Alur Unsur Intrinsik Novel Geni Jora
69
yang di dalam pemerintahannya sangat menghargai kebebasan bagi kaum perempuan.
Latar tempat dalam novel ini diceritakan secara deskriptif oleh tokoh Kejora, seperti pada kutipan berikut.
Setelah Damaskus, inilah perjalanan kedua yang menggetarkan jaringan sarafku. Maroko. Sebuah tempat penuh kontras dan
keindahan yang menakjubkan. Negara modern dengan jiwa yang bersahaja. Lebih dari separuh buminya adalah sahara,
taman Allah
sebagaimana legenda
arab yang
terjaga. Menandingi
Sahara yang
perkasa, Pegunungan
Atlas membentang bagai tulang punggung Maroko.
GJ. h. 11
Pemilihan latar tempat di Negara Maroko ini karena sebagai simbol dari kebebasan untuk perempuan yang terlihat di sana. Selain
di Maroko, Abidah juga menggambarkan latar di rumah Kejora. Penggambaran latar ini diceritakan melalui dialog-dialog antara
Kejora dan anggota keluarganya, seperti Lola, Nenek, Prahara dan Ibu. Di rumah ini lah Kejora dan saudara perempuannya Lola
mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan anggota keluarganya yang laki-laki. Pandangan nenek Kejora yang masih kolot, yang
selalu berpikir bahwa kaum laki-laki adalah pemimpin yang peringkatnya selalu berada di atas perempuan memicu tokoh Kejora
untuk dapat membuktikan diri bahwa perempuan bukanlah makhuk nomer dua yang selalu berada di bawah laki-laki.
Pesantren juga menjadi latar tempat pada novel ini. Penggambaran latar ini disampaikan secara deskriptif. Di pesantren
inilah Abidah memcoba menceritakan sisi lain yang biasanya ada di pesantren. Seperti santri-santi yang mengalami lesbian penyuka
sesama jenis, dan beberapa santri yang suka membuat keributan di pesantren seperti yang dilakukan oleh geng Sonya dan Geng Detty.
Semua hal ini sangat meresahkan dan sulit sekali untuk diberantas tuntas hingga ke akar-akarnya.
Selain itu, Yogyakarta menjadi latar tempat yang lain dalam novel ini. Pengarang menggambarkan latar tempat Yogyakarta
70
secara deskriptif melalui penggambaran dari Kejora tentang kota- kota yang berada di daerah Yogyakarta, seperti pada kutipan berikut
ini: Sepanjang emperan Malioboro, anda akan menemukan segala
keindahan barang-barang kerajinan dengan harga yang relatif murah. Berbekal kepandaian menawar, anda bisa memborong
berbagai bentuk tas kulit, topi, sepatu, gelang gading, baju batik, segala macam aksesoris, mainan anak, alat kesehatan,
rupa- rupa cincin, dan batu akik.
GJ. h. 254
Selain itu pengambilan latar tempat Yogyakarta sebagai simbol bahwa perempuan pun mempunyai hak
yang sama dalam mendapatkan pendidikan, karena Yogyakarta merupakan tempat
yang terkenal dengan kualitas pendidikannya yang baik.
b. Latar Waktu Latar Waktu dalam novel GJ tidak begitu dijelaskan secara
rinci mengambil latar pada tahun berapa. Banyak latar waktu yang disebutkan secara deskriptif maupun melalui dialog-dialog yang ada
tentang latar waktu yang hanya sekedar latar waktu pagi, siang, sore dan malam. Selain itu dalam novel GJ terdapat perubahan periode
waktu yang terjadi selama penceritaan. Tedapat dua perubahan periode waktu yang terjadi dalam novel
GJ. Perubahan periode waktu yang pertama dimulai dari Kejora masih duduk di kelas lima Sekolah Dasar dan berusia 9 tahun sampai
Kejora duduk di kelas empat di pesantrennya setara dengan kelas satu Sekolah Menengah Atas yang panjang waktu penceritaannya
selama lima tahun. Perubahan periode waktu yang kedua diawali dari Kejora yang berada di kelas lima di Pesantrennya sampai Kejora
melanjutkan kuliah di Damaskus yang panjang waktu penceritaanya berkisar enam tahun. Jadi perubahan periode waktu keseluruhan
dalam novel GJ adalah sebelas tahun.
71