Efisiensi Teknik Kerangka Teoritis

Fungsi produksi stochastik frontier secara spesifik meliputi fungsi produksi untuk data cross-sectional yang mempunyai dua random efek dan komponen yang lain untuk in-efisensi teknik. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut : Y i = x i β + V i - U i ,i=1,...,N, dimana ; Y i = produksi atau logaritma dari produksi dari usaha ke i. X i = transformasi dari jumlah faktor produksi ke i β = parameter penduga yang belum diketahui V i = kesalahan acak dari model U i = variabel acak yang merepresentasikan inefisiensi teknik dari sampel usahatani ke i Karakteristik yang cukup penting dari model produksi frontier untuk mengestimasi efisiensi teknik adalah adanya pemisahan dampak dari shok variabel eksogenus terhadap output dengan kontribusi variasi dalam bentuk efisiensi teknik Giannakes et.al., 2003 dalam Sukiyono,2004. Yang berarti metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi ketidakefisienan suatu proses produksi tanpa mengabaikan kesalahan baku dari modelnya. Hal ini dimungkinkan karena kesalahan baku dalam model, E, terdiri dari dua kesalahan baku yang keduanya terdistribusi secara bebas normal dan sama untuk setiap observasi dimana yang pertama adalah tipikal kesalahan baku yang ada dalam suatu model V dan yang lain untuk merepresentasikan ketidakefisienan U dan E = V - U Giannakes et.al., 2003 dalam Sukiyono, 2004. Secara ekonometrik, efisiensi teknik suatu usahatani tertentu, TE i, didefinisikan sebagai rasio dari rata-rata produksi usahatani ke i yang memiliki u i positif, serta pada tingkat korbanan input tertentu x i dengan rata-rata produksi jika u i = 0. Maka efisiensi teknik usahatani ke i dapat dirumuskan sebahai berikut: TE i = exp -u i Prediksi efisiensi teknik dari usahatani ke i memerlukan variabel acak yang tak terobservasi u i yang akan diperkirakan dari sampel yang diambil. Nilai ekspektasi µ i dimana variabel acak adalah E i = v i - u i dan dengan asumsi u i mempunyai distribusi setengah normal atau eksponensial.

3.2. Kerangka Operasional

Aktivitas usahatani yang dilakukan di tempat penelitian diasumsikan melibatkan tiga komponen yang saling berinteraksi. Komponen yang pertama adalah petani sebagai manajer usahatani. Petani memiliki kemampuan berupa akses terhadap sumberdaya atau input, penguasaan teknologi dan faktor kelembagaan di level petani. Kemampuan tersebut digunakan petani untuk menjalankan aktivitas usahataninya. Komponen yang kedua adalah sumberdaya atau input itu sendiri. Komponen input ini menjadi awal terjadinya berbagai proses usahatani padi. Proses-proses yang masuk dalam kajian ini adalah budidaya, panen serta pemasaran dan distribusi sampai pada tahap tertentu. Adapun komponen yang terakhir adalah komponen kelembagaan. Sesuai dengan tinjauan tentang ruang lingkup kelembagaan di atas, komponen ini memberikan peran penting dalam kelancaran proses usahatani. Kelembagaan tersebut meliputi kelembagaan permodalan, pengadaan input, kelembagaan pendampingan dan penyuluhan serta kelembagaan pemasaran dan distribusi. Salah satu dampak dari kinerja kelembagaan terhadap aktivitas usahatani adalah dalam perbaikan praktik budidaya. Dalam upaya meningkatkan pendapatan usahatani, baik dengan meningkatkan produktivitas ataupun mengurangi biaya produksi, kelembagaan akan mengintroduksikan teknologi baru kepada petani. Teknologi baru tersebut dapat berupa pengetahuan manajemen, perbaikan ataupun masukan input baru atau juga perbaikan teknik budidaya. Untuk mendekati pengaruh dari masukan teknologi baru tersebut akan dilakukan analisis terhadap aplikasi penerapan teknologi di tingkat petani dan analisis efisiensi teknik dalam proses produksi. Masuknya peran kelembagaan dalam proses agribisnis usahatani padi yang dilakukan petani akan dikaji dan dianalisis dalam hal keragaan dan kinerja kelembagaan agribisnis yang terbentuk. Apakah kelembagaan agribisnis padi yang dibangun LPS dan petani binaannya sudah maksimal dari sisi kelengkapan subsistem dan perannannya dalam mendukung usahatani petani. Analisis terhadap aplikasi teknologi diharapkan mengkasilkan rekomendasi yang tepat bagi petani dalam perbaikan teknik dan LPS dalam mengevaluasi antivitas pendampingan usahataninya. Sedangkan Hasil Analisis terhadap keragaan dan kinerja kelembagaan diharapkan menjadi rekomendasi bagi LPS dalam membangun kelembagaan agribisnis padi yang lebih baik.