidak menginvestasikan pada kesempatan lain dari resiko yang serupa karena menginvestasikan pada proyek A dengan harapan investasi tersebut memberikan hasil yang lebih tinggi dari yang dapat diharapkan jika menginvestasikan pada alternative terbaik berikutnya. Sehingga ada dua hal yang dipelajari mengenai biaya modal yaitu:

1. Biaya modal berdasarkan pengembalian yang diharapkan, bukan pada pengembalian historis.


(37)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

2. Biaya modal adalah biaya kesempatan yang mencerminkan pengembalian yang diharapkan investor dari investasi lain dengan risiko yang serupa. Menurut Brigham dan Houston (2001:427) dalam menghitung biaya modal terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi yaitu:

1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan perusahaan. a. Tingkat suku bunga

b. Tarif pajak

2. Faktor yang dapat dikendalikan perusahaan a. Kebijakan struktur modal

b. Kebijakan dividen c. Kebijakan investasi

Berikut ini perhitungan biaya dari setiap komponen modal yang dapat digunakan oleh perusahaan:

1. Biaya hutang (Cost of debt)

Utang merupakan salah satu dari komponen modal. Beban yang dibayar perusahaan atas utangnya berupa bunga. Biaya hutang dihitung dengan persamaan dibawah ini:

Kdt = Kd(1 – T)

Ki merupakan biaya utang setalah pajak, Kd merupakan biaya utang (sebelum pajak). Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak adalah karena, nilai saham perusahaan, yang ingin kita maksimumkan, bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan , maka bunga menghasilkan penghematan pajak yang mengurangi biaya utang bersih, yang membuat biaya utang setelah pajak lebih kecil daripada biaya utang sebelum


(38)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. pajak. Disisi lain hutang memiliki kekuatan hukum, apabila terjadi kebangkrutan pada perusahaan peminjam maka hasil penjualan asset-aset perusahaan lebih diutamakan untuk membayar hutang.

Menurut Van Horme dan Warchowicz (dalam Sjarief dan Wirjolukito, 2004:47), “cost of debt is the required rate of return on investment of the lenders of the company.” Pinjaman disini dapat berupa pinjaman jangka pendek dan jangka panjang, dan juga meliputi kewajiban lancar (current leabilities) serta biaya-biaya yang masih harus dibebankan (accrued expense). Adapun rumus cost of debt adalah interest (1 - tax).

2. Biaya ekuitas (Cost of equity)

Menurut Young and O’Byrne (2001:150) “biaya ekuitas adalah pengembalian yang diminta investor untuk membuat investasi ekuitas dalam perusahaan” Kebutuhan pengembalian biaya ini tidak dapat diamati secara langsung, seperti biaya utang yang terdapat syarat-syarat pembayaran kembali yaitu tingkat bunga. Sedangkan menurut Sjarief dan Wirjolikito (2004:47), cost of equity adalah biaya yang dibayarkan dalam menarik investor untuk menamkan uangnya dalam saham perusahaan dan mempertahankan investor tersebut. Bila perusahaan tidak mampu menyediakan cost of equity yang layak, maka investor akan melepas investasinya dan beralih keperusahaan lain dan hal ini menyulitkan perusahaan dalam mengumpulkan modal untuk keperluan operasi.

Perhitungan biaya ekuitas dapat dilakukan dengan pendekatan CAMP. CAMP merupakan singkatan dari Capital Asset Pricing Model. Metode CAMP pertama kali dikembangkan oleh Profesor William Sharpe. Menurut Van Horme dan Wachowicz (1998:107), CAMP menggambarkan hubungan antara resiko dan


(39)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. pengembalian yang diharapkan (dibutuhkan). Dalam model ini, pengembalian surat berharga yang diharapkan (dibutuhkan) adalah tingkat bebas resiko ditambah premium yamg didasarkan pada resiko sistematis surat berharga. Persamaan untuk menghitung nilai CAMP adalah:

Ke = E(R) = Rf + Beta [E(Rm) – Rf]

E(R)/Ke merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan atas investasi terhadap aktiva beresiko. Nilai E(R)/Ke merupakan nilai pengembalian minimum yang diharapkan oleh invetor. Dari sisi perusahaan ini merupakan suatu biaya. Rf adalah tingkat pengembalian atas aktiva bebas resiko. Instrument yang tepat digunakan untuk mengestimasi nilai Rf tingkat suku bunga SBI bulanan atau triwulan yang dirata-ratakan selama satu tahun. Beta adalah pengukuran dari resiko. E(Rm) adalah tingkat pengembalian pasar, dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini:

E(Rm) =

1 1 −

t t t

IHSG IHSG IHSG

Keterangan:

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan periode t

IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan periode t-1

Pada pendekatan CAMP hal yang tersulit dilakukan adalah menghitung nilai Beta. Beta merupakan kecenderungan saham untuk bergerak naik atau turundalam pasar. Menurut defenisinya saham yang mempunyai nilai Beta sebesar 1,0 mengindikasikan bahwa secara umum jika pasar bergerak keatas 10%, maka saham juga akan naik sebesar 10%, sementara jika pasar turun 10%, maka saham juga akan turun sebesar 10%. Portfolio saham dengan b = 1,0 akan bergerak naik


(40)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. dan turun sesuai dengan rata-rata pasar, dan akan memiliki resiko yang sama dengan rata-rata pasar. Jika b = 0.5, maka perubahan saham hanya separuh dari perubahan pasar, saham itu akan naik dan turun hanya separuh dari perubahan pasar. Dan saham seperti ini akan memiliki setengah resiko portfolio dengan b = 1. Disamping itu, jika b = 2,0 maka perubahan saham akan dua kali lipat dari perubahan rata-rata saham. Nilai portfolio seperti itu dapat menjadi dua kali lipat dalam jangka pendek. Jika anda mengantongi portfolio seperti itu, maka anda yang sebelumya milyoner dapat menjadi pakir miskin dengan cepat.

Menurut Young and O’Byerne (2001:154), untuk mencari nilai beta suatu perusahaan, data yang dibutuhkan adalah data pengembalian pemegang saham suatu perusahaan yang hendak diteliti dan data pengembalian pasar saham selama 1 tahun atau 12 bulan. Misalnya jika kita ingin meneliti nilai beta PT X pada tahun Y, PT X listing di Bursa Efek Indonesia. Maka untuk memcari beta PT X data yang kita butuhkan adalah data pengembalian saham PT X selama 12 bulan dan data pengembalian pasar saham (IHSG) selama 12 bulan.

Kemudian dari data-data tersebut kemudian dijabarkan kedalam sebuah grafik yang didalamnya terdapat 12 titik dimana pengembalian perusahaan pada sumbu Y dan pengembalian pasar pada sumbu X. dengan melakukan regresi pengembalian perusahaan pada pengembalian pasar akan menghasilkan suatu garis trend. Regresi ini mencerminkan persamaan Y = a + bX dimana Y adalah variabel yang tergantung (perusahaan) dan X adalah variabel tidak tergantung (pasar), a adalah perpotongan Y dan b adalah koefisien kemiringan yang menetapkan hubungan antara variabel X dan Y. Untuk selanjutnya nilai a dan b


(41)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. dikonversikan menjadi alpa dan beta, sehingga nilai b menunjukkan besarnya beta. Sehingga nilai beta dapat dicari dengan persamaan dibawah ini:

Beta =

( )

2

2 x x n y x xy n ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan:

n = jumlah observasi

x = tingkat pengembalian pasar (Rm) y = tingkat keuntungan individu saham (Ri)

Untuk Ri dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:

Ri =

1 1 − − + − t t t t Pi Di Pi Pi Keterangan:

Pit = Harga saham penutupan pada periode t Ptt-1 = Harga penutupan saham pada periode t-1 Dit = Deviden yang dibayarkan pada periode t

Menurut Young and O’Byerne (2001:151), pengembalian yang diharapkan atas aktiva beresiko sama dengan pengembalian aktiva tanpa resiko ditambah suatu premi resiko. Premi resiko itu sama dengan suatu premi resiko pasar (market risk premium), yang mencerminkan harga yang dibayar oleh pasar saham untuk seluruh investor ekuitas, disesuaikan untuk beta, suatu faktor resiko. Young and O’Byerne mengasumsikan nilai premi resiko sebesar 5% untuk setiap perusahaan yang hendak ditelitinya.

Sementara itu, menurut Singgih (2003:3), menghitung cost equity menggunakan berprinsip bahwa tingkat pengembalian suatu investasi beresiko


(42)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. sama dengan tingkat pengembalian investasi bebas resiko (risk free) ditambah suatu risk premium (mengunakan prinsip model CAMP), sehingga:

Cost equity = Risk premium + Risk free

Risk premium mencerminkan resiko yang timbul sebagai akibat perusahaan melakukan investasi dalam ekuitas perusahaan. Semakin beresiko suatu perusahaan maka semakin besar Risk premium-nya. Tabel 2.1 menunjukkan besar risk premium untuk berbagai jenis resiko investasi yang berbeda. (Roztocki, 2000).

Tabel 2.1

Jenis-jenis Risk Premium

Range RP Jenis Resiko Investasi

Kurang dari 6% Resiko sangat rendah, perusahaan berkembang dengan cash flow yang sangat stabil

6% - 12% Resiko rendah, perusahaan berkembang dengan cash flow yang berfluktuasi sedang

12% - 18% Resiko cukup tinggi, perusahaan berkembang dengan cash flow yang berfluktuasi cukup tinggi

Lebih dari 18% Perusahaan dengan tingkat resiko tinggi Sumber: Singgih (2003)

Setelah menghitung biaya komponen individual dari pendanaan perusahaan, selanjutnya adalah menghitung WACC. WACC merupakan Weighted Average Cost Of Capital. Dengan menghitung WACC kita akan mengetahui berapa perbandingan biaya modal sesuai dengan komposisinya pada modal secara keseluruhan. Hal itu dilakukan karena setiap bentuk pembiayaan memiliki resiko yang berbeda-beda.

Menurut Brigham dan Houston (2001:405) Weighted Average Cost Of Capital (WACC) merupakan biaya modal rata-rata tertimbang. WACC merefleksikan biaya


(43)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. rata-rata dari berbagai sumber dana jangka panjang yang digunakan, tidak hanya biaya ekuitas perusahaan. WACC juga menggambarkan setiap komponen modal yang digunakan oleh perusahaan, dimana komponen modal tersebut terdiri dari utang, saham preferen, laba ditahan, dan penerbitan saham biasa yang baru. Perhitungan WACC tergantung pada komponen modal yang digunakan perusahaan. Apabila komponen modalnya terdiri dari hutang, saham preferen, dan ekuitas (laba ditahan dan penerbitan saham yang baru), maka perhitungan WACC dilakukan dengan persamaan:

WACC = WdKd(1- T) + We Ke

Wd dan We menunjukkan bobot setiap komposisi modal pada total modal,

misalnya untuk hutang, maka bobotnya adalah hutang dibagi total modal.Kd merupakan biaya hutang (Cost of debt). Ke merupakan biaya ekuitas (Cost of equity). Perhitungan WACC tergantung dari komponen modal yang dugunakan perusahaan. Ada perusahaan yang modalnya hanya terdiri dari utang saja atau utang dan ekuitas, atau yang lainnya. Menurut Sjarief dan Warjolukito (2004:46), WACC adalah tingkat return minimum yang dibobot berdasarkan proforsi masing-masing instrument pembiayaan dalam struktur modal perusahaan yang harus dihasilkan perusahaan untuk memenuhi harapan kreditur dan pemodal atau pemegang saham. Pembobotan dilakukan karena setiap bentuk pembiayaan yang berbeda mengandung resiko yang berbeda bagi investor, karena itu, tiap-tiap bentuk pembiayaan yang dipilih perusahaan mengandung cost yang berbeda.


(44)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

Menurut Tunggal (dalam Iramani, 2005:3) beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain:

a. EVA merupakan suatu ukuran kinerja kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri-sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecendrungan (trend).

b. Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana untuk investasi dengan biaya modal yang rendah.

Sedangkan menurut Utama (dalam Iramani, 2005:4), manfaat EVA adalah: a. EVA adapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena

penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai (value creation). b. EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur

modal.

c. EVA membuat manajemen berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.

d. EVA dapat digunakan untuk mengudentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya modal.

Menurut Utomo (1999:38) dalam jurnalnya konsep EVA berperan bayak dalam hal penetapan goal setting, capital budgeting, perpormance assessment, dan incentive compensation pada sebuah perusahaan.


(45)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

Pada masa persaingan ketat di pasar global sekarang, tujuan perusahaan untuk memaksimalkan laba menjadi sulit untuk diwujudkan. Sebaliknya tujuan sebuah perusahaan sudah seharusnya adalah untuk meningkatkan Economic Value Added-nya, karena EVA merupakan satu-satunya pedoman penilaian yang berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan dan kinerja manajemen.

Dengan mengkomunikasikan secara awal bahwa tujuan perusahaan adalah maksimalisasi nilai, bukan laba, para manajer menjadi lebih terfokus pada penciptaan nilai dan bukan mengejar laba besar. Pada saat melakukan langkah awal dalam Value Added Assessment Process manajemen menentukan visi dan tujuan perusahaan. Langkah ini juga merupakan komunikasi awal kepada seluruh jajaran manajemen bahwa penciptaan nilai lebih penting daripada pemerolehan laba besar, sehingga dapat disatukan upaya untuk mendorong proses-proses yang menambah nilai dan mengurangi proses-proses yang tidak menambah nilai dalam suatu organisasi. Penetapan tujuan dan visi awal yang tepat menjadi pedoman arah bagi aktivitas atau strategi manajemen.

Fokus sebuah perusahaan atau organisasi untuk memperoleh laba sebesarbesarnya hanyalah tujuan jangka pendek saja, tetapi tujuan maksimalisasi economic value added adalah untuk jangka panjang. Supaya manajemen tidak terjebak dalam myopic behavior, penentuan tujuan maksimalisasi nilai hendaknya diterapkan dalam perusahaan. “Setting the internal goal of maximizing EVA and EVA growth will lead to the external consequences of building a premium-valued company, one whose stock market value exceeds the capital resources drawn into the firm.” (Stewart, 1993: 177)


(46)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

Di dalam hal capital budgeting perusahaan umumnya menggunakan pedoman perhitungan Net Present Value (NPV) untuk menerima atau menolak suatu project atau peluang baru. Pedoman ini dinilai sangat efektif dan relatif sederhana karena analisis NPV adalah mengeluarkan investasi awal dari jumlah nilai sekarang arus kas yang ditimbulkan akibat pelaksanaan project baru. Digunakannya nilai sekarang atau present value karena adanya prinsip keuangan time value of money (satu dollar sekarang lebih berharga daripada satu dollar besok). Faktor diskonto arus kas dalam perhitungan NPV menggunakan biaya modal tertimbang rata-rata (Weighted Average Cost of Capital), sama dengan perhitungan Economic Value Added sebelumnya. Berdasarkan analisa NPV, sebuah perusahaan akan menerima project dengan NPV positif dan menolak proyek dengan NPV negatif. Project dengan net present value positif berarti nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan project tersebut lebih besar daripada nilai investasi awalnya, demikian sebaliknya untuk project dengan NPV negatif. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan atau menambah nilai dengan adanya investasi di project-project yang meghasilkan positif NPV.

Konsep Economic Value Added (EVA) dalam hal investasi mempunyai prinsip sama dengan konsep Net Present Value (NPV). Net Present Value juga dapat diperoleh dari jumlah nilai sekarang dari EVA yang dihasilkan oleh setiap project, dimana biaya modal baru yang digunakan untuk membiayai sebuah project dikurangkan dari perhitungan awal EVA. Sehingga pedoman EVA untuk capital budgeting adalah menerima proyek atau peluang investasi yang menghasilkan positif discounted EVA dan menolak proyek yang menghasilkan negatif discounted EVA. Project dengan positif discounted EVA akan menambah nilai,


(47)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. demikian sebaliknya project dengan negatif discounted EVA akan merusak atau mengurangi nilai sebuah perusahaan.

c. EVA and Performance assessment

Pada suatu perusahaan, pemilik perusahaan akan menunjuk dan memberi wewenang kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan sehari-hari. Manajemen cenderung mempunyai kontrol penuh atas segala strategi atau tindakan yang dilakukan meskipun masih ada campur tangan dari pemilik. Pada perusahaan yang besar dimana kepemilikan tersebar ke banyak pemegang saham, manajemenlah yang mengontrol dan bertanggung jawab penuh atas operasional sehari-hari. Pemisahan antara kepemilikan dan kontrol ini menyebabkan terjadinya conflict of interest antara pemilik sebagai principal dan manajemen sebagai agent. Untuk memperkecil biaya-biaya yang timbul akibat agency problem maka dibentuklah suatu sistem performance assessment yang memberi insentif pada strategi atau tindakan manajemen yang menambah nilai.

Perencanaan sistem evaluasi kinerja dan prestasi yang benar sangat penting karena hal tersebut berhubungan dengan sistem penggajian atau kompensasi. Penentuan kriteria-kriteria yang dipakai sebagai pedoman evaluasi akan mempengaruhi cara kerja dan sebagai motivator kerja manajemen. Sejalan dengan adanya desentralisasi pada kontrol dan pengambilan keputusan dalam perusahaan, pemilik memerlukan suatu kontrol dalam unit-unit yang ada untuk memastikan tindakan-tindakan yang dilakukan konsisten dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Kontrol dapat dicapai melalui penetapan tujuan dan evaluasi kinerja. Faktor-faktor dalam pengukuran kinerja bergantung pada tingkat desentralisasi suatu pengambilan keputusan dalam perusahaan. Faktor kuantitatif umum


(48)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. digunakan untuk pedoman keberhasilan suatu manajemen, adapun faktor kualitatif juga tidak dapat dipisahkan.

Penggunaan anggaran atau budget sebagai pedoman ukuran keberhasilan manajemen sudah tidak relevan lagi untuk tujuan value building, karena hal tersebut berfokus pada angka-angka akuntansi. Seperti dikatakan dalam buku The Quest for Value: “The use of budgets for bonuses is a vestige of an archaic accounting model that emphasizes earnings over cash flow, control over delegation, variances instead of vision, and questions instead of answers. That model must go.” (Stewart, 1993: 5)

Tujuan perusahaan untuk maksimalisasi nilai memerlukan pedoman atau alat ukur dimana penciptaan nilai perusahaanlah yang melandasi kriteria nantinya. Jadi Economic Value Added sangat sesuai untuk masuk dalam kriteria pengukuran keberhasilan kinerja manajemen.

d. EVA and Incentive compensation

Kontrak penggajian, terutama insentif dan bonus, memberikan arah dan motivasi yang penting bagi para eksekutif manajemen. Pada perusahaan besar yang kepemilikannya tersebar ke banyak pemegang saham dan tujuan perusahaan adalah value building, sistem pemberian insentif atau penggajian seharusnya ditujukan untuk mendorong aktivitas yang menambah nilai perusahaan.

Supaya strategi yang diambil manajemen sejalan dengan tujuan value buiding, sistem pemberian insentif atau penggajian berpedoman pada prinsip bahwa insentif atau bonus diberikan pada individu yang strategi atau tindakannya menambah nilai perusahaan. Untuk mendorong manajemen bertindak berdasarkan kepentingan perusahaan, pemilik dapat mengenalkan sebuah sistem insentif yang


(49)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. memberi kesempatan manajemen menikmati sebagian dari kenaikan nilai perusahaan.

Sistem kompensasi berpedoman pengukuran akuntansi mempunyai kelemahan karena adanya hubungan yang semu antara laba buku dan kehidupan ekonomis suatu perusahaan. Manajemen akan mengambil tindakan atau strategi yang meningkatkan laba, dan tentu akan meningkatkan gaji mereka, tetapi menurunkan nilai keseluruhan suatu perusahaan. Penggunaan suatu metode dalam penilaian persediaan, penyusutan, penilaian investasi dan lainnya untuk mempermainkan jumlah laba yang diperoleh sangatlah tidak sesuai dengan tujuan perusahaan. Selain itu sistem kompensasi yang berpedoman pada maksimalisasi laba dipengaruhi oleh keputusan yang bersifat jangka pendek sehingga tidak selalu efektif untuk memotivasi manajemen jangka panjang.

4. Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added

Adapun kelebihan dan kekurangan EVA menurut Amirullah (dalam Naser, 2003:27) adalah:

a. Kelebihan EVA

1. EVA merupakan ukuran kinerja operasional bias berdiri sendiri tanpa perlu ukuran/angka yang lain.

2. EVA fokus penilaian kerja perusahaan pada penciptaan nilai yaitu memaksimumkan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai pemegang saham, sehingga para manejer akan berpikir dan bertindak sebagai halnya pemegang saham. Manejer memilih investasi yang memeksimumkan tingkat


(50)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

pengendalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.

3. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. Secara eksplisit memperhitungkan biaya modal dimana biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi bila dibandingkan tingkat biaya modal atas hutang karena faktor resiko yang tinggi sehingga dana ekuitas tidak lagi dipandang sebagai dana murah.

4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya. Proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut dapat menciptakan nilai perusahaan.

b. Kelemahan EVA

1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Sementara nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan mempunyai EVA tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan rendah karena EVA dimasa mendatang negative. Sebaliknya perusahaan dengan kegiatan yang memerlukan pengembalian yang cukup lama, EVA pada awal tahun negatif sedangkan EVA akhir proyek adalah positif karena penjualan aktiva pada akhir masa sewa. Oleh karena itu penggunaan EVA pada tahun tertentu untuk menilai kinerja perusahaan, kurang tepat.

2. Proses penghitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan belum go public, sulit untuk dilakukan dengan tepat.


(51)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. 5. Strategi Kenaikan Economic Value Added

Menurut Nasser (2003:28) pada jurnalnya, dalam sistem EVA untuk menciptakan nilai pemegang saham, perusahaan harus manghasilkan melebihi biaya modal disegala unit bisnisnya. Meskipun demikian tidak berarti bahwa pihak manajemen memamfaatkan profitabilitas untuk jangka pendek tetapi betul-betul memperhatikan pertumbuhan EVA untuk waktu yang kan dating sehingga peningkatan EVA secara terus-menerus. Adapun tiga strategi untuk menaikkan EVA yaitu:

a. Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (profitable growth). Hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian yang tinggi.

b. Strategi penciptaaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi (operating efficiency). Dalam hal ini meningkatkan keuntungan tanpa menggunkan tambahan modal.

c. Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak menjanjikan (rationalize and exit unrewarding bisiness), ini berarti menarik modal yang tidak produktif dan menarik modal dari aktifitas yang menghasilkan return yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan hasil.

C.Market Value Added

Menurut Nasser (2003:28) MVA merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam memaksimalkan kekayaan


(52)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009. kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai serta langka. MVA mencerminkan besarnya nilai tambah yang berhasil dikapitalisasi. MVA mencerminkan seberapa besar manajemen mampu menciptakan atau menambah kekayaan bagi para pemilik kapital atau pemegang saham, sehingga MVA adalah hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupun yang diantisipasi akan dilakukan, yang memperlihatkan penilaian pasar modal. Perhitungan MVA dapat dilakukan dengan persamaan dibawah ini:

MVA = (Harga pasar saham – Nilai buku perlembar saham) x Jumlah saham yang beredar.

Menurut Young & O’Byrne (2001:26), MVA adalah perbadaan antara nilai pasar perusahaan (ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Persamaan untuk menghitung nilai MVA adalah sebagai berikut:

MVA = Nilai pasar perusahaan – Modal yang diinvestasikan.

Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu. Lebih sederhana, itu adalah jumlah dari nilai pasar hutang dan ekuitas. Modal yang diinvestasikan adalah jumlah modal yang yang disediakan penyedia dana pada tanggal yang sama. Penghitungan modal yang diinvestasikan pada MVA sama dengan penghitungan invested capital pada EVA. Nilai pasar merupakan fungsi dari harapan pasar modal terhadap arus kas bebas masa mendatang, didiskontokan pada biaya modal, jika melebihi modal yang diinvestasikan maka nilai MVA akan positif.


(53)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

Investor menyerahkan modal kedalam perusahaan dengan harapan manejer akan menginvestasikannya dengan produktif. Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi yang lebih besar. Semakin besar MVA semakin baik. MVA negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal. MVA menigkat hanya jika modal yang diinvestasikan mendapatkan tingkat pengembalian lebih besar daripada biaya modal. Ketika modal yang baru diperoleh diinvestasikan pada proyek yang menciptakan nilai maka MVA meningkat. Ketika modal diinvestasilkan pada proyek yang memusnahkan nilai maka MVA berkurang.

Menurut Djawahir pada artikelnya yang berjudul “Mengukur Kekayaan Perusahaan”(SWA:2007), MVA mengukur kekayaan (wealth) yang diakumulasi perusahaan dari waktu ke waktu untuk pemegang saham. MVA dihitung dari nilai perusahaan (enterprise value) yang kemudian dikurangi dengan modal yang ditanamkan (invested capital) suatu perusahaan. Nilai perusahan diperoleh dengan menjumlahkan nilai pasar saham perusahaan (harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan), nilai pasar obligasi, atau surat berharga lainnya. Sementara itu, angka invested capital merupakan penjumlahan dari ekuitas, pinjaman (termasuk dari penerbitan obligasi, kewajiban derifatif), serta dana lainnya yang digunakan untuk operasional perusahaan. Secara sederhana untuk menghitung nilai MVA dapat dilakukan dengan persamaan dibawah ini:


(54)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

Pemegang saham, tentu saja, menginginkan perusahaan terus mampu mengakumulasi kekayaan, sehingga saham-saham yang mereka genggam harganya terus naik, yang akhirnya juga menggelembungkan pundi-pundi mereka. Akumulasi kekayaan tersebut bersumber pada kemampuan perusahaan menampilkan kinerja yang bagus, rencana bisnis (investasi), serta citra dan reputasi perusahaan yang bagus, misalnya dengan menerapkan good corporate governance, menciptakan ekuitas merek, serta melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Peristiwa di luar kontrol perusahaan bisa berpengaruh pula terhadap akumulasi kekayaan perusahaan, seperti lingkungan bisnis yang makin baik karena ada kebijakan baru pemerintah atau kenaikan harga komoditas (misalnya minyak) di pasar internasional. Maka, pendekatan MVA untuk menilai perusahaan boleh dibilang lebih komprehensif

Dengan melihat MVA, para pengelola perusahaan dapat melihat seperti apa ekspektasi pemegang saham terhadap perusahaannya di masa depan. Karena itu, angka MVA sudah seharusnya menjadi acuan bagi pengelola perusahaan dalam menjalankan perusahaan agar di masa mendatang dapat menciptakan kekayaan sesuai dengan harapan investor. Ini menjadi tantangan bagi manajemen perusahaan. Apabila dari waktu ke waktu mereka bisa memenuhi harapan pemegang saham, nilai perusahaan akan terus naik. Sebaliknya, jika gagal, nilai perusahaan akan turun karena penghargaan investor terhadap sahamnya lebih rendah. Jadi, dengan adanya pemeringkatan perusahaan yang menggunakan pendekatan MVA ini, para pengelola perusahaan tak semata-mata melihat posisinya ada di mana, tapi yang lebih penting adalah termotivasi untuk selalu menciptakan nilai tambah di masa-masa mendatang.


(1)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.


(2)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.


(3)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

DEWAN KOMISARIS

KOMITE KOMPENSASI

KOMITE AUDIT

DIREKSI

INTERNAL AUDIT

SEKRETARIS PERUSAHAAN

GENERAL MANEGER

OPERATION OF

CITERUP FACTORY

SALES AND

MARKETING DIVISION

PURCHASING

DIVIDION

CORPORATE

HUMAN

RESOURCES

DEVELOPMET

DIVISION

LOGISTIC DIVISION

ACCOUNTING &

CONTROLLING

DIVISION

CORPORATE FINANE &

TREASURY DIVISION

GENERAL MANEGER

OPERATION OF

CIREBON FACTORY

PUBLIC GENERAL

AND AFFAIR

DIVIDION

READY-MIX BUSINESS

UNIT

GENERAL MANEGER

OPERATION OF

TARJUN FACTORY

MANAGEMENT

INFORMATION

SYSTEM DIVISION

AGGREGATES

BUSINESS UNIT


(4)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.


(5)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.

Struktur Organisasi PT SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.

Divisi Umum

Divisi Distribusi

dan

Transportasi

Divisi Keuangan

Direktur

Keuangan

Divisi Sistem

Informasi

Divisi Rancang

Bangun

Divisi Pengadaan

dan Pengelolaan

Persediaan

Direktur Litbang

& Operasional

Divisi

Pengembangan

Pemasaran

Direktur

Pemasaran

Divisi Penjualan

Divisi Akuntansi

Divisi Hukum

dan

Manajemen

Resiko

Sekretaris

Perusahaan

Divisi

Komunikasi

Divisi

Pengembangan

Perusahaan

Divisi SDM

Internal Audit

Divisi Produksi

Terak

Divisi Produksi

Semen

Divisi Teknik

Divisi Litbang

dan

Jaminan Mutu

Divisi Produksi

Bahan Baku

Direktur

Produksi

Direktur Utama

Wakil Direktur Keuangan


(6)

Melky Sedek Hamonangan S. : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA Dan MVA Antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dengan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, 2009.