Hubungan Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Dismenore Primer pada Siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu Tahun 2015

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja adalah masa dimana organ seks sekunder mulai berkembang.
Pada remaja putri diawali dengan tumbuhnya payudara, rambut diketiak dan
kemaluan serta terjadinya menstruasi. Kejadian menstruasi yang dialami setiap
wanita umumnya berbeda-beda. Ada yang merasakan keluhan seperti nyeri dan
ada pula yang tidak. Nyeri yang dialami ketika menstruasi dan dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari disebut dismenore. Dismenore yang umumnya dialami setiap
wanita adalah dismenore primer. Dismenore primer adalah suatu dismenore yang
terjadi tanpa dijumpai kelainan patologi pada pelvis, dan onsetnya umumnya
terjadi setelah menarche (Unsal et al, 2010).
Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Dalam Hudson (2007)
dikatakan bahwa 50 % penduduk dunia menderita dismenore. Di Turki Barat
dalam studi yang dilakukan pada wanita umur 18-45 tahun sekitar 66,7%
menderita dismenore (Unsal et al, 2010). Di Indonesia sendiri kejadian dismenore
primer cukup

besar,yaitu


sekitar 60% sampai 70% wanita Indonesia

mengalaminya (Glasier (2005) dalam Novia dan Puspitasari (2008)). Demikian
juga penelitian yang dilakukan Silviana (2012) terhadap mahasiswi FIK dan FKM
UI Depok, sebesar 77,9 % mahasiswi mengalami dismenore primer. Hal ini di
dukung oleh penelitian yang dilakukan Rakhma (2012) terhadap SMK Arjuna di
Depok Jawa Barat bahwa dari 129 orang yang diteliti siswi mengalami dismenore
derajat ringan sebanyak 60 orang (46,5 %), derajat sedang 44 orang (34,1 %), dan
derajat berat sebanyak 25 orang (19,4 %) . Di Medan sendiri, menurut penelitian
yang dilakukan oleh Purba dkk. (2013) penderita dismenore di SMK Negeri 10
Medan tahun 2013 sebanyak 81,30%.
Dampak yang diakibatkan oleh dismenore primer ini pun tidak sedikit.
Seperti penelitian yang dilakukan terhadap wanita berumur 19 tahun di

Universitas Sumatera Utara

2

Gothenburg Sweden, menunjukkan bahwa dimana 72% menderita dismenore dan

15 % diantaranya sampai mengganggu aktivitas fisik mereka, 8 % tidak sekolah
dan 38,2 % bahkan harus mengkonsumsi obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri
mereka. Suatu studi yang dilakukan di Amerika terhadap mahasisiwi umur 17-19
tahun, 13% dari mereka menderita nyeri menstruasi yang berat lebih dari setengah
periode menstruasi mereka dan 42 % diantaranya mengganggu aktivitas sehari
hari mereka setidaknya sekali. Survei di Turki melaporkan bahwa 25,6 % dari
mereka tidak sekolah karena dismenore yang mereka alami (Speroff et al., 2005)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenore primer
diantaranya usia, status gizi dan aktivitas fisik Silviana (2012). Menurut Dawood
(2006) kejadian dismenore menurun seiring bertambahnya usia dan menurun
setelah usia 24 tahun. Hasil penelitian

Pusat

Informasi

dan

Konseling


Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di Indonesia tahun 2009 angka
kejadian dismenore terdiri dari 72,89% dismenore primer dan

27,11%

dismenore

45-95%

sekunder

dan

angka kejadian

dismenore

berkisar

dikalangan perempuan usia produktif seperti dikemukakan oleh Proverawati &

Misaroh (2009) dalam Rakhma (2012) .
Selain itu, aktivitas fisik merupakan faktor resiko dismenore primer yang
sering diteliti. Aktivitas fisik seperti olahraga berhubungan dengan dismenore
primer seperti yang ditemukan oleh Zukri et al (2009) dan Jahromi et al (2008)
dalam Silviana (2012). Penelitian Thing (2011) pada siswi SMA Santo Thomas
1 Medan kejadian dismenore terjadi secara signifikan pada siswi yang tidak
berolahraga, penelitian menunjukkan bahwa siswi yang tidak berolah raga
terdapat prevalensi dismenore sebesar 50% dimana mengalami dismenore
ringan 45,8%. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah
(2009) dalam Rakhma (2012) bahwa terjadi penurunan derajat dismenore dari
derajat dismenore sedang menjadi dismenore ringan setelah melakukan senam.
Penelitian keterkaitan antara dismenore dengan status gizi sudah banyak
dilakukan diantaranya Silviana (2012) menyatakan bahwa IMT (Indeks Massa

Universitas Sumatera Utara

3

Tubuh) yang kurang memiliki kecenderungan untuk terjadinya kejadian
dismenore primer. Dalam penelitian Purba dkk. (2013) yang dilakukan pada

siswi SMK

Negeri

10 Medan diketahui bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara status gizi dan kejadian dismenore. Dalam penelitian tersebut
siswi dengan status gizi rendah (underweight) memiliki kemungkinan risiko
1,2 kali lebih besar mengalami dismenore dibandingkan dengan siswi dengan
status gizi normal. Hal ini didukung Sirait dkk. (2015) bahwa ada hubungan status
gizi dengan kejadian dismenore pada siswi SMA Negeri 2 Medan yang
menunjukkan 39 orang (83,0%) yang berstatus gizi kurang mengalami dismenore,
sedangkan 8 orang (17,0%) tidak mengalami dismenore. Pada status gizi normal
68 orang (87,2%) mengalami dismenore, sedangkan 10 orang (12,8%) tidak
mengalami dismenore. Pada kelompok status gizi lebih 3orang (100,0%)
mengalami dismenore.
Tapanuli Utara adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara, dimana
sebagian besar penduduknya merupakan suku Batak Toba. Suku Batak Toba
dalam hal tertentu sangat terikat oleh adat istiadat mereka salah satunya dengan
falsafah hidup orang Batak. Orang Batak memiliki falsafah hidup, “banyak anak

banyak rejeki”. Falsafah hidup orang Batak Toba ini menyebabkan kadangkadang orang Batak tidak berpikir panjang bagaimana kehidupan anaknya kelak,
bagaimana kesehatan dan pendidikannya. Selain itu sebagian besar pekerjaan
orang tua di Tapanuli Utara khususnya kecamatan Pahae Julu adalah petani.
Remaja khususnya mereka yang telah memasuki bangku SMA sangat diharapkan
untuk membantu pekerjaan orang tua mereka disawah. Akibatnya, banyak anak
akhirnya harus melakukan aktivitas fisik di luar kemampuan mereka.
Oleh karena itu masalah status gizi dan aktivitas fisik remaja pada orang
Batak adalah masalah penting yang harus dibahas tuntas. Oleh karena itu, peneliti
ingin mencoba meneliti “Hubungan Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan
Dismenore Primer pada siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu Tahun 2015 ”.

Universitas Sumatera Utara

4

1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang permasalahan yang ada maka
pokok permasalahan adalah untuk menentukan apakah adanya hubungan status
gizi dan aktivitas fisik dengan dismenore primer pada siswi SMA Negeri 1 Pahae
Julu Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
hubungan status gizi dan aktivitas fisik dengan dismenore primer pada siswi SMA
Negeri 1 Pahae Julu Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kejadian dismenore primer pada siswi SMA Negeri 1
Pahae Julu Tahun 2015.
2. Untuk mengetahui status gizi siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu Tahun 2015.
3. Untuk mengetahui aktivitas fisik yang dilakukan oleh siswi SMA Negeri 1
Pahae Julu Tahun 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui adanya hubungan status gizi dan aktivitas fisik dengan
dismenore primer pada siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu Tahun 2015.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai masukan terhadap Dinas Kesehatan Tapanuli Utara tentang gambaran
status gizi siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu Tahun 2015


Universitas Sumatera Utara

5

3. Bagi Fakultas
Untuk menambah kepustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yang dimanfatkan mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang dismenore
primer
4. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan referensi terhadap penelitian selanjutnya tentang dismenore.

Universitas Sumatera Utara