Analisis Pendapatan Petani Silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapait, Kabupaten Langkat

(1)

ANALISIS PENDAPATAN PETANI SILVOPASTURA DI DESA

AMAN DAMAI, KECAMATAN SIRAPIT, KABUPATEN

LANGKAT

SKRIPSI

SAHRONI LUBIS 111201007

MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

ABSTRACT

SAHRONI LUBIS : Analisis Pendapatan Petani Silvopastura Di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat, dibimbing oleh SITI LATIFAH

dan TRI MARTIAL.

Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian di sadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Salah Satu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model agroforestri. Pengelolaan silvopastura di Desa Aman Damai masih kurang berkembang, dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang sistem silvopastura. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen penyusun silvopastura, melihat kontribusi praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga, dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani silvopastura di Desa Aman Damai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015. Pengambilan sampel dilakukan secara

purpossive dan metode yang digunakan berupa analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen penyususn silvopastura di Desa Aman Damai meliputi komponen kehutanan (tanaman berkayu) berupa Jenis pohon serbaguna (MPTs) dengan komponen peternakan (pasture). Jenis pohon serbaguna yang di kembangkan adalah alpukat, belimbing, durian, jambu, jeruk, kakao, karet, kuini, langsat, mangga, nangka, petai, rambe, rambutan, dan sawo. Sedangkan jenis ternak yang dikembangkan adalah ayam, kambing, kerbau, dan lembu. Kontribusi praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga yaitu Rp. 397.368.000 sebesar (52,56 %), lebih besar dibandingkan kontribusi usaha tani terhadap pendapatan rumah tangga yaitu Rp. 358.800.000 sebesar (47, 44 %). Variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen adalah variabel jumlah ternak dan kepemilikan luas lahan.

Kata Kunci : Silvopastura, Multipurpose trees species (MPTs), Ternak, variabel independen, variabel dependen.


(3)

ABSTRACT

SAHRONI LUBIS: Analysis of Farmer Income Silvopastura In Aman Damai village, Sirapit district, Langkat regency. The guidance bySITI LATIFAH, SandTRI MARTIAL.

Transferof forestlandto agricultureinknowingcause many problemssuch asdeclining soil fertility, erosion, extinctionof floraandfauna, floods,

droughtsandevenglobalenvironmental change. Oneland managementsystemtosolve the problem isthe modelof agroforestry.

Silvopasturamanagementin the village ofAmanDamaiis stillunderdeveloped, andthe lack ofresearch related toland managementsystem withsilvopastura. Based on this,the study aims toidentify thecomponents ofsilvopastura, to know silvopasturapracticecontributesto thehousehold income, andanalyzefactorsthat affectthe income of silvopastura farmersin theAmanDamai of village.This researchwas done inMay 2015. Sampling was done bypurposiveandmethods usedin the form ofmultiple linear regression analysis.

The research showedthatComponent of silvopasturaInAmanDamai villageincludecomponent(wood plants) in the form ofmultipurposetree species(MPTs) with the components ofthe farm(pasture). Multipurposetree speciesthat was developedisavocado, star fruit,durian, guava, citrus, cocoa, rubber, kuini, olive,mango, jackfruit, petai, Rambe, rambutan, andsapodilla. While thetype ofpasture being developed arechickens, goats, buffaloes, andcows. Silvopasturapracticescontributeto thehousehold incomeof Rp. 397. 368. 000(52.56%), greaterthan the contributionof farmingtohousehold incomeis Rp.358.800.000(47, 44%). The independent variablesthatsignificantly affectthe dependentvariableis a variablenumber of pastureandlandownership.

Keywords : Silvopastura, Multipurposetrees(MPTS), pasture, independent variable,dependent variable.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Pagaran Manggis, Kecamatan Batang Lubu Sutam,Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara pada tanggal 05Juni 1993 sebagai anak ketiga dari delapan bersaudara dari ayahandaSyafii Lubis dan ibunda Samsinar Nasution. Pada tahun 2011 penulis lulus dariMAN 1 Padangsidimpuan,pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk USU melalui jalur Undangan. Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Minat Manajemen Hutan, Fakultas Pertanian

Selama mengikuti perkuliahanpenulis aktif diberbagai kegiatan organisasi. Pernah menjabat sebagai Ketua seksi Kaderisasi Badan Kemakmuran Mushalla (BKM) Baytul Asyjaar periode 2012/2013. Pernah aktif dalam anggota organisasi kemahasiswaan, seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Nusantara USU dan anggota Gerakan Mahasiswa Bidik Misi (GAMADIKSI). Selanjutnya penulis juga aktif menjadi asisten dosen untuk menangani mata kuliah praktikum Pemanenan Hasil Hutan (PHH) T.A 2013.

Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2013 di Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan USU, Tongkoh Kabupaten Karo. Selanjutnya penulis melaksanakanPraktek Kerja Lapang (PKL) Di KPH Ciamis, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat Dan Banten Pada Tanggal (29 Januari – 28 Februari 2015 ). Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analis Pendapatan Petani Silvopastura Di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat”.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “Analisis Pendapatan Petani Silvopastura Di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapait, Kabupaten Langkat”

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D dan Dr. Ir. Tri Martial, M.P.Selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam penyelesaian hasil penelitian ini. Khusus untuk petani Silvofastura, penulis menyampampaikan banyak terima kasih atas bantuannya dalam pengumpulan informasi data kawasan yang dilakukan pada penelitian ini.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai Program Studi Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.Semoga usulan penelitian ini bermanfaat.

Medan, Juni 2015


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Konsep ... 4

Klasifikasi Berdasarkan Komponen Penyusunnya ... 5

Sistem Silvopastura ... 7

Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat ... 8

Umur ... 9

Pendidikan Formal ... 9

Luas Kepemilikan Lahan ... 10

Pendapatan Usaha Ternak ... 10

Komponen Penyusun silvopastura ... 10

Populasi Ternak... 11

Ketersediaan Pakan Ternak ... 12

Komposisi Jenis Tanaman Kehutanan ... 16

Kontribusi silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga ... 16

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 17

Alatdan Bahan ... 17

Jenis Data Yang Dikumpulkan ... 17

Metode Pengambilan Data ... 18

Tahapan penelitian ... 19


(7)

Batasan Penelitian ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan sosial masyarakat ... 24

a. Identitas Responden ... 24

Umur Responden ... 25

Tingkat Pendidikan Responden ... 26

Luas Lahan Responden ... 27

Pendapatan Petani Silvopastura ... 28

2. Komponen Penyusun Silvopastura ... 30

Populasi Ternak... 30

Ketersediaan Pakan Ternak ... 36

Komposisi Jenis Tanaman Kehutanan ... 39

3. Kontribusi Silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga ... 43

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49

Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Thally sheet yang digunakan penelitian ... 19

2. Data jumlah penduduk ... 23

3. Data mata pencaharian Desa Aman Damai ... 24

4. Karakteristik responden berdasarkan umur ... 25

5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 26

6. Data luas pemilikan lahan responden ... 27

7. Pendapatan responden petani silvopastura ... 28

8. Data Jumlah Kepemilikan ternak berdasarkan jenisnya ... 30


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Lembu berteduh dibawah tegakan nangka ... 30

2. Lembu milik salah satu responden ... 31

3. Kambing milik salah satu responden ... 32

4. Ayam berkeliaran disekitar rumah warga ... 34

5. Ternak kerbau yang sedang di ikat di dalam kandang ... 35

6. Lembu lagi digembalakan untuk mencari makan ... 37

7. Lembu sedang mengkonsumsi HMT di dalam kandang ... 38

8. Buah Kakao yang siap panen ... 40


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Dokumentasi penelitian ... 53

2. Data Jumlah Penduduk Desa Aman Damai Tahun 2015 ... 55

3. Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Aman Damai Tahun 2015 ... 55

4. Karakteristik Responden Desa Aman Damai ... 56

5. Data Kepemilikan Ternak Responden Desa Aman Damai ... 57

6. Data Kepemilikan Tanaman MPTs Responden Desa Aman Damai ... 58

7. Pendapatan bersih petani silvopastura ... 60

8. Kontribusi hasil tani terhadap pendapatan masyarakat Desa Aman Damai... 61

9. Kontribusi hasil silvopastura terhadap pendapatan masyarakat Desa Aman Damai... 62

10. Hasil analisis regresi linier berganda dengan software SPSS.17 ... 63


(11)

ABSTRACT

SAHRONI LUBIS : Analisis Pendapatan Petani Silvopastura Di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat, dibimbing oleh SITI LATIFAH

dan TRI MARTIAL.

Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian di sadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Salah Satu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model agroforestri. Pengelolaan silvopastura di Desa Aman Damai masih kurang berkembang, dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang sistem silvopastura. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen penyusun silvopastura, melihat kontribusi praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga, dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani silvopastura di Desa Aman Damai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015. Pengambilan sampel dilakukan secara

purpossive dan metode yang digunakan berupa analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen penyususn silvopastura di Desa Aman Damai meliputi komponen kehutanan (tanaman berkayu) berupa Jenis pohon serbaguna (MPTs) dengan komponen peternakan (pasture). Jenis pohon serbaguna yang di kembangkan adalah alpukat, belimbing, durian, jambu, jeruk, kakao, karet, kuini, langsat, mangga, nangka, petai, rambe, rambutan, dan sawo. Sedangkan jenis ternak yang dikembangkan adalah ayam, kambing, kerbau, dan lembu. Kontribusi praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga yaitu Rp. 397.368.000 sebesar (52,56 %), lebih besar dibandingkan kontribusi usaha tani terhadap pendapatan rumah tangga yaitu Rp. 358.800.000 sebesar (47, 44 %). Variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen adalah variabel jumlah ternak dan kepemilikan luas lahan.

Kata Kunci : Silvopastura, Multipurpose trees species (MPTs), Ternak, variabel independen, variabel dependen.


(12)

ABSTRACT

SAHRONI LUBIS: Analysis of Farmer Income Silvopastura In Aman Damai village, Sirapit district, Langkat regency. The guidance bySITI LATIFAH, SandTRI MARTIAL.

Transferof forestlandto agricultureinknowingcause many problemssuch asdeclining soil fertility, erosion, extinctionof floraandfauna, floods,

droughtsandevenglobalenvironmental change. Oneland managementsystemtosolve the problem isthe modelof agroforestry.

Silvopasturamanagementin the village ofAmanDamaiis stillunderdeveloped, andthe lack ofresearch related toland managementsystem withsilvopastura. Based on this,the study aims toidentify thecomponents ofsilvopastura, to know silvopasturapracticecontributesto thehousehold income, andanalyzefactorsthat affectthe income of silvopastura farmersin theAmanDamai of village.This researchwas done inMay 2015. Sampling was done bypurposiveandmethods usedin the form ofmultiple linear regression analysis.

The research showedthatComponent of silvopasturaInAmanDamai villageincludecomponent(wood plants) in the form ofmultipurposetree species(MPTs) with the components ofthe farm(pasture). Multipurposetree speciesthat was developedisavocado, star fruit,durian, guava, citrus, cocoa, rubber, kuini, olive,mango, jackfruit, petai, Rambe, rambutan, andsapodilla. While thetype ofpasture being developed arechickens, goats, buffaloes, andcows. Silvopasturapracticescontributeto thehousehold incomeof Rp. 397. 368. 000(52.56%), greaterthan the contributionof farmingtohousehold incomeis Rp.358.800.000(47, 44%). The independent variablesthatsignificantly affectthe dependentvariableis a variablenumber of pastureandlandownership.

Keywords : Silvopastura, Multipurposetrees(MPTS), pasture, independent variable,dependent variable.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Alih guna lahan hutan menjadi lahanpertanian disadari menimbulkan banyak masalahseperti penurunan kesuburan tanah, erosi,kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan danbahkan perubahan lingkungan global. Masalah inibertambah berat dari waktu ke waktu sejalandengan meningkatnya luas areal hutan yang dialihgunakan menjadi lahan usaha lain.

Menurut badan planologi Dephut (2003) mencatat laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan.

Sistemagroforestri adalah salah satu sistem pengelolaanlahan yang dapat ditawarkan untuk mengatasimasalah yang timbul akibat adanya alih guna lahandan juga untuk mengatasi masalah perekonomian masyarakat.Sedangkan menurut Indriyanto (2008)silvopastura adalah bentuk agroforestri yangmenggabungkan kegiatan kehutanan danpeternakan dalam satu sistem pengelolaan lahan. Wujud dalam sistem silvopastura dalam praktek dilapangan, yaitu dalam suatu kawasan hutanditanami rumput atau jenis hijauan pakan ternaktanpa merusak tegakan hutan.

Bentuk silvopasturatersebut dapat diterapkan dalam kawasan hutanyang penduduk disekitarnya mengembangkanusaha perternakan, tetapi tidak memiliki


(14)

rumput yang dimanfaatkanuntuk pakan ternak. Para petani juga dapat mengandangkan ternaknya, tetapi pakan ternaknyadiambil dari dalam kawasan hutan yang terdapat dibawah tegakan hutan yang telah ditanami rumputdan hijauan pakan ternak.

Desa Aman Damai adalah desa yang terdapat di Kabupaten Langkat. Penduduk di desa ini telah menjalankan sistem silvopastura dalam kehidupannya sehari-hari. Komponen penyususn silvopastura Di Desa Aman Damaimeliputi komponen kehutanan (tanaman berkayu) berupa Jenis pohon serbaguna atau Multipurpose Trees (MPTs) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture). Jenis pohon serbaguna yang di kembangkan adalah Alpukat, belimbing, durian, jambu, jeruk, kakao, karet, kuini, langsat, mangga, nangka, petai, rambe, rambutan, dan sawo. Sedangkan jenis ternak yang dikembangkan adalah ayam, kambing, kerbau, dan lembu.

Berdasarkan survei pada bulan April 2015 bahwa kegiatan silvopastura di Desa Aman Damai masih kurang berkembang, serta minimnya pengetahuan masyarakat tentang sistem silvopastura. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Analisis pendapatan petani silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamtan Sirapit, Kabupaten Langkat”. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber data dan informasi kepada pihak instansi terkait serta masyarakat umum dan khususnya masyarakat Desa Aman Damai.Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.


(15)

Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian adalah:

1. Apa sajakah komponen penyusun Silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat?

2. Bagaimanakah kontribusi silvopastura terhadap pendapatan masyarakat Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat?

3. Apa sajakah faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat?

Tujuan

Tujuan dari penenelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi komponen penyusun Silvopastura.

2. Melihat kontribusi Silvopastura terhadap pendapatan masyarakat.

3. Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani Silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat.

Manfaat

Diperoleh informasi tentang komponen penyusun Silvopastura dan tingkat pendapatan petani Silvopastura Di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat sehingga bermanfaat bagi pengguna petani silvopastura dan masyarakat luas.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA KONSEP Agroforestry

Menurut Ainurrasjid (2001) agroforestri adalah manajemenpemanfaatan lahan secara optimal dan lestari,dengan cara mengkombinasikan kegiatankehutanan dan pertanian pada unit pengelolaanlahan yang sama, dengan memperhatikan kondisilingkungan fisik, sosial, ekonomi dan budayamasyarakat yang berperan serta.

Sedangkanmenurut Soermarwoto (1981) dalam Mahendra(2009) agroforestri adalah sistem tata guna lahanyang bersifat permanen. Tanaman semusimmaupun tanaman tahunan ditanam bersamaanatau dalam rotasi sehingga membentuk tajuk-tajukyang berlapis. Sistem ini memberikan keuntungansecara biologis maupun ekonomis.

Agroforestri lebih mantap secara ekologi daripada sistem persawahan, lebih tahan hama dan penyakit daripada sistem monokultur. Dan produktivitasnya pun lebih besar. Bagi perusahaan yang menerapkan sistem agroforestri dijamin akan mendapatkan penghasilan tambahan diluar tanaman pokok. Sistem agroforetri juga menjamin ketahanan pangan karena kontinuitas produktifitasnya stabil setiap tahun. Bila salah satu tanaman tidak menghasilkan maka tanaman yang lain panen, begitu seterusnya tergantung seberapa banyak variasi jenis yang kita introduksikan pada lahan (Mahendra, 2009).


(17)

Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya

Pengklasifikasian agroforestri yang paling umum, tetapi juga sekaligus yangpaling mendasar adalah ditinjau dari komponen yang menyusunnya. Komponen penyusun utama agroforestri adalah komponen kehutanan, pertanian, dan/atau peternakan. Ditinjau dari komponennya,agroforestri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Agrisilvikultur (Agrisilvicultural systems)

Agrisilvikultur adalah sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponenkehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian(atau tanaman non-kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non-kayu dari jenis tanaman semusim (annualcrops). Dalam agrisilvikultur, ditanam pohon serbaguna (lihat lebih detil pada bagian multipurpose trees) atau pohon dalam rangka fungsi lindung pada lahan-lahanpertanian (multipurpose trees/shrubs on farmlands, shelterbelt, windbreaks,atau soil conservation hedges).Seringkali dijumpai kedua komponen penyusunnya merupakan tanamanberkayu (misal dalam pola pohon peneduh gamal/Gliricidia sepium padaperkebunan kakao/Theobroma cacao). Sistem ini dapat juga dikategorikansebagai agrisilvikultur (Shade trees for plantation crops). Pohongamal (jenis kehutanan) secara sengaja ditanam untuk mendukung (pelindungdan konservasi tanah) tanaman utama kakao (jenis perkebunan/pertanian).Pohon peneduh juga dapat memiliki nilai ekonomi tambahan. Interaksi yang terjadi dapat dilihat dari produksikakao yang menurun tanpa kehadiran pohon gamal (Nair, 1993).


(18)

2. Silvopastura (Silvopastural systems)

Sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan (atau tanamanberkayu) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture) disebut sebagai sistem silvopastura. Beberapa contoh silvopastura (Nair, 1993), antara lain: Pohon atau perdu pada padang penggembalaan (Trees and shrubson pastures), atau produksi terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated production of animals and wood products).

Kedua komponen dalam silvopastura seringkali tidak dijumpai pada ruang danwaktu yang sama (misal: penanaman rumput hijauan ternak di bawah tegakanpinus, atau yang lebih ekstrim lagi adalah sistem ‘cut and carry’ pada pola pagarhidup/living fences of fodder hedges and shrubs; atau pohon pakanserbaguna/multipurpose fodder trees pada lahan pertanian yang disebut

proteinbank). Meskipun demikian, banyak pegiat agroforestri tetapmengelompokkannya dalam silvopastura, karena interaksi aspek konservasidan ekonomi (jasa dan produksi) bersifat nyata dan terdapat komponenberkayu pada manajemen lahan yang sama.

3. Agrosilvopastura (Agrosilvopastural systems)

Telah dijelaskan bahwa sistem-sistem agrosilvopastura adalah pengkombinasian komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama. Tegakan hutan alam bukan merupakan sistem agrosilvopastura, walaupunketiga komponen pendukungnya juga bisa dijumpai dalam ekosistem dimaksud. Pengkombinasian dalam agrosilvopastura dilakukan secaraterencana untuk mengoptimalkan fungsi produksi dan jasa (khususnyakomponen


(19)

berkayu/kehutanan) kepada manusia/masyarakat (to serve people).Tidak tertutup kemungkinan bahwa kombinasi dimaksud juga didukung olehpermudaan alam dan satwa liar (lihat Klasifikasi agroforestri berdasarkan MasaPerkembangannya). Interaksi komponen agroforetri secara alami ini mudahdiidentifikasi. Interaksi paling sederhana sebagai contoh, adalah peranantegakan bagi penyediaan pakan satwa liar (buah-buahan untuk berbagaijenis burung), dan sebaliknya fungsi satwa liar bagi proses penyerbukan atauregenerasi tegakan, serta sumber protein hewani bagi petani pemilik lahan.

Sistem Silvopastura

Menurut Ainurrasjid (2001) mengatakanbahwa silvopastura adalah bentuk agroforestri yangmerupakan campuran kegiatan kehutanan danpeternakan, yang dilaksanakan di bawah tegakanhutan (Agathis sp, Pinus sp, Albizia sp, dan lainlain).Pada tegakan tersebut ditanami rumput-rumputan secara bersama-samatanpa merusak tegakannya. Sehingga sistemsilvopastura merupakan upaya pengelolaan lahanhutan untuk menghasilkan kayu dan untukmemelihara ternak.

Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi dan bahkan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).


(20)

HasilpenelitianMansyur,et al., (2009) diketahuibahwabudidaya HMT

sepertirumputgajahdengansystemsilvopastura di DesaCijambumerupakansilvopastura yang dilakukanpenanamantanamanpakanpadasaat tanamankehutanansudahdewasa.

Silvopastura yang adaseluas 38 ha, terdiridari 28 ha pengembangan yang pertama,

10 ha adalahpengembangantahapdua.Alasanpeternaksapiperahdalammelaksanakansyste

msilvopastura.Pertama,kebutuhanpakanhijauanuntukpakanternaksapiperahnya, karenakegiatanusahasapiperahdianggapmampumeningkatkanstabilitasekonomi, sehinggakeberlangsunganusahatemaksapiperahperluterusdipertahankandengansela

lumenggunakan HMT. Kedua, adanyakeinginanuntukmeningkatkanpenggunaansumberdayaalam yang lain,

berupalahankehutanan, agar memberikanmanfaat yang lebihtinggi.Petemaksangatmenyadaribahwasumberdayalahan yang dimilikinyatidakakanmampumendukungusahapeternakansapiperahnysecaraoptima

l.

Aspek Sosial Ekonomi masyarakat

Dilihat dari aspek ekonomi, penerapan sistem Silvopastura memiliki masa depan yang cerah. Sebagai sebuah sistem yang memadukan berbagai jenis tanaman dalam satu lahan, maka akan memungkinkan naiknya produktifitas hasil panen. Logikanya, setiap tanaman memiliki nilai jual masing-masing, ketika dalam sistem agroforestri di kombinasikan tanaman-tanaman yang komersial maka total pendapatan pasca panen akan melimpah (Mahendra, 2009).


(21)

Keadaan sosial masyarakat setempat dapat dikatakan baik, hal ini terlihat karena jarangnya konflik yang terjadi di wilayah tersebut. Jika dikaitkan dengan sistem silvopastura, keharmonisan warga terlihat dengan adanya tolong menolong antara yang satu dengan yang lainnya.

Umur

Berdasarkan hasil wawancara, semakin tua umur responden ( >50 tahun) biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan - kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat. Hal ini sesuai dengan penelitian Soekartawi (1988) bahwa semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi.Dinusia yang muda juga, mereka juga belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.

Petani yang berusia lanjut yaitu berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidup. Mereka cenderung bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru sehingga mereka hanya melaksanakan kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh pendahulu atau masyarakat sekitar (Kartasapoetra, 1991).

Pendidikan formal

Syafruddin (2003) menyatakan bahwa pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Dengan demikian hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi


(22)

pertanian adalah berjalan secara tidak langsung, kecuali bagi mereka yang belajar secara spesifik inovasi baru tersebut.

Sekolah dinamakan lembaga pendidikan formal karena mempunyai bentuk yang jelas, dalam arti memiliki program yang telah direncanakan dengan teratur dan ditetapkan dengan resmi, misalnya di sekolah ada rencana pelajaran, jam pelajaran dan peraturan lain yang menggambarkan bentuk dari program sekolah secara keseluruhan (Hasbullah, 2005).

Luas kepemilikan lahan

Rusdiyanto (2005) menambahkan bahwa, setiap hari lahan pertanian mengalami penyusutan, akibat dari pembangunan yang sangat pesat di bidang properti dan industri. Adapun lahan pertanian yang tersisa untuk bercocok tanam bagi sebagian besar masyarakat perkotaan, hanya berupa lahan pekarangan. Karenanya, betapapun terbatasnya lahan pekarangan yang dimiki, akan tetapi bila dimanfaatkan secara optimal, dapat mendatangkanhasil yang cukup menguntungkan.

Pendapatan Usaha Ternak

Pendapatan (income statement) lebih menunjukkan kepada sumber penerimaan tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana riil untuk periode selanjutnya. Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisi usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal, besar biaya untuk bibit, pakan, dan kandang, lamanya modal akan kembali dan tingkat keuntunga yang di peroleh.


(23)

Pendapatan usaha ternak sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

Komponen penyusun silvopastura

Komponen penyususn silvopastura meliputi komponen kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (pasture) disebutsebagai sistem silvopastura. Beberapa contoh silvopastura (Nair, 1993), antara lain: Pohon atau perdu pada padang penggembalaan (Trees and shrubs on pastures), atau produksi terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated production of animals and wood products). mengelompokkannya dalam silvopastura, karena interaksi aspek konservasi dan ekonomi (jasa dan produksi) bersifat nyata dan terdapat komponen berkayu pada manajemen lahan yang sama.

Mustofa, dkk. (2003) mendefinisikan bahwa silvopastura merupakan salah satu sistem agroforestri yang mengintergrasikan antara tegakan pohon, tanaman pakan, dan temak dalam suatu kegiatan yang terstruktur dan menggambar berbagai interaksi. Tujuan silvopastura sendiri bagaimana dapat mengoptimalkan ketiga komponen tersebut. Pada sistem tersebut tegakan pohon diatur untuk menghasilkan kayu gelondongan yang bernilai tinggi, dan mengelola vegetasi dibawah tegakan yang berupa tanaman pakan untuk dapat disajikan atau digembalakan oleh ternak.

Populasi Ternak

Sugiyono (2001) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


(24)

kesimpulannya.Jadipopulasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain.

Kerbau

Kerbau adalah ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya di daerah belahan utara tropika. Ternak kerbau sangat menyukai air. Sisa – sisa fosil kerbau yang sekarang masih tersimpan di India (Lembah Hindus) menunjukkan bahwa kerbau telah ada sejak zaman Pliocene. Kerbau lumpur domestikasi tampaknya berasal dari daratan China. Kerbau termasuk familia Bovidae dan sejarah mencatat telah diternakkan di India, Malaysia dan Mesir. Ternak ini berfungsi triguna : perah, daging dan ternak kerja. Kemampuannya yang menonjol adalah dapat memanfaatkan tanaman yang terkasar dan merubahnya menjadi produk ternak (Reksohadiprodjo, 1984).

Ketersediaan Pakan Ternak

Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana. Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1985).

Budidaya tanaman hijauan pakan ternaksudah mulai dikembangkan di lahan kering sejalandengan program konservasi tanah. Pembuatanteras gulud atau teras bangku pada lahan-lahanmiring, selalu dilengkapi dengan penanamanrumput atau leguminosa untuk pakandan penguat teras dan juga ditanam di


(25)

sela-selatanaman kehutanan atau ditanam di bawahtegakan pohon. Pada umumnya pengembanganusaha ternak di lahan kering lebih banyakditekankan pada peningkatan populasi ternak. Kekurangan pakan merupakansalah satu kendala dalam pengembangan ternak.(Adimihardja, 1990 dalam Salomon, 2005).

Jenis pakan ternak yang terpenting adalah hijauan karena merupakan pakan utama temak ruminansia, 70% dari makanan temak ruminansia adalah hijauan (Nitis, et al., 1992), sehingga ketersediaan pakan baik dari segi kuantitas, kualitas dan secara berkesinambungan sepanjang tahun perlu diperhatikan. Beberapa jenis hijauan pakan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk menjamin ketersediaan hijauan pakan ternak baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas yang tinggi.

Menurut Syamsu (2008) hijauan pakan ternak adalahsemua pakan sumber serat kasar yang berasal daritanaman, khususnya bagian tanaman yangberwarna hijau. Sebagaimana diketahui pakanternak bisa dibagi menjadi lima jenis, yaitu hijauanpakan ternak, sisa hasil pertanian, hasil ikutanpertanian, limbah agroindustri dan pakan nonkonvensional. Sisa hasil pertanian, hasil ikutanpertanian dan limbah agroindustri biasanya disebutsebagai limbah tanaman. Hijauan pakan ternakberupa rumput dan leguminosa merupakan halpenting bagi produksi dan pengembangan temakruminansia. Hijauan pakan ternak dapat dibagimenjadi dua kategori.Pertama hijauan liar yaituhijauan yang tidak sengaja ditanam dan tumbuhdengan sendirinya dan yang kedua yaitu hijauan menjaga kelestarian hutan.

Budidaya tanaman hijauan pakan ternak sudah mulai dikembangkan di lahan kering sejalan dengan program konservasi tanah. Pembuatan teras gulud


(26)

atau teras bangku pada lahan-lahan miring, selalu dilengkapi dengan penanaman rumput atau leguminosa pada bagian guludan atau bibir pada tebing teras yang sesuai untuk pakan dan penguat teras dan juga ditanam disela-sela tanaman kehutanan atau ditanam di bawah tegakan pohon. Pada umumnya pengembangan usaha ternak di lahan kering lebih banyak ditekankan pada peningkatan populasi ternak, tetapi kurang didukung oleh upaya pengembangan hijauan pakannya. Kekurangan pakan merupakan salah satu kendala dalam pengembangan ternak. Khususnya pada musim kemarau pengembangan hijauan pakan lahan kering, baik rumput maupun leguminosa, merupakan suatu usaha penting dalam rangka untuk mendukung pengembangan pakan ternak dalam suatu sistem usaha tani (Adimihardja, 1990 dalam Salomon, 2005).

Perencanaan pengembangan HMT dengan sistem silvopastura untuk kebutuhan hijauan peternak. Tentunya penggunaan rumput gajah sebagai bahan baku pakan ternak ruminansia hanya tidak memungkinkan, maka perlu adanya pemilihan spesies yang persisten dalam sistem silvopastura dan dapat digunakan untuk bahan baku. Jenis - jenis hijauan pakan yang cocok untuk ditanam dan tumbuh di bawah naungan telah banyak dilakukan dan telah banyak menghasilkan jenis hijauan yang cocok untuk dikembangkan pada berbagai kondisi tersebut contoh rumput gajah (Pennisetum purpureum L.), rumput setaria (Setaria sp.)

(Salomon, 2005).

Produktivitas hijauan makanan ternak merupakan kemampuan menghasilkan suatu hijauan pakan yang dihasilkan. Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan kesuburannya, pengaruh iklim


(27)

termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen. McIlroy (1977) dalam Riyanto(2008) menjelaskan bahwa produktivitas rumput tergantung pada faktor-faktor seperti persistensi (ketahanan) agresivitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran produksi musiman, kesuburan tanah, dan iklim.

Hasil penelitian Prasetyo (2008) diketahuiproduksi rumput gajah dengan luas lahan 1 Ha mampu menampung sapi perah sebanyak 20 ekor selama setahun sedangkan kebutuhan ternak sapi akan hijauan segar yaitu 10% dari berat badan per hari per ekor. Jikaberat seekor sapi perah 600 kg, maka kebutuhan hijauan per hari adalah 60 kg, jadi kebutuhan akan hijauan per tahun 21,9 ton. Berdasarkan perhitungan tersebut berarti rumput raja dapat menampung 49 ekor sapi perah/ha/tahun secara potong angkut.

Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun- daunan tertentu (daun nangka, daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa). Seekor kambing dewasa membutuhkan kira - kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali, pagi dan sore, tetapi kambing lebih suka mencari dan memilih pakannya sendiri di alam terbuka. Untuk kambing jantan yang sedang dalam periode memacek sebaiknya ditambah pakan penguat (konsentrat) ± 1 kg. Konsentrat yang terdiri dari campuran 1 bagian dedak dengan 1 bagian bungkil kelapa ditambah garam secukupnya adalah cukup baik sebagai pakan penguat. Pakan penguat tersebut diberikan sehari sekali dalam bentuk bubur yang kental (Sosroamidjojo, 1985).

Pemberian hijauan dalam keadaan segar, umumnya lebih disukai ternak ruminansia, dibandingkan pemberian dalam keadaan layu atau kering. Namun ada


(28)

beberapa jenis hijauan yang dalam keadaan segar masih mengandung racun yang bisa membahayakan kehidupan ternak ruminansia, misalnya daun singkong dan gliricidae. Karenanya, pakan berupa hijauan tersebut harus dilayukan terlebih dahulu selama 2-3 jam dibawah terik matahari. Bisa juga diinapkan selama semalam sebelum diberikan kepada ternak (Sodiq dan Abidin, 2002).

Komposisi Jenis Tanaman Kehutanan

Komposisi jenis adalah susunan dan jumlah jenis pada suatu komunitas tumbuhan. Komposisi jenis bisa bersifat homogen juga heterogen. Lahan yang memiliki komposisi jenis yang homogen artinya lahan tersebut baik pekarangan maupun hutan di dominasi kira-kira 90 % jenis yang sama, sehingga terlihat seragam. Keadaan seperti ini dalam suatu tegakan biasa disebut dengan tegakan murni, sedangkan apabila tersusun atas jenis-jenis yang beragam disebut tegakan campuran (Mahendra, 2009).

Komposisi jenis merupakan kumpulan dari beberapa vegetasi. Menurut Spuur dan Barnes (1980) vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu wilayah yang tersusun atas berbagai jenis dengan kelimpahan relatifnya. Vegetasi disuatu wilayah dapat dilukiskan dengan berbagai cara baik struktur, kelimpahan, kepadatan dan lain-lainnya.

Untuk tanaman penghasil buah dipilih jenis durian, rambutan dan coklat yang nilai jualnya tinggi dan khusus untuk coklat apabila sudah berbuah maka hampir setiap hari bisa dipetik hasilnya. Selain jenis yang sengaja ditanam ada juga jenis yang tumbuh secara liar, misalnya jenis rumput, gulma dan tumbuhan bawah lain. Jenis ini juga bermanfaat untuk hijauan makanan ternak (HMT)


(29)

sehingga di beberapa daerah misalnya Gunung kidul, bebrapa jenis rumput seperti kolonjono sudah banyak dibudidayakan (Mahendra, 2009).

Kontribusi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Dengan kegiatan-kegiatan kehutanan yang baik, sumber-sumber daya hutan mampu memberikan kontribusi langsung dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Mata pencaharian masyarakat di pedesaan, mengandalkan pemanfaatan langsung hasil pertanian dan hutan serta berbagai sumber pendapatan lainnya yang dihasilkan dari penjualan hasil hutan atau dari upah pekerja (Prasetyo, 2008).

Sumber pendapatan utama rumah tangga dilokasi penelitian berasal dari pengelolaan agroforestri karet yaitu Rp. 485. 415.000 (78, 47 %), dan sisanya Rp. 133.333.000 (21,53%) berasal dari luar agroforestri. Dengan persentase pendapatan sebesar 78, 47% terhadap total pendapatan rumah tangga, maka pengelolaan agroforestri karet di Desa Lau Demak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan rumah tangga (Azmy, 2004).

Analisis nilai ekonomiadalah analisis yang mengacu pada keunggulan komparatif atau efisiensi dari penggunaan barang dan jasa dalam satu kegiatan produktif. Efisien di sini diartikan bahwa alokasi sumber-sumber ekonomi digunakan untuk kegiatan yang menghasilkan output dengan nilai ekonomi tertinggi. Sedangkan perbedaannya dengan analisis finansial yaitudalam evaluasi manfaat biaya mengacu kepada penerimaan dan pengeluaran yang mencerminkan


(30)

harga pasar aktual yang benar-benar diterima atau yang dibayar oleh petani (Budidarsono, 2001).


(31)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan melalui dua tahap. Tahap pertama adalah tahap survei lapangan yang akan dilaksanakan pada bulan April 2015. Sedangkan Tahap kedua adalah tahap penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai dengan selesai. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis, kamera digital utuk dokumentasi, perangkat komputer untuk mengolah data. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner untuk wawancara serta dokumen lain yang berhubungan dengan lokasi dan kegiatan penelitian.

Jenis Data Yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan berupa data primerdan data sekunder. Data primer adalah data utama yang diperlukan dalam penelitian. Data primer yang dikumpulkan yaitu:

1. Keadaan sosial ekonomi masyarakat 2. Keragaman ternak

3. Ketersediaan pakan ternak

4. Komposisi jenis tanaman kehutanan.

Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan adalah data yang digunakan untuk mendukung data primer. Data ini diperoleh buku, literatur, jurnal dan data umum yang terdapat di instansi pemerintahan desa.


(32)

Penentuan pengambilan responden dilakukan dengan metode purpossive sampling yaitu sampel yang diambil adalah secara sengaja terhadap petani yang memiliki lahan silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat yakni sebanyak 30 Kepala Keluarga.

Metode Pengambilan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah metodesurvei melalui observasi ke lapangan danwawancara terhadap responden. Keadaan sosial ekonomi masyarakat diketahui dengan menganalisis hasil wawancara dari responden. Responden yang diwawancarai antara lain pengelola silvopastura, dan lembagainstansi terkait dengan menggunakan daftarpertanyaan terstruktur (kuisioner). Penentuanresponden dilakukan secara sengaja terhadap penduduk yang mengelola silvopastura yangdiambil secara purpossive samplingterhadap 30 Kepala Keluarga yang memiliki lahan silvopastura. Penentuan jumlah sampel sejumlah 30 orang dari pengelola silvopastura didasarkanpada teori yang dikemukakan oleh Gay (1976), bahwa untuk penelitian sosial, ukuranminimal yang dapat diterima adalah 30 sampel.

Namun demikian berdasarkan informasi yang diperoleh dari peneliti sebelumnya bahwa jumlah pengelola silvopastura tidak terlalu banyak. Oleh karena itu, penentuan responden dilakukan dengan metode purpossive samplingyaitu penentuan responden dengan cara sengaja sesuai data yang dibutuhkan. Adapun data populasi ternak, ketersediaan pakan ternak dan komposisi jenis tanaman kehutanan diperoleh dengan cara melakukan identifikasi dilapangan.


(33)

Tabel 1. Lembar Data yang digunakan untuk pengumpulan data diri responden

No Nama Umur Jenis

Kelamin Agama Pendidikan Terakhir

Luas lahan

Pekerjaan Utama

Pekerjaan Sampingan

Pendapatan (Rp/Bln)

1. 2.

3.

4.

Dst

Tahapan penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui beberapatahapan sebagai berikut:

a. Survei awal, sebelum melakukan penelitianterlebih dahulu dilakukan survei awal, untukmelihat kondisi lahan dan luas kawasan yangakan diteliti.

b. Observasi yaitu pengamatan secara langsungdi lapangan meliputi jumlah dan jenis ketersediaan pakan, komposisi jenis, dan pendapatan petani Silvopastura.

c. Melakukan wawancara secara langsungmenggunakan kuisioner terhadap respondenyang menggunakan model silvopastura.

d. Pengolahan dan menganalisis data. e. Pembuatan laporan hasil penelitian.

Pengolahan Data

pengolahan data pada keadaan sosial ekonomi masyarakat adalah menghitung pendapatan penduduk yang menggunakan model


(34)

silvopasturadanmenghitung jumlah penduduk yang memanfaatkan lahan dengan model silvopastura yang ada diDesa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat, untuk membandingkan jumlah laki-laki dan perempuan.

Pengolahan data pada populasi ternak adalah menghitung jenis dan jumlah ternak yang diternakkan oleh pendudukDesa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat, yang menggunakan sistem silvopastura. Dihitung juga jumlah tiap jenis, hal ini dilakukan untuk mengetahui jenis pakan ternak yang dibutuhkan oleh tiap ternak.

Pengolahan data pada ketersediaan pakan ternak adalah melihat jenis hijauan pakan ternak yang ada dan jumlah hijauan pakan ternak. Sehingga bisa dihitung berapa kebutuhan ternak terhadap pakan ternak.

Pengolahan data pada komposisi jenis tanaman kehutanan adalah menghitung jumlah tanaman kehutanan yang di kembangkan. Serta melihat jenis apa saja yang dikembangkan oleh penduduk Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat dalam mengelola silvopastura.

Parameter yang diamati dalam penelitianantara lain :

a. Mengamati jenis hijauan makanan ternakmaupun tanaman kehutanan b. Menghitung kebutuhan pakan ternak dan mengidentifikasi

tanamankehutanan yang dikembangkan.

c. Menghitung dan mengamati jumlah ternak dan menghitung jumlah kebutuhan hijauanmakanan ternak.

d. Menghitung luas lahan yang di manfaatkan petani Silvopastura. e. Melihat kontribusi praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga.


(35)

f. Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani silvopastura.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, kualitatif, kuantitatif. Adapun yang dianalisis pada keadaan sosial ekonomi masyarakat adalah menghitung pendapatan penduduk yang ada diDesa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat, yang menggunakan model silvopastura dihitung dengan cara:

Pendapatanpetani dari usahatani silvopastura dihitung dengan menggunakan rumus :

π = TR – TC Keterangan :

π = pendapatan petani Silvopastura TR = total penerimaan

TC = total biaya produksi (Doll dan Orazen, 1984).

Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung pendapatan petani silvopastura pada usaha beternak terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.

Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat dilakukan dengan analisis regresi linear berganda dan dapat di tulis dengan rumus sesuai berikut :


(36)

Keterangan :

Y = pendapatan responden petani silvopastura b0 = konstanta

X1 = Jumlah ternak (ekor)

X2 = Umur responden (tahun)

X3 = Tingkat pendidikan responden (tahun)

X4 = luas pemilikan lahan responden (hektar)

(Nair PKR, 1993).

Batasan Penelitian

Batasan penelitian diperlukan untuk menghindari kesalah pahaman dalam hasil penelitian ini. Penelitian ini hanya sebatas melihat kontribusi pendapatan praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat.


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Data monografi desa Aman Damai Menunjukkan bahwa jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 2.730 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1.391 orang dan perempuan 1.339 orang serta jumlah kepala keluarga 815 KK. Yang berasal dari Dusun Diponegoro sebanyak 84 KK, Dusun Sisingamangaraja sebanyak 86 KK, Dusun Gajah Mada sebanyak 120 KK, Dusun Teuku Umar sebanyak 93 KK, Dusun Hasanuddin sebanyak 91 KK, Dusun Imam Bonjol sebanyak 78 KK, Dusun P. Hidayatullah sebanyak 76 KK, Dusun Pattimura sebanyak 40 KK, Dusun Sukarno Hatta sebanyak 67 KK, dan Dusun R. A. Kartini sebanyak 80 KK. Jumlah penduduk Desa Aman Damai pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Data jumlah penduduk

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Laki – laki 1.391 50,95

2 Perempuan 1.339 49,05

Total 2.730 100

Sumber data : Kantor Desa Aman Damai 2015

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Aman Damai yang paling banyak adalah jumlah laki – laki sebesar 50,95 % dibandingkan jumlah perempuan hanya sebesar 49,05 %, angka tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jumlah penduduk laki – laki dengan jumlah penduduk perempuan yang hanya berselisih sebesar 1,9 %.

Mata pencaharian utama bagi masyarakat yang ada di Desa Aman Damai adalah buruh, petani, pedagang, PNS, dan TNI / POLRI. Mayoritas masyarakat


(38)

Desa Aman Damai bermata pencaharian sebagai petani dan buruh. Mata pencaharian penduduk Desa Aman Damai dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Data mata pencaharian Desa Aman Damai

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Buruh 394 39,2

2 Petani 470 46,77

3 Pedagang 112 11,14

4 PNS 25 2,49

5 TNI / POLRI 4 0,4

Total 1005 100

Sumber data : kantor Desa Aaman Damai 2015

Tabel 3 Menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Aman Damai adalah petani dan menempati urutan yang pertama adalah sebesar 46, 77 %, buruh sebesar 39,2 %, pedagang sebesar 11,14 %, PNS sebesar 2,49 %, dan TNI / POLRI sebesar 0,4 %. Ternak merupakan salah satu usaha sampingan masyarakat Desa Aman Damai. Hewan yang diternakkan diantaranya lembu, kerbau, kambing dan ayam, karena harga jualnya yang cukup tinggi di pasaran dan pemeliharaan yang sederhana sehingga masyarakat Desa Aman damai memilih kerja sampingnnya sebagai peternak sebagai alternatip untuk pendapatan tambahan.

Untuk responden Silvopastura sebagaian besar diambil dari penduduk mata pencaharian petani, buruh, dan pedagang yang merupakan bagian dari masyarakat Desa Aman Damai, yaitu masyarakat yang memelihara ternak.

a. Identitas Responden Silvopastura

Identitas responden dalam penelitian ini meliputi umur responden, tingkat pendidikan, luas lahan yang dimiliki, dan pendapatan petani silvopastura. Responden yang diambil sebanyak 30 KK, yang memeiliki lahan silvopastura. Responden yang di wawancarai memilki lahan berkisar 2 rante (0,08 Ha) hingga


(39)

50 rante (2 Ha) dengan komposisi jenis tanaman berupa pohon serbaguna dan ternak yang bervariasi di setiap lahannya.

Umur Responden

Umur merupakan salah satu variabel yang di asumsikan mempunyai pengaruh besar terhadap pendapatan responden. Hal ini dikarenakan semakin lama seseorang mengelola lahan silvopastura, semakin besar pula pendapatan yang di peroleh. Dengan demikian usia atau umur seseorang, akan lebih memberi banyak pengalaman dalam mengolah lahan dengan sistem silvopastura, namun tidak selamanya umur dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan silvopastura, karena semakin tua umur seseorang maka semakin berkurang kemampuan fisiknya untuk melaksanakan kegiatan silvopastura. Sebaran umur responden pengelola lahan silvopastura di Desa Suka Damai dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan umur

No Kelompok umur ( Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 24 – 31 3 10

2 32 – 39 9 30

3 40 – 47 6 20

4 48 – 55 3 10

5 56 – 63 5 16,7

6 64 – 71 4 13,3

Total 30 100

Sumber: Data terolah 2015

Tabel 4 menunjukkan bahwa umur responden yang paling banyak adalah kelompok umur 32 – 39 Tahun sebesar 30 %. Sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah kelompok umur 24 – 31 tahun dan kelompok umur 48 – 55 tahun sebesar 10 % . Umur responden sangat berpengaruh dalam penerapan sistem silvopastura yang diselenggarakan, dimana semakin tua umur pengelola


(40)

maka semakin berkurang kemampuan fisiknya untuk melaksanakan kegiatan silvopastura namun dari segi pengalaman cukup banyak, sedangkan disisi lain semakin muda umur pengelola maka fisiknya kuat tetapi dari segi pengalaman masih kurang. Dimana dalam hal ini responden pengelola kegiatan silvopastura di Desa Aman Damai berada pada usia produktif. Hal ini di jelaskan Hasan (2004) bahwa responden pada umur 30 – 59 termasuk umur usia produktif. Responden di Desa Aman Damai mempunyai peluang untuk lebih meningkatkan produktivitasnya dalam melakukan pengembangan pengelolaan lahan dengan sistem silvopastura.

Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan dinilai dapat mempengaruhi besar pendapatan responden karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang. Tingkat pendidikan yang dimaksud merupakan jenjang pendidikan formal para responden, tingkat pendidikan responden tergolong rendah hal ini terlihat dari jenjang pendidikan responden yang sebagian besar lulusan SD. Tingkat pendidikan responden di Desa Aman Damai pada tahun 2015 ditunjukkan pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SD 19 63,3

2 SMP 7 23,4

3 SMA 3 10

4 S1 1 3,3

Total 30 100

Sumber: Data terolah 2015

Tabel 5 menunjukkan bahwa pendidikan formal responden sebagian besar tamat SD yaitu 19 orang (63, 3%), SMP yaitu 7 orang (23,4%), SMA yaitu 3


(41)

berpengaruh dalam melakukan pengelolaan lahan silvopastura karena pendidikan adalah sarana belajar untuk mengetahui pemanfaatan lahan yang lebih modren sehingga menambah pendapatan masyarakat. Hal ini dijelaskan Syafruddin (2003) bahwa pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Oleh karena itu sangat diperlukan penyuluhan ke lapangan khususnya terhadap petani silvopastura, secara teratur agar masyarakat lebih memahami akan pentingnya menjaga kemampuan lahan melalui usaha – usaha pengelolaan lahan yang ada di bawah tegakan hutan dengan baik dan benar, sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal sesuai yang diharapakan oleh responden.

Luas Lahan Responden

Luas lahan yang dimiliki masyarakat pengelola silvopastura berpengaruh besar terhadap pendapatan masyarakat. Hal ini dikarenakan semakin luas lahan yang dikelola, maka semakin besar pula pendapatan yang diterima. Adapaun luas lahan yang dimiliki responden di Desa Aman Damai dapat dilihat pada tabel 6 berikut: Tabel 6. Data luas pemilikan lahan responden

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 0,08 - 0,4 20 66,8

2 0,41 - 0,73 2 6,6

3 0,74 - 1,06 4 13,4

4 1,07 - 1,39 0 0

5 1,40 - 1,72 2 6,6

6 1,73 - 2,05 2 6,6

Total 30 100

Sumber : Data terolah 2015

Tabel 6 menunjukkan bahwa luas lahan masyarakat yang paling banyak adalah antara 0,08 – 0,4 hektar yaitu sebesar 66,8 %. Hal ini menunjukkan bahwa


(42)

masyarakat Desa Aman Damai tidak memiliki lahan yang luas, akan tetapai dari penelitian yang dilakukan bahwa masyarakat Desa Aman damai memanfaatkan lahan pekarangannya secara optimal dan efisien sehingga mendatangkan hasil yang cukup menguntungkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rusdiyanto (2005) menjelaskan bahwa, betapapun terbatasnya lahan pekarangan yang dimiki, akan tetapi bila dimanfaatkan secara optimal, dapat mendatangkanhasil yang cukup menguntungkan.

Pendapatan Praktek Silvopastura

Pendapatan masyarakat responden berbeda satu dengan yang lainnya. Pendapatan ini berbeda sesuai dengan kepemilikan ternak dan luas lahan responden, pendapatan petani silvopastura Desa Aman Damai dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7. Pendapatan responden petani silvopastura

No Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 530.000 - 870.000 12 40

2 880.000 - 1.220.000 9 30

3 1.230.000 - 1.570.000 2 6,67

4 1.580.000 - 1.920.000 5 16,67

5 1.930.000 - 2.270.000 1 3,33

6 2.280.000 - 2.620.000 1 3,33

Total 30 100

Sumber : Data terolah 2015

Tabel 7 menunjukkan bahwa pendapatan responden paling banyak berkisar Rp. 530.000 – Rp. 870.000 per bulan dengan persentase 40 %,. Pendapatan responden diatas merupakan hasil dari pendapatan yang di hasil penjualan dari ternak, komoditi kakao, karet di kurangi biaya pengeluaran yang di keluarkan pengelola untuk memelihara komoditi tersebut. Sehingga di dapat pendapatan bersih usaha tani silvopastura dalam bentuk Rp/bulan.


(43)

Pendapatan bersih diatas di peroleh dari penjualan ternak lembu selama satu tahun yaitu Rp. 485.000.000 sebesar (81,54 %), penjualan ternak Kambing selama satu tahun yaitu Rp. 21.600.000 sebesar (3,63 %), penjualan ternak kerbau selama satu tahun yaitu Rp. 32.500.000 sebesar (5,46 %), penjualan komoditi Kakao selama satu tahun yaitu Rp. 23.040.000 sebesar (3,87 %), dan penjualan komoditi Karet selama satu tahun yaitu Rp. 32.640.000 sebesar (5,49 %). Total pendapatan petani silvopastura selama satu tahun adalah sebesar Rp. 594.780.000.

2. Komponen penyusun Silvopastura

Komponen penyususn silvopastura Di Desa Aman Damaimeliputi komponen kehutanan (tanaman berkayu) berupa Jenis pohon serbaguna atau Multipurpose Trees (MPTs) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture). Jenis pohon serbaguna yang di kembangkan adalah Alpukat, belimbing, durian, jambu, jeruk, kakao, karet, kuini, langsat, mangga, nangka, petai, rambe, rambutan, dan sawo. Sedangkan jenis ternak yang dikembangkan adalah ayam, kambing, kerbau, dan lembu.

Pohon serbaguna atau MPTs yang di kembangkan dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat berteduh ternak sebelum dimasukkan ke kandang, sehingga ternak yang menghasilkan kotoran ( pupuk kandang) dapat memperbaiki fisik tanah, menggiatkan mikroorganisme untuk meningkatkan partikel – partikel tanah, meningkatakan jumlah air yang digunakan tanaman dan memberikan pertumbuhan akar tanaman lebih baik. Disamaping itu kotoran ternak mempunyai pengaruh susulan yang lama di dalam tanah. Nair (1993) menjelaskan interaksi aspek konservasi dan ekonomi (jasa dan produksi) bersifat nyata dan terdapat komponen berkayu dan ternakpada manajemen lahan yang sama. Untuk melihat


(44)

lembu responden yang lagi berteduh di bawah tegakan Nangka dapat dilihat pada gambar 1 berikut:

Gambar 1. Lembu berteduh dibawah tegakan Nangka

Populasi Ternak

Sebagian besar masyarakat Desa Aman Damai adalah peternak lembu, kambing, kerbau, dan ayam. Bagi maasyarakat Aman Damai beternak merupakan Usaha sampingan sehingga pemeliharaan ternak belum begitu intensif. Jumlah kepemilikan ternak berdasarkan jenisnya di Desa Aman Damai dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8. Data jumlah kepemilikan ternak berdasarkan jenisnya

No Jenis ternk Jumlah ternak (ekor) Persentase (%)

1 Ayam 23 13,69

2 Kambing 36 21,43

3 Kerbau 5 2,98

4 Lembu 104 61,9

Total 168 100

Sumber: Data terolah 2015

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah ternak lembu menempati urutan terbanyak yaitu 104 ekor dengan persentase 61, 9 %. Masyarakat Desa Aman


(45)

damai lebih memilih betrernak lembu, karena menganggap ternak lembu khususnya lembu potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan penting di dalam kehidupan masyarakat. Ternak lembu bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kompos, biogas,kulit, tulang dan lain sebagainya. Ternak lembu yang dimiliki salah satu responden dapat dilihat pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Lembu milik salah satu responden

Gambar 2 diatas menunjukkan lembu sedang berada di kandang salah satu milik responden, ternak tersebut nantinya akan di bawa oleh peternak untuk di gembalakan di sekitar lahan masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan makanan ternak. AAK (1991) menjelaskan keberhasilan usaha ternak sapi, baik sapi potong atau kerja hanya mungkin tercapai apabila faktor –faktor penunjangnya memperoleh perhatian yang penuh. Salah satu faktor utama ialah makanan, disamping faktor genetik dan manajemen. Oleh karena itu, bibit sapi yang baik


(46)

dari jenis unggul hasil seleksi harus diimbangi dengan pemberian makanan yang baik pula.

Jumlah ternak urutan ke dua yang dikembangkan oleh masyarakat Desa Aman Damai adalah jenis ternak kambing yaitu 36 ekor dengan persentase 21,43 %. Masyarakat Desa Aman damai memilih beternak kambing sebagai usaha sampingan atau sumber tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksinya (baik daging, susu, kotoran, maupun kulitnya) relatif mudah. Harga daging kambing memang tidak semahal daging sapi, tetapi perawatannya manajemen budidaya ternak kambing jauh lebih sederhana daripada ternak sapi. Selain itu, modal ternak kambing juga jauh lebih murah dari segi bibit, pakan ternak, dan biaya kesehatan.Kambing juga mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai kondisi lingkungan, sehingga mudah dikembangbiakan di dataran tinggi, dataran rendah, bahkan di daerah kering dengan sumber makanan kasar sekalipun. Ternak kambing yang dimiliki salah satu responden dapat dilihat pada gamabr 3 berikut:


(47)

Gambar 3 menunjukkan kambing sedang mengkonsumsi pakan ternak di dalam kandang salah satu responden peternak kambing. Pakan yang dikonsumsi ternak merupakan pakan yang sudah disediakan oleh peternak, Pakan dapat di berikan dengan cara di jatah/di suguhkan yang di kenal dengan istilah kereman. Ternak yang di kembangbiakkan masyarakat adalah tergolong ternak kambing potong. Kelebihan ternak kambing potong adalah tidak perlu menunggu lama untuk kambing memasuki usia dewasa, pada usia satu tahun sudah dapat dijual atau disembelih dan dipasarkan dagingnya.

Jumlah urutan ternak ke tiga yang dikembangkan oleh masyarakat Desa Aman Damai adalah jenis ternak ayam yaitu 23 ekor dengan persentase 13, 69 %. Ayam yang diternakkan masyarakat dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri, sehingga pemeliharaan tidak terlalu di perhatikan, jenis ayam yang dikembangbiakkan adalah ayam kampung.Ayam kampung adalah sebuah ayam yang cukup mudah diternakkan dan banyak di jumpai di dalam ternak-ternak yang di usahakan dalam bentuk kecil. Dimana dalam pengembangan nya tidak terlalu rumit dan juga pemeliharaan nya tidak terlalu sulit.Cara beternak yang dilakukan masyarakat adalah sistem tradisional (ekstensif), ketika pagi hari ayam dilepas dari kandangnya untuk dibiarkan berkeliaran disekitar rumah guna mencari makan, dan di sore hari ayam diarahkan untuk masuk kembali ke kandangnya. Ternak ayam yang dimiliki salah satu responden dapat dilihat pada gambar 4 berikut:


(48)

Gambar 4. Ayam berkeliaran disekitar rumah warga

Gambar 4 menunjukkan bahwa jenis ayam yang diternakkan masyarakat Desa Aman Damai adalah jenis ayam kampung, pemeliharaannya di lakukan dengan cara tradisional.Sistem pemeliharaan ini biasa dilakukan oleh sebagian besar masyarakat pedesaan dengan skala pemeliharaan rata-rata 3 ekor induk per petani. Ayam kampung dipelihara dengan cara dibiarkan lepas, peternak kurang memperhatikan aspek teknis dan perhitungan ekonomi usahanya. Pemeliharaan bersifat sambilan, dimana pakan ayam kampung tidak disediakan secara khusus hanya mengandalkan sisa-sisa hasil pertanian dan sisa - sisa hasil makanan warga sehari - hari. Ada juga petani yang memberikan dedak padi tetapi tidak secara teratur. Sistem perkandangan kurang diperhatikan, ada yang dikandangkan didekat dapur, dan ada yang hanya bertengger di dahan pohon-pohonan pada malam hari.

Jumlah ternak urutan terakhir yang dikembangkan masyarakat Desa Aman Damai adalah jenis ternak kerbau yaitu 5 ekor dengan persentase 2,9 %. Kerbau yang diternakkan adalah jenis kerbau lumpur atau rawa (Swamp buffalo) , Kerbau


(49)

ini adalah ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya di daerah belahan utara tropika.Reksohadiprodjo (1984) menjelaskan Kemampuannya yang menonjol adalah dapat memanfaatkan tanaman yang terkasar dan merubahnya menjadi produk ternak. Ternak kerbau yang dimiliki salah satu responden dapat dilihat pada gamabr 5 berikut:

Gambar 5. Ternak kerbau yang sedang di ikat di dalam kandang

Gambar 5 menunjukkan kerbau yang diternakkan masyarakat adalah jenis kerbau lumpur atau rawa (Swamp buffalo) , Kerbau ini adalah ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya di daerah belahan utara tropika. Kerbau akan di gembalakan di sekitar ladang peternak mulai jam 10.00wib – 16.00 wib guna mencari kebutuhan pakan kerbau. Peternak memberikan hijauan pakan ternak dengan keadaan segar karna hal ini lebih baik. Sodiq dan Abidin (2002) menjelaskan bahwa Pemberian hijauan dalam keadaan segar, umumnya lebih disukai ternak ruminansia, dibandingkan pemberian dalam keadaan layu atau kering. Namun ada beberapa jenis hijauan yang dalam keadaan segar masih mengandung racun yang bisa membahayakan kehidupan ternak ruminansia,


(50)

misalnya daun singkong dan gliricidae. Karenanya, pakan berupa hijauan tersebut harus dilayukan terlebih dahulu selama 2-3 jam dibawah terik matahari. Bisa juga diinapkan selama semalam sebelum diberikan kepada ternak.

Ketersediaan Pakan Ternak

Pakan ternak yang tersedia di Desa Aman Damai untuk ternak ruminansia berasal dari dua sumber, pertama dari sekitar lahan masyarakat yaitu ternak di gembalakan di bawah tegakan kelapa sawit, tegakan pohon serbaguna untuk mencari pakan ternak. Sumber kedua berasal dari pakan yang sudah disediakan oleh peternak, Pakan dapat di berikan dengan cara di jatah/di suguhkan yang di kenal dengan istilah kereman. Hal ini diperuntukkan untuk persediaan makanan ternak ketika berada di dalam kandang, yaitu dari jam 16.30 Wib – 09.30 Wib.

Ternak yang di gembalakan mulai pukul 10.00 wib sampai dengan pukul 16.00 wib. Mengkonsumsi pakan ternak dalam keadaan segar karna langsung dari bawah tegakan vegetasi, umumnya hijauan makanan ternak lebih di sukai ternak ruminansia. Sodiq dan Abidin(2002) menjelaskan bahwa Pemberian hijauan dalam keadaan segar, umumnya lebih disukai ternak ruminansia, dibandingkan pemberian dalam keadaan layu atau kering. Namun ada beberapa jenis hijauan yang dalam keadaan segar masih mengandung racun yang bisa membahayakan kehidupan ternak ruminansia, misalnya daun singkong dan gliricidae. Karenanya, pakan berupa hijauan tersebut harus dilayukan terlebih dahulu selama 2-3 jam dibawah terik matahari. Bisa juga diinapkan selama semalam sebelum diberikan kepada ternak. Ternak sapi yang di gembalakan salah satu petrnak dapat dilihat pada gambar 6 berikut:


(51)

Gambar 6. Lembu lagi digembalakan untuk mencari makan

Gambar 6 menunjukkan bahwa masyarakat kebanyakan melepaskan ternaknya di sekitar lahan masyarakat yaitu di bawah tegakan kelapa sawit dan tegakan pohon serbaguna milik masyarakat untuk mencari kebutuhan hijauan makanan ternak. Hal ini dilakukan masyarakat dengan rutin setiap harinya mulai pukul 10.00 wib – 14.00 wib. Jenis rumput yang dikonsumsi ternak adalah hijauan liar yaitu hijauan yang tidak sengaja ditanam dan tumbuh dengan sendirinya. Nitis, et al.,(1992) menjelaskan bahwaJenis pakan ternak yang terpenting adalah hijauan karena merupakan pakan utama temak ruminansia, 70% dari makanan temak ruminansia adalah hijauan, sehingga ketersediaan pakan baik dari segi kuantitas, kualitas dan secara berkesinambungan sepanjang tahun perlu diperhatikan. Beberapa jenis hijauan pakan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk menjamin ketersediaan hijauan pakan ternak baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas yang tinggi.

Peternak menyediakan hijauan pakannya dengan mengarit (cut & carry) pemberian 2 kali/hari diberikan sekitar pukul 08.00 WIB dan 17.00 WIB.


(52)

Pemberian pagi hari berasal dari hijauan yang diarit satu hari sebelumnya. Frekuensi pemberian pakan pada pola digembalakan yaitu 2 kali/hari. Pemberian dilakukan sebelum digembalakan (sekitar pukul 08.00 WIB) atau setelah digembalakan (sekitar pukul 17.00 WIB). Penggembalaan biasanya dilakukan pada pukul 10.00 – 16.00 WIB. Penggembalaan tidak dimulai pagi hari untuk menghindari kondisi hijauan pakan yang terlalu basah. Ternak lembu yang sedang berada di dalam kandang sebelum di lakukan penggembalaan dapat dilihat pada gambar 7 berikut:

Gambar 7. Lembu sedang mengkonsumsi hijauan makanan ternak didalam kandang salah satu responden

Gambar 7 menunjukkan lembu sedang mengkonsumsi hijauan makanan ternak yang sudah disediakan oleh peternak, pakan ternak yang disediakan di dapatkan dengan cara mengarit (cut & carry) di berbagai lahan. Jenis hijauan makanan ternak yang dikonsumsi ternak adalah jenis rumput sembarang yang merupakan rumput liar yang tumbuh dengan sendirinya.


(53)

Komposisi Jenis Tanaman Kehutanan

Komposisi tanaman yang dikembangkan masyarakat Desa aman Damai bersifat heterogen (tegakan campuran) karna tersusun atas jenis – jenis yang beragam. Jenis tanaman yang dikembangkan yaitu pohon alpukat, belimbing, durian, jambu, jeruk, kakao, karet, kuini, langsat, mangga, nangka, petai, rambe, rambutan, dan sawo.

Untuk tanaman penghasil buah jenis alpukat, belimbing, durian, jambu, jeruk, kuini, langsat, mangga, nangka, petai, rambe, rambutan, dan sawo. Terlihat tumbuh subur di areal lahan masyarakat karna pengaruh ternak yang di teduhkan di bawah tegakan pohon, dimana ternak yang diteduhkan menghasilkan kotoran (pupuk kandang) yang dapat memperbaiki fisik tanah, menggiatkan mikroorganisme untuk meningkatkan partikel – partikel tanah, meningkatakan jumlah air yang digunakan tanaman dan memberikan pertumbuhan akar tanaman lebih baik. Tanaman MPTs yang di tanam masyarakat hasilnya untuk di konsumsi sendiri karna jumlah buah yang dihasilkan relatif sedikit.

Beberapa responden yang diwawancari memilih jenis kakao tanaman penghasil buah untuk di kembangkan karna masyarakat dapat menjual biji buahnya, biji buah yang di jual dalam keadaan kering. Harga jual biji kakao di Desa Aman Damai berkisar Rp 18.000 – Rp 20.000. masyarakat memilih jenis tanaman kakao karna tidak perlu pemeliharaan yang intensif melainkan hanya dibiarkan tumbuh begitu saja dan hanya dilakukan pemangkasan agar tanaman tidak terlalu rimbun, khusus untuk tanaman kakao apabila sudah berbuah maka hampir setiap hari bisa dipetik hasilnya. Mahendra (2009) menjelaskan bahwa Untuk tanaman penghasil buah dipilih jenis durian, rambutan dan coklat yang


(54)

nilai jualnya tinggi dan khusus untuk coklat apabila sudah berbuah maka hampir setiap hari bisa dipetik hasilnya. Tanaman kakao milik salah satu responden Desa Aman Damai dapat dilihat pada gambar 8 berikut:

Gambar 8. Buah kakao yang siap panen

Gambar 8 menunjukkan bahwa tanaman kakao terlihat tumbuh dengan subur, padahal masyarakat tidak melakukan pemeliharaan yang intensif melainkan hanya dibiarkan tumbuh begitu saja dan hanya dilakukan pemangkasan agar tanaman tidak terlalu rimbun. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang (kotoran lembu) yang ada disekitar tegakan kakao bepengaruh nyata terhadap pertumbuhan kakao.

Tanaman kakao yang di tanam masyarakat ternyata memiliki peran penting terhadap konservasi tanah di sekitar areal lahan masyarakat yang disebabkan tutupan tajuk kakao yang menampung air hujan, sehingga air hujan tidak langsung jatuh ke permukaan tanah. Menurut Kadir, dkk (2011) menyatakan bahwa dari aspek konservasi, penutupan tajuk yang ditimbulkan oleh pepohonan, tanaman kakao dan tanaman kopi akan sangat bermanfaat untuk mengurangi derajat pukulan air hujan terhadap permukaan tanah yang pada akhirnya dapat


(55)

Selain komoditi kakao jenis komoditi karet juga di kembangkan beberapa responden di Desa Aman Damai. Komoditi karet memberikan kontribusi terhadap pendapatan beberapa warga di Desa Aman Damai. Pengerjaan karet yang di lakukan oleh petani umumnya masih sangat sederhana dan tidak menjamin mutu produk yang dihasilkan. Hasil panen masyarakat di jual kepada tengkulak setempat dengan harga jual sekitar Rp 5000 – Rp 7000.

Permasalahan perkebunan karet khususnya perkebunan rakyat adalah bahwa bahan baku yang dihasilkan umumnya bermutu rendah, dan pada sebagian lokasi harga yang diterima di tingkat petani masih relatif rendah (60-75% dari harga FOB) karena belum efisiennya sistem pemasaran bahan olah karet rakyat. Pohon karet yang di miliki salah satu responden dapat di lihat pada gambar 9 berikut:


(56)

3. Kontribusi Produk Silvopastura Terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Masyarakat Desa Aman Damai memiliki beragam profesi, namun umumnya masyarakat di desa ini bekerja sebagai petani. Responden yang diteliti adalah masyarakat yang memiliki lahan silvopastura sehingga petani memperoleh pendapatan dari penggunan lahan sistem silvopastura tersebut. Pendapatan bersih rumah tangga yang diperoleh dari pemanfaatan produk silvopastura dapat dilihat pada lampiran 9. Dari lampiran tersebut diketahui bahwa pendapatan bersih masyarakat dari silvopastura diperoleh dari pengurangan antara pendapatan kotor silvopastura dengan pengeluaran dalam praktik silvopastura. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pendapatan bersih dari praktik silvopastura sebesar Rp 397.368.000 / tahun. Kontribusi silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga dapat dilihat pada tabel 9 berikut :

Tabel 9. Tabel kontribusi silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga

No Sumber pendapatan Jumlah (Rp/tahun) Persentase (%) kontribusi (%)

1 Silvopastura 52,56

Ternak Lembu 314.832.000 41,64 Ternak Kambing 9.000.000 1,19

Ternak Kerbau 21.696.000 2,87

Kakao 19.200.000 2,54

Karet 32.640.000 4,32

2 Non silvopastura 47,44

Usaha tani 358.800.000 47,44

Total 756.168.000 100 100

Sumber : Data terolah 2015

Tabel 9 menunjukkan bahwa kontribusi silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga yaitu Rp. 397.368.000 sebesar (52,56 %), sedangkan kontribusi usaha tani terhadap pendapatan rumah tangga yaitu Rp. 358.800.000 sebesar (47, 44 %). Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi hasil silvopastura lebih besar di


(57)

banding hasil dari usaha tani dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga masyarakat Desa Aman Damai. Sementara produk silvopastura penyumbang kontribusi terbesar terhadap pendapatan rumah tangga adalah komoditi ternak lembu yaitu Rp. 314.832.000 sebesar (41,64 %), dan penyumbang kontribusi terkecil terhadap pendapatan rumah tangga adalah komoditi ternak kambing yaitu Rp. 9.000.000 sebesar (1,19%).

Dari tabel 9 juga dapat diketahui bahwa pendapatan dari produk-produk silvopastura memberikan kontribusi yang cukup besar karena bila dibandingkan pendapatan dari luar silvopastura selisihnya cukup besar yaitu 5.12 %. Hal ini menandakan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap pemanfaatan silvopastura di desa ini cukup tinggi. Sejalan dengan hasil penelitian Senoaji (2009) yang menyatakan bahwa kontribusi yang disumbangkan dari hasil hutan dan peternakan sangat besar. Kondisi ini mengindikasi bahwa ketergantungan masyarakat terhadap keberadaan hutan sebagai sumber pendapatan keluarga sangat tinggi.

Berdasarkan BPS (2011), standard garis kemiskinan masyarakat Indonesia sebesar Rp 212.000 per bulan atau sekitar Rp 7.000 per hari. Sementara standard kemiskinan yang berdasarkan Bank Dunia sebesar Rp 510.000 per bulan atau sekitar Rp 17.000 per hari. Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan masyarakat diketahui bahwa rata-rata pendapatan masyarakat per rumah tangga yaitu sebesar Rp 2.100.000 per bulan atau sekitar Rp 70.000 per hari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan / kesejahteraan masyarakat di desa ini sudah sejahtera. Dalam hal ini dapat dikatakan praktik silvopastura mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


(58)

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Silvopastura

Untuk menguji faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani silvopastura di Desa Aman Damai digunakan analisis regresi linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas (independent) adalah jumlah ternak (X1),

umur peternak ( X2), tingkat pendidikan (X3), dan luas lahan (X4), sedangkan

yang menjadi variabel terikat (dependent) adalah pendapatan petani silvopastura(Y).

Adapun hasil pengujian faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani silvopastura di Desa Aman Damai dapat dilihat pada lampiran 10:

Berdasarkan uji F pada lampiran 10. Diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y = 755223,716 + 38881,993X1 + 1223,614X2 – 80194,081X3 + 420109,082X4+

µ

Keterangan :

Y : Pendapatan petani silvopastura (Rp/bulan) X1 : Jumlah Ternak (ekor)

X2 : Umur responden (tahun)

X3 : Tingkat pendidikan (tahun)

X4 : Luas lahan (hektar)

Berdasarkan model persamaan di atas dapat di analisis bahwa :

a. Apabila variabel bebas jumlah ternak (X1) mengalami kenaikan sebesar

1 ekor, maka akan terjadi kenaikan pendapatan petani silvopastura (Y) sebesar Rp. 38.881,993


(59)

b. Apabila variabel bebas umur peternak (X2) mengalami kenaikan sebesar

1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan petani silvopastura (Y) sebesar Rp. 1.223,614

c. Apabila variabel bebas tingkat pendidikan (X3) mengalami penurunan

sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan petani silvopastura (Y) sebesar Rp. 80.194,081

d. Apabila variabel bebas luas lahan (X4) mengalami kenaikan sebesar 1

rantai, maka akan terjadi kenaikan pendapatan petani silvopastura (Y) sebesar Rp. 420.109,082.

Berdasarkan lampiran 10 dapat diketahui bahwa nilai konstanta adalah sebesar 755223.716. Artinya apabila variabel jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, dan luas kepemilikan lahan tidak ada maka petani silvopastura tetap memperoleh pendapatan sebesar nilai konstanta yaitu 755223.716.

Berdasarkan lampiran 10 R Square bernilai 0.453, artinya bahwa semua variabel bebas yaitu jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, dan luas kepemilikan lahan memberikan kontribusi terhadap variabel terikat sebesar 45.3 % dan selebihnya yaitu 54.7 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.

Berdasarkan lampiran 10 Secara serempak nilai p-value 0.004 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa secera serempak keempat variabel tersebut yaitu jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, dan luas kepemilikan lahan berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan petani silvopastura dengan tingkat kepercayaan 95 %.


(60)

Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing – masing variabel independent secara individual (parsial) terhadap variabel dependen dapat dilihat dari p-value (pada kolom sig.) pada masing – variabel independent, jika p-value lebih kecil dari level of significant yang di tentukan, atau t-hitung (pada kolom t) lebih besar dari t-tabel maka variabel dependent berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini peneliti melakukan analisis dengan melihat dari p-value untuk mengetahui besarnya pengaruh masing – masing variabel. Pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut:

Variabel jumlah ternak secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani silvopastura, jika di ukur pada kepercayaan 95 % yang ditunjukkan oleh nilai p-value (X1) sebesar 0.025 < 0.05. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara maka akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh petani silvopastura. Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usaha ternak sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh.

Variabel umur secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani silvopastura, jika di ukur pada kepercayaan 95 % yang ditunjukkan oleh nilai p-value (X2) sebesar 0.870 > 0.05. Hal ini disebabkan karena kriteria umur

petani silvopastura tidak mendorong dalam pengembangan usaha tani silvopastura di Desa Aman Damai. Faktor umur biasanya lebih diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih tergolong usia produktif maka ada kecendrungan produktivitasnya tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian


(61)

Soekartawi (1995) bahwa, semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi. Diusia yang muda juga, mereka belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.

Variabel tingkat pendidikan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani silvopastura, jika di ukur pada kepercayaan 95 % yang ditunjukkan oleh nilai p-value (X3) sebesar 0.488 > 0.05. Variabel tingkat

pendidikan di Desa Aman Damai tergolong rendah sehingga mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk mengadopsi ilmu pengetahuan khususnya di bagian praktek pertanian secara modern. Syafruddin (2003) menyatakan bahwa, pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Dengan demikian hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi pertanian adalah berjalan secara tidak langsung, kecuali bagi mereka yang belajar secara spesifik inovasi baru tersebut.

Variabel luas lahan secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani silvopastura, jika di ukur pada kepercayaan 95 % yang ditunjukkan oleh nilai p-value (X4) sebesar 0.011 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas

lahan yang dimiliki petani silvopastura maka akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh, apalagi lahan tersebut di olah secara optimal akan mendatangkan hasil yang lebih menguntungkan. Rusdiyanto (2005) menambahkan bahwa, setiap hari lahan pertanian mengalami penyusutan, akibat dari pembangunan yang sangat pesat di bidang properti dan industri


(62)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis – jenis komponen penyusun silvopastura yang di manfaatkan oleh masyarakat Desa Aman Damai adalah komponen ternak meliputi ternak lembu, ternak kambing, ternak kerbau, dan ternak ayam. Sedangkan komponen tanaman MPTs meliputi alpukat, belimbing, durian, jambu, jeruk, kakao, karet, kuini, langsat, mangga, nangka, petai, rambe, rambutan, dan sawo.

2. Kontribusi praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga yaitu Rp. 397.368.000 sebesar (52,56 %), lebih besar dibandingkan kontribusi usaha tani terhadap pendapatan rumah tangga yaitu Rp. 358.800.000 sebesar (47, 44 %).

3. Variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen adalah variabel jumlah ternak dan kepemilikan luas lahan.

Saran

Untuk petani silvopastura, agar lebih meningkatkan pendapatan diharapkan pengelola di daerah penelitian dapat meningkatkan jumlah kepemilikan ternak dan menambah kepemilikan luas lahan. Untuk pemerintah, perlu dilakukan penyuluhan tentang pemanfaatan lahan secara modern dari dinas terkait terhadap masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan lahan yang lebih optimal. Serta perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengamati pola sistem silvopastura yang di kembangkan.


(1)

20 Siswanto 830,000 300,000 530000

21 Mhd Ismail 1,430,000 600,000 830000

22 Saiman 2,910,000 1,050,000 1860000

23 Herianto 1,660,000 600,000 1060000

24 Iwis 1,570,000 450,000 1120000

25 Sahirin 2,480,000 750,000 1730000

26 Musliman 1,050,000 300,000 850000

27 Ngadimin 2,080,000 750,000 1330000

28 Jumiati 1,660,000 600,000 1060000

29 Jumadi 830,000 300,000 530000

30 Budiman 830,000 300,000 530000

Total Total (tahun)

47,676,000 572,112,000

16,350,000 196,200,000

33,114,000 397,368,000 Kontribusi 52,56 %

Lampiran 10. Hasil analisis regresi linier berganda dengan software SPSS.17

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .673a .453 .366 4.18212E5 2.227

a. Predictors: (Constant), Luas_lahan, Tingkat_pendidikan, Jumlah_ternak, Umur b. Dependent Variable: Pendapatan

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.622E12 4 9.056E11 5.178 .004a

Residual 4.373E12 25 1.749E11

Total 7.995E12 29

a. Predictors: (Constant), Luas_lahan, Tingkat_pendidikan, Jumlah_ternak, Umur b. Dependent Variable: Pendapatan


(2)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 755223.716 447671.242 1.687 .104

Jumlah_ternak 38881.993 16275.167 .366 2.389 .025

Umur 1223.614 7415.445 .032 .165 .870

Tingkat_pendidik an

-80194.081 113909.504 -.125 -.704 .488

Luas_lahan 420109.082 153997.378 .463 2.728 .011

Lampiran 11. Lembar Kuisioner penelitian

KUISIONER PENELITIAN

ANALISIS MODEL SILVOPASTURA DI DESA HARIARA

POHAN DAN DESA SOSOR DOLOK, KECAMATAN HARIAN,

KABUPATEN SAMOSIR

Nomor Urut Responden :

Tanggal Wawancara :

Kecamatan :

Desa :

Identitas Responden

Nama Responden :

Jenis Kelamin :

Umur :


(3)

Pekerjaan Utama :

Pekerjaan Sampingan :

Pendidikan Terakhir :

Jumlah Tanggungan :

Luas Lahan :

I. Keadaan Sosial Ekonomi Masyrakat

1. Apa mata pencaharian utama bapak/ibu?

... ... ...

2. Selain mata pencaharian utama, masih adakah mata pencaharian bapak/ibu, sebutkan?

... ... ...

3. Jenis komoditi apa saja yang bapak/ibu hasilkan dalam penggunaan lahan ini?

... ... ...

4. Berapa penghasilan bapak/ ibu pada penjualan setiap jenis komoditi yang dijual dalam satu bulan?

... ... ...

5. Kemana saja bapak /ibu pasarkan setiap komoditi yang di panen?

... ... ...


(4)

... ... ...

7. Untuk apa saja bapak/ibu manfaatkan hasil penjualan komoditi yang di panen?

... ... ...

8. Bagai mana kondisi lahan lahan yang bapak/ibu manfaatkan?

... ... ...

II. Populasi Ternak

1. Jenis hewan apa saja yang bapak/ibu kembangkan pada lahan ini?

... ... ...

2. Berapa jumlah ternak yang bapak/ibu pelihara disekitar lahan ini?

... ... ...

3. Dalam jangka berapa lama ternak bapak/ibu baru di panen?

... ... ...

4. Umur berapa saja hewan yang bapak/ibu ternakkan?

... ... ...


(5)

5. Berapa kebutuhan satu ekor ternak terhadap pakan ternak dalam jangka satu hari?

... ... ...

6. Bagaimana mekanisme (cara) bapak/ibu memelihara ternak pada lahan ini?

... ... ...

III. Ketersediaan Pakan Ternak

1. Jenis pakan ternak apa saja yang tersedia pada lahan bapak/ibu?

... ... ...

2. Dari jenis pakan ternak yang tersedia, sudah cukup kah untuk memenuhi kebutuhan ternak yang bapak/ibu kembangkan?

... ... ...

3. Bagaimana cara bapak/ibu untuk permudaan pakan ternak?

... ... ...

IV. Komposisi jenis tanaman kehutanan

1. Jenis tanaman kehutanan apa saja yang bapak/ibu kembangkan?

... ... ...


(6)

... ... ...

3. Untuk pemanfaatan apa saja bagi bapak/ibu jika di lakukan pemanenan tanaman kehutanan?

... ... ...

4. Apa pengaruh yang dapat bapak/ibu lihat dengan adanyan tanaman kehutanan terhadap komoditi lain yang di kembangkan?

... ... ...