c. Pekerjaan Orang tua. Orang tua siswi SMA negeri 1 Pahae Julu ini,
sebagian besar bekerja sebagai petani sehingga mayoritas siswi membantu orang tua mereka bekerja di sawah atau di ladang sepulang dari sekolah.
5.2.2 Analisis Bivariat 5.2.2.1 Status Gizi dengan Dismenore Primer
Berdasarkan hasil penelitian, status gizi gemuk dan obesitas 100 mengalami dismenore primer, sedangkan untuk status gizi normal lebih sedikit
mengalami dismenore primer 96,1 . Dari sini dapat disimpulkan bahwa status gizi gemuk dan obes cenderung lebih mudah mengalami dismenore primer daripada orang
dengan status gizi normal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Silviana 2012 bahwa mahasiswi yang memiliki IMT lebih, cenderung untuk mengalami
dismenore primer yaitu sekitar 80 , sedangkan mahasiswi yang memiliki IMT normal, prevalensinya lebih sedikit mengalami dismenore primer 74,2 . Selain itu
juga, penelitian yang dilakukan Sirait dkk. 2012 memperlihatkan bahwa status gizi normal 87,2 lebih sedikit mengalami dismenore primer daripada yang status gizi
lebih 100. Namun dilihat dari segi kebermaknaan hubungan, didapatkan bahwa tidak ada
hubungan aktivitas fisik dengan dismenore primer. Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan Silviana 2012 terhadap mahasiswi FKM dan FIK Depok,
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan kejadian dismenore primer p-value 0,161.Ketidakbermaknaan hubungan ini dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kurangnya variasi responden penelitian dimana jumlah responden dengan status gizi kurus dan sangat kurus tidak ada sama
sekali 0.
5.2.2.2 Aktivitas Fisik dan Dismenore Primer
Berdasarkan hasil penelitian, seseorang yang memiliki aktivitas fisik rendah dan berat akan 100 menderita dismenore primer, sedangkan siswi yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
aktivitas sedang hanya 95 yang menderita dismenore primer. Menurut hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa siswi yang memiliki aktivitas fisik rendah dan
berat lebih beresiko menderita dismenore primer dari pada siswi yang memiliki aktivitas fisik sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Silviana
2012 dimana mahasiswi yan memiliki aktivitas rendah dan berat cenderung mengalami dismenore primer.Hal ini jugga berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan Thing 2011 pada siswi di SMA Santo Thomas 1 Medan bahwa 50 siswi yang tidak berolahraga mengalami dismenore primer.
Namun dilihat dari segi kebermaknaaan hubungan, bahwa tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan dismenore primer. Sebanding dengan
penelitian yang dilakukan Silviana dimana didapatkan p-value sebesar 0,164 p 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
dismenore primer. Ketidakbermaknaan hubungan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya instrumen penelitian yang dipakai menggunakan Kuesioner
Baecke yang mengandalkan ingatan dan persepsi dari responden Silviana, 2012
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan terhadap 129 orang siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu Tahun 2015 adalah sebagai berikut.
1. Dari 129 orang siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu, 96,1 siswi menderita
dismenore primer. 2.
Derajat kesakitan dismenore primer yang paling banyak diderita oleh siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu adalah derajat 1 96,1 diikuti derajat 0 3,9
3. Dismenore primer yang dialami seluruh siswi tidak mengganggu aktivitas
fisik mereka. 4.
Sebagian besar siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu memiliki status gizi normal 87,6, diikuti gemuk 11,6 dan obesitas 0,8.
5. Gambaran aktivitas fisik yang dimiliki siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu paling
besar berada pada aktivitas fisik sedang 77,5, diikuti aktivitas fisik berat 11,6, dan aktivitas fisik yang ringan 10,9 .
6. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore primer
pada siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu. 7.
Tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu.
Universitas Sumatera Utara