secara kolektif, seperti kelompok kepentingan dan lembaga-lembaga pemerintahan. Dan tipologi kepribadian politik adalah tipe-tipe
kepribadian pemimpin politik yang dapat bersifat otoriter dan demokratis.
1.3.2 Pendekatan-Pendekatan Perilaku Pemilih
Perilaku pemilih memiliki hubungan erat dengan pemilih itu sendiri dalam menjatuhkan pilihan politiknya. Mengapa pemilih
menjatuhkan pilihan politik kepada calon legislatif tertentu? Dan pilihan politik pemilih yang satu belum tentu sama dengan pilihan
politik pemilih yang lain. Jawaban atas pertanyaan itu dibedakan menjadi lima sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni
struktural, sosiologis, ekologis, psikologi sosial, dan pilihan rasional.
5
1. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial,
sistem partai, sistem pemilihan umum, permasalahan, dan program yang ditonjolkan oleh setiap partai. Struktur sosial yang
menjadi sumber kemajemukan politik dapat berupa kelas sosial atau perbedaan-perbedaan antara majikan dan pekerja, agama,
perbedaan kota dan desa, dan bahasa dan nasionalisme. Jumlah partai, basis sosial sistem partai dan program-program yang
5
Ibid, halaman 145-146.
Universitas Sumatera Utara
ditonjolkan mungkin berbeda dari suatu negara ke negara lain karena perbedaan struktur sosial tersebut.
2. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosilogis cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Kongkretnya, pilihan
seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat
tinggal kota-desa, pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan, dan agama.
3. Pendekatan Ekologis
Pendekatan ekologis hanya relevan apabila dalam suatu daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan
unit teritorial, seperti desa, kelurahan, kecamatan, dan kabupaten. Kalau di Amerika Serikat terdapat distrik, precinct,
dan ward. Kelompok masyarakat, seperti tipe penganut agama tertentu, buruh, kelas menengah, mahasiswa, suku tertentu,
subkultur tertentu, dan profesi tertentu bertempat tinggal pada unit teritorial sehingga perubahan komposisi penduduk yang
tinggal di unit teritorial dapat dijadikan sebagai penjelasan atas perubahan hasil pemilihan umum. Pendekatan ekologis ini
penting sekali digunakan karena karakteristik data hasil pemilihan umum untuk tingkat provinsi berbeda dengan
karakteristik data kebupaten, atau karakteristik data kabupaten berbeda dengan karakteristik data tingkat kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Pendekatan Psikologi Sosial
Salah satu konsep psikologi sosial yang digunakan untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umum
berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional
pemilih terhadap partai tertentu. Kongkretnya, partai yang secara emosional dirasakan sangat dekat dengannya merupakan partai
yang selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh faktor-faktor lain. 5.
Pendekatan Rasional Pendekatan rasional melihat kegiatan memilih sebagai produk
kalkulasi untung dan rugi. Yang dipertimbangkan tidak hanya “ongkos” memilih dan kemungkinan suaranya dapat
mempengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada. Pertimbangan ini digunakan
pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih sebagai wakil rakyat atau penjabat pemerintah. Bagi
pemilih pertimbangan untuk dan rugi digunakan untuk membuat keputusan tentang partai atau kandidat yang dipilih, terutama
untuk membuat keputusan apakah ikut memilih atau tidak ikut memilih.
Pendekatan-pendekatan perilaku pemilih tersebut diatas juga dapat dipersempit menjadi 3 tiga jenis pendekatan, yaitu 1
pendekatan sosiologis, 2 pendekatan psikologis, dan 3 pendekatan rasional. Pendekatan sosiologis menekankan pentingnya
Universitas Sumatera Utara
beberapa hal yang berkaitan dengan instrumen kemasyarakatan seseorang, seperti i status sosioekonomi seperti pendidikan, jenis
pekerjaan, pendapatan, dan kelas, ii agama, iii etnik, bahkan iv wilayah tempat tinggal domisili kota, desa, pesisir, atau
pedalaman.
6
Dalam konteks pilihan pendekatan rasional, ketika pemilih merasa tidak mendapatkan faedah dengan memilih partai politik
atau calon anggota legislatif yang ikut dalam Pemilu, ia tidak akan Pendekatan wilayah tempat tinggal sering
dikonbinasikan dengan pendekatan psikologis atau emosional. Contohnya di daerah tertentu ada calon anggota legislatif yang
mencalonkan diri sebagai calon anggota DPD, sosok caleg tersebut dikenal baik oleh masyarakat disekitar tempat tinggalnya.
Kemungkinan besar perilaku pemilih di daerah tersebut menggunakan kombinasi pendekatan sosiologis dan psikologis,
karena pemilih mengenal secara langsung caleg tersebut dan menghiraukan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang akan
muncul belakangan setelah pemilihan berlangsung. Sedangkan pendekatan psikologis sangat bergantung dengan
sosialisasi politik lingkungan pemilih tersebut. Sosialisasi politik yang berkembang di lingkungan pemilih tersebut menyebabkan
kecenderungan emosional pemilih untuk lebih mengarah kepada satu pilihan politik tertentu. Dalam hal ini juga termasuk politik
pencitraan seperti kampanye dalam arti luas.
6
Harian Pikiran Rakyat, Selasa 7 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
menjatuhkan pilihan dalam pemilu tersebut. Namun, kecenderungan tersebut juga berlaku bagi pemilih apatis tidak mau tahu.
1.3.3 Partisipasi Politik