BAB III UPACARA SELIKURAN KERATON
SURAKARTA HADININGRAT
3.1 Pengertian Upacara Selikuran
Upacara tradisional ialah tingkah laku resmi yang dilakukan untuk peristiwa- peristiwa yang tidak ditujukan pada kegiatan sehari-hari akan tetapi mempunyai
kaitan dengan kekuatan di luar kemauan manusia. Upacara Selikuran yaitu upacara yang diselenggarakan pada bulan Puasa
menjelang hari ke duapuluh satu Romadhon yaitu bulan ke 9 pada kalender Arab. Upacara tradisional ini diselenggarakan setiap tahun sekali.
Asal mula nama Selikuran yaitu menurut riwayat yang disampaikan oleh beberapa ulama bahwa Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Tuhan yang
pertama pada malam hari tanggal 21 Romadhon disebuah gua yang bernama gua Hira. Pada malam itu juga para kerabat sahabat berduyun-duyun menjemput
pulangnya Nabi dengan membawa obor. Poerwadarminta menyebutkan bahwa arti selikuran jumlah hitungan yang
bernilai duapuluh satu Poerwadarminta, 1939, 549. Arti tersebut dapat dihubungkan dengan upacara di atas karena upacara tersebut diselenggarakan
pada hari yang keduapuluh satu. Upacara Selikuran yang diselenggarakan di masjid Agung Keraton Surakarta
Hadiningrat harus tepat pada waktunya karena tanggal duapuluh satu pada bulan
Universitas Sumatera Utara
puasa terjadi hanya sekali saja. Jika upacara tersebut di undur maka namanya telah berbeda walaupun masih diselenggarakan upacara seperti itu, dan upacara telah
berbeda maknanya. Upacara memerlukan persiapan yang sangat banyak terutama menyiapkan tempat upacara, alat-alat upacara dan penyelenggaraan upacara.
Kelompok sosial berdasarkan agama diselenggarakan oleh orang yang memeluk agama Islam. Kelompok sosial berdasarkan stratifikasi diselenggarakan
oleh kelompok bangsawan dan rakyat biasa. Kelompok bangsawan menyelenggarakan upacara tersebut di keraton. Upacara tersebut dihadiri oleh
para bangsawan, khususnya kerabat keraton. Tidak ada seorang pun yang berasal dari luar lingkungan itu.
Adapun persiapan untuk mengadakan Upacara Selikuran yaitu para abdi dalem wanita yang diberi tugas untuk mempersiapkan alat upacara yang berupa
sesaji. Sesaji terdiri dari peralatan sesaji dan sajen serta makanan utama dan makanan kecil. Sajen terdiri dari : pisang raja manten, bunga mawar dan melati,
dan lain-lain. Makanan utama terdiri dari : nasi putih dan lauk pauk. Makanan kecil adalah pisang raja dan kue-kue tradisional. Ada seorang abdi dalem yang
mempersiapkan dupa yang dibakar pada permulaan Upacara Selikuran. Sebelum sesaji disiapkan pada tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upacara
maka tempat itu dihampari tikar. Akhir-akhir ini tikar diganti karpet. Setelah semua tersedia, maka semua lampu dinyalakan sebagai tanda dimulainya upacara
dengan membunyikan lonceng.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Tujuan Upacara Selikuran