ASPEK HUKUM PENAWARAN ASURANSI JIWA MELALUI TELEMARKETING (STUDI PADA AIA FINANCIAL AREA BANDAR LAMPUNG)

(1)

ABSTRAK

ASPEK HUKUM PENAWARAN ASURANSI JIWA MELALUI TELEMARKETING

(STUDI PADA AIA FINANCIAL AREA BANDAR LAMPUNG)

Oleh

Clara Novianti

Usaha peransuransian membawa misi ekonomi dan sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer of risk, yaitu pengalihan risiko dari tertanggung kepada penanggung. Perjanjian asuransi yang dilakukan melalui telemarketing berpeluang timbulnya perselisihan karena dilakukan melalui telepon dan di luar kebiasaan pada umumnya. Praktik perjanjian asuransi jiwa melalui telemarketing juga dilaksanakan oleh AIA

Financial area Bandar Lampung. Penulisan bertujuan untuk menganalisis waktu terjadinya perjanjian asuransi jiwa melalui telemarketing, pihak-pihak yang terlibat, serta akibat hukum asuransi jiwa yang dilakukan melalui telemarketing.

Penelitian menggunakan penelitian hukum normatif empiris. Tipe penelitian bersifat deskriptif. Penelitian dilakukan melalui pendekatan normatif empiris. Data yang digunakan adalah data primer dari hasil wawancara dan polis asuransi AIA Financial dan data sekunder terdiri dari bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Pengolahan dilakukan melalui tahap pemeriksaan data, rekonstruksi data dan sistematisasi data. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis data secara kualitatif yang menguraikan sekaligus menganalisis tentang aspek hukum penawaran asuransi jiwa melalui

telemarketing.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa terjadinya perjanjian asuransi jiwa melalui telemarketing yaitu sejak ditandatanganinya Surat Pengajuan Asuransi Jiwa (SPAJ). Tertanggung dan penanggung telah sepakat mengajukan dan menerima peralihan risiko. Peralihan risiko ditanggung sejak pendebetan premi pertama oleh bank. Jadi SPAJ dan bukti pendebetan premi adalah satu kesatuan karena penanggung tidak akan menanggung risiko apabila pendebetan premi pertama belum dilakukan. Pihak-pihak yang terlibat adalah


(2)

Clara Novianti

penanggung, pemegang polis/tertanggung, tertunjuk/penikmat, bank, dan

telemarketer. Terdapat banyak pihak yang terlibat, tetapi yang terikat dalam perjanjian hanyalah penanggung dan tertanggung. Akibat hukum mengikat pihak yang terikat dalam perjanjian. Apabila penanggung tidak menanggung risiko akan diselesaikan di Pengadilan Negeri. Sedangkan akibat hukum bagi tertanggung apabila informasi yang disampaikan tidak benar adalah klaim akan ditolak oleh penanggung.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perjanjian Asuransi Jiwa ... 8

1. Dasar Hukum dan Pengertian Asuransi Jiwa ... 8

2. Asuransi Jiwa Pada Umumnya ... 10

3. Berakhirnya Asuransi Jiwa ... 19

B. Tinjauan Umum Mengenai Telemarketing ... 21

1. Perjanjian Pada Umumnya ... 21

2. Pengertian dan Dasar Hukum Telemarketing ... 23

3. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing ... 26

C. Kerangka Pikir ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……... 31


(4)

C. Pendekatan Masalah ... 32

D. Data dan Sumber Data ... 32

E. Metode Pengumpulan Data... 34

F. Metode Pengolahan Data ... 34

G. Analisis Data ... 35

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Waktu Terjadinya Perjanjian Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing ... 36

B. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing ... 43

C. Akibat Hukum Penggunaan Telemarketing Dalam Perjanjian Asuransi Jiwa ... 53

V. PENUTUP Kesimpulan ... 60 Daftar Pustaka


(5)

Judul Skripsi : ASPEK HUKUM PENAWARAN ASURANSI JIWA MELALUI TELEMARKETING

(STUDI PADA AIA FINANCIAL AREA BANDAR LAMPUNG)

Nama Mahasiswa : Clara Novianti No. Pokok Mahasiswa : 0912011122

Bagian : Hukum Perdata

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum. NIP. 196004211986032001 NIP. 197903252009122001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Dr. Wahyu Sasongko, S.H.,M.Hum NIP 19580527 1984031 001


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. ...

Sekretaris/Anggota : Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum. ...

Penguji Utama : Ratna Syamsiar, S.H., M.H ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H.,M.S NIP 19621109 1987031 003


(7)

MOTTO

Hasbunallah wa ni’mal wakil (cukuplah Allah sebagai Pelindung)

“hai orang-orang beriman. Jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah: 153)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik


(8)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini teruntuk

Kedua Orang Tuaku tercinta sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga atas segala keringat dan doa untukku

Adikku,

Juga seluruh keluargaku tersayang yang selama ini mendukung ku

Sungguh karunia terindah memiliki keluarga seperti kalian yang begitu tulus mencintai, melindungi, dan mendukung setiap langkahku


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 25 November 1991 di Tanjung Karang dari ayah yang bernama Muhammad Irwan dan ibu yang bernama Puji Ambar Sari. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Bandar Jaya Lampung Tengah pada tahun 1998 dan Sekolah Dasar Sejahtera IV Kedaton Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Al-Kautsar Bandar Lampung dengan mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan diselesaikan pada tahun 2009. Penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun 2009, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tanggal 2 Juli 2012 sampai 10 Agustus 2012, penulis menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung di Desa Air Hitam Lampung Barat.


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan nikmat sehat dan rizki hingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul : “Aspek Hukum Penawaran Asuransi Jiwa Melalui

Telemarketing (Studi pada AIA Financialarea Bandar Lampung)”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan baik menyangkut isi maupun cara penulisannya disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Penulis pun menyadari bahwa karya ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, melainkan dengan bimbingan dan dukungan orang-orang hebat yang membantu penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu serta bantuannya.


(11)

2. Bapak Abdul Muthalib, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa.

3. Bapak Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum. selaku Ketua Jurusan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu dalam segala urusan.

4. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan ilmu dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsinya.

5. Ibu Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.

6. Ibu Ratna Syamsiar, S.H., M.H. selaku pembahas I yang telah memberikan saran dan kritik yang dapat memperbaiki dalam menyelesaikan skripsi penulis.

7. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum. selaku pembahas II yang telah memberikan saran dan kritiknya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Pak Tarno, Mbak Siti, dan Pakde yang telah membantu dalam segala urusan.

9. Seluruh Keluarga Besar Wagiman, Bapak, Mbah, Om Hadi, Mama Yo, Om Nanang, Bude Win, Om Wiwit, Bude Rum, Alm.Om Keli, Om Agus, Mbak Maya, merupakan keluarga yang sempurna dan terbaik yang dimiliki oleh penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis.


(12)

10. Sepupu-sepupu tersayang Mba Dewi, Opi, Dara, Udo, Igo, Alka, Zaneta, Jesse, Wahyu, Kenny, dan Agung terima kasih atas segala canda dan tawa selama ini.

11. Seorang teman, sahabat Angga Sutiawan sebagai sosok yang selalu memberikan pengertian, kekuatan, dukungan, semangat dan hiburan yang tiada henti kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini. Thankyou, you’re my best partner.

12. Sahabat-sahabat terbaikku selama SMP R.A.Siti Marhani, Roaslein Putri, Ayu Florantina, Afrian Dwi Saputra, Anggun Meutia, dan Intan Purnama Sari terima kasih atas semangatnya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat terbaikku selama SMA Ridho Kurnia, Mirza Vio, dan Ressi Ana yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, kangen kalian.

14. Sahabat-sahabatku tersayang Elsa Septa Ballini, S.H., Anisa Fauziah, S.H., Annisa Desmasari, S.H., Meria Yulita, S.H., dan Irmalia Murniati, S.H., yang selalu ada setiap harinya selama masa perkuliahan di fakultas hukum dan tempat penulis berbagi keluh kesah serta selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 15. Teman seperjuangan Chandra Evita dan Rintar Zahrina Ali yang

senasib sepenanggungan dalam bimbingan setiap harinya, tetap semangat ya!

16. Rekan-rekan Hukum Perdata Ekonomi Angkatan 2009, Indah, Vina, Novia, Rini, Lia, Jasmine, Tyas, Citra Ratu, Noey, Adam, Galuh,


(13)

Suntan, Wanda, Dafson, dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

17. Teman-teman seperjuangan angkatan 09 Fakultas Hukum Universitas Lampung Vika, Helda, Tri, Bujung, Maria dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

18. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan sehingga penulis dapat menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima Kasih.

Bandar Lampung, Mei 2013

Penulis

Clara Novianti


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perasuransian mempunyai peran yang besar dan penting dalam pembangunan dewasa ini, terutama dalam usaha menyerap modal swasta melalui premi asuransi yang didapat dari para pemegang polis.1 Usaha peransuransian membawa misi ekonomi dan sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer of risk, yaitu pengalihan (transfer) risiko dari tertanggung kepada penanggung.Timbulnya risiko menjadi kenyataan, adalah suatu hal yang diusahakan tidak terjadi.Seseorang yang tidak menginginkannya mengupayakan supaya kehilangan atau ketidakpastian itu tidak terjadi.2

Suatu perlindungan atau jaminan asuransi yang bersumber dari keinginan diperlukan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainly). Ketidakpastian tersebut melahirkan kebutuhan untuk mengatasi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai konsekuensi dari ketidakpastian tersebut. Risiko yang timbul dapat bersumber dari bencana alam, kecelakaan, penyakit, kelalaian, ketidakmampuan, kesalahan, kegagalan, ataupun dari berbagai sebab-sebab lain yang tidak dapat

1

Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm. 274 2

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman, diterbitkan oleh Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Edisi ke 1, Cetakan ke-1, 1980, hlm. 4-5


(15)

2

diduga sebelumnya termasuk tindakan kerusuhan, sabotase, dan terorisme. Masing-masing risiko mungkin memerlukan bentuk penanganan yang berbeda.3

Sri Redjeki Hartono mengemukakan bahwa fungsi dasar asuransi ialah suatu upaya untuk menanggulangi ketidakpastian terhadap kerugian khusus untuk kerugian-kerugian murni dan bukan kerugian yang bersifat spekulatif, sehingga pengertian risiko dapat diberikan sebagai suatu ketidakpastian tentang terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa. Untuk itu diperlukannya suatu lembaga keuangan yang disebut dengan perusahaan asuransi.

Perusahaan asuransi adalah perusahaan yang bertindak sebagai penanggung risiko. Kemampuan perusahaan asuransi untuk menanggung suatu risiko yang dijaminnya tergantung kepada kekuatan keuangan yang dimilikinya. Kemampuan tersebut diperoleh industri asuransi melalui praktik penyebaran risiko karena penanggung dapat memperoleh dukungan kapasitas penerimaan risiko dari perusahaan asuransi lain.4

Asuransi yang juga merupakan sebagai suatu perjanjian, dalam memenuhi prestasinya maka masing-masing pihak harus mempunyai iktikad baik. Adapun ukuran iktikad baik adalah kepatutan dan keadilan.“Kepatutan di dalam perjanjian dimaksudkan agar jangan sampai pemenuhan kepentingan salah satu pihak terdesak, jadi harus ada keseimbangan antara berbagai kepentingan pihak-pihak yang bersangkutan”.5Sedangkan “Keadilan adalah kepastian untuk mendapatkan

3

Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, 2010, hlm. 2 4

Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Cetakan ke 2, Mei 1995, hlm. 15

5


(16)

3

apa yang sudah dijanjikan, namun pemenuhan janji itu harus memperhatikan norma-norma yang berlaku“.6

Pada penawaran asuransi ada beberapa cara ataupun penjualan produk, antara lain :Pertama dilakukan melalui tatap muka ataupun berhadap secara langsung dengan nasabah sendiri, penawar seperti ini sering kali dijumpai dan temui dalam kesehari-harian, Kedua yang saat ini berpeluang menimbulkan terjadinya permasalahan hukum dikemudian hari yaitu penawaran melalui telepon atau sering disebut di dunia bisnis adalah Telemarketing (penawaran/pemasaran produk lewat telepon).

Praktik Telemarketing ini apabila ditinjau melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), selanjutnya disebut UUITE, dapat digolongkan sebagai bentuk transaksi elektronik karena dilakukan melalui sarana telekomunikasi telepon ataupun telepon genggam. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 10 UU ITE disebutkan bahwa “Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, atau media elektronik lainnya”. Transaksi secara elektronik, pada dasarnya adalah perikatan ataupun hubungan hukum yang dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan dari sistem elektronik berbasiskan komputer dengan sistem komunikasi, yang selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global atau internet termasuk melalui sarana telepon.

6


(17)

4

Transaksi elektronik dipandang sebagai bagian dari perikatan para pihak (Pasal 1233 KUH Perdata yaitu Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang). Transaksi tersebut akan merujuk kepada semua jenis dan mekanisme dalam melakukan hubungan hukum secara elektronik itu sendiri yang akan mencakup jual beli, lisensi, asuransi, lelang, dan perikatan-perikatan lain yang lahir sesuai dengan perkembangan mekanisme perdagangan di masyarakat. Pemasaran jarak jauh sering digunakan sebagai pendukung saluran penjualan dan terkadang untuk menangani tugas yang tidak dapat ditangani melalui saluran utama dengan biaya yang efektif.7Telemarketing ini merupakan konsep penjualan dengan memakai sarana telepon dan dilakukan dalam volume tinggi tetapi tetap mengunakan arahan dan prosedur penjualan dengan aturan managemen pelanggan sehingga pelanggan akan merasa diperhatikan dengan kebutuhan-kebutuhan mereka yang terpenuhi.8

Telemarketing adalah metode pemasaran yang langsung dilakukan oleh

telemarketer dengan calon nasabah (tertangung). Telemarketing menggunakan telepon dengan tidak bertemu muka antara agen asuransi dengan calon tertanggung merupakan hal yang di luar kebiasaan permasalahan asuransi jiwa pada umumnya.9

Salah satu perusahaan asuransi yang juga telah menerapkan metode

Telemarketing ini adalah AIA Financial yang merupakan kelompok perusahaan asuransi jiwa AIA Group Limited. AIA Financial merupakan salah satu

7

Rukiyah, Pemasaran Melalui Web Dan Telemarketing Berbasis SIMRS, Senior Business Consultant, PT. Dinamika Cipta Widya, Jakarta, hlm. 1

8 Ibid 9


(18)

5

perusahaan asuransi jiwa dengan kantor pusat di Hong Kong. Salah satu keunggulan AIA sebagai salah satu pemimpin pasar di industri asuransi jiwa di Indonesia karena memiliki keanekaragaman produk yang disediakan untuk memenuhi perkembangan dan kebutuhan pasar melalui berbagai jalur distribusi yang ada. Salah satu bentuk pemasarannya adalah melalui pemasaran

bancassurance.10

Dalam hal pemasaran melalui bancassurance AIA Financial melakukan mitra bisnis dengan beberapa bank yang salah satunya adalah Bank CIMB Niaga. Bank CIMB Niaga dalam hal ini melakukan pendebetan pertama setelah calon nasabah menyetujui produk asuransi yang ditawarkan oleh seorang telemarketer.

Telemarketer yaitu pihak wiraniaga atau pemasaran asuransi yang bertugas melakukan transaksi dengan calon nasabah asuransi. Telemarketer menghubungi calon nasabah melalui sarana telepon dan menjelaskan mengenai karakteristik, manfaat, dan risiko dari produk asuransi yang ditawarkan. Pembicaraan tersebut direkam sebagai tanda bukti bahwa telemarketer telah melakukan penjelasan tersebut.11Hal ini yang kemudian membawa permasalahan mengenai kapan waktu terjadinya pengikatan tersebut, siapa saja pihak-pihak yang terlibat, serta akibat hukum yang mungkin terjadi dengan diterapkannya konsep atau metode

Telemarketing dalam pengikatan asuransi jiwa antara pihak penanggung dengan nasabah atau tertanggung.

10

www.aia-financial.co.id/diakses pada tanggal 28 Oktober 2012 pukul 18.50 WIB 11

Hasil Wawancara dengan Elya Sari, S.E.,Area Manager AIA Financial Bandar Lampung pada tanggal 8 Januari 2013


(19)

6

Berdasarkan uraian hal tersebut di atas, penulis mencoba menganalisis penerapan

Telemarketing pada asuransi jiwadan selanjutnya dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Aspek hukum penawaran asuransi jiwa melalui telemarketing (Studi pada AIA Financial area Bandar Lampung)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah :

1. Kapankah terjadinya perjanjian asuransi jiwa melalui telemarketing tersebut? 2. Siapa sajakah pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian asuransi jiwa

melalui telemarketing tersebut?

3. Apa akibat hukum perjanjian asuransi jiwa yang dilakukan melalui

telemarketing ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang akan dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Waktu terjadinya perjanjian asuransi jiwa melalui telemarketing tersebut. 2. Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian asuransi jiwa melalui telemarketing

tersebut.


(20)

7

D. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam hukum asuransi di Indonesia. Selain itu, diharapkan para nasabah untuk lebih teliti dan memperhatikan lagi tentang keabsahan penandatangan polis dalam suatu perjanjian asuransi setelah adanya kesepakatan yang dibuat melalui telemarketing.

Secara praktis, penelitian ini ditujukan kepada masyarakat dan pihak asuransi yaitu pihak yang berkaitan langsung maupun yang tidak langsung terhadap kegiatan yang terjadi pada perjanjian asuransi jiwa agar lebih mengetahui dan memahami tentang waktu, pihak-pihak serta akibat hukum yang ditimbulkan pada pengikatan asuransi jiwa melalui telemarketing.


(21)

8

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perjanjian Asuransi Jiwa

1. Dasar Hukum dan Pengertian Asuransi Jiwa

Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal 302 - pasal 308 KUHD. Jadi hanya 7 (tujuh) pasal. Setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga ini berdasarkan ketentuan Pasal 302 dan 303 KUHD. Menurut ketentuan Pasal 302 KUHD:

“Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian”. Selanjutnya, dalam Pasal 303 KUHD ditentukan:

“Orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya”.

Berdasarkan kedua pasal tersebut, jelaslah bahwa asuransi jiwa dapat diadakan selama hidup atau selama jangka waktu tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian.

Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, selanjutnya disebut Undang-Undang Perasuransian, dirumuskan definisi asuransi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan rumusan yang terdapat dalam KUHD. Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Perasuransian:


(22)

9

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dan suatu peristiwa tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas rneninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”

Ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Perasuransian ini mencakup 2 (dua) jenis asuransi, yaitu:

a. Asuransi kerugian (loss insurance), dapat diketahui dan rumusan:

“Untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang rnungkin akan diderita oleh tertanggung”

b. Asuransi jumlah (sum insurance), yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi sosial, dapat diketahui dari rumusan:

“Untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”

Dalam hubungannya dengan asuransi jiwa maka fokus pembahasan diarahkan pada jenis asuransi, butir (b). Sehubungan dengan uraian pasal-pasal perundang-undangan di atas, Purwosutjipto memperjelas lagi pengertian asuransi jiwa dengan mengemukakan definisi1:

“Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung, dengan mana penutup (pengambil) asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai akibat langsung dan meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya”.

1 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 6, Djambatan, Jakarta, 2003, hlm. 10


(23)

10

Dalam rumusan definisinya, Purwosutjipto menggunakan istilah “penutup” (pengambil) asuransi dan penangung. Definisi Purwosutjipto berbeda dengan definisi yang terdapat dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Perasuransian. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut2:

a. Dalam Undang-Undang Perasuransian dengan tegas dinyatakan bahwa pihak-pihak yang mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut penanggung dan tertanggung, sedangkan Purwosutjipto menyebutnya penutup (pengambil) asuransi dan penanggung.

b. Dalam Undang-Undang Perasuransian dinyatakan bahwa “penanggung dengan menerima premi memberikan pembayaran”, tanpa menyebutkan kepada orang yang ditunjuk sebagai penikmatnya. Purwosutjipto menyebutkan membayar l orang yang ditunjuk oleh penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya. Kesannya hanya untuk asuransi jiwa selama hidup, tidak termasuk untuk yang berjangka waktu tertentu.

2. Asuransi Jiwa Pada Umumnya

Asuransi jiwa adalah asuransi yang bertujuan menanggung orang terhadap kerugian finansial tak terduga yang disebabkan karena risiko hidup. Risiko hidup tersebut akan ditanggung oleh perusahaan asuransi jiwa. Tujuannya adalah agar beban yang ditanggung orang yang sedang terkena risiko tidak terlalu berat, inilah arti pentingnya asuransi. Di dalam asuransi jiwa risiko yang dihadapi ialah:

2 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2006, hlm. 196


(24)

11

a. Risiko kematian

Meskipun kematian merupakan sesuatu yang mengandung kepastian, namun kapan tepatnya saat kematian seseorang berada diluar kendali orang tersebut. Risiko kematian bisa mengakibatkan kerugian finansial apabila terjadi pada pencari nafkah. Bagi kebanyakan keluarga pada umumnya kematian dari pencari nafkah, maka tidak terhindarkan selanjutnya akan mengalami kesulitan keuangan sejalan dengan terhentinya penghasilan keluarga.

Pengertian bahaya dalam asuransi jiwa adalah meninggalnya orang yang jiwanya diasuransikan. Meninggalnya seseorang itu merupakan hal yang sudah pasti, setiap makhluk bernyawa pasti mengalami kematian. Akan tetapi, kapan dan apa penyebab meninggalnya seseorang tidak dapat dipastikan (evenemen).

Evenemen itu ketidakpastian kapan dan apa penyebab meninggalnya seseorang, sebagai unsur yang dinyatakan dalam definisi asuransi jiwa. Karena itu maka perlu dicantumkan dalam polis. Ketidakpastian kapan meninggalnya seorang tertanggung atau orang yang jiwanya diasuransikan merupakan risiko yang menjadi beban penanggung dalam asuransi jiwa. Evenemen meninggalnya tertanggung itu berisi 2 (dua), yaitu meninggalnya itu benar-benar terjadi dalam jangka waktu asuransi, dan benar-benar tidak terjadi dalam jangka waktu asuransi berakhir. Kedua-duanya menjadi menjadi beban penanggung.


(25)

12

Bagi yang ingin menghindari situasi keuangan yang tidak menyenangkan ini, maka jawabannya adalah dengan melakukan antisipasi risiko kerugian finansial tersebut dengan cara membeli asuransi jiwa, yang akan membayar sejumlah uang ganti rugi ketika orang yang diasuransikan meninggal dunia. Sehingga saat terjadinya peristiwa kematian yang betul-betul mengandung ketidakpastian inilah yang menyebabkan perlindungan asuransi tersebut diperlukan.3

b. Hidup seseorang terlalu lama

Manusia yang mendapat karunia berumur panjang apabila tidak diimbangi dengan kesehatan yang baik, maka itu bukanlah hal yang membahagiakan. Ini menjadi risiko hidup yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan akan menjadi beban orang disekitar yaitu keluarga. Hal ini tentu akan membawa banyak aspek, apabila risiko yang terdapat pada diri seseorang tidak diasuransikan kepada perusahaan asuransi jiwa.

Mengantisipasi kerugian finansial dengan cara membeli asuransi jiwa penting dilakukan bagi tiap orang yang memiliki tanggungan, terutama bagi mereka yang sudah menikah apalagi jika pasangannya tidak mempunyai penghasilan, ditambah lagi bagi yang sudah memiliki anak-anak. Sebab memiliki asuransi jiwa sebagai bagian dari perencanaan keuangan keluarga berarti memastikan bahwa orang-orang

3 Budi santoso, Asuransi budisantoso.ucoz.com/asuransi.doc, diakses tanggal 1 Februari 2013 pukul 11.30 WIB


(26)

13

yang hidupnya bergantung secara finansial tidak akan mengalami kesulitan keuangan jika meninggal. Inilah yang menyebabkan perlindungan asuransi tersebut diperlukan.4

c. Risiko cacat total

Cacat total tetap bisa saja disebabkan oleh sakit atau pun kecelakaan. Ini juga termasuk salah satu risiko yang ditanggung oleh perusahaan asuransi jiwa. Ketika seseorang mengalami cacat, maka tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya yang akan berdampak pada hilangnya penghasilan. Sehingga akan menjadi beban bagi orang disekitar yaitu keluarga.5

Perjanjian asuransi jiwa atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian yang mempunyai sifat khusus dan unik, sehingga perjanjian ini mempunyai karakteristik tertentu yang khas dibandingkan dengan perjanjian lain. Perjanjian asuransi jiwa harus memenuhi asas-asas tertentu yang mewujudkan sifat atau ciri khusus dari perjanjian asuransi itu sendiri.6

4 Abbas Salim, Asuransi&Manajemen Risiko, PT. RajaGrafindo Persada, 1993, hlm. 24 5

Ibid.


(27)

14

Perjanjian asuransi atau pertanggungan secara khusus diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Perjanjian ini diklasifikasikan sebagai suatu perjanjian khusus dan yang tunduk pada ketentuan-ketentuan khusus pula.7

Asas-asas perjanjian asuransi yang diatur dalam KUHD hampir seluruhnya merupakan asas-asas yang berlaku bagi asuransi pada umumnya. Asas-asas termaksud pada umumnya memberikan pengamanan terhadap kepentingan-kepentingan yang berkaitan dengan pemilikan dan kebendaan. Industri asuransi, baik asuransi kerugian maupun asuransi jiwa, memiliki prinsip-prinsip atau asas yang menjadi pedoman bagi pelaksanaan perjanjian asuransi8 :

a. Asas Indemnitas atau Asas Keseimbangan (Indemnity)

Asas ini merupakan satu asas utama dalam perjanjian asuransi, karena merupakan asas yang mendasari mekanisme kerja dan memberi arah tujuan dari perjanjian asuransi itu sendiri. Perjanjian asuransi mempunyai tujuan utama dan spesifik ialah untuk memberi ganti kerugian kepada pihak tertanggung oleh pihak penanggung. Apabila obyek yang diasuransikan terkena musibah sehingga menimbulkan kerugian, maka penanggung akan memberi ganti rugi untuk mengembalikan posisi keuangan tertanggung setelah terjadi kerugian menjadi sama dengan sesaat sebelum terjadi kerugian.

7Ibid, hlm. 90 8


(28)

15

Dengan demikian tertanggung tidak berhak memperoleh ganti rugi lebih besar daripada kerugian yang diderita. Asas ini dapat dijumpai pada awal pengaturan perjanjian asuransi, yaitu Pasal 246 KUH Dagang “….seorang penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberi

penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan……”.9

Asas ini adalah pada hakikatnya mengandung dua aspek, yaitu : Aspek Pertama, yaitu berhubungan dengan tujuan dari perjanjian, harus ditujukan kepada ganti kerugian yang tidak boleh diarahkan bahwa pihak tertangung karena pembayaran ganti rugi jelas akan menduduki posisi yang menguntungkan. Jadi bila terdapat klusula yang bertentangan dengan tujuan ini menyebabkan batalnya perjanjian; Aspek kedua, yaitu berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian asuransi sebagai keseluruhan yang sah. Untuk keseluruhan atau sebagian tidak boleh bertentangan dengan aspek yang pertama. Hal ini sangat penting artinya karena tujuan yang hendak dicapai oleh perjanjian asuransi dan dalam pelaksanaannya harus memenuhi syarat tertentu, yaitu pihak tertanggung karena memperoleh ganti rugi tidak menjadi posisi keuangan yang lebih menguntungkan.10

b. Asas Kepentingan yang Dipertanggungkan (Insurable Interest)

Kepentingan yang dapat diasuransikan merupakan asas utama kedua dalam perjanjian asuransi. Setiap pihak yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi harus

9

Ibid.


(29)

16

mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan, maksudnya ialah bahwa pihak tertanggung mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan akibat dari suatu peristiwa yang belum pasti terjadinya dan yang bersangkutan menjadi menderita kerugian. Dikatakan memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan apabila menderita kerugian keuangan seandainya terjadi musibah yang menimbulkan kerugian/kerusakan atas obyek tersebut.

Menurut Abdulkadir Muhammad asas kepentingan menentukan bahwa setiap pihak yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi harus mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan, maksudnya ialah bahwa pihak tertanggung mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan objek yang akan diasuransikan.11

Kepentingan keuangan ini memungkinkan tertanggung mengasuransikan harta benda atau kepentingan tertanggung. Apabila terjadi musibah atas obyek yang diasuransikan dan terbukti bahwa tertanggung tidak memiliki kepentingan keuangan atas obyek tersebut, maka tertanggung tidak berhak menerima gantirugi. Mengenai kepentingan ini, KUH Dagang mengaturnya dalam ketentuan Pasal 250 dan Pasal 268.

c. Asas Kejujuran Sempurna (Utmost Good Faith)

Merupakan kewajiban tertanggung untuk memberitahukan sejelas-jelasnya dan teliti mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan. Prinsip inipun menjelaskan risiko-risiko yang dijamin maupun yang


(30)

17

dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas serta teliti. Kewajiban untuk memberikan fakta-fakta penting tersebut berlaku:

1) Sejak perjanjian mengenai perjanjian asuransi dibicarakan sampai kontrak asuransi selesai dibuat, yaitu pada saat tertanggung menyetujui kontrak tersebut; 2) Pada saat perpanjangan kontrak asuransi;

3) Pada saat terjadi perubahan pada kontrak asuransi dan mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan perubahan-perubahan itu.

Asas ini sebenarnya merupakan asas bagi setiap perjanjian, sehingga harus dipenuhi oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Tidak dipenuhinya asas ini pada saat akan menutup suatu perjanjian akan menyebabkan adanya cacat kehendak, sebagaimana diatur dalam Pasal 1320-1329 KUH Perdata. Bagaimanapun juga itikad baik merupakan landasan utama dan kepercayaan yang melandasi setiap perjanjian dan hukum juga tidak melindungi pihak yang beritikad buruk. Meskipun secara umum itikad baik sudah diatur dalam ketentuan-ketentuan KUH Perdata, namun khusus untuk perjanjian asuransi masih dibutuhkan penekanan atas itikad baik sebagaimana diminta oleh Pasal 251 KUH Dagang.

d. Subrogasi (Perwalian)

Prinsip subrograsi (perwalian) ini berkaitan dengan suatu keadaan dimana kerugian yang dialami tertanggung merupakan akibat dari kesalahan pihak ketiga (orang lain). Prinsip ini memberikan hak perwalian kepada penanggung oleh tertanggung jika melibatkan pihak ketiga. Asas ini diatur dalam Pasal 284 KUH Dagang adalah suatu


(31)

18

asas yang merupakan konsekuensi logis dari asas idemnitas (keseimbangan). Dengan kata lain, apabila tertanggung mengalami kerugian akibatkelalaian atau kesalahan pihak ketiga, maka XYZ, setelah memberikan gantirugi kepada tertanggung, akan mengganti kedudukan tertanggung dalam mengajukan tuntutan kepada pihak ketiga tersebut. Adapun mekanisme aplikasi subrogasi adalah :

1) Tertanggung harus memilih salah satu sumber pengantian kerugian, dari pihak ketiga atau dari asuransi;

2) Kalau tertanggung sudah menerima penggantian kerugian dari pihak ketiga, ia tidak akan mendapatkan ganti rugi dari asuransi, kecuali jumlah penggantian dari pihak ketiga tersebut tidak sepenuhnya;

3) Kalau tertanggung sudah mendapatkan penggantian dari asuransi ia tidak boleh menuntut pihak ketiga. Karena hak menuntut tersebut sudah dilimpahkan ke perusahaan asuransi.

Selain keempat asas tersebut juga dapat ditambahkan dua asas lainnya yaitu:

e. Asas Kontribusi

Asas lain yang juga terdapat dalam perjanjian asuransi adalah asas kontribusi. Asas ini terdapat dalam Pasal 278 KUHD, asas ini menyatakan bahwa apabila terdapat beberapa penanggung dalam satu polis dengan melebihi harga, maka masing-masing penanggung memberikan imbalan menurut hargayang sebenarnya.


(32)

19

Proksimal kausa adalah peristiwa yang langsung menyebabkan kerugian pada diri tertanggung yang dapat diberi ganti kerugian oleh penanggung. Menurut asas ini, yang dapat ditanggung oleh penanggung adalah peristiwa yang utama yang ditanggung dalam polis yang menyebabkan rusak atau musnahnya suatu objek pertanggungan yang mendapat ganti rugi dari pihak penanggung.12

Suatu prinsip yang digunakan untuk mencari penyebab kerugian yang aktif dan efisien adalah: "Unbroken Chain of Events" yaitu suatu rangkaian mata rantai peristiwa yang tidak terputus. Sebagai contoh, kasus klaim kecelakaan diri berikut ini: “Seseorang mengendarai kendaraan dijalan tol diatas kecepatan maksimum yang diperbolehkan sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik. Korban luka parah dan dibawa kerumah sakit. Tidak lama kemudian korban meninggal dunia”.

Berdasarkan peristiwa tersebut diketahui bahwa kausa proksimalnya adalah korban mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melanggar aturan sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik. Melalui kausa proksimal inilah, akan diketahui apakah penyebab terjadinya musibah atau kecelakaan tersebut ditanggung polis asuransi ataukah tidak.13

3. Berakhirnya Asuransi Jiwa

a. Karena Terjadi Evenemen

12 Dwi Endah Ernawati, Penerapan Asas-Asas Hukum Asuransi Dalam Perjanjian Asuransi

Kendaraan Bermotor Di PT. Asuransi Raksa Pratikara Di Wilayah Surakarta, Tesis

PascasarjanaUndip, Semarang, 2009, hlm15


(33)

20

Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan asuransi jiwa antara tertanggung dengan penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa berakhir.

Menurut hukum perjanjian, suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila prestasi masing-masing pihak telah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan sebagai akibat tertanggung telah meninggal dunia. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.

b. Karena Jangka Waktu Berakhir

Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, maka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumlah uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka waktu berlaku asuransi habis diikuti dengan pengembalian sejumlah uang kepada tertanggung.


(34)

21

c. Karena Asuransi Gugur

Menurut ketentuan Pasal 306 KUHD:

“apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi ternyata sudah meninggal, maka asuransinya gugur, meskipun tertanggung tidak mengetahui kematian tersebut, kecuali jika diperjanjikan lain”.

Kata-kata bagian akhir pasal ini “dikecualikan jika diperjanjikan lain” memberi peluang kepada pihak-pihak untuk memperjanjikan menyimpang dari ketentuan pasal ini, misalnya asuransi yang diadakan itu tetap dinyatakan sah asalkan tertanggung betul-betul tidak mengetahui telah meninggalnya itu. Apabila asuransi jiwa itu gugur, maka premi yang sudah dibayar karena penanggung tidak menjalani risiko dapat diserahkan kepada pihak-pihak untuk memperjanjikannya. Pasal 306 KUHD ini mengatur asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga. Dalam Pasal 307 KUHD ditentukan:

“apabila orang yang mengasuransikan jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi hukuman mati, maka asuransi jiwa itu gugur”.

Menurut Purwosutjipto14, penyimpangan dari ketentuan ini masih mungkin, sebab kebanyakan asuransi jiwa ditutup dengan sebuah klausul yang membolehkan penanggung melakukan prestasinya dalam hal ada peristiwa bunuh diri dari badan tertanggung asalkan peristiwa itu terjadi sesudah lampau waktu 2 (dua) tahun sejak diadakannya asuransi.

d. Karena Asuransi Dibatalkan

14


(35)

22

Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena permohonan tertanggung sendiri.

B. Tinjauan Umum Mengenai Telemarketing

1. Perjanjian Pada Umumnya

Perjanjian diatur dalam titel II Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata), sedangkan mengenai perjanjian secara khusus diatur dalam titel V sampai dengan titel VIII. Secara umum perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata perjanjian didefinisikan “...sebagai suatu perbuatan dengan mana satu orang mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Dari definisi Pasal 1313 KUH Perdata tersebut dikatakan bahwa perjanjian merupakan perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri kepada satu orang atau lebih lainnya, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa perjanjian merupakan sumber lahirnya sebuah perikatan. Seperti diketahui bahwa perjanjian dan perikatan merujuk kepada dua hal yang berbeda.

Perikatan adalah suatu istilah atau pernyataan yang bersifat abstrak yang menunjuk pada hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih orang atau pihak, dimana hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban kepada salah satu pihak yang terlibat dalam hubungan hukum tersebut. Sedangkan perjanjian merupakan suatu perbuatan kongkrit yang didalamnya terkandung hubungan hukum yang abstrak yaitu perikatan. Menurut Subekti, perikatan adalah suatu hubungan


(36)

23

hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain dan pihak lainnya berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut.15Perjanjian sebagai salah satu sumber dari perikatan dapat ditemui landasan hukumnya pada ketentuan Pasal 1233 KUH Perdata yang menyatakan:

“Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena perjanjian baik karena undang-undang.”

Berdasarkan ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata di atas dapat pula dipahami, pengertian perjanjian hanya mengenai perjanjian sepihak termasuk juga pada perbuatan dan tindakan, seperti zaakwarneming, onregmatige daad. Berdasarkan rumusan perjanjian yang diuraikan di atas dijumpai beberapa unsur yaitu (1) Perikatan (hubungan hukum), (2) Subyek hukum, (3) Isi (hak dan kewajiban) dan (4) Ruang lingkup (lingkup hukum harta kekayaan). Mengenai adanya suatu perjanjian yang terdapat di luar KUH Perdata tersebut didasarkan pada asas kebebasan berkontrak, sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menentukan “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya...”.

Para pihak bebas menentukan objek perjanjian, sesuai dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Selanjutnya dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, ditegaskan bahwa setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik. Sedangkan wujud dari suatu perjanjian menurut Pasal 1234 KUH Perdata dapat berupa pemberian sesuatu, perbuatan atau tidak berbuat sesuatu.


(37)

24

2. Pengertian dan Dasar Hukum Telemarketing

Salah satu metode pemasaran yang dilakukan AIA Financial adalah melalui pemasaran jarak jauh yang sering disebut dengan Telemarketing. Telemarketing ini merupakan konsep pemasaran dengan menggunakan sarana telepon dengan tetap menggunakan arahan dan prosedur penjualan dengan aturan managemen pelanggan sehingga pelanggan akan merasa diperhatikan dengan kebutuhan-kebutuhan mereka yang terpenuhi.16

Telemarketing adalah metode pemasaran yang langsung dilakukan oleh seorang telemarketer dengan calon nasabah (tertanggung). Telemarketing menggunakan telepon dengan tidak bertemu muka antara agen asuransi dengan calon tertanggung.17

Mengenai dasar hukum yang mengatur tentang Telemarketing, sampai saat ini pemerintah belum memiliki undang-undang privasi mengenai Telemarketing. Namun apabila ditinjau melalui UUITE, dapat digolongkan sebagai bentuk transaksi elektronik karena dilakukan melalui sarana telekomunikasi telepon. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 10 UU ITE disebutkan bahwa “Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, atau media elektronik lainnya”.

Transaksi secara elektronik, pada dasarnya adalah perikatan ataupun hubungan hukum yang dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan dari sistem

16 Rukiyah, Op.Cit.


(38)

25

elektronik berbasiskan komputer dengan sistem komunikasi, yang selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global atau internet termasuk melalui sarana telepon.

Menurut ketentuan pasal 5 ayat (1) UU ITE:

“Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah”

Maka berdasarkan ketentuan pasal tersebut jelaslah bahwa rekaman pembicaraan antara telemarketer dengan calon nasabah merupakan informasi elektronik dan merupakan alat bukti hukum yang sah. Seorang telemarketer melakukan penawaran dengan memberikan penjelasan mengenai karakteristik, manfaat, dan risiko dari produk asuransi yang ditawarkan.

Dalam melakukan penawaran melalui telemarketing, AIA Financial bekerjasama dengan beberapa bank. Dalam dunia perbankan kerjasama pemasaran bank dengan perusahaan asuransi dikenal dengan istilah bancassurance. Dalam brosur berjudul “Mengenal bancassurance” yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) dijelaskan antara lain bahwa :

“Bancassurance adalah layanan bank dalam menyediakan produk asuransi yang memberi perlindungan dan produk investasi untuk memenuhi kebutuhan finansial jangka panjang nasabah”.

Mengenai cara pemasaran dan perlindungan nasabah dalam produk bancassurance secara khusus diatur dalam Surat Edaran BI No. 12/35/DPNP perihal Penetapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktifitas Kerjasama Pemasaran


(39)

26

dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance) tanggal 23 Desember 2010 (SEBI 12/35). Selanjutnya disebut SEBI 12/35.

Payung hukum yang umum mengenai perlindungan nasabah bank, termasuk untuk bancassurance, merujuk pada Peraturan BI No. 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Produk dan Pengguna Data Pribadi Nasabah (PBI 7/2005). Selanjutnya disebut PBI 7/2005.

Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) PBI 7/2005 mewajibkan bank untuk menyediakan informasi tertulis dalam Bahasa Indonesia secara lengkap dan jelas mengenai karakteristik setiap produk asuransi yang melakukan mitra bisnis dengan bank. Dan informasi tersebut wajib disampaikan kepada nasabah secara tertulis dan atau lisan.

Dasar hubungan hukum antara bank dengan nasabah bancassurance adalah

persetujuan dalam bentuk dokumen tertulis yang ditandatangani oleh nasabah bancassurance yaitu persetujuan dalam bentuk dokumen tertulis yang ditandatangani oleh nasabah yang bersangkutan. Mengenai pihak telemarketer bank yang merekam pembicaraannya dengan nasabah, hal tersebut tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan. Sehingga, pihak bank boleh saja merekam pembicaraannya dengan nasabah antara lain dengan maksud sebagai bukti bahwa pihak bank telah memberikan penjelasan kepada nasabah mengenai karakteristik, manfaat, dan risiko dari produk yang ditawarkan.


(40)

27

Dalam dunia bisnis termasuk bisnis asuransi, pemasaran adalah salah satu aspek penting dalam kesuksesan suatu perusahaan. Kelemahan utama yang biasanya terjadi pada perusahaan Indonesia adalah dalam bidang pemasaran yang merupakan aspek penting dalam dunia bisnis. Pengusaha kita dapat menghasilkan produk yang cukup bagus dengan biaya rendah, akan tetapi setelah produk itu jadi pada umumnya mereka kesulitan untuk memasarkannya.

Kegiatan pemasaran sangat menentukan sampai atau tidaknya produk yang dihasilkan perusahaan kepada konsumen sehingga menghasilkan laba yang maksimal. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, begitu banyak produk yang dihasilkan oleh pelaku bisnis untuk memenuhi kebutuhan konsumen membuat konsumen sulit untuk mencerna banyaknya informasi tentang produk yang dihasilkan oleh pelaku bisnis sehingga pelaku bisnis harus bisa menginformasikan produk mereka kepada konsumen dengan baik.18

Kepuasan pelanggan selalu diutamakan untuk memberikan rasa aman dan terlindungi, secara terus-terusan dan sungguh-sungguh berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan atau tertanggung AIA Financial. Untuk memperoleh hasil maksimal AIA Financial melakukan metode telemarketing dengan menyampaikan informasi produk atau harga kepada konsumen AIA Financial menjelaskan semua tanpa ada yang ditutup-tutupi.19

18 Angga Dwi Saputra, http://angga.blog.esaunggul.ac.id/2012/05/12/325/ strategi fungsional yang

dapat diterapkan di perusahaan. Fakultas ekonomi universitas esa unggul, 2012

19Hasil Wawancara dengan Elya Sari, S.E.,Area Manager AIA FinancialBandar Lampung pada tanggal 8 Januari 2013


(41)

28

Metode penawaran ini dilakukan oleh bank yang melakukan mitra bisnis dengan AIA Financial dengan cara memberikan penjelasan mengenai produk asuransi tersebut dengan menggunakan sarana komunikasi. Dalam SEBI 12/35 juga menegaskan bahwa peran bank tidak hanya sebagai perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra kepada nasabah, tetapi bank juga memberikan penjelasan secara langsung yang terkait dengan produk asuransi seperti karakteristik, manfaat, dan risiko dari produk yang dipasarkan dan meneruskan minat atau permintaan pembelian produk asuransi dari nasabah kepada perusahaan asuransi mitra bank.

Mengenai prinsip perlindungan terhadap nasabah, dalam SEBI 12/35 diatur bahwa: a. Bank harus memastikan bahwa nasabah telah memahami penjelasan mengenai

manfaat dan risiko produk baik yang dilakukan secara lisan maupun tertulis sebagaimana tercantum dalam dokumen pemasaran/penawaran.

b. Pernyataan nasabah bahwa nasabah telah memahami manfaat dan risiko produk sebagaimana dimaksud pada angka (1) harus dituangkan dalam dokumen tertulis yang terpisah, dibuat dalam Bahasa Indonesia, dan ditandatangani oleh nasabah dengan menggunakan tanda tangan basah.

c. Bank harus memastikan bahwa pihak nasabah yang menandatangani dokumen tertulis merupakan pihak yang berwenang menandatangani.

Dalam perjanjian asuransi jiwa yang dilakukan melalui telemarketing, perusahaan asuransi (penanggung) melakukan mitra bisnis dengan bank. Bank dalam hal ini


(42)

29

melakukan pendebetan pertama setelah calon nasabah (tertanggung) menyetujui produk asuransi yang ditawarkan oleh seorang telemarketer.

Telemarketer menghubungi calon nasabah melalui sarana telepon dan menjelaskan tentang produk asuransi yang ditawarkan. Pembicaraan tersebut direkam sebagai tanda bukti bahwa telemarketer telah melakukan penjelasan tersebut.20 Namun, di sisi lain sebagaimana telah dijelaskan di atas, yang menjadi bukti persetujuan nasabah dalam hal produk asuransiadalah dokumen tertulis yang ditandatangani oleh nasabah yang bersangkutan. Adapun rekaman pembicaraan tersebut boleh jadi dibuat untuk tujuan atau sebagai bukti bahwa pihak bank (dalam hal ini si telemarketer) telah memberikan penjelasan kepada nasabah mengenai karakteristik, manfaat, dan risiko dari produk yang ditawarkan.

20

Hasil Wawancara dengan Elya Sari, S.E.,Area Manager AIA FinancialBandar Lampung pada tanggal 8 Januari 2013


(43)

30

C. Kerangka Pikir

Alur pikir dari konsep di atas dapat digambarkan secara sederhana dalam skema berikut ini:

Keterangan :

Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang perasuransian adalah peraturan yang berisi mengenai usaha perasuransian yang di dalamnya terdapat ketentuan mengenai tertanggung sebagai konsumen asuransi dan perusahaan asuransi yaitu dalam hal ini adalah AIA Financial sebagai penanggung yang mengikatkan diri dalam perjanjian

UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 1992 TENTANG

PERASURANSIAN

UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2008

TENTANG ITE

KONSUMEN ASURANSI AIA FINANCIAL

PERJANJIAN

TELEMARKETING

WAKTU TERJADINYA

PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT


(44)

31

asuransi jiwa. Pada penawaran asuransi ada beberapa cara ataupun penjualan produk, antara lain yaitu melalui metode telemarketing. Praktik telemarketing ini apabila ditinjau melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dapat digolongkan sebagai bentuk transaksi elektronik karena dilakukan melalui sarana telekomunikasi telepon.

Penelitian ini bermaksud untuk meneliti mengenai waktu terjadinya perjanjian asuransi jiwa melalui telemarketing, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, serta akibat hukum asuransi jiwa yang dilakukan melalui telemarketing.


(45)

32

I. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris (applied normative law) adalah perilaku nyata (in action) setiap warga sebagai akibat keberlakuan hukum normatif. Penelitian ini dilakukan secara normatif empiris dimaksudkan untuk mengidentifikasi apakah warga telah berperilaku sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan hukum normatif, yakni sejauh mana AIA Financial sebagai perusahaan asuransi yang melakukan penjualan produk asuransi jiwa melalui telemarketing bertanggung jawab terhadap permasalahan-permasalahan yang sering timbul antara penanggung dan tertanggung mengenai waktu terjadinya pengikatan asuransi jiwa melalui telemarketing tersebut, siapa saja pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, serta akibat hukum terhadap penggunaan telemarketing dalam pengikatan asuransi.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran


(46)

33

(deskripsi) lengkap tentang keadaan tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Dalam hal ini tipe penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara jelas, terperinci, dan sistematis mengenai aspek hukum penawaran asuransi jiwa melalui telemarketing.1

C. Pendekatan Masalah

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif merupakan pendekatan dengan melakukan penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain.2 Dengan kata lain penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum, yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pijakan normatif. Sedangkan pendekatan

yuridis empiris adalah melakukan wawancara dengan area manager serta

menganalisis isi polis asuransi jiwa AIA Financial.

D. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer, yaitu :

1. Data primer merupakan data yang didapat langsung dari lokasi penelitian yaitu AIA Financial, berupa hasil wawancara dan polis asuransi.

1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Pres, Jakarta, 1986, hlm. 63 2 Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hlm. 13


(47)

34

2. Data sekunder adalah data yang bersumber dari perundang-undangan,

yurisprudensi, dan buku literatur hukum atau bahan hukum tertulis lainnya.3Data sekunder meliputi bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yaitu :

a. Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang mengikat yaitu

peraturan perundang-undangan yang terkait dengan alternatif Perasuransian dan Telemarketing yang memberi petunjuk dan penjelasan mengenai aspek hukum penawaran asuransi jiwa melalui telemarketing. Bahan hukum primer meliputi :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Perasuransian

3) Undang-Undang No. 11 Tahun 1998 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 4) Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan alternatif Perasuransian dan

Telemarketing

b. Bahan hukum sekunder, seperti hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, artikel, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum serta bahan-bahan primer, sekunder dan tersier (penunjang) di luar bidang hukumyang dapat dipergunakan untuk melengkapi atau sebagai data penunjang dari penelitian ini.

3 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2004, hlm. 50


(48)

35

E. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahulu yang berhubungan dengan objek telaah penelitian ini, yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, dan karya ilmiah lainnya. Selain itu data juga diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan dengan sistem pertanyaan terbuka kepada Elya Sari, S.E. yang merupakan Area Manager AIA Financial Bandar Lampung. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terarah (directive interview) yaitu wawancara yang didasarkan pada suatu sistem atau daftar pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya.4 Selain itu digunakan juga teknik wawancara tidak terarah (nondirective interview) yang merupakan wawancara yang tidak didasarkan pada suatu sistem atau daftar pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya.5

F. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik dari hasil studi kepustakaan dan wawancara selanjutnya diolah dengan mengunakan metode:

1. Pemeriksaan data (editing), yaitu melakukan pemeriksaan data yang terkumpul apakah sudah cukup lengkap, sudah cukup benar, dan sudah sesuai dengan permasalahan.

4

Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm. 230 5Ibid, hlm. 228


(49)

36

2. Rekonstruksi data (reconstructing), yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.

3. Sistematisasi data (sistematizing), yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika bahasan berdasarkan uraian masalah.

G. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Setelah data primer diperoleh, selanjutnya data tersebut diidentifikasi dan diklasifikasi serta dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban dari narasumber, membandingkan dengan data sekunder dengan mengunakan metode berpikir secara induktif dan deduktif. Pada proses induktif proses berasal dari proposisi (sebagai hasil pengamatan dan berakhir pada kesimpulan pengetahuan baru) berupa azas umum. Sedangkan pada prosedur deduktif, bertolak dari satu proposisi umum yang kebenaranya telah diketahui dan berakhir pada satu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus. Dengan demikian data yang dikumpulkan kemudian diedit dengan cara mengkelompokan, menganalisis dengan metode kualitatif kemudian ditarik kesimpulan dengan cara berfikir yang mengunakan metode deduktif atau induktif.


(50)

V. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian mengenai aspek hukum penawaran asuransi jiwa melalui telemarketing (studi pada AIA Financial) sebagai berikut :

1. Mengenai saat terjadinya perjanjian asuransi jiwa melalui telemarketing pada AIA Financial yaitu sejak ditandatanganinya SPAJ oleh tertanggung. Kedua belah pihak, yaitu tertanggung dan penanggung, telah sepakat mengajukan dan menerima peralihan risiko. Peralihan risiko tersebut akan ditanggung sejak pendebetan premi pertama oleh bank. Jadi SPAJ dan bukti pendebetan premi adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

2. Dalam proses penawaran asuransi jiwa melalui telemarketing pada AIA

Financial terdapat beberapa pihak, yaitu penanggung, pemegang polis/tertanggung, tertunjuk/penikmat, bank, dan telemarketer yang masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi.

3. Akibat hukum penanggung tidak melakukan kewajibannya sesuai isi polis, maka persengketaan diselesaikan di Pengadilan Negeri sesuai dengan domisili penanggung di wilayah hukum Republik Indonesia, dengan tidak mengesampingkan hak dari tertanggung untuk menyampaikan persengketaan yang timbul ke Pengadilan Negeri yang memiliki yurisdiksi atas domisili tertanggung di wilayah hukum Republik Indonesia. Selanjutnya akibat hukum


(51)

64

bagi tertanggung yang tidak memberikan dengan benar atau menyembunyikan informasi tersebut dengan sengaja, maka perjanjian asuransi batal demi hukum. Sehingga klaim akan ditolak oleh penanggung.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Dewi, Gemala. 2004. Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di Indonesia. Prenada Media. Jakarta

Emawati, Dwi Endah. 2009. Penerapan Asas-Asas Hukum Asuransi Dalam Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Di PT. Asuransi Raksa Pratikara Di Wilayah Surakarta. Semarang.

Ganie, Junaedy. 2010. Hukum Asuransi Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta.

Halim, Swady. 2000. Permasalahan Umum Nasabah Asuransi Seminar dan Lokakarya Perkembangan Jurnalisme Ekonomi II. Lembaga Studi Pers dan Informasi. Semarang.

Harsono,Bronto. 2005.Prinsip Utmost Good Faith Dalam Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Jiwa PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Di Regional Office Semarang. Undip. Semarang.

Hartono, Sri Rejeki. 2001. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi.Sinar Grafika. Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bhakti. Bandung

---. 2006. Hukum Asuransi Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Poedjosoebroto, Santoso. 1969. Beberapa Aspek Tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia. Bharata. Jakarta

Prakoso, Djoko. 1997. Hukum Asuransi Indonesia. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Prawirohamidjojo, Soetojo. Hukum Perikatan. PT.Bina Ilmu. Surabaya. Prodjodikoro, Wirjono. Asas-asas Hukum Perjanjian. PT. Intermasa. Jakarta.


(53)

Purwosutjipto, H.M.N. 2003. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Djambatan. Jakarta.

Rukiyah. Pemasaran Melalui Web Dan Telemarketing Berbasis SIMRS. PT. Dinamika Cipta Widya. Jakarta.

Salim, Abbas. 1993. Asuransi & Manajemen Risiko. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Simanjuntak, Emmy Pangaribuan. 1980. Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya. Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada. Jogjakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Pres. Jakarta. Subekti, R. 2004. Hukum Perjanjian. PT. Intermasa. Jakarta.

Suryodiningrat, R.M. 1985. Azas-azas Hukum Perikatan. Bandung.

Waluyo, Bambang. 1996. Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika. Jakarta.

Undang-Undang

Subekti, R, dan R. Tjitrosudibio. 1996. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. PT. Aka. Jakarta.

Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2010. Kitab Undang-undang Hukum Dagang. Visimedia. Jakarta.

Undang-Undang Nomor.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Perasuransian

Peraturan Lain

Keputusan Menteri Keuangan RI No. 225/KMK.017/1993 tentang Penyelenggaraan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi

Surat Edaran BI No. 12/35/DPNP perihal Penetapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktifitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (bancassurance)

Peraturan BI No. 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Produk dan Pengguna Data Pribadi Nasabah


(54)

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian

Sumber Lain

Angga Dwi Saputra, http://angga.blog.esaunggul.ac.id/2012/05/12/325/ strategi fungsional yang dapat diterapkan di perusahaan

Budi santoso. Asuransi budisantoso.ucoz.com/asuransi.doc Diana Kusumasari. http://t.co/3VDX4wgF


(55)

(1)

V. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian mengenai aspek hukum penawaran asuransi jiwa melalui telemarketing (studi pada AIA Financial) sebagai berikut :

1. Mengenai saat terjadinya perjanjian asuransi jiwa melalui telemarketing pada AIA Financial yaitu sejak ditandatanganinya SPAJ oleh tertanggung. Kedua belah pihak, yaitu tertanggung dan penanggung, telah sepakat mengajukan dan menerima peralihan risiko. Peralihan risiko tersebut akan ditanggung sejak pendebetan premi pertama oleh bank. Jadi SPAJ dan bukti pendebetan premi adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

2. Dalam proses penawaran asuransi jiwa melalui telemarketing pada AIA Financial terdapat beberapa pihak, yaitu penanggung, pemegang polis/tertanggung, tertunjuk/penikmat, bank, dan telemarketer yang masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi.

3. Akibat hukum penanggung tidak melakukan kewajibannya sesuai isi polis, maka persengketaan diselesaikan di Pengadilan Negeri sesuai dengan domisili penanggung di wilayah hukum Republik Indonesia, dengan tidak mengesampingkan hak dari tertanggung untuk menyampaikan persengketaan yang timbul ke Pengadilan Negeri yang memiliki yurisdiksi atas domisili tertanggung di wilayah hukum Republik Indonesia. Selanjutnya akibat hukum


(2)

64

bagi tertanggung yang tidak memberikan dengan benar atau menyembunyikan informasi tersebut dengan sengaja, maka perjanjian asuransi batal demi hukum. Sehingga klaim akan ditolak oleh penanggung.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Dewi, Gemala. 2004. Perbankan dan Perasuransian Syari’ah di Indonesia. Prenada Media. Jakarta

Emawati, Dwi Endah. 2009. Penerapan Asas-Asas Hukum Asuransi Dalam Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Di PT. Asuransi Raksa Pratikara Di Wilayah Surakarta. Semarang.

Ganie, Junaedy. 2010. Hukum Asuransi Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta.

Halim, Swady. 2000. Permasalahan Umum Nasabah Asuransi Seminar dan Lokakarya Perkembangan Jurnalisme Ekonomi II. Lembaga Studi Pers dan Informasi. Semarang.

Harsono,Bronto. 2005.Prinsip Utmost Good Faith Dalam Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Jiwa PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Di Regional Office Semarang. Undip. Semarang.

Hartono, Sri Rejeki. 2001. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi.Sinar Grafika. Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bhakti. Bandung

---. 2006. Hukum Asuransi Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Poedjosoebroto, Santoso. 1969. Beberapa Aspek Tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia. Bharata. Jakarta

Prakoso, Djoko. 1997. Hukum Asuransi Indonesia. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Prawirohamidjojo, Soetojo. Hukum Perikatan. PT.Bina Ilmu. Surabaya. Prodjodikoro, Wirjono. Asas-asas Hukum Perjanjian. PT. Intermasa. Jakarta.


(4)

Purwosutjipto, H.M.N. 2003. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Djambatan. Jakarta.

Rukiyah. Pemasaran Melalui Web Dan Telemarketing Berbasis SIMRS. PT. Dinamika Cipta Widya. Jakarta.

Salim, Abbas. 1993. Asuransi & Manajemen Risiko. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Simanjuntak, Emmy Pangaribuan. 1980. Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya. Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada. Jogjakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Pres. Jakarta. Subekti, R. 2004. Hukum Perjanjian. PT. Intermasa. Jakarta.

Suryodiningrat, R.M. 1985. Azas-azas Hukum Perikatan. Bandung.

Waluyo, Bambang. 1996. Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika. Jakarta.

Undang-Undang

Subekti, R, dan R. Tjitrosudibio. 1996. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. PT. Aka. Jakarta.

Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2010. Kitab Undang-undang Hukum Dagang. Visimedia. Jakarta.

Undang-Undang Nomor.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Perasuransian

Peraturan Lain

Keputusan Menteri Keuangan RI No. 225/KMK.017/1993 tentang Penyelenggaraan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi

Surat Edaran BI No. 12/35/DPNP perihal Penetapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktifitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (bancassurance)

Peraturan BI No. 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Produk dan Pengguna Data Pribadi Nasabah


(5)

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian

Sumber Lain

Angga Dwi Saputra, http://angga.blog.esaunggul.ac.id/2012/05/12/325/ strategi fungsional yang dapat diterapkan di perusahaan

Budi santoso. Asuransi budisantoso.ucoz.com/asuransi.doc Diana Kusumasari. http://t.co/3VDX4wgF


(6)