13
BAB II PEMBATALAN PERKAWINAN
A. Pengertian Fasakh Dalam Perkawinan
Pengertian fasakh secara umum bisa dipahami sebagai memutuskan atau membatalkan suatu ikatan pernikahan
disebabkan suatu alasan yang telah ditentukan oleh syara. Arti fasakh ialah merusak atau membatalkan ini berarti
bahwa perkawinan itu diputuskan atau dirusak atas permintaan salah satu pihak oleh Pengadilan Agama.
Di dalam fiqih, batalnya perkawinan disebut juga dengan fasakh. Yang dimaksud fasakh, secara etimologi atau menurut bahasa adalah:
Fasakh adalah merusak pekerjaan atau akad” Sedangkan secara
terminology atau istilah syar’i, fasakh adalah pembatalan akad perkawinan dan memutuskan tali perhubungan yang mengikat
antara suami dan istri.
1
Fasakh artinya adalah batalnya perkawinan melalui pengadilan yang
hakikatnya hak suami istri disebabkan sesuatu yang diketahui setelah akad berlangsung. Misalnya suatu penyakit yang muncul setelah akad yang
1
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Beirut: Daarul Fikr, 1983, jilid: viii, cet ke-37, hal. 268.
14
menyebabkan pihak lain tidak dapat merasakan arti dan hakikat sebuah perkawinan.
2
Sedangkan menurut Ali Hasabillah dalam bukunya al-furqah Baina Zaujani, mengatakan tentang definisi fasakh secara terminology adalah suatu
yang merusak akad perkawinan dan dia tidak dinamakan talaq.
3
Sayyid Sabiq dalam kitab karanganya Fiqih Sunnnah menyatakan, bahwa memfasakh akad nikah adalah membatalkan dan melepaskan ikatan pertalian
antara suami istri, fasakh bisa terjadi karena syarat-syarat yang tidak terpenuhi pada akad nikah atau karena hal-hal lain yang datang membatalkan kelangsungan
perkawinan.
4
Adapun contoh fasakh karena syarat-syarat yang tidak terpenuhi dalam akad perkawinan adalah:
1. Setelah akad nikah ternyata istri adalah saudara susuan
2. Suami istri masih kecil diakadkan setelah dewasa, ia berhak untuk
meneruskan ikatan perkawinanya dahulu itu atau mengakhirinya. Khiyar ini disebut dengan khiyar baliq. Jika yang dipilih mengakhiri ikatan suami istri,
hal ini disebut dengan fasakh akad. Dari definisi lain, Abdul Mujid mengartikan fasakh sebagai alasan
pembatalan perkawinan oleh istri karena antara suami dan istri terdapat cacat atau
2
http: makmun-anshory. Blogspot. com 200906 khulu-dan-fasakh-dalam-hukum-Islam. Html, diaskes di Jakarta 20 Desember 2011.
3
Ali Hasabillah, al-furqah Baina Zaujani, Kairo : Daarul fikr, 1949, cet ke 1, hal. 169.
4
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, terjemahan. Nor Hasanuddin, Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2006, hal. 211.
15
penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau suami tidak dapat memberi uang belanja atau nafkah, menganiaya, murtad dan sebagainya.
Para ulama telah sepakat bahwa apabila salah satu pihak dari para istri mengetahui ada aib pada pihak lainnya sebelum akad nikah dan ia menerima
secara tegas atau ada tanda yang menunjukan kerelaannya, maka hak untuk meminta fasakh dengan alasan aib tersebut hilang.
Ada 8 delapan aib atau cacat yang membolehkan khiyar di antaranya: Tiga berada pada keduanya suami atau istri yaitu gila, penyakit kusta dan supak.
Dua terdapat dalam laki-laki yaitu: unah lemah sahwat, impoten. Tiga lagi dari perempuan yaitu: tumbuh tulang dalam lubang kemaluan yang menghalangi
persetubuhan, dan tumbuh daging dalam kemaluan, atau basah karena penyakit keputihan yang menyebabkan hilangnya kenikmatan bersetubuh.
5
Selain fasakh ada juga istilah yang hampir sama dengan fasakh yaitu fasid. Menurut Al-Jaziri yang dimaksud dengan nikah fasid nikah yang tidak
memenuhi syarat-syarat sahnya untuk melaksanakan pernikahan, sedangkan fasakh atau nikah bathil adalah nikah yang tidak memenuhi rukun nikah yang
telah ditetapkan oleh syara. Hukum dari kedua bentuk perikahan itu adalah sama saja yaitu tidak sah.
6
5
Muhammad Jawad Mughnyiah, Fiqh Lima Madzhab, terjemahan, Jakarta: PT Lentera Basretama, 2004, hal. 351
6
Abdurrahman al-Jaziri, Al-Fiqhu Ala Al-Mazhibil Al- Arba’ah, Juz IV, Beirut: Darul
fikri,1982, hal.118
16
Hukum Islam menganjurkan sebelum pernikahan dibatalkan terlebih dahulu perlu diadakan penelitian yang mendalam untuk memperoleh keyakinan
bahwa semua ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam sudah tepenuhi. Jika persyaratan tersebut masih belum lengkap atau masih terdapat halangan,
maka pelaksanaan akad pernikahan perlu dicegah. Menurut Al-Jaziri jika perkawinan yang telah dilaksanakan oleh seseorang
tidak sah karena kekhilafan dan ketidaktahuan atau tidak sengaja dan belum terjadi persetubuhan, maka perkawinan tersebut perlu dibatalkan, yang melakukan
perkawinan tersebut tidak berdosa, jika terjadi persetubuhan maka itu dipandang sebagai
wathi’syubhat, tidak dipandang sebagai perzinahan.
7
Maka maksud dari fasid disini adalah merupakan suatu putusan Pengadilan yang diwajibkan melalui persidangan bahwa perkawinan yang telah
dilangsungkan tersebut mempunyai cacat hukum, hal itu disebabkan tidak terpenuhi persyaratan atau rukun nikah atau disebabkan dilanggarnya ketentuan
yang mengharamkan perkawinan tersebut. Dari pemaparan tentang pengertian batal perkawinan secara literal di atas
dapatlah dikemukan bahwa secara sederhana yang dimaksud batalnya perkawinan atau pembatalan perkawinan ialah rusak atau tidak sah perkawinanya kerena tidak
memenuhi salah satu syarat perkawinan atau diharamkan oleh agama.
7
Abdurrahman Al-Jaziri., Al-Fiqhu Ala Al-Mazhibil Al- Arba’ah,jilid IV, Beirut: Darul
fikri,1982 hal.119
17
Jadi pembatalan perkawinan mengangap perkawinan yang telah dilakukan sebagai peristiwa yang tidak sah atau diangap tidak pernah ada. Dengan begitu
perkawinan tersebut cacat menurut hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
B. Sebab Jatuhnya Fasakh Dalam Perkawinan