Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA DM RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2009 s.d. 31 DESEMBER 2009

Oleh: RONY SIBUEA

070100171

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA DM RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2009 s.d. 31 DESEMBER 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: RONY SIBUEA

070100171

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Nama : Rony Sibuea NIM : 070100171

Pembimbing Penguji I

(dr. Rusdiana M.kes) (dr. Yunilda Andriyani, MKT) NIP: 197109152001122002 NIP: 197906032003122001

Penguji II

(dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK) NIP: 194604061969021001

Medan, Desember 2010 Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kedokteran Dekan

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Diabetes melitus merupakan penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan, hal ini ditandai dengan ditemukannya pasien DM rawat inap sebanyak 562 tahun 1992-2002.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009. Jenis penelitian dengan case series. Populasi adalah seluruh penderita Diabetes Melitus yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009 yaitu 137 orang dengan sampel seluruh populasi (total sampling).

Hasil penelitian adalah umur ≥40 tahun 129 orang (94,2%), perempuan 69 orang (50,4%), batak Karo 47 orang (34,3%), agama islam 82 orang (59,9%), IRT (31,4%), asal kota Medan 97 orang (70,8%), tamat SLTA 56 orang (40,9%), DM Tipe-2 134 orang (97,8), ada komplikasi 117 orang (85,4%), kategori diet IV-V 112 orang (81,8%), jenis pengobatan Insulin 101 orang (73,7%), dan pulang berobat jalan 98 orang (71,5%).

Pihak RSUP H. Adam Malik Medan perlu meningkatkan pelayanan untuk penderita DM dan pasien diharapkan memeriksakan secara rutin kadar gula darah (KGD), mematuhi daftar menu sehingga kadar gula darah penderita terkontrol. Kata kunci: Diabetes Melitus, karakteristik


(5)

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a disease that still a public health problem in the RSUP H. Adam Malik Medan, it is marked by the discovery of diabetic patients hospitalized from 1992 to 2002 as much as 562 years.

This study aims to determine the characteristics of DM patients who are hospitalized at the RSUP H. Adam Malik Medan period January 1, 2009 s.d. December 31, 2009. This type of research with the case series. The population is all patients with diabetes mellitus who are hospitalized at the RSUP H. Adam Malik Medan period January 1, 2009 s.d. December 31, 2009 is 137 people to sample the entire population (total sampling).

The results showed that age ≥ 40 years 129 (94.2%), women 69 persons (50.4%), Batak Karo 47 people (34.3%), islam 82 people (59.9%), IRT ( 31.4%), of the city of Medan 97 people (70,8%), 56 people graduated from high school (40.9%), Type-2 DM 134 (97.8), there are complications 117 people (85.4% ), category IV diet-V 112 people (81,8%), type of insulin treatment 101 people (73.7%), and came home with 98 outpatient (71.5%).

Party RSUP H. Adam Malik Medan need to improve services for people with diabetes and patients are expected to regularly check blood sugar levels (KGD), comply with the list of menus so that the patient's blood sugar levels controlled. Keywords: Diabetes Mellitus, characteristics


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Karakteristik Penderita DM Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009”. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai tugas akhir dalam pemenuhan persayaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis mengakui adanya kekurangan dalam tulisan ini sehingga laporan hasil penelitian ini tidak mungkin disebut sebagai suatu karya yang sempurna. Kekurangan dan ketidaksempurnaan tulisan ini tidak lepas dari berbagai macam rintangan dan halangan yang selalu datang baik secara pribadi pada penulis maupun dalam masalah teknis pengerjaan. Penulis rasakan semua itu sebagai suatu ujian dan pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan penulis yang kelak dapat member manfaat di kemudian hari.

Oleh karena kekurangan pada diri penulis dalam merampungkan karya tulis ini, maka semua itu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran USU Medan.

2. Ibu dr. Rusdiana, M.kes, sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukkan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.


(7)

3. Dosen penguji, dr. Yunilda Andriyani, MKT dan dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK yang telah banyak memberikan masukkan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

4. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan kesempatan serta sarana untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

5. Seluruh pegawai dan staf bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu saya dalam pengumpulan data karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh pegawai dan staf pengajar bagian IKK Fakultas Kedokteran USU yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

7. Terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Royhanson Sibuea dan Ibunda Tonggo Sitorus, yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan studi saya termasuk dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

8. Terima kasih juga bagi teman-teman angkatan 2007 Fakultas Kedokteran USU, khususnya Dedy Christofer, Yohannes Siallagan, Christine Sinaga, Tinton Bastanta, Dennis Sibarani, Nikodemus Siregar yang telah mendukung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih atas kerja samanya.

9. Sahabat-sahabat saya yang tercinta Eva Sibuea, Dame Pinem, Raja Siburian, dan Ramsida Damanik yang telah memberikan semangat kepada saya selama mengerjakan karya tulis ilmiah ini.


(8)

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya tuliskan yang telah memberikan bantuan kepada saya dalam pengerjaan karya tulis ini. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini di berikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, Desember 2010 Peneliti

Rony Sibuea (NIM: 070100171)


(9)

DAFTAR ISI

Lembar pengesahan……… i

Abstrak……… ii

Abstract……… iii

Kata pengantar ……….. iv

Daftar isi………. vii

Daftar table………. ix

Daftar gambar……… xi

Daftar lampiran……….. xiv

Bab 1 Pendahuluan... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah... 3

1.3.Tujuan Penelitian... 3

1.3.1. Tujuan Umum... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4.Manfaat Penelitian... 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka... 5

2.1. Pengertian Diabetes Melitus... 5

2.2. Anatomi Fisiologi... 5

2.3. Klasifikasi Diabetes Melitus... 7

2.4. Etiologi Diabetes Melitus... 9

2.5. Patofisiologi Diabetes Melitus... 9

2.6. Epidemiologi Diabetes Melitus ... 11

2.7. Faktor resiko Diabetes Melitus... 11

2.8. Gejala Klinis Diabetes Melitus... 12

2.9. Diagnosa Diabetes Melitus... 12

2.10. Komplikasi Diabetes Melitus... 14

2.10.1. Komplikasi Akut... 14

2.10.2. Komplikasi Kronik... 15

2.11. Pencegahan Diabetes Melitus... 16

2.11.1. Pencegahan Primer... 2.11.2. Pencegahan Sekunder... 2.11.3. Pencegahan Tersier... 2.12. Pengelolaan Diabetes Melitus... 2.12.1. Penyuluhan... 2.12.2. Perencanaan makanan... 2.13. Kebutuhan Zat Gizi Diabetes Melitus... 16 16 17 17 17 18 19 2.13.1. Protein... 2.13.2. Lemak... 19 19 2.13.3. Karbohidrat... 20


(10)

2.13.5. Serat... 2.13.6. Natrium...

20 20

2.14. Kandungan Kalori Diabetes Melitus... 20

Bab 3 Kerangka Konsep Penelitian dan Defenisi Operasional... 22

3.1.Kerangka Konsep Penelitian... 22

3.2.Defenisi Operasional... 22

Bab 4 Metode Penelitian... 26

4.1.Jenis Penelitian... 26

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian... 26

4.3.Populasi dan Sampel... 26

4.4.Metode Pengumpulan Data... 27

4.5.Metode Analisa Data... 27

Bab 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan 28 5.1. Hasil Penelitian………... 28

5.2 Pembahasan………. 36

Bab 6 Kesimpulan dan Saran……….. 49

6.1 Kesimpulan………. 49

6.2. Saran………... 49

Daftar Pustaka……….. 50


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai 14 patokan penyaring dan diagnosis DM

5.1. Distribusi proporsi penderita DM yang Dirawat Inap 28 Berdasarkan Sosiodemografi di RSUP H. Adam Malik

Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

5.2. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan tipe DM 30 di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari

2009 s.d. 31 Desember 2009

5.3. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan komplikasi 31 di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 januari

2009 s.d. 31 desember 2009

5.4. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan jumlah 31 di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 januari

2009 s.d. 31 desember 2009

5.5. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan jenis 32 pengobatan di RSUP H. Adam Malik Medan periode

1 januari 2009 s.d. 31 desember 2009

5.6. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan keadaan 32 sewaktu pulang di RSUP H. Adam Malik Medan

periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

5.7. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM 33 Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 desember 2009

5.8. Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM 33 Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malaik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 desember 2009

5.9. Distribusi Proporsi Komplikasi Penderita DM Berdasarkan 34 Umur di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 januari

2009 s.d. 31 desember 2009


(12)

Tipe DM di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 januari 2009 s.d. 31 desember 2009

5.11. Distribusi Proporsi Kategori Diet Penderita DM Berdasarkan 35 Komplikasi di RSUP H. Adam Malaik Medan periode 1


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

5.2.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 36 yang dirawat inap berdasarkan Umur di RSUP

H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

5.2.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 37 yang dirawat inap berdasarkan Jenis Kelamin

di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

5.2.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 37 yang dirawat inap berdasarkan Agama di RSUP

H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

5.2.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 38 yang dirawat inap berdasarkan Suku Bangsa

di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

5.2.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 39 yang dirawat inap berdasarkan Pendidikan di

RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

5.2.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 40 yang dirawat inap berdasarkan Pekerjaan di

RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

5.2.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 41 yang dirawat inap berdasarkan Daerah Asal di

RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.


(14)

5.2.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 41 yang dirawat inap berdasarkan Riwayat Keluarga di

RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

5.2.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 41 yang dirawat inap berdasarkan Tipe DM di

RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

5.2.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 42 yang dirawat inap berdasarkan Komplikasi di

RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

5.2.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 43 yang dirawat inap berdasarkan Jenis Pengobatan di

RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

5.2.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 43 yang dirawat inap berdasarkan Jenis Diet di

RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

5.2.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM 44 yang dirawat inap berdasarkan Kedaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

5.2.14. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Keadaan Sewaktu 45 Pulang Berdasarkan Komplikasi Penderita DM

yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

5.2.15. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Jenis Pengobatan 45 Berdasarkan Komplikasi Penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari


(15)

2009 s.d. 31 Desember 2009.

5.2.16. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Komplikasi 46 Berdasarkan Umur Penderita DM yang dirawat inap

di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

5.2.17. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Komplikasi Berdasarkan 47 Tipe DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik

Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

5.2.18. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Jenis Diet Berdasarkan 48 Komplikasi Penderita DM yang dirawat inap di

RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Persetujuan Komisi Etik Lampiran 4 Data Induk


(17)

ABSTRAK

Diabetes melitus merupakan penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan, hal ini ditandai dengan ditemukannya pasien DM rawat inap sebanyak 562 tahun 1992-2002.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009. Jenis penelitian dengan case series. Populasi adalah seluruh penderita Diabetes Melitus yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009 yaitu 137 orang dengan sampel seluruh populasi (total sampling).

Hasil penelitian adalah umur ≥40 tahun 129 orang (94,2%), perempuan 69 orang (50,4%), batak Karo 47 orang (34,3%), agama islam 82 orang (59,9%), IRT (31,4%), asal kota Medan 97 orang (70,8%), tamat SLTA 56 orang (40,9%), DM Tipe-2 134 orang (97,8), ada komplikasi 117 orang (85,4%), kategori diet IV-V 112 orang (81,8%), jenis pengobatan Insulin 101 orang (73,7%), dan pulang berobat jalan 98 orang (71,5%).

Pihak RSUP H. Adam Malik Medan perlu meningkatkan pelayanan untuk penderita DM dan pasien diharapkan memeriksakan secara rutin kadar gula darah (KGD), mematuhi daftar menu sehingga kadar gula darah penderita terkontrol. Kata kunci: Diabetes Melitus, karakteristik


(18)

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a disease that still a public health problem in the RSUP H. Adam Malik Medan, it is marked by the discovery of diabetic patients hospitalized from 1992 to 2002 as much as 562 years.

This study aims to determine the characteristics of DM patients who are hospitalized at the RSUP H. Adam Malik Medan period January 1, 2009 s.d. December 31, 2009. This type of research with the case series. The population is all patients with diabetes mellitus who are hospitalized at the RSUP H. Adam Malik Medan period January 1, 2009 s.d. December 31, 2009 is 137 people to sample the entire population (total sampling).

The results showed that age ≥ 40 years 129 (94.2%), women 69 persons (50.4%), Batak Karo 47 people (34.3%), islam 82 people (59.9%), IRT ( 31.4%), of the city of Medan 97 people (70,8%), 56 people graduated from high school (40.9%), Type-2 DM 134 (97.8), there are complications 117 people (85.4% ), category IV diet-V 112 people (81,8%), type of insulin treatment 101 people (73.7%), and came home with 98 outpatient (71.5%).

Party RSUP H. Adam Malik Medan need to improve services for people with diabetes and patients are expected to regularly check blood sugar levels (KGD), comply with the list of menus so that the patient's blood sugar levels controlled. Keywords: Diabetes Mellitus, characteristics


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. World health

organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan

sesuatu yang tak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Gustaviani, 2006).

Secara klinis diabetes melitus dikarakterisasi oleh gejala intoleransi glukosa dan perubahan dalam metabolisme lipid dan protein. Abnormalitas metabolisme, terutama hiperglikemia dapat menyebabkan komplikasi lain seperti neuropati, retinopati, dan nefropati (Carlisle, 2005).

Dengan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat, bertambahnya usia harapan hidup, urbanisasi, industrialisasi, perubahan struktur penduduk, perubahan gaya hidup mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu menurunnya penyakit infeksi disertai dengan meningkatnya penyakit kronis degeneratif. DM yang merupakan salah satu penyakit degeneratif menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius dan harus ditanggulangi secara medis maupun nonmedis, baik oleh pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing (Junita, 2006).

Beban global diabetes melitus pada 2000 adalah 135 juta, dimana beban ini diperkirakan akan meningkat terus menjadi 366 juta orang setelah 25 tahun (tahun 2025). Pada 2025, Asia diperkirakan mempunyai populasi diabetes terbesar


(20)

di dunia, yaitu 82 juta orang dan jumlah ini akan meningkat menjadi 366 juta orang setelah 25 tahun. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (WHO, 2000).

Menurut survei yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat, dengan prevalensi 8,6 % dari total penduduk (WHO, 2005).

Sedangkan jumlah pasien Diabetes Melitus rawat inap maupun rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes, 2005).

Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan tahun 1992-2002 terdapat 562 orang penderita DM yang dirawat inap. Rumah Sakit Tingkat II Kesehatan Daerah Militer 1 Bukit Barisan Medan, DM termasuk dalam 10 penyakit terbesar dengan jumlah penderita yang dirawat inap sebanyak 182 orang. Di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth terdapat 989 orang penderita DM yang dirawat (Pasaribu, 2004).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RS Haji Adam Malik Medan Januari s.d. Desember 2009 diperoleh jumlah pasien DM yang dirawat inap sebanyak 137 berdasarkan data rekam medik dan laporan ruangan. DM salah satu penyakit rawat inap yang terbanyak.

Dari data tersebut perlu diketahui karakteristik penderita Diabetes Melitus yang dirawat inap di RS Haji Adam Malik Medan Periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009


(21)

Belum ada data lengkap diperoleh yang lebih spesifik tentang karakteristik diabetes melitus di RS Haji Adam Malik. Sehingga saya sebagai mahasiswa kedokteran USU yang terlibat dalam penyusunan KTI (karya tulis ilmiah) akan melakukan penelitian di RS Haji Adam Malik divisi poliklinik penyakit dalam untuk mangetahui karakteristik diabetes melitus. Sampel yang saya peroleh dari data rekam medik dan hal-hal lain yang membantu untuk mendukung penelitian perolehan karakteristik diabetes melitus. Sehingga, saya mencari bagaimana karakteristik penderita DM rawat inap di RSUP H. Adam Malik periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik penyakit DM yang dirawat inap di RS Haji Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, daerah asal).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan tipe DM.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan komplikasi.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan jenis pengobatan.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM berdasarakan kategori diet

g. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang penderita DM berdasarkan komplikasi.


(22)

h. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi jenis pengobatan penderita DM berdasarkan komplikasi.

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi komplikasi penderita DM berdasarkan umur.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi komplikasi penderita DM berdasarkan tipe DM.

k. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi kategori diet penderita DM berdasarkan komplikasi

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi RS Haji Adam Malik Medan dalam penatalaksanaan DM.

1.4.2. Dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan di perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU).

1.4.3. Menambah Wawasan, pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh penulis selama kuliah di FK USU.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Soegondo, 2005).

2.2. Anatomi Fisiologi

Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki 2 fungsi : fungsi endokrin dan fungsi eksokrin (Sloane, 2003).

Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel asinar pankreas, memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui duktus pankreas ke dalam usus halus (Sloane, 2003).

Pankreas terdiri dari 2 jaringan utama, Sloane (2003), yaitu: a. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.

b. Pulau langerhans yang mengeluarkan sekretnya keluar. Tetapi, menyekresikan insulin dan glukagon langsung ke darah.

Pulau-pulau langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk opoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50µ, sedangkan yang terbesar 300µ, terbanyak adalah yang besarnya 100-225µ. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta (Sloane, 2003).

Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ.

Ada 4 jenis sel penghasil hormon yang teridentifikasi dalam pulau-pulau tersebut, Sloane (2003):

a. Sel alfa, jumlah sekitar 20-40 %, memproduksi glukagon yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai antiinsulin like

activity.


(24)

c. Sel delta menyekresi somastatin, hormon penghalang hormon pertumbuhan yang menghambat sekresi glukagon dan insulin.

d. Sel F menyekresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan untuk fungsi yang tidak jelas.

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah (Manaf, 2006).

Sintesis insulin dimulai dalam bentuk prepoinsulin (precursor hormon insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, prepoinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicle) dalam sel tersebut. Di sini, dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel (Guyton, 2007).

Mekanisme secara fisiologis di atas, diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme glukosa, sehubungan dengan fungsi insulin dalam proses utilasi glukosa dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta memproduksi insulin, meskipun beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, juga dapat memiliki efek yang sama. Mekanisme sintesis dan sekresi insulin setelah adanya rangsangan terhadap sel beta cukup rumit, dan belum sepenuhnya dipahami secara jelas (Manaf, 2006).

Ada beberapa tahapan dalam sekresi insulin, setelah molekul glukosa memberikan rangsangan pada sel beta. Pertama, proses untuk dapat melewati membran sel yang membutuhkan senyawa lain. Glucose transporter (GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat dalam berbagai sel yang berperan proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai "kenderaan" pengangkut glukosa masuk dari luar ke dalam jaringan tubuh. Glucose transforter 2 (GLUT 2) yang


(25)

terdapat dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah, melewati membran, ke dalam sel. Proses ini merupakan langkah penting, agar selanjutnya ke dalam sel, molekul glukosa tersebut dapat mengalami proses glikolisis dan fosforilasi yang akan membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbebas tersebut, dibutuhkan untuk mengaktifkan proses penutupan K

channel yang terdapat pada membran sel. Terhambatnya pengeluaran ion K dari

dalam sel menyebabkan depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh proses pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca²⁺ sehingga meningkatkan kadar ion Ca²⁺ intrasel, suasana yang dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan (Manaf, 2006).

2.3. Klasifikasi Diabetes Melitus

Walaupun secara klinis terdapat 2 macam diabetes tetapi sebenarnya ada yang berpendapat diabetes hanya merupakan suatu spektrum defisiensi insulin. Individu yang kekurangan insulin secara total atau hampir total dikatakan sebagai diabetes juvenile onset atau insulin dependent atau ketosis prone, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan oleh ketoasidosis. Pada ekstrem yang lain terdapat individu yang stable atau maturity

onset atau noninsulin dependent. Orang-orang ini hanya menunjukkan defisiensi

insulin yang relatif dan walaupun banyak diantara mereka mungkin memerlukan suplementasi insulin (insulin requiring), tidak akan terjadi kematian karena ketoasidosis walaupun insulin eksogen dihentikan. Bahkan diantara mereka mungkin akan terdapat kenaikan jumlah insulin secara absolut bila dibandingkan dengan orang normal. Tetapi ini biasa berhubungan dengan obesitas dan/atau aktivitas fisik (Gustaviani, 2006).

Klasifikasi DM menurut World Health Organization (2009) adalah:

I. Diabetes tipe 1 : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)

II. Diabetes tipe 2 : Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (Noninsulin Dependent Diabetes Melitus) [NIDDM]. Menurunnya produksi insulin atau berkurangnya daya kerja insulin atau kedua-duanya


(26)

III. Diabetes tipe lain menurut (Powers, 2005):

A. Defek genetik dari fungsi sel ß dikarakteristikkan dengan mutasi pada:

1. Faktor transkripsi inti hepatosit (HNF) 4α (MODY 1) 2. Glukokinase (MODY 2)

3. HNF-1α (MODY 3)

4. Faktor promotor insulin (IPF) 1 (MODY 4) 5. HNF-1ß (MODY 5)

6. NeuroD1 (MODY 6) 7. DNA mitokondria

8. Konversi insulin atau proinsulin B. Defek insulin pada kerja insulin

1. Resistensi insulin tipe A 2. Leprekaunism

3. Sindrom rabson-mendenhall 4. Sindrom lipodistrofi

C. Penyakit dari eksokrin pankreas—pankreatitis, pankreatektomi, neoplasia, kistik fibrosis, hemokromatosis, pankreatopati fibrokalkulous.

D. Endokrinopati—akromegali, sindrom cushing, glukagonoma, feokromasitoma, hipertiroid, stomatostatinoma, aldosteronoma. E. Induksi obat atau kimia—pentamidine, asam nikotinik,

glukokortikoid, hormon tiroid, ß-bloker.

F. Infeksi—rubella kongenital, citomegalivirus, koksakie.

G. Bentuk yang tidak umum dari diabetes yang diperantarai oleh imun "stiff-man" sindrom.

IV. Diabetes melitus gestasional (diabetes selama kehamilan) (ADA, 2003).


(27)

Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus

Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resisitensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi resistensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).

2.5. Patofisiologi Diabetes Melitus (Brunner and Suddarth, 2002) 1. Diabetes Tipe 1

Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut dieksresikan dalam urin (glukosuria). Eksresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elekrolit yang berlebihan, keadaan ini disebut diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

2. Diabetes Tipe II

Terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes


(28)

tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun, jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, pilidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.

3. Diabetes Gestasional

Didefenisikan sebagai permulaan intoleransi glukosa atau pertama sekali didapat selama kehamilan (Michael F. Greenean dan Caren G. Solomon, 2005).


(29)

Tingkat prevalensi diabetes melitus adalah tinggi. Diduga terdapat sekitar 16 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 ribu kasus baru. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan merupakan penyebab kebutaan pada orang dewasa akibat retino diabetik. Pada usia yang sama, penderita diabetes paling sedikit 2 ½ kali lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan mereka yang tidak terkena serangan jantung. Tiga puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren adalah komplikasi yang paling utama. Selain kematian fetus intrauterin pada ibu-ibu yang menderita diabetes melitus tidak terkontrol juga meningkat (Schteingart, 2005).

2.7. Faktor Resiko Diabetes Melitus

Faktor resiko diabetes melitus dari emedicine health: 1. Obesitas (kegemukan)

Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.

2. Hipertensi

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.

3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus

Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.


(30)

Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.

5. Umur

Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah > 45 tahun.

6. Riwayat persalinan

Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi > 4000 gram.

2.8. Gejala Klinis Diabetes Melitus

Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:

a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.

b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl. c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.

Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat Badan enurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan (Waspadji, 1996).

2.9. Diagnosa DM

Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM


(31)

pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat (Budiyanto, 2009).

Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring (Gustaviani, 2006).

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar (Gustaviani, 2006).

Golongan klinik

Tabel 2.1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM

bukan DM Belum pasti

DM DM Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl) Plasma vena Darah kapiler <110 <90 110-199 90-199 ≥200 ≥200 Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) Plasma vena Darah kapiler <110 <90 110-125 90-109 ≥126 ≥110

Sumber : Konsensus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2002


(32)

Menurut (Mansjoer dkk, 1999) beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah

2.10.1. Komplikasi Akut a. Hipoglikemia

Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga normal. Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal jarang melampaui 99 mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180 mg% (6 mmol/L) masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira-kira 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa darah keseluruhan (whole blood) karena eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler diantara kadar arteri dan vena (Wahono Soemadji, 2006).

b. Hiperglikemia

Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa dan meningkatnya produksi glukosa hati. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisme habis secara normal melalui glikolisis. Tetapi, sebagian melalui perantara enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol, yang selanjutnya akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi (Arifin).

Hiperglikemia terdiri dari:

1. Diabetes Keto Asidosis (DKA)

Diabetes Ketoasidosis (DKA) adalah keadaan dekompensasi-kekacauan metabolik yang ditandai dengan trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif (Soewondo, 2006).


(33)

Sindrom KHHNK ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah dehidrasi berat, hiperglikemia berat dan sering kali disertai ganguan neurolis dengan atau tanpa adanya ketosis (Soewondo, 2006).

2.10.2. Komplikasi Kronik a. Penyakit Makrovaskuler

Mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler) (Avicenna, 2009).

Kewaspadaan untuk kemungkinan terjadinya penyakit pembuluh darah koroner harus ditingkatkan terutama untuk yang mereka yang mempunyai resiko tinggi terjadinya kelainan aterosklerosis seperti mereka yang mempunyai riwayat keluarga penyakit pembuluh darah koroner ataupun riwayat keluarga DM yang kuat (Waspadji, 2006).

b. Penyakit Mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati

Kelainan yang terjadi pada ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya mikroalbuminuria, dan kemudian berkembang menjadi proteinuria secara klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerular dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal yangmemerlukan pengelolaan dengan pengobatan substitusi (Waspadji, 2006).

Berbagai kelainan akibat DM dapat terjadi pada retina, mulai dari retinopati diabetik nonproliferatif sampai perdarahan retina, kemudian juga ablasio retina dan lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kebutaan. Diagnosa dini retinopati dapat diketahui melalui pemeriksaan retina secara rutin (Waspadji, 2006).


(34)

c. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler (Suddarth dan Brunner, 2002).

d. Ulkus/gangren (Avicenna, 2009).

2.11. Pencegahan DM

Kalau sudah terjadi komplikasi, usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut ke arah normal sangat sulit, kerusakan yang terjadi pada umumnya akan menetap. Oleh karena itu, usaha pencegahan dini untuk komplikasi tersebut sangat diperlukan dan diharapkan akan sangat bermanfaat untuk menghindari terjadinya berbagai hal yang tidak menguntungkan (Junita, 2006).

Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan diabetes ada 3 jenis atau tahap yaitu:

2.11.1.Pencegahan Primer

Semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada individu yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada populasi umum.

2.11.2.Pencegahan Sekunder

Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama pada populasi resiko tinggi, dengan demikian pasien DM yang sebelumnya tidak terdiagnosa dapat terjaring, sehingga dapat dilakukan upaya untuk mencegah komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi masih reversibel.

Oleh karena itu, pada tahun 1994 WHO menyatakan bahwa pendeteksian pasien baru dengan cara skrining dimasukkan dalam upaya pencegahan sekunder supaya lebih diketahui lebih dini komplikasi dapat dicegah karena dapat


(35)

reversibel. Untuk negara berkembang termasuk Indonesia upaya ini termasuk mahal.

2.11.3.Pencegahan Tersier

Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi itu. Untuk mencegah kecacatan tentu saja harus dimulai dengan deteksi dini komplikasi DM agar kemudian penyulit dapat dikelola dengan baik disamping tentu saja pengelolaan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Upaya ini meliputi:

a. Mencegah timbulnya komplikasi diabetes

b. Mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk tidak menjurus menjadi kegagalan organ

c. Mencegah terjadinya kecacatan tubuh disebabkan oleh karena kegagalan organ atau jaringan

2.12. Pengelolaan DM

Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2 – 4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu OHO dapat segera diberikan sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stress berat, berat badan yang menurun cepat, insulin dapat segera diberikan. Pada kedua keadaan tersebut perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus (Yuli, 2010).

Ada 4 pilar utama pengelolaan DM yang digunakan sejak lama, dalam pengelolaan pasien DM tersebut adalah sebagai berikut:


(36)

Pelaksanaannya para penyuluh diabetes itu sebaiknya memberikan pelayanan terpadu dalam suatu instalasi misalnya dalam bentuk sentral imformasi yang bekerja 24 jam sehari dan akan melayani pasien atau siapapun yang menanyakan seluk-beluk tentang diabetes terutama sekali tentang penatalaksanaannya termasuk diet dan komplikasi (Suyono, 2006).

Penyuluhan Diabetes Melitus dapat dilakukan untuk pencegahan primer, sekunder dan tersier (Hiwani Mkes FK USU).

Menurut Yuli (2010) penyuluhan tersebut meliputi pemahaman tentang: a. Penyakit DM.

b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM. c. Penyulit DM.

d. Intervensi farmakologis dan nonfarmakologis. e. Hipoglikemia.

f. Masalah khusus yang dihadapi. g. Perawatan kaki pada diabetes.

h. Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan. i. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

2.12.2.Perencanaan Makanan

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut: Karbohidrat 60-70 %, Lemak 20-25 %, Protein 10-15 %. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan idaman. Makanan dengan komposisi sampai 70-75 % masih memberikan hasil yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari, diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA (Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poli Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat ± 25 g/hari, diutamakan serat larut (Yuli, 2010).


(37)

Untuk penentuan status gizi, dipakai Body Mass Indeks (BMI) = Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI = IMT = BB(kg)/TB (m)².

Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT (Em Yunir, Suharko Soebardi, 2006):

a. Berat badan kurang < 18,5 b. BB normal 18,5 – 22.9 c. BB lebih ≥23,0 d. Dengan resiko 23 – 24,9

e. Obes I 25 – 29,9

f. Obes II ≥ 30

2.13. Kebutuhan Zat Gizi DM 2.13.1.Protein

Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang asupan protein orang dengan diabetes. ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10% sampai 20 % energi dari protein total. Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia kebutuhan protein untuk orang dengan diabetes adalah 10-15% energi (Drh Hiswani Mkes).

2.13.2.Lemak

Rekomendasi pemberian lemak (Em Yunir, Suharko Soebardi, 2006):

a. Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah maksimal 10% dari total kebutuhan kalori per hari.

b. Jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mg/dl, asupan asam lemak jenuh diturunkan sampai maksimal 7 % dari total kalori per hari.

c. Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/hari, jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mg/dl, maka maksimal kolesterol yang dapat dikonsumsi 200 mg per hari.


(38)

e. Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam lemak tidak jenuh rantai panjang.

f. Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10% dari asupan kalori per hari.

2.13.3.Karbohidrat

Karbohidrat yang diberikan pada diabetesi tidak boleh lebih dari 55-65 % dari total kebutuhan energi sehari, atau tidak boleh lebih dari 70 % jika dikombinasi dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (MUFA =

monounsaturated fatty acids). Pada setiap gram karbohidrat terdapat kandungan

energi sebesar 4 kilokalori (Em Yunir, Suharko Soebardi, 2006).

2.13.4.Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral terdapat pada sayuran dan buah-buahan, berfungsi utuk membantu melancarkan kerja tubuh. Apabila kita makan makanan yang bervariasi setiap harinya maka tidak perlu lagi vitamin tambahan. Diabetisi perlu mencapai dan mempertahankan tekanan darah yang normal. Oleh karena itu, perlu membatasi konsumsi natrium. Hindari makanan tinggi garam dan vetsin. Anjuran makan garam dapur sehari kira-kira 6-7 gram (1 sendok teh).

2.13.5.Serat

Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang yang tidak diabetes. Dianjurkan untuk menkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr per hari dengan mengutamakan serat larut (Drh Hiswani Mkes).

2.13.6.Natrium

Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg (Drh Hiswani Mkes).


(39)

2.14. Kandungan kalori DM

Kandungan kalori dalam diet penderita setiap hari ditentukan oleh keadaan penyakit yang dideritanya. Jika penderita juga tergolong penderita obesitas, maka selain pembatasan hidrat arang dan lemak, juga dilakukan pembatasan terhadap kandungan kalori dalam dietnya. Di RS Cipto Mangunkusumo digunakan delapan diet baku dengan berbagai tingkatan kandungan kalori (Juni, 2006) yaitu:

1. Diet I : 1100 kalori 2. Diet II : 1300 kalori 3. Diet III : 1500 kalori 4. Diet IV : 1700 kalori 5. Diet V : 1900 kalori 6. Diet VI : 2100 kalori 7. Diet VII : 2300 kalori 8. Diet VIII : 2500 kalori

Diet I sampai III diberikan kepada penderita diabetes yang tergolong penderita obesitas. Diet IV sampai V diberikan kepada penderita dengan berat badan normal, Diet VI sampai dengan VIII diberikan kepada penderita yang kurus, diabetes dengan komplikasi, atau penderita diabetes yang sedang hamil.


(40)

Bab 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik Penderita DM

1. Sosiodemografi: a. Umur

b. Jenis Kelamin, Agama c. Suku, Pendidikan d. Pekerjaan, Daerah Asal 2. Tipe DM

3. Komplikasi 4. Jenis Pengobatan

5. Keadaan Sewaktu Pulang 6. Kategori Diet

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1 Penderita DM adalah semua pasien yang dinyatakan menderita DM yang dirawat inap, berdasarkan diagnosa dokter sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.2.2. Sosiodemografi dibedakan atas:

a. Umur adalah usia penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien yang dikategorikan:

1. < 40 tahun 2. ≥ 40 tahun


(41)

b. Jenis Kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien yang dibedakan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku adalah ras atau etnis yang melekat pada diri penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien yang dikategorikan:

1. Batak Karo 2. Batak Toba 3. Batak Simalungun 4. Aceh

5. Mandailing 6. Jawa 7. Melayu

d. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan penderita DM sesuai dengan yang tercantum pada kartu status yang dikelompokkan atas:

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS/TNI/Polri) 2. Pensiunan

3. Wiraswasta/Pedagang 4. Ibu Rumah Tangga (IRT) 5. Pegawai Swasta

6. Mahasiswa

e. Daerah asal adalah wilayah atau tempat dimana penderita DM berasal atau tinggal menetap sesuai dengan catatan pada kartu status penderita yang dikelompokkan atas:

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan


(42)

f. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan berhasil diselesaikan oleh penderita DM yang tercatat dalam kartu status, yang dibedakan atas:

1. Tidak sekolah 2. SD

3. SMP

4. SLTA/Sederajat

5. Akademi/Perguruan Tinggi

3.2.3. Tipe DM adalah klasifikasi DM berdasarkan hasil diagnosa dokter sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dikelompokkan atas:

1. IDDM/DM tipe-1 2. NIDDM/DM tipe-2 3. DM Tipe lain 4. DM Gestasional

3.2.5. Pengobatan adalah jenis obat yang diberikan kepada penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang dibedakan atas:

1. Oral Anti Diabetes (OAD) 2. Insulin

3. Oral Anti Diabetes (OAD) + Insulin

3.2.6. Jenis diet adalah ragam atau macam diet (kandungan zat gizi) yang diberikan pada penderita DM sesuai dengan yang tercatat pada kartu status dikategorikan sebagai berikut:

1. Diet I-III : Obesitas 2. Diet IV-V : BB normal


(43)

3.2.7. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita pada waktu keluar dari rumah sakit, dibedakan atas:

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Meninggal


(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN 6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan disain

case-series untuk mengetahui karakteristik penderita DM yang dirawat inap di RS Haji

Adam Malik Medan 1 Januari 2009 s.d 31 Desember 2009.

6.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 6.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Rawat Inap RS Haji Adam Malik Medan, dengan pertimbangan bahwa di RS tersebut terdapat kasus DM, tersedianya data mengenai DM dan penelitian sejenis ini belum pernah dilakukan di RS tersebut pada periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

6.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Juni 2010 s.d. November 2010.

6.3. Populasi dan Sampel 6.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah data seluruh penderita DM yang dirawat inap di RS Haji Adam Malik Medan dari 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009 sebanyak 137 orang.

6.3.2. Sampel

Seluruh penderita DM yang dirawat inap di RS Haji Adam Malik Medan 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009 (Total Sampling) berjumlah 137 orang.


(45)

6.4. Metode Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data penelitian yaitu dengan melihat data sekunder dari buku rekam medik yang mencatat nomor registrasi para pasien dan kartu status yang mencatat status penderita yang rawat inap di RS Haji Adam Malik Medan tahun 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009, kemudian dicatat sesuai dengan variabel yang dibutuhkan.

6.5. Analisa Data

Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisa dengan bantuan komputer melalui program SPSS, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi proporsi, diagram pie dan diagram bar. Untuk mengetahui perbedaan keadaan sewaktu pulang berdasarkan komplikasi, jenis pengobatan berdasarkan komplikasi, komplikasi berdasarkan umur, komplikasi berdasarkan tipe DM dilakukan analisa dengan uji chi-square.


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bungalow No.17, Medan. Rumah sakit ini adalah merupakan rumah sakit rujukan tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990 untuk daerah Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Selain itu Rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991.

Rumah sakit ini memiliki instalasi rekam medik di lantai satu dan berbagai poliklinik yang salah satunya adalah Poliklinik Penyakit Dalam yang berada di lantai dua. Kedua lokasi ini merupakan tempat pengambilan data dalam penelitian ini.

5.1.2. Hasil Analisis Statistik

5.1.2.1. Distribusi proporsi penderita DM yang dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi

Table 5.1. Distribusi proporsi penderita DM yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

No Sosiodemografi Frekuensi Proporsi (%)

1 Umur (tahun)

1. < 40 8 5,8

2. ≥ 40 129 94,2

Total 137 100

2 Jenis kelamin

1. Laki-laki 68 49,6


(47)

Total 137 100 3 Suku

1. Batak Karo 47 34,3

2. Batak Toba 40 29,2

3. Batak Simalungun 8 5,8

4. Batak Mandailing 7 5,1

5. Batak Pakpak 12 8,8

6. Aceh 7 5,1

7. Jawa 9 6,6

8. Melayu 7 5,1

Total 137 100

4 Agama

1. Islam 82 59,9

2. Kristen 55 40,1

Total 137 100

5 Pekerjaan

1. PNS 31 22,6

2. Pensiunan 7 5,1

3. Wiraswasta/Pedagang 25 18,2

4. Ibu Rumah Tangga (IRT) 43 31,4

5. Swasta 29 21,2

6. Mahasiswa 2 1,5

Total 137 100

6 Daerah asal

1. Kota Medan 97 70,8

2. Luar kota Medan 40 29,2

Total 137 100

7 Pendidikan

1. Tidak sekolah 3 2,2


(48)

3. SLTP 31 22,6

4. SLTA/Sederajat 56 40,9

5. Akademi/Perguruan Tinggi 14 10,2

Total 137 100

Berdasarkan tabel 5.1. diatas dapat dilihat distribusi penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009 berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, daerah asal, pendidikan, dan riwayat kelurga) adalah sebagai berikut: menurut kelompok umur ≥ 40 tahun yaitu 129 orang (94,2%) dan kelompok umur < 40 tahun sebanyak 8 orang (5,8%).

Distribusi menurut jenis kelamin tidak begitu berbeda dimana laki-laki sebanyak 68 orang (49,6%) dan perempuan sebanyak 69 orang (50,4%). Distribusi menurut suku yang terbanyak adalah suku Batak Karo yaitu 47 orang (34,3%), kemudian Batak Toba sebanyak 40 orang (29,2%), suku Batak Pakpak sebanyak 12 orang (8,8%), sukuJjawa sebanyak 9 orang (6,6%), suku Batak Simalungun sebanyak 8 orang (5,8%), suku Batak Mandailing sebanyak 7 orang (5,1%), suku Aceh sebanyak 7 orang (5,1%), dan suku Melayu sebanyak 7 orang (5,1%). Distribusi menurut agama lebih banyak yang beragama Islam yaitu 82 orang (59,9%) daripada agama Kristen sebanyak 55 orang (40,1%).

Distribusi menurut pendidikan yang terbanyak adalah tamat SLTA sebanyak 56 orang (40,9%) kemudian tamat SD sebanyak 33 orang (24,1%), tamat SLTP sebanyak 31 orang (22,6%), tamat Akademi/Perguruan Tinggi sebanyak 14 orang (10,2%), dan yang tidak sekolah sebanyak 3 orang (2,2%). Distribusi menurut pekerjaan yang terbanyak adalah ibu rumah tangga/IRT yaitu 43 orang (31,4%), kemudian PNS sebanyak 31 orang (22,6%), Swasta sebanyak 29 orang (21,2%), Wiraswasta sebanyak 25 orang (18,2%), Pensiunan sebanyak 7 orang (5,1%), dan Mahasiswa sebanyak 2 orang (1,5%).

Distribusi menurut daerah asal yang terbanyak adalah kota Medan sebanyak 97orang (70,8%) dan luar kota Medan sebanyak 40 orang (29,2%).


(49)

Distribusi menurut riwayat keluarga yng terbanyak adalah tidak mempunyai riwayat DM dalam keluarga sebanyak 133 orang (97,1%) dan 4 orang (2,9%) yang mengalami riwayat DM dalam keluarga.

5.1.2.2. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan tipe DM

Tabel 5.2. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan tipe DM di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

No Tipe DM Frekuensi Proporsi (%)

1 DM Tipe-1 3 2,2

2 DM tipe-2 134 97,8

Total 137 100

Berdasarkan tabel 5.2. diatas dapat dilihat distribusi proporsi penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009 berdasarkan tipe DM yang terbanyak adalah DM Tipe-2 yaitu 134 orang (97,8%) dan DM Tipe-1 sebanyak 3 orang (2,2%).

5.1.2.3. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan komplikasi

Tabel 5.3. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 januari 2009 s.d. 31 desember 2009

No Komplikasi Frekuensi Proporsi (%)

1 Ada 117 85,4

2 Tidak ada 20 14,6


(50)

Berdasarkan tabel 5.3. diatas dapat dilihat distribusi proporsi penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009 berdasarkan komplikasi yang terbanyak adalah ada komplikasi yaitu 117 orang (85,4%) dan tidak ada komplikasi sebanyak 20 orang (14,6%).

5.1.2.4. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan kategori diet

Tabel 5.4. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan kategori diet di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 januari 2009 s.d. 31 desember 2009

No Kategori Diet Frekuensi Proporsi (%)

1 I-III 10 7,3

2 IV-V 112 81,8

3 VI-VIII 15 10.9

Total 137 100

Distribusi proporsi penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009 berdasarkan kategori diet yang terbanyak adalah IV-V yaitu 75 orang (54,7%) kemudian kategori diet I-III sebanyak 47 orang (34,3%), dan kategori diet VI-VI-III sebanyak 15 orang (10,9%).

Ket: I-III=1100-1500 kkal, IV-V=1700-1900 kkal, VI-VIII=2100-2500 kkal.

5.1.2.5. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan jenis pengobatan Tabel 5.5. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan jenis

pengobatan di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 januari 2009 s.d. 31 desember 2009


(51)

No Pengobatan Frekuensi Proporsi (%)

1 O 14 10,2

2 I 101 73,7

3 O+I 22 16,1

Total 137 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat distribusi proporsi penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009 berdasarkan jenis pengobatan terbanyak adalah Insulin yaitu 101 orang (73,7%) kemudian OAD + Insulin sebanyak 22 orang (16,1%), dan OAD sebanyak 14 orang (10,2%).

5.1.2.6. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Tabel 5.6. Distribusi proporsi penderita DM berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

No Keadaan Sewaktu Pulang Frekuensi Proporsi (%)

1 Pulang Berobat Jalan (PBJ) 98 71,5

2 Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)

37 27

3 Meninggal 2 1,5


(52)

Berdasarkan tabel 5.6. diatas dapat dilihat distribusi proporsi penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009 berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang terbanyak adalah PBJ yaitu 98 orang (71,5%), kemudian PAPS sebanyak 37 orang (27%), dan meninggal sebanyak 2 orang (1,5%).

5.1.2.7. Perbedaan Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 desember 2009

No Komplikasi

Keadaan Sewaktu Pulang Total

PAPS PBJ Meninggal

F % F % F % F %

1 Ada 35 29,9 81 69,2 1 0,9 117 100

2 Tidak Ada 2 10 17 85 1 5 20 100

Total 37 27 98 71,5 2 1,5 137 100

p=0,078

Berdasarkan tabel 5.7. diatas dapat diketahui bahwa dari 117 penderita DM yang mempunyai komplikasi yang PAPS sebanyak 35 orang (29,9%), PBJ sebanyak 81 orang (69,2%), dan yang meninggal sebanyak 1 orang (0,9%). Selanjutnya dari 20 orang yang tidak ada komplikasi, yang PAPS sebanyak 2 orang (10%), PBJ sebanyak 17 orang (85%), dan meninggal sebanyak 1 orang (5%).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi keadaan saat pulang berdasarkan komplikasi. Penderita dengan atau komplikasi, proporsi terbesar adalah pulang berobat jalan.


(53)

5.1.2.8. Perbedaan proporsi Jenis Pengobatan Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malaik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 desember 2009

No Komplikasi

Pengobatan

Total

I O O+I

F % F % F % F %

1 Ada 89 76,1 10 8,5 18 15,4 117 100

2 Tidak Ada 12 60 4 20 4 20 20 100

Total 101 73,7 14 10,2 22 16,1 137 100 p=0,221

Berdasarkan tabel 5.8. diatas dapat diketahui bahwa dari 117 penderita DM yang mempunyai komplikasi yang mendapat pengobatan insulin sebanyak 89 orang (76,1%), OAD sebanyak 10 orang (8,5%), sedangkan OAD+Insulin sebanyak 18 orang (15,4%). Selanjutnya dari 20 orang tidak ada komplikasi yang mendapat pengobatan insulin sebanyak 12 orang (60%), OAD sebanyak 4 orang (20%), OAD+Insulin sebanyak 4 orang (20%).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi jenis pengobatan berdasarkan komplikasi. Penderita yang dengan atau tanpa komplikasi, proporsi terbesar menggunakan pengobatan insulin.

5.1.2.9. Perbedaan Proporsi Komplikasi Penderita DM Berdasarkan Umur Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Komplikasi Penderita DM Berdasarkan Umur

di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 januari 2009 s.d. 31 desember 2009


(54)

No Umur

Komplikasi

Total

Ada Tidak Ada

F % F % F %

1 < 40 Tahun 7 87,5 1 12,5 8 100

2 ≥ 40 Tahun 110 85,3 19 14,7 129 100

Total 117 85,4 20 14,6 137 100

p=0,862

Berdasarkan tabel 5.9. diatas dapat diketahui bahwa dari 8 penderita DM berumur <40 tahun yang mempunyai komplikasi sebanyak 7 orang (87,5%) dan yang tidak mempunyai komplikasi sebanyak 1 orang (12,5%). Untuk kelompok umur ≥40 tahun yang mempunyai komplikasi sebanyak 110 orang (85,3%) dan yang tidak mempunyai komplikasi sebanyak 19 orang (14,7%).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna komplikasi berdasarkan umur.

5.1.2.10. Perbedaan Proporsi Komplikasi Penderita DM Berdasarkan Tipe DM

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Komplikasi Penderita DM Berdasarkan Tipe DM di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 januari 2009 s.d. 31 desember 2009

No Tipe DM

Komplikasi

Total

Ada Tidak Ada

F % F % F %

1 1 2 66,7 1 33,3 3 100

2 2 115 85,8 19 14,2 134 100

Total 117 85,4 20 14,6 137 100


(55)

Berdasarkan tabel 5.10. diatas dapat diketahui bahwa dari 3 penderita DM, dimana DM Tipe-1 sebanyak 2 orang (66,7%) mempunyai komplikasi dan 1 orang (33,3%) tidak ada komplikasi, selanjutnya dari 134 orang penderita DM Tipe-2 sebanyak 115 orang (85,8%) ada komplikasi dan 19 orang (14,2%) tidak ada komplikasi.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi komplikasi berdasarkan tipe DM.

5.1.2.11.Perbedaan Proporsi Kategori Diet Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Kategori Diet Penderita DM Berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malaik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 desember 2009

No Komplikasi

Kalori Diet

Total

I-III IV-V VI-VIII

F % F % F % F %

1 Ada 9 7,7 94 80,3 14 12 117 100

2 Tidak Ada 1 5 18 90 1 5 20 100

Total 10 7,3 112 81,8 15 10,9 137 100 p=0,571

Berdasarkan tabel 5.11. diatas dapat diketahui bahwa dari 117 penderita DM yang mempunyai komplikasi dengan kategori diet I-III sebanyak 9 orang (90,0%), kategori diet IV-V sebanyak 94 orang (83,9%), dan dengan kategori diet VI-VIII sebanyak 14 orang (93,3%). Selanjutnya dari 20 orang yang tidak ada komplikasi dengan kategori diet I-III sebanyak 1 orang (10%), kategori diet IV-V sebanyak 18 orang (16,1%), dan dengan kategori diet VI-VIII sebanyak 1 (6,7%).


(56)

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi jumlah diet berdasarkan komplikasi. Penderita dengan atau tanpa komplikasi, proporsi terbesar adalah kategori diet IV-V (1700 kkalori s.d. 1900 kkalori).

5.2. PEMBAHASAN 5.2.1. Analisa Deskriptif 5.2.1.1. Umur

Gambar 5.2.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Umur di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Proporsi penderita DM kelompok umur ≥ 40 tahun yaitu 94,2% lebih besar dibandingkan kelompok umur < 40 tahun yaitu sebesar 5,8%.

Hasil penelitian Sari (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 proporsi terbesar berada pada kelompok umur ≥ 40 tahun yaitu 96,2%. Hal ini sesuai dengan teori DM bahwa usia ≥ 40 tahun merupakan faktor resiko untuk terjadinya DM.

5.2.1.2. Jenis Kelamin 5.8%

94.20%

Umur

< 40 tahun


(57)

Gambar 5.2.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Proporsi penderita DM berjenis kelamin perempuan 50,4% lebih besar dibandingkan laki-laki 49,6%. Perbedaan proporsi antara perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda.

Penelitian Anwar (2003) di Rumah Sakit DR. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2001 yang mendapatkan proporsi penderita DM jenis kelamin laki-laki (51,13%) dan jenis kelamin perempuan (48,87%). Penelitian Sari (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 didapat proporsi penderita DM jenis kelamin laki-laki (49,4%) dan jenis kelamin perempuan (50,6%). Menurut kelompok studi WHO tidak ada perbedaan kejadian DM antara laki-laki dan perempuan.

5.2.1.3. Agama

49,60% 50,40%

Jenis Kelamin

Laki-Laki


(58)

Gambar 5.2.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Agama di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

Proporsi penderita DM dengan menganut agama Islam lebih besar yaitu 59,9% daripada agama Kristen yaitu 40,1%.

Hal ini bukan berarti agama Islam lebih beresiko menderita DM, tetapi disebabkan RSUP H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit pemerintah yang menerima pasien dari jenis agama yang berbeda dan kebetulan yang datang berobat didominasi agam Islam.

5.2.1.4. Suku Bangsa

59,90% 40,10%

Agama

Islam


(59)

Gambar 5.2.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Suku Bangsa di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Proporsi penderita DM menurut suku terbanyak adalah suku batak Karo sebesar 34,3% dan suku yang jumlahnya paling sedikit adalah suku batak Mandailing, Aceh, Melayu dengan masing-masing proporsi sebesar 5,1%.

Penelitian Sari (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 didapatkan proporsi penderita DM suku batak Karo 52,7%. Proporsi suku batak Karo lebih banyak menderita DM karena suku batak Karo merupakan penduduk mayoritas yang berdomisili di Medan dan sekitarnya.

5.2.1.5. Pendidikan 34,30%

29,20%

5,80% 5,10%

8,80%

5,10% 6,60%

0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00%

Batak Karo Batak Toba Batak Simalungun

Batak Mandailing

Batak Pakpak


(60)

Gambar 5.2.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Penderita DM berlatar belakang pendidikan terbanyak adalah tamat SLTA/Sederajat (40,9%) kemudian tamat SD (24,1%). Penelitian Sari (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 yang mendapat proporsi latar belakang penderita DM terbanyak adalah SLTA yaitu sebesar 38,1%. Demikian juga penelitian Santosa dkk di Jakarta, Yogjakarta dan Surabaya (2000) mendapatkan proporsi penderita DM terbesar adalah tamat SLTA yaitu sebesar 35,1%.

Disini terlihat bahwa latar belakang penderita bervariasi, tidak bias dikatakan DM cenderung berasal dari pendidikan yang tinggi atau sebaliknya. Pendidikan tidak termasuk sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya DM.

5.2.1.6. Pekerjaan 2,20%

24,10% 22,60%

40,90%

10,20%

0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00% 45,00%


(61)

Gambar 5.2.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

Proporsi penderita DM menurut pekerjaan yang terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebesar 31,3% dan paling sedikit adalah Mahasiswa sebesar 1,5%. Penelitian Irianti (2004) di Rumah Sakit Kisaran tahun 2001-2002 dimana pekerjaan terbanyak adalah PNS (54%) dan terkecil adalah bertani (6,5%). Penelitian Sari (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 pekerjaan terbanyak adalah IRT sebesar 37,2% dan terkecil adalah pegawai swasta sebesar 5,4%.

Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa proporsi jenis pekerjaan terbesar bervariasi seperti halnya pendidikan, pekerjaan juga tidak mempengaruhi kejadian DM. Kejadian DM lebih dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan.

5.2.1.7. Daerah Asal 22,60%

5,10%

18,20%

31,40%

21,20%

1,50% 0,00%

5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00%


(62)

Gambar 5.2.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Daerah Asal di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

Proporsi penderita DM menurut daeral asal lebih banyak dari kota Medan (70,8%) daripada luar kota Medan (29,2%).

Hal ini mungkin disebabkan RSU tersebut berada di kota Medan sehingga orang yang datang berobat sebagian besar berasal dari kota Medan. Selain itu dapat juga disebabkan karena ada penderita yang datang dari luar kota Medan dengan menggunakan alamat kelurga/saudara yang tinggal di kota Medan dan juga rujukandari puskesmas dari luar kota Medan.

5.2.1.8. Tipe DM

70,80% 29,20%

Daerah Asal

Kota Medan

Luar Kota Medan

2,20%

97,80%

Tipe DM

Tipe 1


(63)

Gambar 5.2.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Tipe DM di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Proporsi penderita DM menurut tipe DM yang terbanyak adalah DM tipe-2 sebanyak 134 orang (97,8%) dibandingkan DM Tipe-1 sebesar 3 orang (tipe-2,tipe-2%). Hal ini sesuai dengan penelitian Sari (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 dimana DM Tipe-2 (100%).

Sesuai dengan teori DM, bahwa penderita DM tipe-2 lebih sering dijumpai dibandingkan DM Tipe-1.

5.2.1.9. Komplikasi

Gambar 5.2.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Proporsi penderita DM menurut komplikasi yang terbesar adalah dengan komplikasi sebesar 85,4%.

85,40% 14,60%

Komplikasi

Ada


(64)

Penelitian Elia (2005) di RSU Haji M Djamil Padang (2003) mendapatkan proporsi komplikasi sebesar 56,2% dan tidak ada komplikasi sebesar 43,8%. Penelitian Sari (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 mendapatkan proporsi komplikasi sebesar 60,3% dan tidak ada komplikasi sebesar 43,8%.

5.2.1.11. Distribusi Proporsi Berdasarkan Jenis Pengobatan

Gambar 5.2.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Jenis Pengobatan di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Proporsi penderita DM menurut jenis pengobatan yang terbesar adalah pemberian Insulin sebesar (73,7%) dan terkecil adalah OAD sebesar (10,2%). Hal ini sesuai dengan penelitian Sari (2006) dimana proporsi penderita DM terbesar adalah menggunakan Insulin sebesar 58,6%.

Berdasarkan teori dalam pengelolaan DM salah satunya adalah dengan terapi insulin yang diberikan lebih dini dan lebih agresif menunjukkan hasil klinis yang lebih baik terutama berkaitan dengan masalah glukotoksisitas.Hal tersebut diperlihatkan oleh perbaikan fungsi sel beta pankreas. Insulin juga memiliki efek lain yang menguntungkan dalam kaitannya dengan komplikasi DM. Terapi insulin

73,70% 10,20%

16,10%

Jenis Pengobatan

I

O


(65)

dapat mencegah kerusakan endotel,menekan proses inflamasi, mengurangi kejadian apoptosis,dan memperbaiki profil lipid. Dengan demikian,secara ringkas dapat dikatakan bahwa luaran klinis pasien yang diberikan terapi insulin akan lebih baik. Insulin, terutama insulin analog, merupakan jenis yang baik karena memiliki profil sekresi yang sangat mendekati pola sekresi insulin normal atau fisiologis (Sumber: PERKENI. Petunjuk Praktis. Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit DalamFKUI,Yakarta,2008. Hal. 9-12)

5.2.1.12. Distribusi Proporsi Berdasarkan Kategori Diet

Gambar 5.2.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Jenis Diet di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

Proporsi penderita DM menurut jenis diet yang terbesar adalah kategori diet IV-V sebesar (54,7%) dan terkecil adalah kategori diet VI-VIII sebesar (10,9%).

5.2.1.13. Distribusi Proporsi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang 34,30%

54,70%

10,90%

Jenis Diet (kkal)

1

2


(66)

Gambar 5.2.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

Proporsi penderita DM menurut keadaan sewaktu pulang yang terbesar adalah pulang berobat jalan sebesar 71,5% dan terkecil adalah meninggal sebesar 1,5%.

Penelitian Purnama (2004) di Rumah Sakit Elisabeth tahun 1999-2003 dimana proporsi penderita DM terbanyak adalah pulang berobat jalan (72,7%), begitu juga hasil penelitian Sari (2006) diperoleh proporsi terbesar adalah pulang berobat jalan yaitu sebesar 70%.

5.2.2. Analisa statistik

5.2.2.1. Perbedaan Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Komplikasi

1,50%

27%

71,50%

KSP

Meninggal

PAPS


(67)

Gambar 5.2.14. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Komplikasi Penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

Seluruh penderita DM yang mengalami komplikasi, proporsi terbesar adalah pulang berobat jalan yaitu 69,2% begitu juga dengan penderita DM yang tidak mengalami komplikasi proporsi terbesar adalah pulang berobat jalan yaitu sebesar 85%.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p>0,05 ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara keadaan sewaktu pulang berdasarkan komplikasi.

5.2.2.2. Perbedaan Proporsi Jenis Pengobatan Berdasarkan Komplikasi 29,90%

69%

0,90% 10%

85%

5%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00%

PAPS PBJ Meninggal

Ada


(68)

Gambar 5.2.15. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Jenis Pengobatan Berdasarkan Komplikasi Penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

Seluruh penderita DM yang mengalami komplikasi, proporsi terbesar menggunakan pengobatan Insulin yaitu sebesar 76,1%, begitu juga dengan penderita DM yang tidak mengalami komplikasi proporsi terbesar menggunakan pengobatan Insulin yaitu sebesar 60%.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p>0,05 ini berarti tidak ada perbedaan antara jenis pengobatan berdasarkan komplikasi.

5.2.2.3. Perbedaan Proporsi Komplikasi Berdasarkan Umur 76,10%

8.5%

15,40% 60%

20% 20%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00%

I O O+I

Ada


(69)

Gambar 5.2.16. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Komplikasi Berdasarkan Umur Penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.

Seluruh penderita DM yang berumur <40 tahun sebesar 87,5% mengalami komplikasi dan yang berumur ≥40 tahun sebesar 85,3% mengalami komplikasi.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 ini berarti tidak ada perbedaan antara komplikasi berdasarkan umur.

5.2.2.4. Perbedaan Proporsi Komplikasi Berdasarkan Tipe DM 87,50%

12,50% 85,30%

14,70%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00%

Ada Tidak Ada

< 40 Tahun


(1)

Daerah asal pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid l.medan 97 70.8 70.8 70.8

medan 40 29.2 29.2 100.0

Total 137 100.0 100.0 Pendidikan pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid P.Tinggi 14 10.2 10.2 10.2

SD 33 24.1 24.1 34.3

SLTA 56 40.9 40.9 75.2

SLTP 31 22.6 22.6 97.8

tsekolah 3 2.2 2.2 100.0

Total 137 100.0 100.0 Riwayat keluarga pasien Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 4 2.9 2.9 2.9

tidak ada 133 97.1 97.1 100.0

Total 137 100.0 100.0

Pekerjaan pasien Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT 43 31.4 31.4 31.4

mahasiswa 2 1.5 1.5 32.8

pensiun 7 5.1 5.1 38.0

PNS 31 22.6 22.6 60.6


(2)

W 25 18.2 18.2 100.0

Total 137 100.0 100.0

Tipe DM pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 3 2.2 2.2 2.2

2 134 97.8 97.8 100.0

Total 137 100.0 100.0 Komplikasi DM

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 117 85.4 85.4 85.4

tidak ada 20 14.6 14.6 100.0

Total 137 100.0 100.0

Kalori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 10 7.3 7.3 7.3

2 112 81.8 81.8 89.1

3 15 10.9 10.9 100.0

Total 137 100.0 100.0 Pengobatan DM

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid I 101 73.7 73.7 73.7

O 14 10.2 10.2 83.9

O+I 22 16.1 16.1 100.0


(3)

Keadaan sewaktu pulang pasien Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Meninggal 2 1.5 1.5 1.5

PAPS 37 27.0 27.0 28.5

PBJ 98 71.5 71.5 100.0

Total 137 100.0 100.0

COSSTABS

Komplikasi DM * Keadaan sewaktu pulang pasien Crosstabulation Keadaan sewaktu pulang pasien

Total PAPS PBJ meningga

Komplikasi DM

ada Count 35 81 1 117

% within Komplikasi

DM 29.9% 69.2% .9% 100.0%

tidak ada Count 2 17 1 20

% within Komplikasi

DM 10.0% 85.0% 5.0% 100.0%

Total Count 37 98 2 137

% within Komplikasi

DM 27.0% 71.5% 1.5% 100.0%

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 5.112a 2 .078 Likelihood Ratio 5.140 2 .077 N of Valid Cases 137

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .29.


(4)

Pengobatan DM

Total

I O O+I

Komplikasi DM

ada Count 89 10 18 117

% within Komplikasi

DM 76.1% 8.5% 15.4% 100.0%

tidak ada Count 12 4 4 20

% within Komplikasi

DM 60.0% 20.0% 20.0% 100.0%

Total Count 101 14 22 137

% within Komplikasi

DM 73.7% 10.2% 16.1% 100.0%

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 3.017a 2 .221 Likelihood Ratio 2.644 2 .267 N of Valid Cases 137

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.04.

Komplikasi DM * kalorii Crosstabulation Kalorii

Total

1 2 3

Komplikasi DM

ada Count 9 94 14 117

% within Komplikasi

DM 7.7% 80.3% 12.0% 100.0%

tidak ada Count 1 18 1 20

% within Komplikasi

DM 5.0% 90.0% 5.0% 100.0%

Total Count 10 112 15 137

% within Komplikasi


(5)

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 1.121a 2 .571

Likelihood Ratio 1.296 2 .523

Linear-by-Linear

Association .171 1 .679

N of Valid Cases 137

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.46.

umurs * Komplikasi DM Crosstabulation Komplikasi DM

Total ada tidak ada

umurs 1 Count 7 1 8

% within

umurs 87.5% 12.5% 100.0%

2 Count 110 19 129

% within

umurs 85.3% 14.7% 100.0%

Total Count 117 20 137

% within

umurs 85.4% 14.6% 100.0% Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .030a 1 .862

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .031 1 .860

Fisher's Exact Test 1.000 .670

Linear-by-Linear

Association .030 1 .863


(6)

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.17. b. Computed only for a 2x2 table

Tipe DM pasien * Komplikasi DM Crosstabulation Komplikasi DM

Total ada tidak ada

Tipe DM pasien

1 Count 2 1 3

% within Tipe DM

pasien 66.7% 33.3% 100.0%

2 Count 115 19 134

% within Tipe DM

pasien 85.8% 14.2% 100.0%

Total Count 117 20 137

% within Tipe DM

pasien 85.4% 14.6% 100.0%

Chi-Square Tests Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .863a 1 .353

Continuity

Correctionb .011 1 .918

Likelihood Ratio .680 1 .410

Fisher's Exact Test .379 .379

N of Valid Casesb 137

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44.