Wilayah Rawan Bencana Penggunaan Lahan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bukittinggi 2016- 2021 II -10 pelaksanaan event-event daerah dikawasan objek wisata yang dapat menjadi sarana promosi kepariwisataan secara tidak langsung. Untuk Pengembangan kepariwisataan di Kota Bukittinggi harus dilakukan pengembangan dari segi fisik dan non-fisik. Dari segi fisik yaitu dengan pembangunan infrastruktur pendukung seperti sarana prasana air bersih, air limbah, persampahan, parkir dan pengembangan kawasan pedestrian terutama di kawasan Jam Gadang yang merupakan icon Kota Bukittinggi. Pengembangan kawasan pedestrian ini sangat mendukung terhadap kepariwisataan karena hal ini didukung oleh kondisi alam yang indah dan udaranya yang sejuk menyebabkan para pengunjung akan betah berjalan kaki menikmati objek wisata yang ada di Kota Bukittinggi. Sedangkan dari segi non fisik, perlu adanya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam pengembangan baik dari segi regulasi, peningkatan Sumber Daya Manusia, penambahan daya tarik wisata serta penambahan objek wisata baru.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Berdasarkan kondisi alam dan lingkungan Kota Bukittinggi, maka wilayah kota Bukittinggi termasuk daerahkawasan rawan bencana berupa gempa bumi dan longsor. Kawasan yang rawan bencana longsor A. Wilayah Rawan Bencana Alam Berdasarkan jenis bencana alamnya, zona kerawanan bencana di Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut : 1. Zona rawan bencana gempa bumi. Zona Rawan Bencana Gempa Bumi pada umumnya dibagi menjadi 3 daerah zona yaitu zona rawan rendah, zona rawan menengah dan zona rawan tinggi. Pembagian zona daerah rawan ini didasarkan kepada: • Zona Rawan Rendah biasanya didasari oleh batuan berumur tersier yang relatif kompak, namun masih berpotensi terjadi longsoran apabila terjadi gempa. • Zona Rawan Menengah, biasanya didasari oleh endapan tufa, pasir, lempung dan lanau hasil pengendapan material gunung api yang relatif kompak. • Zona Rawan Tinggi, biasanya didasari oleh endapan aluvium, rawa basah dan daerah aliran sungai dengan potensi terjadi pelulukan liquefaction apabila terjadi gempa. 2. Zona Kerawanan Gerakan Tanah. Tingkat kerentanan gerakan tanah dapat dibagi atas empat tingkat yaitu : 1 Sangat rendah, gerakan tanah jarang terjadi. 2 Rendah, gerakan tanah bisa terjadi bila ada gangguan. 3 Menengah, gerakan tanah berpotensi terjadi bila curah hujan tinggi dan ada gangguan pada lereng. 4 Tinggi, sering terjadi gerakan tanah bila musim hujan dan gerakan tanah lama aktif kembali. Kota Bukittinggi terdiri perbukitan dengan kemiringan yang beragam. Pembagian zona kerentanan gerakan tanah ini didasarkan dari kemiringan lereng sehingga dapat dibagi menjadi 4 zona yaitu : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bukittinggi 2016- 2021 II -11 1. Zona Kerentanan Amat Rendah, merupakan zona dataran rendah dengan kemiringan lereng 3, sepanjang lembah Sungai Agam. 2. Zona Kerentanan Rendah, merupakan daerah dengan dataran dengan litologi endapan Tufa Maninjau dengan kemiringan antara 3-15, 3. Zona Kerentanan Menengah, merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan lereng antara 15-30 dengan litologi endapan gunung api yang relatif kompak namun dekat dengan sumber gempa atau terkena struktur geologi. 4. Zona Kerentanan Tinggi, mempunyai kemiringan lebih besar dari 30 didasari oleh litologi Tufa sepanjang Ngarai Sianok dengan lereng terjal, dekat dengan sumber gempa bumi dan terkena struktur geologi. B. Bencana yang timbul akibat kesalahan manusia Untuk bencana yang timbul akibat kesalahan manusia, teridentifikasi sebagai berikut: 1. Daerah rawan kecelakaan lalu lintas karena daerahnya yang padat 2. Daerah rawan kebakaran Diwilayah Kecamatan Guguk Panjang yang mempunyai 3 pasar dan penduduknya paling padat merupakan Kecamatan yang kejadian bencana paling banyak.

2.1.4. Demografi