Uji Tarik TINJAUAN PUSTAKA

Perhitungannya sebagai berikut : Keterangan : Aluminium : 1550 gram a = magnesium yang diinginkan Magnesium : 31 gram Solusi : 1550 x � = 31 jadi, a = 3 � 55 = 2 Hasil magnesium yang diinginkan pada percobaan ini = 1,935 , tetapi sering terjadi perbedaan hasil uji komposisi yang tidak sesuai dengan variasi yang diinginkan pada paduaan Al – Mg ini. Penyebabnya ialah pada waktu peleburan yang dilakukan banyak terdapat kotoran pada cairan aluminium. Maka sebaiknya menggunakan bahan kimia berupa fluks. Fluks fungsinya ialah pembersih kotoran yang terkandung di dalam Al-Mg pada waktu dilebur. Sehingga pada waktu peleburan tidak menghasilkan ampaskotoran yang banyak. Demikian pula pada peleburan selanjutnya untuk mendapatkan variasi paduan Al –Mg yang dikerjakan .

2.7 Uji Tarik

Uji tarik termasuk dalam pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujiannya sangat sederhana dan sudah memiliki standarisasi di seluruh dunia Amerika ASTM E8 dan Jepang JIS 2241. Dengan melakukan uji tarik suatu bahan, maka akan diketahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap energi tarikan dan sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman grip yang kuat dan kekakuan yang tinggi highly stiffness. Gambar mesin uji tarik dapat dilihat pada gambar 2.4. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Gambar 2.4 mesin uji tarik Bila gaya tarik terus diberikan kepada suatu bahan logam sampai putus, maka akan didapatkan profil tarikan yang lengkap berupa kurva seperti digambarkan pada Gambar 2.5. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut. Gambar 2.5 Hasil dan kurva pengujian tarik www.infometrik.com Hal paling penting dalam pengujian tarik adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut “Ultimate Tensile Strength” disingkat dengan UTS, atau Tegangan Tarik 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Maksimum. Gambar spesimen uji tarik yang sesuai dengan standar E8 ASTM volume 3 bisa dilihat pada gambar 2.6. Gambar 2.6 Sampel standar uji tarik E8 ASTM volume 3 Gambar 2.7 Profil data hasil uji tarik www.infometrik.com Analisa uji tarik dimulai dari titik O sampai D sesuai dengan arah panah dalam gambar. Keterangannya dalah sebagai berikut: • Batas Elastis σ E Elastic Limit 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Dalam Gambar 2.7. dinyatakan dengan titik A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula tepatnya hampir kembali ke kondisi semula yaitu regangan “nol” pada titik O lihat inset dalam Gambar 2.7.. Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A, Hukum Hooke tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas regangan permamen permanent strain sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu kurang dari 0.02, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005. Tidak ada standarisasi yang universal mengenai nilai ini. • Batas Proporsional σ p Proportional Limit Titik sampai dimana penerapan hukum Hooke masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis. • Deformasi Plastis Plastic Deformation Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gambar 2.7. yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing. • Tegangan Luluh Atas σ uy Upper Yield Stress Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke plastis. • Tegangan Luluh Bawah σ ly Lower Yield Stress Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh yield stress, maka yang dimaksud adalah tegangan ini. • Regangan Luluh ε y Yield Strain Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis. • Regangan Elastis ε e Elastic Strain Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula. • Regangan Plastis ε p Plastic Strain Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD • Regangan Total Total Strain Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, ε T = ε e +ε p . Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal OE adalah regangan plastis. • Tegangan Tarik Maksimum TTM UTS, Ultimate Tensile Strength Pada Gambar 2.7 . ditunjukkan dengan titik C σβ, merupakan besar tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik. • Kekuatan Patah Breaking Strength Pada Gambar 2.7. ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan dimana bahan yang diuji putus atau patah. Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Tegangan yang terjadi adalah beban yang terjadi dibagi luas penampang bahan dan regangan adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan. Atau secara matematis dapat ditulis : …2.1 Dan � = ∆� � � …2.2 Hubungan kedua persamaan ini adalah: E = σ ε …2.3 Dimana : � = Tegangan MPa � = Regangan 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD � = Panjang akhir cm � = Panjang awal cm E = Modulus elastisitas MPa

2.8 Pengujian Kekerasan