Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5 kelompok ini, baik terorganisasi maupun tidak, bertujuan mengganti sistem
kenegaraan sekuler yang tidak Islami dengan tatanan sosial politik Islami. Islam dan politik kini dipandang sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan. Sistem politik
sekuler dipandang telah gagal mengangkat harkat kaum Muslim. Sistem politik Islam diyakini sebagai satu-satunya alternatif untuk menangkis hegemoni dunia
barat.
13
Salah satu sosok yang namanya kerap kali diidentikan dengan gerakan Islam Radikal di Indonesia yang bersikap keras dalam memperjuangkan syariat
Islam adalah Ustad Muhammad Abu Jibril yang secara resmi bernama Muhammad Iqbal Abdurahman. Abu Jibril merupakan aktifis Majelis Mujahidin
Indonesia MMI. MMI adalah organisasi yang dilahirkan melalui Konggres Mujahidin I yang diselenggarakan di Yogyakarta tanggal 7 Agustus 2000.
Tujuannya adalah untuk bersama-sama berjuang menegakkan Syariat Islam dalam segala aspek kehidupan, sehingga Syariat Islam menjadi rujukan tunggal bagi
sistem pemerintahan dan kebijakan kenegaraan secara nasional maupun internasional. Yang dimaksudkan dengan Syari’at Islam disini adalah segala
aturan hidup serta tuntunan yang diajarkan oleh agama Islam yang bersumber dari al-
Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
14
MMI mempunyai pendirian yang erat dengan negara Islam Daulah Islamiyah atau Islamic state. Bagi mereka, sesungguhnya Islam adalah agama
dan negara al- Islām dīn wa daulah, yang mengisyaratakan keterkaitan yang erat
13
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-Modernisme Jakarta: Penerbit Paramadina, 1996, 18-19
14
Abu Bakar Baasyir “Majelis Mujahidin Indonesia” tersedia di
http:majelismujahidin.wordpress.com Internet; diunduh 14 oktober 2012
6 antara agama dan negara. Adapun maksud dan tujuan diselenggarakanya kongres
mujahidin adalah: Pertama, memajukan perjuangan para mujahidin dalam menegakan syariat Islam. Kedua, membangun satu kesatuan shaf mujahidin yang
kokoh dan kuat, baik dalam negeri, regional, maupun internasional. Ketiga, terbentuknya
institusi mujahidin.
Dan keempat,
mewujudkan dewan
kepemimpinan umat sebagai Khalīfatullāh fī al-Ardhi.
15
Sosok Abu Jibril berkali-kali diidentikkan dengan aksi terorisme yang beberapa tahun belakangan terjadi di Indonesia. Sikapnya yang keras dalam hal
jihad, dan juga syariat Islam, mudah menjadi pembenar tuduhan semacam itu. Kenyataan bahwa pada pertengahan 1980-an Abu Jibril sempat berjihad ke
Afghanistan mungkin juga menguatkan pendapat tersebut. Abu Jibril juga pernah ditahan di Malaysia dengan tuduhan melakukan kegiatan yang membahayakan
keamanan Malaysia karena dituduh aktif dalam organiasi Mujahidin Malaysia. Atas dasar Akta Keamanan dalam Negeri ISA, Abu Jibril ditahan di Penjara
Kemunting Perak pada 21 juni 2001.
16
Beberapa hari sesudah bom meledak di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot pada 17 Juli 2009, putra Abu Jibril, Muhammad Jibril, ditahan karena dituduh
terlibat dalam pemboman tersebut. Nama Abu Jibril juga kembali terdengar saat penembakan Dulmatin di Pamulang, Tangerang Selatan, pada 9 Maret 2010,
apalagi lokasi penembakan Dulmatin tidak jauh dari kediaman Abu Jibril di komplek Witanaharja, Pamulang. Mantri Fauzi, warga Pamulang yang
menampung Dulmatin, juga merupakan murid pengajian Abu Jibril. Karenanya
15
Awwas, ed., Risalah Kongres Mujahidin I dan Penegakan Syariah Islam, XXVIII.
16
Haris Firdaus ”Abu Jibril” tersedia di http:rumahmimpi.net201004abu-jibril
Internet; diunduh 21 september 2012.
7 isu keterlibatan Abu Jibril dengan terorisme kembali menjadi bahan pembicaraan.
Hal ini juga disebabkan karena pengajiannya di Masjid Al-Munawwaroh dianggap eksklusif dan mengajarkan kekerasan.
17
Abu Jibril dikenal gigih dalam memperjuangkan tegaknya syariat Islam. Menurutnya, perkembangan Islam saat ini tidak mengarah pada penegakan syariat
Islam. Masing-masing kelompok punya kepentingan dan membaca Islam dengan cara yang tidak semestinya. Islam menghendaki umat mengikuti syariat yang
lurus, mengikuti perintahNya, menjauhi laranganNya. Janganlah mengikuti tatanan hidup lain, karena melepaskan syariat Islam dalam sendi kehidupan
manusia, maka hal itu dengan sendirinya akan menjauhkan umat Muslim dari Islam. Islam tidak boleh dikaitkan dengan istilah lain misalnya Islam moderat,
Islam madani, dan sebagainya. Yang ada hanya satu Islam, yaitu Islam yang mengikuti Al-
Qur’an dan Sunnah.
18
Islam merupakan sistem yang komperehensif yang mengatur segala segi kehidupan, baik ruhani maupun praktikal, serta mengatur urusan-urusan manusia
dalam kehidupanya di dunia dan akhirat sesuai dengan undang-undang dan nilai- nilai akhlak yang harus dituruti.
19
Abu Jibril menegaskan bahwa, Islam adalah satu-satunya undang-undang kehidupan dan peraturan hidup yang hakiki bagi manusia dan diridhoiNya. Oleh
karena itu, barang siapa yang menjalankan syariat Islam dalam hidupnya maka akan mendapatkan jaminan kehidupan yang mulia di dunia dan akhirat dari Allah
17
Haris Firdaus ”Abu Jibril” tersedia di http:rumahmimpi.net201004abu-jibril
Internet; diunduh 21 september 2012.
18
“Abu Jibril: Ulama Sekarang Mewakili Penguasa” tersedia di http:abujibriel.com
Internet; diunduh 21 september 2012.
19
M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam Jakarta: Gema Insani Press, 2001, X.
8 SWT. Untuk menjaga kesucian agama Islam, Allah SWT telah mengirimkan
orang-orang yang berupaya mengembalikan syariat sesuai dengan yang diturunkan oleh Allah SWT dan membumikan sunnah-sunnah yang diwariskan
Rasulullah SAW kepada umat saat ini. Mereka dijadikan oleh Allah SAW sebagai wali di muka bumi untuk tetap mengawal umat sehingga tidak berbelok ke arah
yang berseberangan dengan jalan Islam.
20
Abu Jibril secara tegas menolak sistem demokrasi yang dalam pandanganya tidak sesuai dengan syariat Islam. Demokrasi sejatinya merupakan
suatu bentuk pemerintahan yang ditata dan diorganisasikan berdasarkan prinsip- prinsip kedaulatan rakyat, kesamaan politik, konsultasi atau dialog dengan rakyat
dan berdasarkan pada aturan suara mayoritas.
21
Keseriusan Abu Jibril dalam memperjuangkan tegaknya Syariat Islam dapat dilihat dari sikap konsisten beliau dalam berdakwah dan memimpin MMI.
MMI dibawah kepemimpinan Abu Jibril bertekad meneruskan kebijakan- kebijakan sebelumya, antara lain berfungsi sebagai motivator umat untuk
penegakan syariat Islam dalam lingkup keluarga, masyarakat, dan pemerintahan negara, serta membuat fatwa tentang kasus-kasus tertentu mengenai ajaran-ajaran
yang menyimpang dari Islam seperti ajaran Ahmadiyah,
22
Syi’ah
23
yang dianggap sesat dan menyesatkan.
20
Abu Jibril “Berilmu Dahulu, Beramal Kemudian” tersedia di http:abujibriel.com
internet; diunduh 26 september 2012.
21
Trubus Rahardiansyah, Pengantar Ilmu Politik: Konsep Dasar, Paradigma dan Pendekatanya Jakarta: Universitas Trisakti, 2006, 121.
22
Ahmadiyah, adalah sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad 1835-1908 pada tahun 1889, di sebuah kota kecil yang bernama Qadian di
negara bagian Punjab, India. Jemaat Ahmadiyah adalah satu organisasi keagamaan yang bersifat Internasional yang telah tersebar di lebih dari 200 negara di dunia. Salah satu bentuk
pengkhidmatan Jemaat Ahmadiyah Internasional adalah menterjemahkan Al-Quran ke dalam
9 Abu Jibril dan MMI selalu b
er
upaya untuk memperkenalkan sekaligus memperkuat ingatan umat tentang syariat Islam melalui jalan dakwah. Abu Jibril
sebagai Amir MMI tidak henti-hentinya mendakwahkan betapa pentingnya syariat Islam bagi keberlangsungan kehidupan sosial bangsa Indonesia menuju kehidupan
yang lebih baik. Sejarah Islam di masa modern ini merupakan interaksi terus-menerus
antara ajaran-ajaran Islam dan gerakan-gerakan perubahan. Namun kenyataanya, kekuatan dan interaksi Islam dalam pembaharuan sosial dan politik sering tidak
diperhatikan atau kurang mendapat perhatian. Sejatinya, kebangkitan Islam bukan merupakan akibat dari perasaan keterasingan massal atau penolakan terhadap
modernisasi, akan tetapi munculnya Islam kembali sebagai bagian penting dari ideologi politik.
24
Cita-cita Abu Jibril untuk mewujudkan tegaknya Syariat Islam di Indonesia tentu bukanlah hal mudah, mengingat Indonesia merupakan negara
bahasa-bahasa besar di dunia dan penerjemahan Al-Quran sudah hampir mencapai 100 bahasa di dunia. Tersedia di
http:www.ahmadiyya.or.idindex.phpartikelsejarah-jemaat-ahmadiyah .
Pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk organisasi bernama Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Pada tahun 1980 Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiyah adalah
aliran yang sesat dan menyesatkan. Di Indonesia aliran ini bermarkas di Parung, Bogor yang memiliki kampus yang dinamakan Kampus MUBARAK untuk mencetak kader mubaligh
Ahmadiyah. Tersedia di,
http:ahmadiyah.20m.com . Internet; diunduh 21 september 2012.
23
Syiah dalam pengertian bahasa, adalah Pengikutan, Pembelaan atau menyatu untuk pembelaan dan kepentingan seseorang, atau sesuatu perkara, pada mulanya kata itu adalah umum
tidak spesifik untuk sesuatu golongan; tetapi kemudian kata Syiah itu menjadi spesifik untuk mereka yang menamakan din pengikut Ali dan keluarganya. Syiah lmamiyah Itsna Asyariyah,
Jafariyah ; sekte Syiah inilah yang merupakan mayoritas di kalangan Syiah di seluruh Dunia, mereka berada di Iran, Irak, Libanon, sebagian kecil di India, Pakistan dan negeri-negeri Teluk
Mereka menamakan diri mereka Imamiyah atau Itsna Asyariyah, karena mereka percaya bahwa sesudah Rasulullah S.A.W. yang boleh ada sebagai Khalifahnya hanya Dua belas Imam yang
bersifat Mashum seperti halnya Nabi. Sekitar 90 umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10 menganut aliran Syiah. Hubungan antara Sunni dan Syiah telah mengalami kontroversi
sejak masa awal terpecahnya secara politis dan ideologis antara para pengikut Bani Umayyah dan para pengikut Ali bin Abi Thalib. Tersedia di,
http:www.syiah.net200710agama-syiah-dan- landasan-kepercayaannya-bag-1.html
Internet; diunduh 21 september 2012.
24
Jhon L. Esposito, Identitas Islam: Pada Perubahan Sosial-Politik Jakarta: Bulan Bintang, 1986, 5.
10 yang kaya akan keanekaragaman suku bangsa, budaya, hingga agama. Namun
harapan untuk menumbuhkan semangat penegakan syariat Islam tidak pernah pupus dari benak Abu Jibril.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis ingin mengkaji lebih jauh mengenai konteks
spesifik dan makro yang telah mendorong bangkitnya radikalisme baik itu sebagai pemikiran dan gerakan yang menjadikan Abu Jibril sebagai studi kasus dalam
penelitian ini.