Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

BIODATA

Nama : Rizky Indrawan

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 04 September 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Balai Desa Psr.12 Kompleks La Tahzan No.7 Nama Ayah : Indra Era Putra, SE.

Nama Ibu : Sri Rismiana, SE.

Jumlah Saudara : Anak kedua dari dua bersaudara PENDIDIKAN:

1. TK Swasta Perguruan Al-Azhar, Medan Lulus Tahun 2000 2. SD Swasta Perguruan Al-Azhar, Medan Lulus Tahun 2005 3. SMP Swasta Perguruan Al-Azhar, Medan Lulus Tahun 2008 4. SMA Swasta Perguruan Al-Azhar, Medan Lulus Tahun 2011

5. Sedang dalam masa studi di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara stambuk 2011 hingga saat ini.


(12)

DAFTAR REFERENSI

Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman. (2014). Kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum. Jakarta: Qisthi Press.

Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala Erdinaya. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Assad, Muhammad Haidar. (2014). ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini. Jakarta: PT. Zaytuna Ufuk Abadi.

Bertens, K. (2005). Metode belajar untuk Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bungin, Burhan. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Cangara, Hafied. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Dayakisni, Tri & Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial: Edisi Revisi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Press.

Effendy, Onong Uchjana. (2002). Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_____________________. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Hakim, Luqman. (2004). Terorisme di Indonesia. Surakarta: Forum Studi Islam Surakarta (FSIS).

Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mondry, (2008), Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mufid, Muhamad. (2005). Komunikasi & Regulasi Penyiaran. Jakarta: Prenada Media.


(13)

Mulyana, Deddy. (2002). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurudin. (2003). Komunikasi Massa. Malang: CESPUR. ________. (2004). Komunikasi Massa. Yogyakarta: Cespur.

Purba, Amir. dkk. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan. Pustaka Bangsa Press.

Rakhmat, Jalaluddin. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_________________. (2005). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Singarimbun, M & Sofian Effendi. (2011). Metode Penelitian Survei: Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES.

Siregar, Ade Rahmawati. (2006). Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ditinjau dari Pola Asuh. Skripsi pada Program Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara. Medan: tidak diterbitkan.

Sumadiria, Haris. (2005). Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Sumber Internet:

http://repository.usu.ac.id/, Diakses pada tanggal 17 April 2015, Pukul 17:35 http://dirmahasiswa.usu.ac.id/, Diakses pada tanggal 19 April 2015, Pukul 15:20 WIB

Skripsi:

Toha, Muhammad. 2010. Berita Terorisme dan Sikap Remaja Muslim (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Berita Terorisme di TV One Terhadap Sikap


(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1. Sejarah Singkat FISIP USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara merupakan fakultas kesembilan di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Kelahiran Fakultas ini tidak jauh berbeda dengan fakultas lainnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Pada awal pendiriannya (1980), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara masih merupakan Jurusan Pengetahuan Masyarakat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Setahun kemudian Jurusan Pengetahuan Masyarakat berubah menjadi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). Pada tahun 1982, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara. Dalam proses pengembangannya, jurusan yang ada di FISIP USU tidak dibuka sekaligus. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah serta tenaga pengajar yang dibutuhkan sesuai dengan bidangnya. Oleh karenanya, pada tahun ajaran 1980/1981, FISIP USU hanya membuka 2 (dua) jurusan saja yaitu:

1. Jurusan Ilmu Komunikasi

2. Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Barulah pada tahun ajaran 1983/1984, FISIP USU membuka Jurusan lainnya, yaitu:

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Kesejateraan Sosial dan menerima Jurusan Antropologi dari Fakultas Sastra


(15)

Sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 0535/0/83 tahun 1983 tentang jenis dan jumlah Jurusan pada fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, dinyatakan bahwa FISIP USU mempunyai 6 (enam) Jurusan, yaitu:

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Kesejahteraan Sosial 3. Jurusan Antropologi Sosial

4. Jurusan Ilmu Administrasi Negara 5. Jurusan Ilmu Komunikasi

6. Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)

Jurusan MKDU akhirnya diputuskan untuk diserahkan pengelolaannya di luar FISIP USU dengan pertimbangan bahwa jurusan tersebut bukan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan mengelola mata kuliah yang termasuk pada kelompok Mata Kuliah Dasar Umum.

Perkembangan selanjutnya pada tahun 1994 FISIP USU mengusulkan agar dibuka program diploma. Atas prakarsa dosen FISIP USU yang diketuai dr. Asma Affan, MPA bekerja sama dengan Kanwil Pajak Propinsi Sumatera Utara mengusulkan agar dibuka program Diploma I dan program Diploma 3. Pada tanggal 11 Februari 1994 telah ditandatangani naskah Piagam Kerjasama antara direktorat Jenderal Pajak dan Universitas Sumatera Utara yang dalam hal ini pihak USU diwakili oleh Rektor USU prof. Jusuf Hanafiah dan Direktur Jenderal Pajak yaitu Dr. Fuad Bawazier. Selanjutnya untuk menindaklanjuti piagam kerjasama tersebut maka diterbitkan Surat Keputusan rektor USU nomor 628/PT05.H/SK/C/94 tanggal 17 Mei 1994 untuk membentuk Tim Teknis Pelaksanaan kerjasama Dirjen pajak RI dengan Universitas Sumatera Utara yang diketuai oleh Drs. Amru Nasution.

Pada Tahun 1996 berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Pendidikan Tinggi Nomor 104/dikti/Kep/1996 dan Nomor 105/dikti/Kep/1996 bahwa program D1 perpajakan dan Program D3 perpajakan diakui secara resmi berada di bawah naungan FISIP USU. Sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan


(16)

yang dibutuhkan, FISIP USU dengan SK Dikti No.108/Dikti/Kep/2001 tanggal 30 April 2001 menambah satu program studi baru yaitu Ilmu Politik. Dengan demikian, hingga saat ini ada 6 (enam) jurusan yang berada di bawah naungan FISIP.

3.1.2. Visi FISIP USU

Menjadi Pusat Pendidikan dan Rujukan Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di Wilayah Barat.

3.1.3. Misi FISIP USU

Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah:

1. Menghasilkan alumni dengan skala kualitas dan menjadi pusat riset, kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.

2. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh stakeholders dan mitra pendidikan. Misi ini berhubungan dengan fungsi relasi yang harus dibangun oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sebagai suatu organisasi profesional pendidikan. Bentuk kolaborasi dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan sikap open minded dan profesional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara harus mampu melihat peluang kerjasama yang ditawarkan atau malah mampu menawarkan kerjasama tersebut pada pihak lain.

3. Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan professional bagi staf dan mitra kerja. Misi ini berhubungan dengan azas profesionalitas dalam menjalankan pekerjaan. Lingkungan dan suasana kerja yang dibangun harus memperhatikan situasi fisik dan psikologis seluruh civitas akademika. Harus ada mekanisme yang mampu membangun suasana tersebut. Prinsip profesionalitas juga harus didukung dengan prinsip persaudaraan dan pertemanan (makna positif) dengan


(17)

kemampuan bisa menempatkan dan menjalankan fungsi masing-masing.

4. Menjadi institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sangat potensial sebagai institusi pendidikan yang membawa misi di atas dengan melihat pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sendiri.

3.2. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian kuantitatif. Riset kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan (Kriyantono, 2006: 55).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional adalah metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel berhubungan dengan variasi-variasi variabel lain (Rakhmat, 2004: 27). Dengan menggunakan metode ini, kita tidak hanya menghimpun data dan menyusun secara sistematis, melainkan dapat meneliti hubungan di antara variabel.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Objek pada populasi diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi (Arikunto, 2002: 108-109).

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU Program S-1 angkatan 2012. Berikut daftar jumlah mahasiswa yang terhitung aktif:


(18)

Tabel 3.1 : Jumlah Populasi Mahasiswa FISIP USU Program S-1 Angkatan 2012

Jurusan Jumlah

Komunikasi 138

Antropologi 67

Politik 68

Sosiologi 76

Kesejahteraan Sosial 79

Administrasi Negara 137

Administrasi Niaga/Bisnis 133

Jumlah Total 698

(Sumber:http://dirmahasiswa.usu.ac.id/) 3.3.2. Sampel

Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Nawawi, 2005: 148). Sampel inilah yang nantinya akan menjadi objek penelitian yang akan diberikan kuesioner.

Sampel diambil berdasarkan ketentuan presisi ditetapkan di antara ± 10% dengan ketentuan besarnya sampel pada tingkat kesalahan 0,1 dan tingkat kepercayaan (reliability) 90%. Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, yakni sebagai berikut:

n = N Nd2+1 Keterangan:


(19)

N = jumlah populasi

d = presisi/tingkat kesalahan (10%) = 0,1

Berdasarkan data yang ada, maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak: n = 698

698 0,1 2+1

= 698

6,98+1

= 698

7,98

= 87, 34

87 orang

Jadi, sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah berjumlah 87 orang.

3.3.3. Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik penarikan sampel yang digunakan adalah: a. Sampel Stratifikasi Proporsional

Dalam teknik ini, populasi dikelompokkan ke dalam kelompok atau ketegori yang disebut strata. Strata ini bisa berupa usia, kota, jenis kelamin dan sebagainya. Sampel ini bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokkan ke dalam sub populasi karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok (strata) mempunyai anggota sampel yang relatif homogen. Dalam sampel strata proposional, dari setiap strata diambil sampel yang sebanding dengan besar setiap strata (Rakhmat, 2004: 79). Dalam penelitian ini, populasi dikelompokkan berdasarkan departemen yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU program S-1 angkatan 2012.


(20)

Proporsional sampling memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel (Arikunto, 2002: 120)

dengan rumus:

n =n1 x N

N

Keterangan:

�1 = Jumlah jiwa

� = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi (Arikunto, 2002: 120)

Berdasarkan rumus sebelumnya, maka dapat dihitung sampel yang terpilih di setiap angkatan, yaitu:

Tabel 3.2 : Sampel yang Terpilih Setiap Angkatan

Jurusan Populasi Penarikan Sampel Sampel

Komunikasi 138 138x87

698 17 orang

Antropologi 67 67x87

698 8 orang

Politik 68 68x87

698 8 orang

Sosiologi 76 76x87

698 10 orang

Kesejahteraan

Sosial 79

79x87

698 10 orang

Administrasi

Negara 137

137x87

698 17 orang

Administrasi

Niaga/Bisnis 133

133�87

698 17 orang


(21)

b. Purposive Sampling

Teknik penarikan sampel ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan peneliti. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel. Purposive sampling dilakukan dengancara mengambil subjek, bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Kriyantono, 2006: 154). Kriteria sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU program S-1 angkatan 2012.

2. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik USU angkatan 2012 yang pernah menonton pemberitaan ISIS di TVOne.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara terstruktur, yaitu dengan menggunakan angket dan kuesioner. Model kuesioner yang digunakan “Projective Questioner” adalah suatu metode dan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan kesempatan kepada responden untuk memilih jawaban pertanyaan, di mana responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan dilakukan melalui buku-buku, jurnal, internet dan sebagainya.


(22)

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 2011: 266). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisis, yaitu:

3.5.1. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi dan presentase. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom, sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 2011: 228).

3.5.2. Analisis Tabel Silang

Teknik yang dilakukan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif (Singarimbun, 2011: 275).

3.5.3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah pengujian dan statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk mengukur tingkat hubungan antara dua variabel, maka peneliti menggunakan analisis Spearman melalui aplikasi SPSS 19.0. Spearman Rho menunjukan hubungan antara variabel X dan variabel Y yang tidak diketahui sebaran datanya.

Pengujian hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan digunakan koefisien korelasi tata genjang (Rank order correlation coeficient) oleh Spearman. Uji hipotesis ini menggunakan korelasi Spearman Rank karena jenis data yang dikorelasikan memiliki jenjang dari kedua variabel sehingga tidak harus membentuk distribusi normal. Jadi korelasi Spearman Rank bekerja dengan data ordinal atau berjenjang atau ranking.Untuk menguji hubungan diantara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus korelasi Spearman (Kriyantono, 2006: 174) yaitu:

r = 6- d


(23)

Keterangan:

rs (rho) = Koefisien korelasi rank-order d = Perbedaan antara pasangan jenjang

Σ = Sigma atau jumlah

N = Jumlah individu dalam sampel

Untuk mengukur kekuatan derajat hubungan, digunakan nilai koefisien korelasi skala Guilford sebagai berikut (Kriyantono, 2006: 168):

Kurang dari 0,20 : Hubungan rendah sekali; lemah sekali 0,21-0,39 : Hubungan rendah tapi pasti

0,40-0,70 : Hubungan yang cukup berarti 0,71-0,90 : Hubungan yang tinggi; kuat

Lebih dari 0,90 : Hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan

Selanjutnya, jika tabel signifikan > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Sementara jika tabel signifikan < 0,05, maka terdapat hubungan yang signifikan sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.

Tahap selanjutnya adalah mencari besarnya kekuatan hubungan antara variabel X dan Y, yaitu dengan rumus:


(24)

Keterangan:

Kp = Koefisien pengaruh


(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. TAHAPAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti melalui beberapa tahap proses pengumpulan data, yakni:

4.1.1. Tahapan Pengumpulan Data

Proses sebagai tahapan pengumpulan data penelitian terdiri dari kegiatan: 1. Penyebaran kuesioner penelitian dilakukan pada bulan November 2015. 2. Penyebaran kuesioner diberikan kepada 87 responden yang merupakan

mahasiswa FISIP USU program reguler S-1 angkatan 2012. Adapun 7 departemen yang ada di FISIP USU yang menjadi responden penelitian, yaitu: Ilmu Komunikasi, Antropologi, Ilmu Politik, Sosiologi, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Administrasi Negara, dan Administrasi Niaga/Bisnis angkatan 2012.

3. Peneliti memberi keterangan seperlunya tentang kuesioner penelitian, rata-rata responden tidak memerlukan bimbingan pengisian kuesioner karena mereka merasa paham dengan pertanyaan dan alternatif jawaban yang disediakan berdasarkan ketentuan cara menjawab yang sudah disediakan dalam kuesioner.

4.1.2. Proses Pengolahan Data

Setelah peneliti memperoleh data dari 87 mahasiswa yang dijadikan responden, maka peneliti memulai pengolahan data. Tahap pengolahan data yang dilakukan peneliti yakni sebagai berikut:


(26)

1. Penomoran Kuesioner

Penomoran kuesioner yaitu kuesioner-kuesioner yang telah diisi oleh responden dikumpulkan, kemudian diberi nomor urut responden sebagai tanda pengenal (01-87) yang berguna untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data.

2. Editing

Editing yaitu proses pengeditan jawaban responden dengan tujuan agar memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan saat mengisi data ke dalam kotak kode yang disediakan.

3. Coding

Coding yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban dari responden ke kotak-kotak kode yang telah tersedia dalam kuesioner berupa bentuk angka (skor).

4. Inventarisasi Tabel

Inventarisasi tabel yaitu data mentah yang diperoleh, kemudian dimasukkan ke dalam lembar Fortran Cobol (FC), sehingga memuat keseluruhan data dalam satu kesatuan.

5. Tabulasi Data

Data dari lembar Fortran Cobol (FC) akan dimasukkan ke dalam tabel, terdiri dari tabel tunggal dan tabel silang. Penyebaran data dalam tabel secara rinci melalui kategori frekuensi, persentase dan selanjutnya akan dianalisis.

4.2. ANALISIS TABEL TUNGGAL

Analisis tabel tunggal adalah suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar Statistik Deskriptif yakni: Distribusi Frekuensi. Dalam penelitian ini, analisis tabel tunggal berkenaan dengan data Karakteristrik Responden (Z), Pemberitaan ISIS di TV One (X), dan Sikap Mahasiswa FISIP USU (Y).


(27)

4.2.1. Karakteristik Responden (Z)

Karakter responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang responden. Adapun karakteristik umum yang dianggap relevan dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin dan angkatan. Hasil data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Departemen Responden

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Ilmu Komunikasi 17 19,5

2 Antropologi 8 9,2

3 Ilmu Politik 8 9,2

4 Sosiologi 10 11,5

5 Kesejahteraan Sosial 10 11,5

6 Administrasi Negara 17 19,5

7 Administrasi Niaga/Bisnis 17 19,5

Total 87 100

Sumber: P.2/FC.3

Tabel 4.1 menunjukkan departemen responden, yaitu sebanyak 87 orang yang terdiri dari 7 departemen untuk program S-1 yang ada di FISIP USU. 17 orang responden dengan persentase sebesar 19,5% adalah mahasiswa dari Departemen Ilmu Komunikasi, 8 orang responden dengan persentase sebesar 9,2% adalah mahasiswa dari Departemen Antropologi, 8 orang responden dengan persentase sebesar 9,2% adalah mahasiswa dari Departemen Ilmu Politik, 10 orang responden dengan persentase sebesar 11,5% adalah mahasiswa dari Departemen Sosiologi, 10 orang responden dengan persentase sebesar 11,5% adalah mahasiswa dari Departemen Kesejahteraan Sosial, 17 orang responden dengan persentase sebesar 19,5% adalah mahasiswa dari Departemen


(28)

Administrasi Negara, 17 orang responden dengan persentase sebesar 19,5% adalah mahasiswa dari Departemen Administrasi Niaga/Bisnis.

Ilmu Komunikasi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara berkomunikasi serta menggunakan berbagai alat komunikasi sebagai saran komunikasi terhadap masyarakat, kemudian Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan imu hayati (alam). Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau kepolitikan, kemudian Sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Kesejahteraan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan lingkungannya, kemudian Administrasi Negara adalah ilmu yang mempelajari organisasi dan manajemen dan Administrasi Bisnis adalah ilmu administrasi yang mempelajari permasalahan di bidang perniagaan atau bisnis.

Tabel 4.2

Jenis Kelamin Responden

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Laki-laki 46 52,9

2 Perempuan 41 47,1

Total 87 100

Sumber: P.3/FC.4

Tabel 4.2 menunjukkan jenis kelamin responden, yaitu sebanyak 46 orang memiliki jenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 52,9% dari total keseluruhan. Sedangkan responden yang memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 41 orang atau sebesar 47,1% dari total responden.

Penyebaran kuesioner dilakukan secara acak oleh peneliti sesuai dengan populasi dan jumlah sampel yang telah ditentukan, data pada tabel di atas menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada responden dengan jenis kelamin perempuan. Hal tersebut bukan berarti bahwa


(29)

laki-laki lebih banyak dalam menonton berita, namun di dalam penelitian ini mayoritas responden laki-laki lah yang mendapat jumlah terbanyak.

4.2.2. Variabel Bebas (Pemberitaan ISIS di TV One)

Pada bagian ini peneliti akan menyajikan data mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemberitaan ISIS di TV One yang dioperasionalkan menjadi beberapa bagian, yaitu frekuensi penayangan, bentuk penyajian berita, gaya bahasa, cara berpakaian, cara membacakan berita serta pengetahuan dan wawasan presenter TV One. Data selengkapnya mengenai variabel bebas ini disajikan pada tabel, mulai dari tabel 4.3 sampai dengan tabel 4.11.

Tabel 4.3

Frekuensi Penayangan Berita Tentang ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 0 0

2 Jarang (1-2 Kali Seminggu) 19 21,8

3 Sering (3-4 Kali Seminggu) 61 70,1

4 Sangat Sering (5-6 Kali Seminggu) 7 8,0

Total 87 100

Sumber: P.4/FC.5

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui frekuensi penayangan berita tentang ISIS di TV One menurut responden. Dapat dilihat tidak ada satu orang pun dari total responden yang menyatakan tidak pernah ada penayangan berita tentang ISIS di TV One. Kemudian 19 orang (21,8%) yang menyatakan jarang penayangan berita tentang ISIS di TV One (1-2 kali seminggu). Adapun jumlah terbanyak adalah responden yang menyatakan sering penayangan berita tentang ISIS di TV One (3-4 kali seminggu) yakni sebanyak 61 orang (70,1%). Sedangkan yang


(30)

menyatakan sangat sering (5-6 kali seminggu) mengenai penayangan berita tentang ISIS di TV One hanya sebanyak 7 orang saja (8,0%).

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sering mengenai frekuensi penayangan berita tentang ISIS di TV One. Dalam hal ini mahasiswa yang menjadi responden sudah cukup banyak melihat berita tersebut ketika menonton televisi. Ini dapat diartikan bahwa TV One adalah stasiun televisi swasta yang menyajikan berita dengan tingkat pembahasan yang cukup mendalam. Penayangan berita yang cukup intens ini memberi pemahaman yang lebih luas kepada para penikmat berita karena adanya program acara khusus yang mengupas satu topik berita.

Tabel 4.4

Bentuk Penyajian Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Menarik 2 2,3

2 Kurang Menarik 17 19,5

3 Menarik 62 71,3

4 Sangat Menarik 6 6,9

Total 87 100

Sumber: P.5/FC.6

Tabel 4.4 menunjukkan tanggapan responden terhadap bentuk penyajian pemberitaan ISIS di TV One. Hasilnya hanya 2 orang (2,3%) yang menyatakan tidak menarik. Kemudian 17 orang (19,5%) menyatakan kurang menarik dan yang paling tinggi adalah responden yang menyatakan menarik yaitu sebanyak 62 orang (71,3%). Sedangkan responden yang menyatakan sangat menarik hanya sebanyak 6 orang (6,9%).


(31)

Sebagian besar responden menyatakan bahwa bentuk penyajian pemberitaan ISIS di TV One adalah menarik. Rasa ketertarikan ini bisa ditimbulkan oleh banyak hal yang ada di dalam pemberitaan tersebut, baik dari segi manfaat ataupun untuk kepuasan akan isi berita.

Tabel 4.5

Gaya Bahasa dalam Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Menarik 1 1,1

2 Kurang Menarik 29 33,3

3 Menarik 54 62,1

4 Sangat Menarik 3 3,4

Total 87 100

Sumber: P.6/FC.7

Tabel 4.5 menunjukkan tanggapan responden mengenai gaya bahasa dalam pemberitaan ISIS di TV One. Dimana hasilnya hanya 1 orang (1,1%) yang menyatakan tidak menarik. Kemudian 29 orang (33,3%) menyatakan kurang menarik, lalu sebanyak 54 orang (62,1%) menyatakan menarik. Sedangkan hanya 3 orang (3,4%) yang menyatakan gaya bahasa pemberitaan ISIS di TV One tidak menarik.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa gaya bahasa dalam pemberitaan ISIS di TV One adalah menarik. Jawaban dari responden tersebut menjelaskan bahwa gaya bahasa yang diberikan tidak mempersulit orang yang menonton berita, dirangkai dengan bahasa yang baik dan cukup mudah untuk dipahami.


(32)

Tabel 4.6

Pemahaman Isi Berita Tentang ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Paham 1 1,1

2 Kurang Paham 19 21,8

3 Paham 61 70,1

4 Sangat Paham 6 6,9

Total 87 100

Sumber: P.7/FC.8

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bagaimana pemahaman isi berita tentang ISIS di TV One oleh responden. Dapat dilihat hanya 1 orang (1,1%) yang menjawab tidak paham akan isi berita tentang ISIS di TV One. Terdapat 19 orang (21,8%) yang menjawab kurang paham, dan responden yang menjawab paham akan isi berita tentang ISIS di TV One mendominasi dengan 61 orang (70,1%) dari total responden. Untuk responden yang menjawab sangat paham akan isi berita tentang ISIS di TV One hanya sebanyak 6 orang (6,9%).

Dari jawaban responden di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang paham isi berita tentang ISIS di TV One berada di urutan paling tinggi. Hal tersebut menjelaskan bahwa responden dapat mencerna dengan baik isi dari berita dan tentunya dengan proses berkala dalam menonton berita tersebut. Untuk dapat memahami isi berita tentu tidak dapat dilihat sekali saja, terutama apabila berita tersebut ditayangkan secara bertahap atau continue.


(33)

Tabel 4.7

Narasumber yang ditampilkan Oleh TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Menarik 2 2,3

2 Kurang Menarik 23 26,4

3 Menarik 60 69,0

4 Sangat Menarik 2 2,3

Total 87 100

Sumber: P.8/FC.9

Tabel 4.7 menunjukkan tanggapan responden mengenai narasumber yang ditampilkan oleh TV One. Responden yang menjawab bahwa narasumber yang ditampilkan oleh TV One tidak menarik hanya 2 orang (2,3%). Kemudian sebanyak 23 orang (26,4%) menjawab kurang menarik, lalu responden yang menjawab narasumber yang ditampilkan oleh TV One menarik menjadi jumlah tertinggi yaitu sebanyak 60 orang (69,0%). Sedangkan hanya 2 orang (2,3%) yang menjawab sangat menarik.

Sebagian besar responden menyatakan bahwa narasumber yang ditampilkan TV One menarik sehingga muncul rasa ketertarikan untuk menonton. Terdapat beberapa faktor yang memberikan kesan menarik, misalkan seperti gelar, pengalaman, cara berpakaian, cara berbicara yang baik serta wajah yang rupawan dari sang narasumber. Tentu hal tersebut adalah poin-poin penting yang membuat dirinya bisa disebut menarik, apabila narasumber menarik maka para penikmat berita secara tidak langsung akan memberikan perhatian lebih terhadap pembahasan berita yang ada. Narasumber yang seringkali di undang oleh TV One dalam pembahasan mengenai ISIS di berbagai program acara di TV One seperti Indonesia Lawyers Club edisi 24 Maret 2015 dan Gestur edisi 14 Agustus 2014 adalah Nasir Abas (Pengamat Terorisme), Cholil Nafis (Ketua Komisi Dakwah MUI), Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), Ridwan Saidi (Budayawan), Hasyim Muzadi (Mantan Ketua NU) dan Ali Mustafa Yaqub (Imam Besar Masjid


(34)

Tabel 4.8

Cara Berpakaian Presenter TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Baik 0 0

2 Kurang Baik 2 2,3

3 Baik 78 89,7

4 Sangat Baik 7 8,0

Total 87 100

Sumber: P.9/FC.10

Tabel 4.8 menunjukkan tanggapan responden mengenai cara berpakaian presenter TV One. Hasilnya adalah tidak ada satu orang pun responden yang menjawab bahwa cara berpakaian dari presenter TV One tidak baik, terdapat 2 orang (2,3%) yang menjawab bahwa cara berpakaian presenter TV One kurang baik. Kemudian angka tertinggi sebanyak 78 orang (89,7%) menjawab bahwa cara berpakaian presenter TV One baik, kemudian diikuti jawaban bahwa cara berpakaian presenter TV One sangat baik sebanyak 7 orang (8,0%) dari total responden.

Sebagian besar responden memberikan jawaban bahwa cara berpakaian presenter TV One baik. Penampilan merupakan hal yang penting bagi seorang presenter, karena hal yang pertama kali dilihat oleh penonton adalah penampilan. Maka dari itu seorang presenter harus sangat memperhatikan penampilannya. Sebagaimana syarat untuk menjadi seorang presenter haruslah berpenampilan yang baik agar terlihat kewibawaannya dalam menyampaikan berita.


(35)

Tabel 4.9

Cara Membaca Berita Presenter TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Baik 0 0

2 Kurang Baik 6 6,9

3 Baik 76 87,4

4 Sangat Baik 5 5,7

Total 87 100

Sumber: P.10/FC.11

Tabel 4.9 menunjukkan tanggapan responden mengenai cara membaca berita presenter TV One. Hasilnya adalah tidak ada satu orang pun responden yang menjawab cara membaca berita presenter TV One tidak baik, sebanyak 6 orang (6,9%) responden menjawab cara membaca berita presenter TV One kurang baik. Sebanyak 76 orang (87,4%) responden menjawab bahwa cara membaca presenter TV One baik, dan hanya 5 orang (5,7%) responden yang menjawab bahwa cara membaca presenter TV One sangat baik.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa presenter TV One baik dalam membaca berita. Kefasihan dalam membaca berita adalah merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh seorang presenter selain dari penampilannya. Apabila seorang presenter tidak baik dalam membaca berita maka berita yang seharusnya menarik menjadi tidak menarik dan tidak enak untuk didengar. Intonasi dan penekanan yang jelas dalam menyampaikan sebuah berita juga harus diperhatikan sesuai dengan teks berita.


(36)

Tabel 4.10

Pengetahuan dan Wawasan Presenter TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Baik 0 0

2 Kurang Baik 9 10,3

3 Baik 69 79,3

4 Sangat Baik 9 10,3

Total 87 100

Sumber: P.11/FC.12

Tabel 4.10 menunjukkan tanggapan responden mengenai pengetahuan dan wawasan presenter TV One. Hasilnya adalah tidak ada satu orang pun responden yang menjawab pengetahuan dan wawasan presenter TV One tidak baik, 9 orang (10,3%) menjawab bahwa pengetahuan dan wawasan presenter TV One kurang baik. Kemudian jawaban tertinggi adalah 69 orang (79,43%) menjawab baik dan 9 orang (10,3%) yang menjawab sangat baik dari total keseluruhan.

Selain penampilan dan cara membaca berita, tentunya syarat seorang presenter adalah harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Seorang presenter harus menguasai dan bertanggung jawab dari berita yang disampaikannya. Kewibawaan seorang presenter akan terlihat apabila dia dapat bijak dalam menyampaikan sebuah berita tanpa hanya mengandalkan teks saja tetapi juga mampu menguasai isi berita. Dari tabel di atas terlihat bahwa presenter TV One telah mampu membuat para penikmat berita menilai mereka sebagai presenter yang baik dalam pengetahuan dan wawasan.


(37)

Tabel 4.11

Wawancara yang dilakukan TV One dan Pemahaman Masalah Terorisme

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Membantu 3 3,4

2 Kurang Membantu 24 27,6

3 Membantu 55 63,2

4 Sangat Membantu 5 5,7

Total 87 100

Sumber: P.12/FC.13

Berdasarkan tabel 4.11 kita dapat melihat jawaban responden apakah wawancara yang dilakukan TV One membantu untuk memahami masalah terorisme di sekitar. Hasilnya adalah hanya 3 orang (3,4%) yang menjawab tidak membantu. Kemudian 24 orang (27,6%) menjawab kurang membantu, dan 55 orang (63,2%) menjawab bahwa wawancara yang dilakukan TV One membantu dirinya untuk memahami masalah terorisme di sekitarnya. Sedangkan untuk jawaban sangat membantu hanya sebanyak 5 orang (5,7%) responden.

Sebagian besar responden beranggapan bahwa wawancara yang dilakukan TV One dapat membantu memahami masalah terorisme di sekitarnya. Jumlah tersebut lebih banyak dari yang menjawab tidak membantu atau kurang membantu. Dapat diketahui bahwa metode wawancara cukup efektif dalam memberikan pengetahuan bagaimana masalah terorisme yang ada di sekitar kita sehingga dapat bertindak cepat apabila telah menemukan kecurigaan sesuai dengan ciri-ciri yang ada. Dengan adanya wawancara, membuat kita dapat lebih waspada dalam bergaul dan dapat mengetahui ciri-ciri dari seorang teroris yang bisa saja dekat dengan lingkungan kita. Teroris biasanya bersikap tertutup kepada lingkungannya, tidak banyak bersosialisasi ke orang sekitar dan jarang terlihat di rumah. Juga perlu diwaspadai ciri khas pakaian seperti gemar memakai celana cingkrang, gamis ke-arab-araban, janggut panjang, dan apabila bebrbicara suka dikaitkan ke agama terutama tema-tema jihad. Uraian tersebut bukan berarti


(38)

karena kebetulan ciri-ciri teroris di Indonesia adalah demikian. Peranan tetangga dibutuhkan untuk harus memiliki kepedulian dan kewaspadaan terhadap lingkungannya, terutama terhadap orang-orang baru.

4.2.3. Variabel Terikat (Sikap Mahasiswa)

Selanjutnya pada bagian ini, peneliti akan menyajikan data mengenai sesuatu yang berhubungan dengan sikap mahasiswa di FISIP USU terhadap pemberitaan ISIS di TV One. Variabel sikap disini adalah komponen dari sikap yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen behavior. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 4.12 sampai dengan tabel 4.25.

Tabel 4.12

Perhatian Terhadap Berita ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Perhatian 3 3,4

2 Kurang Perhatian 22 25,3

3 Perhatian 53 60,9

4 Sangat Perhatian 9 10,3

Total 87 100

Sumber: P.13/FC.14

Tabel 4.12 menunjukkan jawaban responden mengenai perhatian terhadap berita ISIS di TV One. Responden yang menjawab tidak perhatian hanya 3 orang (3,4%). Kemudian sebanyak 22 orang (25,3%) responden menjawab kurang perhatian, dan untuk responden yang menjawab perhatian menjadi jawaban tertinggi sebanyak 53 orang (60,9%). Sedangkan untuk responden yang menjawab perhatian sebanyak 9 orang (10,3%).


(39)

merupakan seorang mahasiswa terutama di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tentu harus tanggap dengan berita yang bersinggungan dengan masalah sosial.

Tabel 4.13

Frekuensi Menonton Berita di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Pernah 0 0

2 Jarang (1-2 Kali Seminggu) 40 46,0

3 Sering (3-4 Kali Seminggu) 41 47,1

4 Sangat Sering (5-6 Kali Seminggu) 6 6,9

Total 87 100

Sumber: P.14/FC.15

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat frekuensi responden menonton berita di TV One. Hasilnya adalah dari total 87 orang responden tidak ada satu orang pun yang menjawab tidak pernah menonton berita di TV One. Kemudian diikuti 40 orang (46,0%) responden menjawab jarang (1-2 kali seminggu). Responden yang menjawab sering (3-4 kali seminggu) mendapatkan jumlah yang lebih banyak yaitu 41 orang (47,1%), diikuti 6 orang (6,9%) responden dengan jawaban sangat sering (5-6 kali seminggu).

Data dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah antara responden yang jarang menonton dan sering menonton berita ISIS di TV One mendapatkan jumlah yang sama. Frekuensi seberapa sering menonton berita dapat menjadi tolak ukur seberapa luas pengetahuan bagi orang yang melihatnya. Jika menonton sebuah berita secara continue atau berkelanjutan tentu dapat lebih memahami isi berita tersebut dibandingkan dengan orang yang jarang menonton.


(40)

Tabel 4.14

Jam Per Hari Menonton Berita di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Kurang Dari 30 Menit 36 41,4

2 30-45 Menit 32 36,8

3 45-60 Menit 12 13,8

4 Lebih Dari 1 Jam 7 8,0

Total 87 100

Sumber: P.15/FC.16

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan jawaban responden mengenai berapa jam dalam sehari waktu yang dihabiskan untuk menonton berita di TV One. Hasilnya adalah 36 orang (41,4%) menjawab kurang dari 30 menit. Responden yang menjawab 30-45 menit sebanyak 32 orang (36,8%). Untuk jawaban 45-60 menit sebanyak 12 orang (13,8%), sedangkan hanya 7 orang (8,0%) yang menjawab lebih dari 1 jam untuk menghabiskan waktu menonton berita di TV One.

Jawaban terbanyak dari responden adalah durasi yang kurang dari 30 menit per harinya dalam menonton berita di TV One.Hal tersebut kemungkinan terjadi karena adanya aktivitas yang berhubungan dengan kampus atau aktivitas lain di luar kampus yang cukup menyita waktu sehingga mayoritas responden tidak memiliki banyak waktu luang untuk menonton berita.


(41)

Tabel 4.15

Kepedulian Terhadap Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Peduli 2 2,3

2 Kurang Peduli 18 20,7

3 Peduli 58 66,7

4 Sangat Peduli 9 10,3

Total 87 100

Sumber: P.16/FC.17

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat jawaban dari responden mengenai kepedulian terhadap pemberitaan ISIS di TV One. Dari 87 orang responden hanya 2 orang (2,3%) yang menjawab tidak peduli terhadap pemberitaan ISIS di TV One. Responden yang menjawab kurang peduli sebanyak 18 orang (20,7%). Kemudian jawaban terbanyak yakni 58 orang (66,7%) responden menjawab peduli terhadap pemberitaan ISIS di TV One. Sedangkan hanya 9 orang (10,3%) yang menjawab sangat peduli.

Dari jawaban responden atas pertanyaan tersebut maka dapat diketahui hampir semua responden menaruh kepedulian terhadap pemberitaan tentang ISIS yang ditampilkan di TV One. Rasa kepedulian ini muncul karena adanya jiwa sosial yang tumbuh dari dalam individu setiap responden. Seperti diketahui bahwa apa yang telah dilakukan oleh ISIS cukup banyak memberikan dampak terhadap gejala-gejala sosial khususnya di kawasan Timur Tengah dan Eropa. Dengan adanya rasa kepedulian terhadap berita tersebut maka timbul rasa empati yang dapat menggerakkan hati untuk membantu sesama umat muslim di dunia.


(42)

Tabel 4.16

Keinginan Untuk Mencari Info Lebih Jauh Tentang ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Ingin 2 2,3

2 Biasa Saja 44 50,6

3 Ingin 29 33,3

4 Sangat Ingin 12 13,8

Total 87 100

Sumber: P.17/FC.18

Tabel 4.16 menunjukkan jawaban dari responden mengenai keinginan untuk mencari info lebih jauh tentang ISIS di TV One. Responden yang menjawab tidak ingin mencari info lebih jauh tentang ISIS di TV One hanya 2 orang (2,3%) dari total keseluruhan. Untuk jawaban terbanyak yakni 44 orang (50,6%) yang menjawab biasa saja. Kemudian sebanyak 29 orang (33,3%) menjawab ingin untuk mencari info lebih jauh tentang ISIS di TV One. Sedangkan untuk jawaban sangat ingin hanya sebanyak 12 orang (13,8%).

Berdasarkan jawaban dari responden di atas maka dapat dilihat sebagian besar responden menyatakan biasa saja untuk mencari info lebih jauh tentang ISIS di TV One. Hal tersebut tentu dipengaruhi faktor dari setiap individu yang berbeda-beda, namun keuntungan apabila mencari info lebih jauh dari internet adalah banyak sekali terdapat berita-berita penting yang mungkin belum ditayangkan atau tidak ada sama sekali ditayangkan di televisi nasional. Maka apa yang tidak diketahui dari isi berita mengenai ISIS khususnya dapat terus dicari di dalam internet dengan sumber-sumber yang terpercaya sehingga pengetahuan akan berita tersebut lebih luas.


(43)

Tabel 4.17

Pengetahuan Bertambah dari Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Bertambah 3 3,4

2 Agak Bertambah 14 16,1

3 Bertambah 62 71,3

4 Sangat Bertambah 8 9,2

Total 87 100

Sumber: P.18/FC.19

Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat jawaban responden mengenai apakah pengetahuan bertambah dari pemberitaan ISIS di TV One. Dari total 87 orang responden hanya 3 orang (3,4%) yang menjawab tidak bertambah. Kemudian 14 orang (16,1%) menjawab pengetahuannya agak bertambah dan jawaban terbanyak yakni responden yang menjawab pengetahuannya bertambah sebanyak 62 orang (71,3%). Sedangkan untuk yang menjawab pengetahuannya mengenai berita ISIS sangat bertambah hanya 8 orang (9,2%).

Sebagian besar responden mengakui bahwa pengetahuan mereka mengenai berita ISIS bertambah. Hal tersebut menunjukkan bahwa TV One sebagai televisi swasta yang cukup sering menayangkan berita mengenai ISIS mampu memberikan dampak positif terhadap khalayak yang menyaksikannya. Dari berbagai program acara yang khusus untuk mengupas satu topik berita mengenai ISIS terbukti bahwa apa yang disuguhkan TV One dapat dicerna dengan baik oleh para penikmat berita.


(44)

Tabel 4.18

Keyakinan Tentang Berita ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Percaya 4 4,6

2 Ragu-ragu 33 37,9

3 Yakin 46 52,9

4 Sangat Yakin 4 4,6

Total 87 100

Sumber: P.19/FC.20

Tabel 4.18 menunjukkan jawaban responden mengenai keyakinan tentang berita ISIS di TV One. Hasilnya adalah dari total 87 orang responden hanya 4 orang (4,6%) saja yang menyatakan tidak percaya terhadap berita ISIS di TV One. 33 orang (37,9%) responden menyatakan ragu-ragu dan untuk jawaban yakin terhadap berita tentang ISIS di TV One dijawab oleh 46 orang (52,9%) responden. Sedangkan hanya 4 orang (4,6%) yang menyatakan sangat yakin terhadap berita ISIS di TV One.

Berdasarkan hasil dari jawaban responden diatas maka dapat diketahui bahwa mayoritas responden yakin terhadap pemberitaan ISIS di TV One. Keyakinan yang dimaksud dalam hal ini adalah responden merasa apabila TV One menyajikan berita yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Baik dari isi berita, narasumber yang ditampilkan dan frekuensi penayangan berita. Maka dari itu TV One terbukti dapat memberikan rasa kepercayaan yang ditanamkan didalam diri para responden dari berita-berita mengenai ISIS yang telah ditayangkan.


(45)

Tabel 4.19

Suka Menonton Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Suka 4 4,6

2 Biasa Saja 44 50,6

3 Suka 34 39,1

4 Sangat Suka 5 5,7

Total 87 100

Sumber: P.20/FC.21

Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat jawaban dari responden mengenai apakah suka untuk menonton pemberitaan ISIS di TV One. Responden yang menjawab tidak suka menonton pemberitaan ISIS di TV One hanya 4 orang (4,6%) responden. Kemudian 44 orang (50,6%) responden menjawab biasa saja. Untuk jawaban suka menonton pemberitaan ISIS di TV One dijawab oleh sebanyak 34 orang (39,1%) responden. Sedangkan untuk jawaban sangat suka dijawab oleh 5 orang (5,7%) responden.

Dari jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab biasa saja lebih banyak dibandingkan dengan responden yang menjawab tidak suka, suka dan sangat suka. Biasa saja dalam jawaban tersebut bukan berarti responden tidak menyukai pemberitaan ISIS, namun berita tersebut bukan sesuatu hal yang harus untuk disukai, karena tujuan utama dari sebuah pemberitaan adalah untuk mengedukasi bukan untuk sebagai hiburan.


(46)

Tabel 4.20

Suka Mengikuti Kelanjutan Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Suka 7 8,0

2 Biasa Saja 46 52,9

3 Suka 29 33,3

4 Sangat Suka 5 5,7

Total 87 100

Sumber: P.21/FC.22

Tabel 4.20 menunjukkan jawaban dari responden mengenai apakah suka untuk mengikuti kelanjutan pemberitaan ISIS di TV One. Dari total 87 responden yang menjawab tidak suka hanya 7 orang (8,0%). Jawaban yang paling banyak adalah responden yang menjawab biasa saja yakni 46 orang (52,9%). Kemudian 29 orang (33,3%) responden menjawab suka untuk mengikuti kelanjutan pemberitaan ISIS di TV One. Sedangkan responden yang menjawab sangat suka sebanyak 5 orang (5,7%).

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menjawab biasa saja mengenai apakah suka untuk mengikuti kelanjutan pemberitaan ISIS di TV One. Biasa saja dalam hal tersebut adalah mayoritas responden tidak menaruh perhatian lebih terhadap pemberitaan ISIS di TV One walaupun mereka telah menonton dan memahami berita tersebut.


(47)

Tabel 4.21

Mendukung Pemberitaan Seperti Berita ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Mendukung 3 3,4

2 Kurang Mendukung 16 18,4

3 Mendukung 63 72,4

4 Sangat Mendukung 5 5,7

Total 87 100

Sumber: P.22/FC.23

Berdasarkan tabel 4.21 diketahui bahwa jawaban responden mengenai apakah mendukung pemberitaan seperti berita ISIS di TV One. Hasilnya adalah hanya 3 orang (3,4%) responden yang menjawab tidak mendukung dari total 87 orang responden. Untuk responden yang menjawab kurang mendukung sebanyak 16 orang (18,4%). Jawaban paling banyak yakni responden yang mendukung pemberitaan seperti berita ISIS di TV One yaitu sebanyak 63 orang (72,4%). Sedangkan hanya 5 orang (5,7%) responden yang menjawab sangat mendukung.

Dari hasil jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa hampir semua responden setuju untuk mendukung pemberitaan seperti berita ISIS di TV One. Setuju untuk mendukung pemberitaan tersebut sangat berguna untuk masyarakat luas tentang pentingnya mengetahui apa sebenarnya ISIS itu agar tidak terjadinya kesalah-pahaman. Baik bagi sesama muslim ataupun terhadap orang-orang yang berbeda keyakinan lainnya. Maka di sinilah peran penting TV One untuk menyuguhkan berita yang update atau terkini kepada masyarakat luas agar mendapatkan pengetahuan yang lebih jelas.


(48)

Tabel 4.22

Sikap Terhadap ISIS Tentang pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Takut 9 10,3

2 Biasa Saja 47 54,0

3 Takut 26 29,9

4 Sangat Takut 5 5,7

Total 87 100

Sumber: P.23/FC.24

Tabel 4.22 menunjukkan jawaban dari responden mengenai sikap terhadap ISIS tentang pemberitaan ISIS di TV One. Hasilnya adalah 9 orang (10,3%) responden menjawab tidak takut terhadap ISIS, jawaban terbanyak yakni responden yang menjawab biasa saja sebanyak 47 orang (54,0%), responden yang menjawab takut sebanyak 26 orang (29,9%) dan 5 orang (5,7%) menjawab sangat takut terhadap ISIS.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan biasa saja mengenai bagaimana sikap mereka terhadap ISIS. Takut atau tidaknya seseorang terhadap ISIS merupakan hal yang subjektif. Indonesia merupakan negara yang masih aman dari teror ISIS, tidak ada ancaman-ancaman secara langsung yang menuju ke masyarakat, maka secara tidak langsung tidak ada rasa takut secara berlebihan yang muncul dari diri para responden walaupun tidak sedikit responden yang menjawab takut dan sangat takut terhadap ISIS.


(49)

Tabel 4.23

Sikap Terhadap ISIS Sebelum Menonton Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Setuju 51 58,6

2 Kurang Setuju 30 34,5

3 Setuju 6 6,9

4 Sangat Setuju 0 0

Total 87 100

Sumber: P.24/FC.25

Tabel 4.23 menunjukkan jawaban dari responden mengenai bagaimana sikap terhadap ISIS sebelum menonton berita ISIS di TV One. Hasilnya adalah 51 orang (58,6%) responden menjawab tidak setuju terhadap ISIS yang merupakan jawaban terbanyak. Untuk jawaban kurang setuju dijawab oleh 30 orang (34,5%) responden, 6 orang (6,9%) responden menjawab setuju dan tidak ada seorang pun yang menjawab sangat setuju terhadap ISIS.

Berdasarkan jawaban dari responden di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak setuju terhadap ISIS bahkan sebelum menonton berita tentang ISIS di TV One. Jawaban tersebut menunjukkan bahwa kekejaman dan teror-teror secara nyata yang dilakukan ISIS tidak dapat ditolerir oleh masyarakat dunia. Maka wajar tidak ada jawaban setuju terhadap sikap yang dilakukan oleh ISIS yang merupakan organisasi teroris paling kaya dan paling berbahaya pada abad ini.


(50)

Tabel 4.24

Sikap Terhadap ISIS Setelah Menonton Pemberitaan ISIS di TV One

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Setuju 57 65,5

2 Kurang Setuju 24 27,6

3 Setuju 6 6,9

4 Sangat Setuju 0 0

Total 87 100

Sumber: P.25/FC.26

Tabel 4.24 menunjukkan jawaban dari responden mengenai bagaimana sikap terhadap ISIS setelah menonton berita ISIS di TV One. Jawaban terbanyak adalah 57 orang (65,5%) responden menjawab tidak setuju. Kemudian 24 orang (27,6%) menjawab kurang setuju, 6 orang (6,9%) responden menjawab setuju dan tidak ada seorang pun yang menjawab sangat setuju terhadap ISIS.

Berdasarkan jawaban dari responden di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak setuju terhadap ISIS setelah menonton pemberitaan ISIS di TV One. Terlihat jelas bahwa baik sebelum atau setelah menonton pemberitaan ISIS tidak merubah jawaban dari para responden yang tidak setuju terhadap sikap ISIS. TV One yang telah menayangkan bagaimana teror-teror dan kekerasan yang dilakukan oleh ISIS semakin membuat geram penonton dan penikmat berita. Hal tersebut terbukti bahwa hanya ada 6 dari 87 orang responden yang menyatakan setuju terhadap sikap ISIS. Setelah peneliti tanyakan kembali alasan mereka setuju terhadap ISIS, maka telah disimpulkan jawaban dari responden yang menjawab setuju bahwa menurut mereka Negara-negara non Muslim hanya membesar-besarkan berita melalui media-media barat yang terus menerus menayangkan berita mengenai invasi ISIS guna untuk memecah-belah ummat Islam di seluruh dunia. Mereka menganggap ISIS mempunyai tujuan yang baik, yaitu untuk membentuk negara Islam, ingin menyatukan ummat Islam. Kekerasan yang dilakukan oleh ISIS juga dianggap


(51)

Mereka menyebutkan bahwa anggota keluarga dari prajurit ISIS ditanggung kehidupan sehari-hari serta dilindungi oleh ISIS.

Tabel 4.25

Sikap Terhadap Terorisme

No Uraian Frekuensi (f) Persen (%)

1 Tidak Setuju 74 85,1

2 Kurang Setuju 11 12,6

3 Setuju 2 2,3

4 Sangat Setuju 0 0

Total 87 100

Sumber: P.26/FC.27

Tabel 4.25 menunjukkan jawaban dari responden mengenai bagaimana sikapnya terhadap terorisme. Hasilnya adalah 74 orang (85,1%) dari total 87 responden menjawab tidak setuju terhadap sikap terorisme. Kemudian 11 orang (12,6%) responden menjawab kurang setuju, 2 orang (2,3%) responden menjawab setuju dan tidak ada seorangpun yang menjawab sangat setuju terhadap terorisme. Hampir seluruh responden menjawab tidak setuju mengenai bagaimana sikapnya terhadap terorisme. Terorisme merupakan kejahatan kelas 1 atau kejahatan yang paling tinggi klasifikasinya di dalam tingkatan kejahatan. Terorisme adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terorganisir dengan beragam cara untuk meneror dan menakut-nakuti siapa saja yang menjadi tujuan teror mereka. Terorisme adalah sebutan untuk gerakannya sedangkan pelakunya disebut sebagai teroris. Teroris tidak mengenal rasa belas kasihan terhadap orang lain, tidak peduli ada orang-orang yang tidak bersalah di sekelilingnya. Bahkan dia berani untuk mengorbankan dirinya sendiri atau sering dikenal dengan bom bunuh diri yang sering kali terjadi di setiap aksi mereka. Maka dari itu wajar lah mayoritas responden menyatakan tidak ada yang setuju terhadap terorisme. Hanya


(52)

tanyakan kembali alasan mereka setuju terhadap terorisme maka dapat disimpulkan oleh peneliti alasan mereka untuk setuju bahwa menurut mereka teroris itu telah memilih jalan untuk berjuang di jalan Allah dengan cara memerangi orang-orang non Muslim. Cara-cara yang dilakukan oleh teroris seperti bom bunuh diri dianggap sebagai bentuk jihad dan apabila mati maka pelaku bom bunuh diri itu dinyatakan mati syahid atau mati dengan keadaan yang mulia karena telah berjuang untuk agama Allah.

4.3. ANALISIS TABEL SILANG

Berikutnya, pada bagian ini peneliti akan melakukan analisis data dalam bentuk tabel silang. Analisis tabel silang merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif (Singarimbun, 2011: 275). Analisis tabel silang ini bukan dijadikan sebagai penentu utama untuk melihat hubungan variabel yang diteliti, akan tetapi dimaksudkan untuk melihat bagaimana penilaian data yang satu dengan hubungannya dengan data yang lain.

Adapun kumpulan data yang ingin disajikan dan dianalisis dalam tabel silang yaitu sebagai berikut:

1. Hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan pengetahuan bertambah dari pemberitaan ISIS di TV One.

2. Hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan sikap terhadap ISIS dari berita ISIS di TV One.

3. Hubungan antara wawancara yang dilakukan TV One dan pemahaman masalah terorisme dengan kepedulian terhadap pemberitaan ISIS di TV One.


(53)

Tabel 4.26

Hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan pengetahuan bertambah dari pemberitaan ISIS di TV One

Pemahaman Isi Berita ISIS di

TV One

Pengetahuan Bertambah dari Pemberitaan ISIS di TV One

Tidak

Bertam-bah %

Agak

Bertam-bah %

Bertam-bah %

Sangat

Bertam-bah %

Total %

Tidak Paham Kurang Paham Paham Sangat Paham 1 2 0 0 1,1% 2,3% 0% 0% 0 6 8 0 0% 6,9% 9,2% % 0 10 47 5 0% 11,5% 54,0% 5,7% 0 1 6 1 % 1,1% 6,9% 1,1% 1 19 61 6 1,1% 21,8% 70,1% 6,9%

Total 0 3,4% 14 16,1% 62 71,3% 8 9,2% 87 100%

Sumber: P.7/FC.8 & P.18/FC.19

Dari tabel silang 4.26, memperlihatkan hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan pengetahuan bertambah dari pemberitaan ISIS di TV One. Terdapat 1 orang (1,1%) yang tidak paham isi berita ISIS di TV One dan tidak bertambah pengetahuannya dari pemberitaan ISIS di TV One. Selanjutnya terdapat 19 orang (21,8%) kurang paham isi berita ISIS di TV One, 2 orang (2,3%) tidak bertambah pengetahuannya dari pemberitaan ISIS di TV One, 6 orang (6,9%) agak bertambah pengetahuannya terhadap berita ISIS di TV One, 10 orang (11,5%) bertambah pengetahuannya terhadap berita ISIS di TV One dan 1 orang (1,1%) sisanya sangat bertambah pengetahuannya terhadap berita ISIS di TV One. Kemudian terdapat 61 orang (70,1%) yang paham isi berita ISIS di TV One dan tidak ada satupun yang tidak bertambah pengetahuannya terhadap berita ISIS di TV One, hanya 8 orang (9,2%) yang agak bertambah pengetahuannya dari pemberitaan ISIS di TV One, 47 orang (54,0%) bertambah pengetahuannya dari pemberitaan ISIS di TV One dan 6 orang (6,9%) yang sangat bertambah pengetahuannya dari pemberitan ISIS di TV One. Terdapat 6 orang yang sangat paham isi berita ISIS di TV One dan tidak ada satupun yang tidak bertambah atau


(54)

sangat bertambah pengetahuannya dari pemberitaan ISIS di TV One dan 5 orang bertambah pengetahuannya dari pemberitaan ISIS di TV One.

Berdasarkan tabel 4.26 dapat kita lihat mayoritas responden berada pada titik paham dengan isi pemberitaan ISIS di TV One dan bertambah pengetahuannya dari pemberitaan tersebut, yakni sebanyak 47 responden (54,0%). Pemahaman akan isi suatu berita tentu akan menambah pengetahuan dari orang yang menontonnya, dengan adanya perhatian dan rasa ingin tahu terhadap kejelasan dan kepastian dari suatu berita maka menonton berita merupakan kegiatan yang dapat menjadi hiburan tersendiri bagi penontonnya. Paham akan isi dari suatu berita merupakan hal positif karena bisa terhindar dari sumber pemberitaan yang menayangkan berita-berita miring dan tidak bertanggung jawab atas kepastiannya.

Tabel 4.27

Hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan sikap terhadap ISIS dari berita ISIS di TV One

Pemahaman Isi Berita ISIS

di TV One

Sikap Terhadap ISIS dari Berita ISIS di TV One

Tidak

Takut %

Biasa

Saja % Takut %

Sangat

Takut %

Total %

Tidak Paham Kurang Paham Paham Sangat Paham 0 2 7 0 0% 2,3% 8,0% 0% 1 12 29 5 1,1% 13,8% 33,3% 5,7% 0 5 20 1 % 5,7% 23,0% 1,1% 0 0 5 0 % 0% 5,7% 0% 1 19 61 6 1,1% 21,8% 70,1% 6,9%

Total 9 0% 47 6,4% 26 55,6% 5 38% 87 100%

Sumber: P.7/FC.8 & P.23/FC.24

Tabel 4.27 adalah tabel silang yang menunjukkan hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan sikap terhadap ISIS dari berita ISIS


(55)

namun bersikap biasa saja terhadap ISIS. Terdapat 19 orang (21,8%) kurang paham isi berita ISIS di TV One, 2 orang (2,3%) diantaranya tidak takut terhadap ISIS, 12 orang (13,8%) menyatakan biasa saja terhadap ISIS dan 5 orang (5,7%) takut terhadap ISIS sedangkan dari 19 orang yang kurang paham isi berita ISIS di TV One tersebut tidak ada yang sangat takut terhadap ISIS. Kemudian terdapat 61 orang (70,1%) yang paham isi berita ISIS di TV One, 7 orang (8,0%) diantaranya takut terhadap ISIS, 29 orang (33,3%) menyatakan biasa saja terhadap ISIS, 20 orang (23,0%) takut terhadap ISIS dan 5 orang (5,7%) sangat takut terhadap ISIS. Terdapat 6 orang (6,9%) yang sangat paham berita ISIS di TV One, 5 orang (5,7%) diantaranya biasa saja terhadap ISIS dan 1 orang (1,1%) takut terhadap ISIS.

Berdasarkan tabel 4.27 dapat kita lihat bahwa mayoritas responden berada pada titik paham akan isi berita ISIS di TV One dan bersikap biasa aja terhadap ISIS, yakni sebanyak 29 responden (33,3%). Jawaban biasa saja yang dimaksud tersebut bukan berarti tidak takut, karena takut atau tidaknya seseorang terhadap ISIS merupakan hal yang subjektif. Indonesia merupakan negara yang masih aman dari teror ISIS, tidak ada ancaman-ancaman secara langsung yang menuju ke masyarakat, maka secara tidak langsung tidak ada rasa takut secara berlebihan yang muncul dari diri para responden walaupun tidak sedikit responden yang menjawab takut dan sangat takut terhadap ISIS.


(56)

Tabel 4.28

Hubungan antara wawancara yang dilakukan TV One dan pemahaman masalah terorisme dengan kepedulian terhadap pemberitaan ISIS di TV One

Wawancara yang Dilakukan TV One dan Pemahaman Masalah Terorisme

Kepedulian Terhadap Pemberitaan ISIS di TV One

Tidak Peduli %

Kurang

Peduli % Peduli %

Sangat

Peduli %

Total %

Tidak Membantu Kurang Membantu Membantu Sangat Membantu 0 1 1 0 0% 1,1% 1,1% 0% 0 4 14 0 0% 4,6% 16,1% 0% 1 18 35 4 1,1% 20,7% 40,2% 4,6% 2 1 5 1 2,3% 1,1% 5,7% 1,1% 3 24 55 5 3,4% 27,6% 63,2% 5,7%

Total 2 2,3% 18 20,7% 58 66,7% 9 10,3% 87 100%

Sumber: P.12/FC.13 & P.16/FC.17

Tabel 4.28 adalah tabel silang yang menunjukkan hubungan antara wawancara yang dilakukan TV One dan pemahaman masalah terorisme dengan kepedulian terhadap pemberitaan ISIS di TV One. Hasilnya 3 orang (3,4%) menyatakan wawancara yang dilakukan TV One tidak membantu, tidak ada seorangpun yang menyatakan tidak membantu menjawab tidak peduli dan kurang peduli, 1 orang (1,1%) peduli terhadap pemberitaan ISIS di TV One dan 2 orang (2,3%) sangat peduli. Terdapat 24 orang (27,6%) menyatakan wawancara yang dilakukan TV One tidak membantu, 1 orang (1,1%) diantaranya tidak peduli terhadap pemberitaan ISIS, 4 orang (4,6%) kurang peduli terhadap pemberitaan ISIS, 18 orang (20,7%) peduli terhadap pemberitaan ISIS dan 1 orang (1,1%) sangat peduli terhadap pemberitaan ISIS. Kemudian terdapat 55 orang (63,2%) menyatakan wawancara yang dilakukan TV One membantu dan paham masalah terorisme, 1 orang (1,1%) diantaranya menyatakan tidak peduli terhadap pemberitaan ISIS, 14 orang (16,1%) kurang peduli terhadap pemberitaan ISIS, 35 orang (40,2%) peduli terhadap pemberitaan ISIS dan 5 orang (5,7%) sangat peduli


(57)

dilakukan TV One sangat membantu dan paham masalah terorisme, tidak ada seorangpun dari yang menyatakan sangat membantu menjawab tidak peduli atau kurang peduli, 4 orang (4,6%) peduli terhadap pemberitaan ISIS dan 1 orang (1,1%) sangat peduli terhadap pemberitaan ISIS.

Berdasarkan tabel 4.28 dapat kita lihat bahwa mayoritas responden berada pada titik yang menyatakan wawancara yang dilakukan TV One membantu untuk memahami masalah terorisme di sekitar dan menyatakan peduli akan berita mengenai ISIS tersebut. Memahami masalah terorisme di sekitar lingkungan dan peduli akan pemberitaan ISIS memang harusnya penting untuk diketahui, ciri-ciri dari seorang teroris yang telah peneliti paparkan di analisis tabel 4.11 dapat dijadikan sebagai acuan untuk waspada dan peduli terhadap lingkungan. Peran dari setiap pemimpin lingkungan seperti RT/RW dibutuhkan dalam mendata setiap orang baru yang akan memasuki lingkungan tersebut guna untuk mencegah adanya ancaman anggota teroris yang dapat meresahkan warga.

4.4. UJI HIPOTESIS

Pengujian hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu menguji tingkat hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, dengan menggunakan analisis Spearman melalui aplikasi SPSS 13.0, maka diperoleh hasil sebagai berikut:


(58)

Tabel 4.29 Uji Korelasi Spearman

Kegiatan Yoga (X)

Konsep Diri (Y)

Spearman's rho Pemberitaan ISIS di TV One (X)

Correlation Coefficient 1.000 .512**

Sig. (2-tailed) . .000

N 87 87

Sikap Mahasiswa (Y)

Correlation Coefficient .512** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 87 87

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil korelasi Spearman pada tabel 4.29 diatas diketahui korelasi antara variabel X dan Y yakni antara pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU sebesar 0,512. Berdasarkan skala Guilford, hasil 0,512 menunjukkan hubungan yang cukup berarti dan signifikan. Tanda korelasi pada koefisien korelasi menghasilkan (+) 0.512 yang menunjukkan arah hubungan yang sama antara variabel X dan variabel Y.

Terdapat pengaruh antara pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU. Ini berarti semakin sering dan intens menonton pemberitaan ISIS maka akan semakin berpengaruh pula hal tersebut pada sikap orang tersebut, begitu juga sebaliknya jika mahasiswa yang telah menjadi responden dalam penelitian ini semakin kurang intensitasnya atau jarang menonton pemberitaan ISIS maka sikapnya akan terpengaruh oleh faktor-faktor diluar dari penelitian ini.

Berdasarkan analisis diatas, dapat dirangkum bahwa hasil uji hipotesis pada pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU dengan nilai signifikan 0,00, maka hipotesis diterima dan hubungan signifikan. Signifikan korelasi juga dapat diketahui dari tanda ** (flag of significant) yang menunjukkan kedua variabel berkorelasi secara signifikan, maka hubungannya adalah signifikan

.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diterima


(59)

dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat pengaruh antara pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU.

Tahap terakhir adalah mencari besarnya kekuatan pengaruh hubungan antara variabel X terhadap variabel Y, dengan rumus Kp, yaitu:

Kp = 2x 100%

Dari hasil uji hipotesis di atas didapat nilai r = 0,512 maka dengan menggunakan rumus Kp di atas dapat diperoleh hasil berikut:

Kp = (rs)2 x 100% Kp = (0,512)2 x 100% Kp = 0,262 x 100% Kp = 26,2%

Hasil tersebut menunjukan bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 26,2% dan terdapat 73,8% faktor-faktor lain yang tidak dapat diukur pada penelitian ini.

4.6. PEMBAHASAN

Manusia tidak bisa terlepas dari adanya interaksi dan komunikasi dengan orang lain di dalam kehidupan sosial ini. Adanya interaksi dan komunikasi antar manusia dalam perilaku sosialnya akan melahirkan suatu keadaan atau gejala sosial tertentu

.

Media massa tidak kalah pentingnya di dalam kehidupan manusia, dengan adanya media massa masyarakat dapat memperoleh informasi dari dunia luar yang bermanfaat bagi dirinya. Komunikasi massa merupakan studi ilmiah tentang media massa berserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya dan efek terhadap mereka. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Komunikasi yang dimaksud adalah sebuah pesan atau berita, Berita merupakan media bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi baik melalui bentuk teks maupun visual dengan tujuan menyampaikan segala sesuatu yang telah, sedang atau akan terjadi. Alat dari


(60)

televisi merupakan media yang mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi mempunyai kelebihan dari media massa lainnya, yaitu bersifat audio visual (didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sering terjadi ke setiap rumah para pemirsa di manapun mereka berada.

Berita yang sedang hangat diperbincangkan dalam beberapa waktu lalu adalah serangan dari organisasi teroris yang bernama ISIS. ISIS (Islamic State in Iraq and Syria) adalah organisasi teroris yang dipimpin oleh Abu Bakar Al-Baghdady. ISIS memiliki ideologi “takfiri” yang berupa pandangan yang mengkafirkan madzhab atau kelompok mana saja yang berbeda dengan dirinya.Ini sebuah keyakinan yang dianut oleh kelompok-kelompok ekstrem yang menganggap dirinya paling benar, sementara yang di luar dirinya pasti salah. Berita mengenai ISIS yang disampaikan melalui TV One sebagai televisi swasta yang cukup sering menayangkan berita tersebut tentu tidak luput dari kalangan mahasiswa. Khususnya mahasiswa FISIP USU yang dipilih oleh peneliti karena dianggap harus tanggap dalam menyikapi gejala sosial yang tengah terjadi di masyarakat dan memiliki daya analisis yang lebih responsif dalam menentukan sikapnya dengan fenomena yang terjadi di sekitarnya. Intensitas dalam menonton sebuah berita dapat menimbulkan efek terhadap penontonnya.

Menurut Steven M. Chaffe (dalam Ardianto, 2004: 49) efek komunikasi massa, dalam hal ini bisa disamakan dengan efek media massa dapat dilihat dari berbagai pendekatan. Pendekatan pertama adalah pendekatan media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan prilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, behavioral.

Intensitas dalam menonton pemberitaan ISIS akan memberikan stimulus tertentu kepada setiap organismenya, keadaan internal dari organisme (responden) akan berfungsi menghasilkan respon tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu


(61)

pula. Hal tersebut terkait dengan teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response) yang memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistribusikan secara sistemik dan dengan skala yang luas. Karenanya, tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya sebagai individu, tapi sebagai bagian dari masyarakat. Stimulus yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pemberitaan ISIS di TV One, organisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU yang telah diberi rangsangan oleh tayangan pemberitaan ISIS di TV One yang disebut juga sebagai komunikan, dan respon yang terjadi pastinya berhubungan bagaimana sikap mahasiswa FISIP USU setelah menonton pemberitaan ISIS di TV One.

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu, merupakan kecenderungan untuk bertindak dan untuk bereaksi terhadap rangsang. Sikap yang ingin dilihat oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Kognitif

Dalam hal ini, mahasiswa mampu merasakan apa-apa saja yang telah dipahami dan dimengerti mengenai pemberitaanISIS setelah menonton berita tersebut. Hal ini tertuang dalam tabel 4.17 sebanyak 62 orang mahasiswa dengan persentase (71,3%) menilai setelah menonton pemberitaan ISIS di TV One pengetahuannya bertambah. Begitu juga, perubahan kognitif yang terjadi yaitu mahasiswa menyatakan wawancara yang dilakukan TV One membantu untuk memahami masalah terorisme di sekitarnya. Hal ini tertuang dalam tabel 4.11 sebanyak 55 orang mahasiswa dengan persentase (63,2%) menyatakan wawancara yang dilakukan TV One membantu mereka untuk memahami masalah terorisme di sekitar lingkungan mereka.

2. Afektif

Dalam tahap ini, mahasiswa merasa puas setelah mengikuti pemberitaan ISIS di TV One. Hal ini berkaitan dengan topik pembahasan mengenai ISIS yang dibahas dalam program acara yang ada di TV One yang didukung oleh mahasiswa. Tabel 4.21 sebanyak 63 orang mahasiswa


(62)

dengan persentase (72,4%) menyatakan mendukung pemberitaan ISIS di TV One.

3. Konatif

Dalam tahap ini, menyangkut perilaku mahasiswa terhadap pemberitaan. Hal ini berkaitan dengan tabel 4.22 yang menyatakan bahwa sebanyak 47 orang (54,0%) bersikap biasa saja terhadap ISIS. Kemudian, tabel 4.24 terdapat 57 orang (65,5%) responden menjawab tidak setuju terhadap ISIS.Pernyataan para responden tersebut menjelaskan bahwa sikap yang diambil mahasiswa FISIP USU hanya menyentuh komponen kognitif dan komponen afektif.Sedangkan untuk komponen konatif, mahasiswa belum berperilaku terhadap pemberitaan ISIS yang ditayangkan TV One.

Sebanyak 87 rangkap kuesioner telah disebar sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan dan telah diisi oleh responden. Pengolahan data pun telah dilakukan mulai dari penghitungan skor, pengelompokkan data mentah melalui Formula Translator Common Bussiness Language (Fortran Cobol), tabulasi data (tabel tunggal dan tabel silang) serta analisis data.

Peneliti juga telah melakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui tingkat hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan yaitu variabel X (pemberitaan ISIS di TV One) dan variabel Y (Sikap Mahasiswa) dengan menggunakan rumus koefisien korelasi oleh Spearman melalui bantuan dari perangkat lunak SPSS. Penggunaan rumus koefisien korelasi Spearman ini dilakukan dengan alasan sebaran data tidak diketahui atau tidak normal.

Dari hasil pengujian hipotesis yang dilakukan, maka diharapkan dapatmengetahui adanya hubungan antara pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU. Peneliti telah melakukan pemberian skor pada masing-masing jawaban kuesioner, lalu menghitung total keseluruhan skor, serta memberikan ranking pada hasil skor sesuai dengan kaidah Spearman melalui aplikasi SPSS. Berdasarkan hasil analisis SPSS, maka telah berhasil mendapatkan koefisien korelasi rs= 0,512. Menurut skala Guilford, rs: 0,512 berada pada skala 0,40-0,70. hal ini menandakan adanya hubungan yang cukup berarti antara pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU.


(63)

Berdasarkan analisis SPSS, dapat dirangkum bahwa hasil uji hipotesis pada pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU dengan nilai signifikan 0.00, maka hipotesis diterima dan hubungan signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dan hubungannya cukup berarti.

Setelah mengukur koefisien determinan didapat hasil sebesar 26,2%. Hal ini menunjukkan kekuatan pengaruh antara pemberitaan ISIS di TV One dan sikap mahasiswa FISIP USU adalah sebesar 26,2% dan sisanya sebanyak 73,8% dipengaruhi faktor-faktor lainnya.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti diperkuat dengan adanya penelitian sebelumnya mengenai teori S-O-R dan pengetahuan. Pada tahun 2010 dengan judul “Berita Terorisme dan Sikap Remaja Muslim” oleh Muhammad Toha Harahap, diperoleh kekuatan pengaruh hubungan sebesar 13,69% (http://repository.usu.ac.id).

Demikianlah, hasil uji hipotesis yang merupakan akhir dari keseluruhan analisis data dalam penelitian ini. Setelah semua hasil diperoleh maka akan dilanjutkan dengan pembuatan kesimpulan dan saran yang akan peneliti paparkan pada Bab V.


(1)

ABSTRACT

This study entitled "News Coverage of ISIS and Students Attitudes (Correlation Study of the Relationship About News Coverage of ISIS on TV One and Students Attitudes in the FISIP USU)". This research was conducted to determine how news coverage of ISIS on TV One affect the students attitudes in the FISIP USU. The theories used are Communication, Mass Communication, SOR theory, Television as Media Communications, News, Terrorism and attitude. The method used is the correlation method, a method that examine the extent of influence of one variable to another variable. The population in this research amounted to 698 students. To determine the number of samples used Taro Yamane formula with a precision of 10%, the samples were by 87 students. The sampling technique used are Proportional Stratification samples and purposive sampling. The Data collection techniques used are the method of questionnaire (Field Research) and the method of literature (Library Research). Therefore the Data Analysis thecnique using singular table and cross table with SPSS 13. Based on the analysis of SPSS 13, the result of correlation coefficient is 0.512. To view the strength of the correlation between the two variables used Guilford scale. 0.512 results are in scale 0:40 - 0.70 which showed a significant relationship between News Coverage of ISIS on TV One and Students Attitudes in the FISIP USU. To test the significance of the effect of variable X to Y to use the coefficient of influence and rank-order with 0:00 significant value then the hypothesis is accepted and significant relationship. The survey results revealed that the strength of the effect of variable X to variable Y in this study was 26.2% and 73.8% are other factors that can not be measured in this study.


(2)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Pembatasan Masalah ... 6

1.3. Rumusan Masalah ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori ... 8

2.1.1. Komunikasi ... 8

2.1.1.1. Pengertian Komunikasi ... 8

2.1.1.2. Unsur-Unsur Komunikasi ... 9

2.1.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi ... 10

2.1.2. Komunikasi Massa ... 11

2.1.2.1. Pengertian Komunikasi Massa ... 11

2.1.2.2. Ciri-ciri Komunikasi Massa ... 12

2.1.2.3. Fungsi Komunikasi Massa ... 14

2.1.2.4. Efek Komunikasi Massa ... 14

2.1.3. Teori S-O-R ... 16

2.1.4. Televisi……... 18

2.1.4.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi... 18

2.1.5. Berita ... 18

2.1.5.1. Pengertian Berita... 18

2.1.5.2. Nilai Berita... 21

2.1.6. Terorisme ... 24

2.1.6.1. Sejarah Terorisme ... 24

2.1.6.2. Definisi Terorisme ... 25

2.1.6.3. ISIS ... 26

2.1.7. Sikap... 27

2.1.7.1. Pengertian Sikap ... 28


(3)

2.2. Kerangka Konsep ... 30

2.3. Variabel Penelitian ... 31

2.4. Operasional Variabel ... 31

2.5. Definisi Operasional ... 33

2.6. Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

3.1.1. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara ... 35

3.1.2. Visi ... 37

3.1.3. Misi ... 37

3.2. Metode Penelitian ... 38

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1. Populasi ... 38

3.3.2. Sampel ... 39

3.3.3. Teknik Penarikan Sampel ... 40

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.5. Teknik Analisis Data ... 43

3.5.1. Analisis Tabel Tunggal ... 43

3.5.2. Analisis Tabel Silang ... 43

3.5.3. Pengujian Hipotesis ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian... 46

4.1.1. Tahapan Pengumpulan Data ... 46

4.1.3. Proses Pengolahan Data ... 46

4.2. Analisis Tabel Tunggal ... 47

4.2.1. Karakteristik Responden (Z) ... 48

4.2.2. Variabel Bebas (X) ... 49

4.2.3. Variabel Terikat (Y) ... 58

4.3. Analisis Tabel Silang ... 72

4.4. Pengujian Hipotesis ... 76

4.5. Pembahasan ... 77

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 85

5.2. Saran Responden Penelitian ... 86

5.3. Saran dalam Kaitan Akademis ... 86

5.4. Saran dalam Kaitan Praktis ... 87 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Operasional Variabel ... 32

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Mahasiswa FISIP USU Program S-1 Angkatan 2012 ... 39

Tabel 3.2 Penarikan Sampel ... 41

Tabel 4.1 Departemen Responden ... 48

Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden ... 49

Tabel 4.3 Frekuensi Penayangan Berita Tentang ISIS di TV One ... 50

Tabel 4.4 Bentuk Penyajian Pemberitaan ISIS di TV One ... 51

Tabel 4.5 Gaya Bahasa Dalam Pemberitaan ISIS di TV One ... 52

Tabel 4.6 Pemahaman Isi Berita Tentang ISIS di TV One ... 53

Tabel 4.7 Narasumber Yang Ditampilkan Oleh TV One ... 54

Tabel 4.8 Cara Berpakaian Presenter TV One ... 55

Tabel 4.9 Cara Membaca Berita Presenter TV One ... 56

Tabel 4.10 Pengetahuan dan Wawasan Presenter TV One ... 57

Tabel 4.11 Wawancara Yang Dilakukan TV One dan Pemahaman Masalah terorisme ... 58

Tabel 4.12 Perhatian Terhadap Berita ISIS di TV One ... 59

Tabel 4.13 Frekuensi Menonton Berita di TV One ... 60

Tabel 4.14 Jam Per Hari Menonton Berita di TV One ... 61

Tabel 4.15 Kepedulian Terhadap Pemberitaan ISIS di TV One ... 62

Tabel 4.16 Keinginan Untuk Mencari Info Lebih Jauh Tentang ISIS di TV One ... 63

Tabel 4.17 Pengetahuan Bertambah Dari Pemberitaan ISIS di TV One ... 64

Tabel 4.18 Keyakinan Tentang Berita ISIS di TV One ... 65

Tabel 4.19 Suka Menonton Pemberitaan ISIS di TV One ... 66

Tabel 4.20 Suka Mengikuti Kelanjutan Pemberitaan ISIS di TV One ... 67

Tabel 4.21 Mendukung Pemberitaan Seperti Berita ISIS di TV One ... 68

Tabel 4.22 Sikap Terhadap ISIS Tentang Pemberitaan ISIS di TV One ... 69

Tabel 4.23 Sikap Terhadap ISIS Sebelum Menonton Pemberitaan ISIS di TV One... 70

Tabel 4.24 Sikap Terhadap ISIS Setelah Menonton Pemberitaan ISIS di TV One ... 71

Tabel 4.25 Sikap Terhadap Terorisme ... 72

Tabel 4.26 Hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan pengetahuan bertambah dari pemberitaan ISIS di TV One ... 74

Tabel 4.27 Hubungan antara pemahaman isi berita ISIS di TV One dengan sikap terhadap ISIS dari berita ISIS di TV One ... 75

Tabel 4.28 Hubungan antara wawancara yang dilakukan TV One dan pemahaman masalah terorisme dengan kepedulian terhadap pemberitaan ISIS di TV One ... 77


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori S-O-R ... 17 Gambar 2.2 Model Teoritis ... 31


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabel Fortran Cobol

2. Kuesioner

3. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi


Dokumen yang terkait

Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Pemberitaan Bebasnya Susno Duadji di Metro TV Dan Sikap Mahasiswa FISIP USU )

0 56 186

Talk Show Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan “Apa Kabar Indonesia Malam” di tvOne terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 71 232

Pemberitaan Pansus Century Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Pansus Century di Kompas Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 32 108

Pemberitaan Terorisme dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 181

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 117

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 0 15

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 0 2

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 0 7

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 0 27

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 1 11