33
D. Hubungan Motivasi dan Perhatian Orang Tua dengan Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar merupakan kemampuan seseorang baik fisik maupun mental untuk melakukan kegiatan belajar. Kesiapan belajar
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang diungkapkan oleh beberapa ahli. Soemanto 1998:191 menyatakan bahwa kesiapan belajar dibentuk
oleh dua faktor, yaitu 1 perlengkapan dan pertumbuhan fisiologi, 2 motivasi. Motivasi belajar merupakan dorongan yang ada dalam diri siswa
untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai prestasi yang optimal. Semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi pula kesiapan
belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Slameto 1998:246 menambahkan bahwa kesiapan belajar siswa dipengaruhi oleh perhatian orang tua. Perhatian orang tua merupakan suatu
proses pemberian bantuan orang tua terhadap anaknya, mendorong untuk belajar, memberikan pengarahan pentingnya belajar, memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan alat yang menunjang pelajaran untuk pencapaian prestasi belajar yang optimal. Pada usia sekolah dasar anak belum dapat
menyiapkan sendiri segala yang dibutuhkan untuk kegiatan belajarnya. Di sinilah peran orang tua dibutuhkan untuk membantu kesiapan belajar anak.
Semakin tinggi perhatian orang tua terhadap anaknya maka semakin tinggi pula kesiapan belajar anak.
34
Siswa yang memiliki motivasi dan memperoleh perhatian dari orang tua maka akan mempunyai kesiapan belajar yang tinggi. Siswa yang
memiliki kesiapan belajar tinggi akan menyiapkan segala yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar dan selalu siap untuk melakukan proses
pembelajaran. Siswa akan mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
E. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Jean Piaget Daryanto, 2010:89, menjelaskan bahwa perkembangan kognitif anak usia SD berada pada tahap opersinal konkret
concrete operasional. Istilah operasi konkret mencerminkan pendekatan yang terikat atau terbatas pada dunia nyata. Anak-anak usia SD dapat
membentuk konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah, namun hanya sepanjang mereka melibatkan objek-objek dan situasi-situasi yang
mereka kenal. Eti Nurhayati 2011:34 mengungkapkan bahwa siswa kelas V SD
sudah mulai mampu berfikir hipotesis deduktif, mengembangkan kemampuan berdasarkan kedua alternatif, dan menggeneralisasikan
berbagai teori. Anak-anak pada usia sekolah dasar sedang bergerak dari pemikiran egosentris ke desentris, atau dari pemikiran subjektif ke
pemikiran objektif. Pemikiran desentris memungkinkan anak-anak melihat bahwa orang lain dapat memiliki persepsi berbeda dari persepsi mereka.
Di samping itu, Yusuf 2011:24-25 menambahkan bahwa masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa
35
keserasian bersekolah. Pada masa ini anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi
dua fase, yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas tinggi kira-kira usia 9 atau 10 tahun sampai 12 atau 13 tahun yaitu kelas 4
sampai kelas 6 SD. Adapun karakteristik anak pada usia ini ialah :
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan
pekerjaan-pekerjaan yang praktis. b. Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli mengikuti teori faktor ditafsirkan
sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor bakat khusus. d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-
orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi
tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya. e. Pada masa ini anak memandang nilai angka rapor sebagai ukuran
yang tepat sebaik-baiknya mengenai prestasi sekolah. f.
Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Biasanya anak akan membuat
peraturan sendiri dalam permainannya, anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional yang sudah ada.
36
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa usia siswa kelas V SD termasuk dalam tahap operasional konkrit, siswa belum bisa
berfikir abstrak. Sehingga dalam pembelajaran guru menggunakan bantuan benda-benda konkrit untuk memudahkan siswa memahami materi
pelajaran. Pada masa ini mulai terjadi perubahan dari pemikiran subyektif ke pemikiran obyektif. Siswa mulai mengurangi rasa egois dan mulai
dapat menerima persepsi dari orang lain. Siswa senang membentuk kelompok-kelompok bermain dengan teman sebayanya dengan membuat
peraturan sendiri.
F. Kerangka Pikir
Perhatian orang tua merupakan suatu proses pemberian bantuan orang tua terhadap anaknya, mendorong untuk belajar, memberikan
pengarahan pentingnya belajar, memperhatikan kebutuhan-kebutuhan alat yang menunjang pelajaran untuk pencapaian prestasi belajar yang optimal.
Perhatian orang tua merupakan komponen penting yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Pada usia sekolah dasar anak belum dapat
menyiapkan sendiri segala yang dibutuhkan untuk kegiatan belajarnya. Di sinilah peran orang tua dibutuhkan untuk membantu kesiapan belajar anak.
Semakin tinggi perhatian orang tua terhadap anaknya maka semakin tinggi pula kesiapan belajar anak.
Motivasi belajar memegang peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar merupakan dorongan yang ada dalam diri siswa
untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai prestasi yang optimal.
37
Semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi pula kesiapan belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan
menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Sehingga kegiatan belajar akan berjalan dengan baik dan memperoleh
hasil yang maksimal. Kesiapan belajar merupakan kemampuan seseorang baik fisik
maupun mental untuk melakukan kegiatan belajar. Kesiapan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya motivasi belajar dan
perhatian orang tua. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan memperoleh perhatian dari orang tua maka akan memiliki kesiapan belajar
yang tinggi pula. Siswa yang memiliki kesiapan belajar tinggi akan menyiapkan segala yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar dan selalu siap
untuk melakukan proses pembelajaran. Siswa akan mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
G. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis Ha yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan kesiapan belajar.
2. Terdapat hubungan yang positif antara perhatian orang tua dengan kesiapan belajar.
3. Terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar dan perhatian orang tua terhadap kesiapan belajar siswa.