Alur Penelitian Kesimpulan Saran Tidur 2. Definisi tidur

Science for windows. Jika data berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan uji t-independen, jika data tidak berdistribusi normal, pengujian menggunakan Mann Whitney untuk mengujian hipotesis.

4.6. Alur Penelitian

Penyusunan Proposal Ethical Clearance Pengambilan Data 1. Informed Consent Responden 2. Istirahat 10 menit 3. Pengukuran TD I 5. Pengukuran TD II 6. Pengukuran TD III 4. Pengisian Kuisioner PSQI 7. Nilai yang diambil rata-rata TD II dan TD III Perhitungan dan Analisis Data Penyusunan Hasil Seminar Hasil Publikasi Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran USU yang terletak di jalan Dr. T. Mansur No 5, Kampus USU, kelurahan Padang Bulan, kecamatan Medan Baru. Aktifitas belajar mengajar pada fakultas ini berlangsung selama 9 jam per hari dengan waktu ishoma 1 jam. Kegiatan tambahan di fakultas ini adalah kegiatan organisasi, yang terdiri dari organisasi PEMA, SCORA, SCORE, SCOPH, dll.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2012 yang telah memenuhi kriteri inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 180 orang yang terbagi dalam 2 kelompok, yaitu mahasiswa dengan kualitas tidur buruk sebanyak 90 orang, dan mahasiswa dengan kualitas tidur baik sebanyak 90 orang Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Sampel Variable Kualitas Tidur Buruk Baik � n � n Umur ≤21 20.94±0.7 76 50 20.94±0.7 76 50 21 14 50 14 50 Jenis Kelamin Laki-Laki - 43 60 - 29 40 Perempuan - 47 43 - 61 57 Tekanan Darah Sistol 119.56±7.9 90 50 111.39±9.2 90 50 Diastol 80±6.1 90 50 73.44±6.7 90 50 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 5.1. diatas, dari distribusi karakteristik sampel, diperoeh bahwa rata-rata umur sampel baik dari kelompok kualitas tidur buruk maupun kualitas tidur baik adalah 20.9 tahun, dengan jumlah responden yang berumur dibawah 21 di kedua kelompok ada 76 orang, sedangkan yang diatas umur 21 juga pada masing-masing kelompok berjumlah 14 orang. Dari data jenis kelamin, dari kelompok dengan kualitas tidur buruk, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 43 orang dan perempuan sebanyak 47 orang Sedangkan dari kelompok dengan kualitas tidur baik, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 29 orang dan perempuan sebanyak 61 orang. Tekanan darah sistol dan diastol yang diperoleh dari kelompok kualitas tidur buruk adalah 119.56 mmHg dan 80 mmHg , sedangkan tekanan darah Sistol dan Diastol yang diperoleh dari kelompok kualitas tidur baik adalah 111.39 mmHg dan 73.44 mmHg. 5.1.3. Hasil Analisa Data Tabel 5.2. Rata-Rata Tekanan Darah Sistol dan Diastol Mahasiswa dengan Kualitas Tidur Buruk dan Kualitas Tidur Baik Rata-rata Tekanan Darah mmHg Sistol Diastol Kualitas Tidur Buruk 119.58±7.9 77.94±6.1 Kualitas Tidur Baik 111.39±9.1 73.44±6.6 Berdasarkan Tabel 5.2. diatas, terlihat bahwa tekanan darah sistol maupun diastol dengan kualitas tidur buruk lebih tinggi, yaitu 119.58 mmHg dan 77.94 mmHg dari pada tekanan darah dengan kualitas tidur yang baik, yaitu sistol dan diastol masing-masing 111.39 mmHg dan 73.44 mmHg. Sebelum data dapat dianalisis, terlebih dahulu kita tentukan apakah data yang kita dapatkan merupakan jenis data yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Dari Universitas Sumatera Utara hasil uji normalitas data Tekanan Darah sistol dan diastol didapatkan nilai p= 0.001 0.05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan data tidak berdistribusi normal sehingga untuk menganalisis perbedaan tekanan darah antara mahasiswa yang memiliki kualitas tidur buruk dengan kualitas tidur baik dilakukan dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji man whitney , didapatkan nilai p = 0.001 p0.05 untuk sistol maupun diastol. Hal ini berarti teradapat perbedaan rata-rata tekanan darah antara mahasiswa dengan kualitas tidur buruk dengan kualitas tidur baik. 5.2.Pembahasan Tekanan darah seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk berdampak terhadap kenaikan tekanan darah seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tekanan darah pada mahasiswa dengan kualitas tidur buruk dan kualitas tidur baik. Dari data perbandingan antara jenis kelamin dengan kualitas tidur, didapatkan bahwa ternyata laki-laki memiliki kualitas tidur yang lebih buruk jika dibandingkan perempuan, hal ini mungkin disebabkan oleh karena perkembangan remaja pria yang menganggap tidur merupakan aktifitas yang tidak produktif dan merasa tidur lebih malam menunjukkan sifat kemandirian Sadeh, 2002. Penelitian lain menunjukkan bahwa lelaki juga lebih beresiko untuk terganggu tidurnya karena aktifitas ekstrakurikuler yang cenderung lebih sering diikuti oleh remaja lelaki Carskadon, 2002. Dari data demografi umur, didapatkan bahwa subjek penelitian yang memiliki kualitas tidur buruk terbanyak pada umur 20, 21, dan 22, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afandi, dkk., 2013 pada 290 mahasiswa yang berumur 17-29 tahun. Penelitian ini menunjukkan bahwa 67 mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk, dimana kualitas tidur buruk ini mayoritas dialami oleh mahasiswa yang berumur 20-23 tahun dibanding umur 24 tahun keatas. Dari data demografi umur, juga didapatkan Universitas Sumatera Utara bahwa semua subjek penelitian adalah golongan dewasa muda yang sangat rentan terhadap kualitas tidur buruk. Adapun kualitas tidur yang cenderung lebih buruk pada remaja ini dipengaruhi beberapa faktor, meliputi faktor fisiologis, faktor perilaku dan faktor sosial budaya. Faktor fisiologis, seperti perubahan hormonal karena jadwal kuliah yang tidak tetap, faktor sosial budaya seperti kegiatan kuliah, olahraga, serta kegiatan sosial lain, sedangkan faktor perilaku meliputi menenoton tv, bermain internet sampai larut malam NAHIC, 2014. Kualitas tidur yang buruk juga diperlihatkan dari penelitian oleh yu, dkk, 2015 yang melakukan penelitian pada remaja di China dengan hubungan dengan Screen Time menonton Tv, bermain HP, dll , dari hasil penelitiannya, menunjukkan meningkatnya ST mempunyai hubungan dengan buruknya kualitas tidur. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Angkat 2009 yang melakukan penelitian pada remaja SMA di Tanjung Morawa dimana dari 287 responden, didapati 220 responden 76,7 dengan kualitas tidur buruk dan 67 responden 23,3 dengan kualitas tidur baik. Hasil penelitian ini menunujukkan terdapat perbedaan bermakna pada rata- rata tekanan darah sistol dan diastol pada kedua kelompok mahasiswa. Hal ini berarti pada mahasiswa yang memiliki kualitas tidur buruk cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kai Lu pada tahun 2015 terhadap 4144 orang yang berumur 18 tahun keatas, di 4 daerah berbeda di China, pada penelitian ini menyatakan bahwa seseorang yang berkualitas tidur buruk dengan waktu tidur 7 jam memiliki Odd Ratio OR 1,58, sedangkan waktu tidur yang 6 jam memiliki OR 2.35, dan terakhir yang memiliki jam tidur kurang dari 6 jam memiliki OR 3.25. Sedangkan seseorang dengan kualitas tidur buruk yang tanpa memandang durasi tidur memiliki OR 1.67, dan kualitas tidur sangat buruk memiliki OR 2.32. Penelitian lain yang mendukung data diatas adalah penelitian yang dilakukan oleh Guo dkk pada tahun 2011 terhadap 5512 anak-anak dan remaja di daerah pedesaan Shenyang, China. Didapatkan pada Universitas Sumatera Utara anak lelaki yang kuantitas tidur yang dibawah 9 jam akan meningkatkan resiko atau prevalensi hipertensi, dengan peningkatan resiko yang meningkat 1.5x. Mekanisme yang mungkin yang menyebabkan kenaikan tekanan darah pada seseorang yang memiliki kualitas tidur buruk, meskipun belum dapat diterangkan secara seutuhnya adalah karena over aktivitas dari sistem simpatis karena terganggunya kualitas tidur. Sebagai tambahan, stres psikologikal, kurangnya tidur juga dapat meningkatkan retensi garam, respon proinflamasi, disfungsi endotel melalui aktivasi dari sistem neuroendokrin Guo, et al., 2011. Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah, pertama, tekanan darah yang hanya diukur pada saat penelitian, sedangkan tekanan darah berbeda dari hari ke hari, dan diperlukan pengukuran yang berulang kali. Kedua, gangguan tidur pada mahasiswa insomnia, OSA, dll merupakan faktor yang penting untuk menentukan kualitas tidur, tetapi pada penelitian ini, peneliti tidak menginvestigasi karena untuk mengetahui gangguan tidur tersebut, harus mengobservasi langsung, atau paling tidak menanyakan pada orang yang tidur sekamar dengan responden. Ketiga, kualitas tidur yang diukur dengan menggunakan kuisioner PSQI ini mengandalkan ingatan atau asumsi responden terhadap pola tidur selama sebulan ini, sehingga tidak menggambarkan kualitas tidur yang objektif, hal ini dikarenakan kecenderungan responden lupa akan pola tidur nya. Dengan demikina, untuk mengukur kualitas tidur secara objektif atau langsung, harus menggunakan alt yang lebih canggih, salah satunya adalah wrist actigraphy. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Mahasiswa dengan kualitas tidur buruk mayoritas adalah mahasiswa laki- laki dengan umur rata-rata 21 tahun. Sedangkan pada kelompok kualitas tidur baik, mayoritasnya adalah mahasiswa perempuan yang juga rata-rata berumur 21 tahun. 2. Rata-rata tekanan darah sistol pada mahasiswa yang mempunyai kualitas tidur buruk adalah 119.5 mmHg dan tekanan darah diastol pada mahasiswa yang mempunyai kualitas tidur buruk adalah 77.9 mmHg 3. Rata-rata tekanan darah sistol pada mahasiwa yang memiliki kualitas tidur baik adalah 111.3 mmHg dan rata-rata tekananan darah diastol pada mahasiswa yang mempunyai kualitas tidur buruk adalah 73.4 mmHg 4. Ada perbedaan perbedaan tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2012 yang memiliki kualitas tidur buruk dengan kualitas tidur baik.

6.2. Saran

1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai kualitas tidur dengan mnggunakan instrumen tambahan selain instrumen kuisioner PSQI, yaitu mnggunakan alat wrist actigraphy. 2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan follow up dan melihat apakah subjek dengan kualitas tidur buruk akan menderita hipertensi dikemudian hari. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.2.1. Definisi tidur Tidur merupakan salah satu kelakuan yang penting yang dilakukan oleh manusia, memenuhi sepertiga dari kehidupan manusia. Meski fungsi tidur sendiri tidak diketahui, tetapi tidur merupakan hal yang penting untuk menjaga kelangsungan hdup manusia Sadock, 2007. Selain itu, tidur juga dapat didefinisikan sebagai kelakuan berulang behavioral state yang saling bergantian dengan keadaan terjaga. Hal ini dikarakteristik oleh posisi berbaring, meningkatnya stimulasi sensoris, penurunan motor output dan kelakuan yang aneh-bermimpi Squire, 2008. Namun, tidur sendiri merupakan suatu proses aktif, bukan sekedar tidak terjaga. Tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur. Selama stadium-stadium tidur tertentu, penyerapan oksigen oleh otak bahkan meningkat melebihi tingkat terjaga normal. Berbeda dengan keadaan terjaga, orang yang sedang tidur tidak secara sadar waspada akan dunia luar, tetapi tetap memiliki pengalaman kesadaran dalam batin, misalnya mimpi. Selain itu, mereka dapat dibangunkan oleh rangsangan eksternal, misalnya bunyi alarm Sherwood, 2009. 2.1.2. Fisiologi Tidur Tidur merupakan fenomena elemental dari sebuah kehidupan dan merupakan fase yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Dalam tidur, kita mengenal 5 stadium tidur. Dalam setiap stadium, aktivitas listrik diotak yang dapat diukur dengan EEG muncul dalam siklus yang berulang dan terorganisir, yang dinamakan architechture of sleep Allan dan Martin, 2009. Universitas Sumatera Utara Stadium pertama tidur merupakan stadium antara peralihan dari keadaan sadar menjadi tidak sadar, dimana kelopak mata mulai tertutup, pupil mengecil, dan otot-otot mengalami relaksasi. Pola EEG Ensefalografi juga berubah secara progresif menjadi voltase yang rendah, dimana terjadi pencampuran dan perubahan frekuensi, yaitu dengan perlahan-lahan menghilangnya frekuensi alpha Allan dan Martin, 2009. Stadium ini juga disebut tetha rythm dengan frekuensi 4-7 Hz dan berlangsung selama 7 menit Tortora, 2009. Stadium kedua tidur ditandai dengan adanya loncatan gelombang biparietal selama setengah sampai dua detik dengan frekuensi 12-14 Hz yang dinamakan sleep spindle. Selain sleep spindle, pada stadium ini juga kadang dapat dijumpai gelombang bifasik voltase tinggi yang disebut k complexes Allan dan Martin, 2009. Gambaran EEG pada stadium ke tiga ditandai dengan gelombang delta 0,5-4 Hz, yaitu gelombang dengan amplitudo tinggi. Stadium keempat didominasi oleh perlambatan maksimum dengan gelombang yang besar Barret et al., 2012. Stadium pertama sampai stadium keempat dikelompokkan menjadi tidur NREM Non-Rapid Eye Movement yang secara garis besar dinamakan dengan tidur gelombang lambat. Pada fase NREM ini, terjadi beberapa perubahan fisiologis tubuh, diantaranya adalah penurunan suhu tubuh, perlambatan detak jantung dan pernafasan, dan pada fase ini, konsumsi oksigen pada otak juga akan berukurang. Selain itu, aliran darah yang menuju otak juga akan berkurang, hal ini terjadi akibat penurunan metabolisme di seluruh bagian otak Allan dan Martin, 2009. Stadium kelima yang dikelompokkan dalam fase tidur REM Rapid Eye Movement merupakan stadium terakhir dari siklus tidur, yang ditandai dengan gelombang yang cepat fast wave dan gelombang tidak sinkron nonsyncronized wave yang mirip saat kita terjaga. Selain itu, fase tidur REM juga ditandai dengan bergeraknya bola mata secara cepat Allan dan Martin, 2009. Karakteristik lain dari tidur REM adalah Universitas Sumatera Utara munculnya potensial fasik yang besar yang berasal dari neuron kolinergik yang berasal dari pons dan di hantarkan secara cepat menuju nukleus lateral genikulata, dan akhirnya dihantarkan menuju ke korteks oksipital. Hal ini dinamakan dengan pontogeniculo-occipital PGO spikes. Proses bermimpi juga diperkirakan muncul saat tidur REM Barret et al., 2012. Pada tidur REM, sistem parasimpatis akan diaktifkan secara periodikal dan sistem simpatis akan terinhibisi atau tersupresi secara periodikal pula, sehingga pada tidur fase ini, bernafas menjadi lebih ireguler, tekanan darah dan detak jantung menjadi berfluktuasi Allan dan Martin, 2009. Ereksi penis juga akan terjadi pada fase ini Tortora, 2009. Berlawanan saat tidur NREM, pada tidur REM terjadi peningkatan konsumsi oksigen pada otot-otot. Metabolisme otak dan aliran darah menuju otak sama dengan saat kita sedang terjaga cenderung naik jika dibandingkan saat tidur NREM, sehingga tekanan intrakranial yang meninggi selama tidur REM ini juga di asumsikan sebagai akibat dari peningkatan aliran darah ke otak. Pada saat tidur, juga terjadi beberapa perubahan fisiologis pada sistem hormonal dan beberapa organ, contohnya pada organ ginjal, perubahan yang terjadi pada ginjal meliputi menurunnya eksresi urin, shingga pembuangan jumlah absolut natrium dan kalium juga berkurang, sehingga urine spesific gravity dan osmolalitas meningkat. Diperkirakan hal ini terjadi karena meningkatnya sekresi hormon antidiuretik dan peningkatan penyerapan air. Sedangkan perubahan hormonal yang terjadi adalah penurunan sekresi hormon cortisol dan sejumlah sejumlah TSH Thyroid Stimulating Hormone saat permulaan tidur, peningkatan sekresi prolaktin saat malam hari pada wanita maupun pria, hal ini dibuktikan dengan ditemukan kadar prolaktin tertinggi sesaat setelah seseorang teridur. Selain itu, selama dua jam pertama tidur, ada gelombang sekresi terhadap GH growth hormone, terutama saat tidur stadium 3 dan 4. Hal ini menjadi ciri-ciri pada dewasa muda. Sekresi GH ini akan menghilang pada saat mencapai dewasa akhir. Peningkatan tidur dihubungkan dengan Universitas Sumatera Utara peningkatan LH luteinizing hormone pada remaja yang sedang mengalami pubertas Allan dan Martin, 2009. Selain stadium dan perubahan fisiologis, ternyata siklus tidur- bangun serta berbagai tahapan tidur disebabkan oleh hubungan timbal balik antara tiga sistem saraf : 1 sistem keterjagaan, yaitu bagian dari Reticular Activating System RAS yang berasal dari batang otak ; 2 pusat tidur gelombang lambat NREM di hipotalamus yang mengandung neuron tidur yang menginduksi tidur. ; dan 3 pusat tidur paradoksal atau tidur REM di batang otak yang mengangdung neuron tidur REM, yang menjadi sangat aktif sewaktu tidur REM Sherwood, 2009. Salah satu teori mengenai perubahan siklus bangun tidur adalah adanya perubahan aktivitas dari neuron-neuron di RAS. Ketika aktivitas dari neuron norepriniprin dan serotonin tinggi atau dominan, maka akan terjadi pengurangan aktivitas neuron asetilkolin yang ada di pons, dan aktivitas ini berkontribusi pada saat terjaga sadar bangun. Sebaliknya, peningkatan neuron asetilkolin, akan menyebabkan penurunan aktivitas neuron norepiniprin dan serotonin, keadaan ini akan memicu terjadinya fase tidur REM. Ketika terjadi keseimbangan antara aktivitas neuron aminergic dengan neuron asetilkonin, tidur NREM akan muncul. Barret et al .,2012. Sebagai tambahan, meningkatnya pelepasan GABA dan penurunan dari pelepasan histamin akan meningkatkan kecenderungan tidur NREM, sedangkan keadaan terjaga atau bangun adalah ketika pelepasan GABA berkurang dan pelepasan histamin meningkat Barret et al ., 2012. Tidur normal orang dewasa muda dan dewasa paruh baya pertama sekali akan memasuki fase tidur NREM stadium 1 dan berlanjut hingga stadium 4 dan dilanjutkan oleh tidur REM. Setelah fase tidur REM berakhir, maka tidur akan kembali ke siklus awal lagi, yaitu siklus NREM dan seterusnya. Siklus ini berlangsung 4-6 kali tergantung durasi tidur seseorang Allan dan Martin, 2009. Pada siklus pertama tidur, seseorang akan menghabiskan waktu sebanyak 70-100 menit pada fase tidur NREM Universitas Sumatera Utara dimana dinominasi oleh stadium tiga dan empat, dan dilanjutkan dengan tidur REM yang diperkirakan 15-20 menit. Menjelang pagi, durasi tidur REM menjadi lebih panjang bisa mencapai 1 jam dan tidur NREM terutuama stadium tiga dan empat menjadi sedikit. Pada neonatus, 50 fase tidur mereka adalah tidur REM, dengan siklus tidur yang berlangsung selama 60 menit. Semakin bertambahnya usia, siklus tidur REM memanjang menjadi 90-100 menit. Sekitar 20-25 dari total tidur dewasa muda merupakan tidur REM, 3-5 pada stadium 1, 50-60 pada stadium dua, 10-20 pada stadium 3 dan 4. Jumlah tidur di stadium 3 dan 4 menurun seiring bertambahnya usia Tortora, 2009. 2.1.3. Fungsi tidur Fungsi tidur sampai saat ini masih menjadi suatu pertimbangan oleh para ilmuan. Parker telah mengajukan beberapa teori tentang fungsi tidur, yaitu pemulihan tubuh, dengan fasilitasi fungsi motorik, konsolidasi untuk belajar dan memori. Bahkan Parker cenderung untuk menyetujui kesimpulan yang dinyatakan oleh Popper dan Eccles yang menyatakan bahwa tidur merupakan ketidaksadaran natural yang berulang yang dimana kita sendiri tidak tahu apa fungsi dan maksudnya Allan dan Martin, 2009. Fungsi tidur telah diperiksa melalui berbagai cara. Sebagian besar peneliti menyimpulkan bahwa tidur memberikan fungsi homeostatis yang bersifat menyegarkan dan tampak penting untuk termoregulasi normal dan penyimpanan energi. Tidur NREM akan meningkat setelah olahraga dan kelaparan, yang mungkin terkait dengan kebutuhan metabolik yang memuaskan Sadock, 2007. Selain yang disebutkan di atas, saat kita tidur, juga terjadi proses pemulihan biokimia atau fisiologis secara progresif yang biasanya mengalami penurunan ketika terjaga sherwood, 2009. 2.1.4. Kebutuhan tidur Sampai sekarang, para peneliti belum bisa memastikan dengan pasti berapa jam kah kebutuhan tidur yang dibutuhkan manusia, sehingga Universitas Sumatera Utara para peneliti di National Sleep Foundation 2015 membuat suatu daftar rekomendasi tidur berdasarkan umur. 1. Neonatus 0-3 bulan : kebutuhan tidur 14-17 jam per hari. 2. Bayi 4-11 bulan : kebutuhan tidur 12-15 jam per hari. 3. Balita1-2 tahun : kebutuhan tidur 11-14 jam per hari. 4. Preschool 3-5 tahun : kebutuhan tidur 10-13 jam per hari. 5. Anak usia sekolah 6-13 tahun : kebutuhan tidur 9-11 jam per hari. 6. Remaja 14-17 tahun : kebutuhan tidur 8-10 jam per hari. 7. Dewasa Muda 18-25 tahun : kebutuhan tidur 7-9 jam per hari. 8. Dewasa 26-64 tahun : kebutuhan tidur 7-9 jam per hari. 9. Dewasa Tua 64 thun : kebutuhan tidur 7-9 jam per hari.

2.2. Kualitas Tidur

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2012

3 15 82

Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2012

0 0 14

Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2012

0 0 2

Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2012

0 0 4

Perbedaan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang Memiliki Kualitas Tidur Buruk dengan Kualitas Tidur Baik

0 0 14

Perbedaan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang Memiliki Kualitas Tidur Buruk dengan Kualitas Tidur Baik

0 0 2

Perbedaan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang Memiliki Kualitas Tidur Buruk dengan Kualitas Tidur Baik

0 0 4

Perbedaan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang Memiliki Kualitas Tidur Buruk dengan Kualitas Tidur Baik

0 2 18

Perbedaan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang Memiliki Kualitas Tidur Buruk dengan Kualitas Tidur Baik

0 1 4

Perbedaan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang Memiliki Kualitas Tidur Buruk dengan Kualitas Tidur Baik

0 0 24