BAB III
PROFIL HIZBUT TAHRIR
A. Latar Belakang Berdirinya Hizbut Tahrir
Menurut John L. Esposito pada pertengahan abad ke-20, sejarah Islam didominasi oleh dua tema: 1 imperialisme Eropa; dan 2 perjuangan untuk
mencari kemerdekaan dari penjajah.
16
Merdekanya negeri-negeri muslim dari dunia Barat pada akhirnya melahirkan kecenderungan-kecenderungan
ideologis yang dapat digolongkan ke dalam empat jenis. Pertama, tradisional Islami, yang diwakili oleh ulama-ulama konservatif dan pembela status quo.
Kedua, sekuler nasionalis, yang diwakili oleh pegawai-pegawai negeri tingkat
tinggi, tokoh-tokoh militer dan kaum minoritas muslim yang telah mengalami westernisasi. Ketiga, reformis radikal Islami, yang mencerminkan pandangan
sementara kelas menengah maupun kelas menengah ke bawah yang sedikit- banyaknya juga mengalami modernisasi. Keempat, komunis, yang didukung
oleh kebanyakan kelas bawah, tetapi pada umumnya kemudian kehilangan daya tarik di dalam masyarakat muslim.
17
Kecenderungan-kecenderungan ideologis tersebut pada intinya menentang penjajahan yang berlaku atas negara-negara mereka oleh
imperialisme Barat. Kecenderungan ideologis tersebut kemudian melahirkan
16
John L. Esposito, Ancaman Islam: Mitos atau Realitas?. Penerjemah Alwiyah Abdurrahman dan MISSI Bandung: Mizan,1996, h. 59.
17
M. Amien Rais, Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta Bandung: Mizan,1999, h. 137.
gerakan-gerakan sosial politik yang berjuang menentang penjajahan. Di antara gerakan sosial-politik Islam lahir di awal abad ke-20 adalah Ikhwanul
Muslimun pada 1928 yang dipelopori Sayyid Hasan al-Bana di Mesir, kemudian menyusul Jama’at Islami pada 21 Agustus 1941 yang didirikan oleh
Sayyid Abul `Ala al-Maududi. Keduanya lahir dengan motif yang sama yaitu. menentang segala bentuk penjajahan dan mengembalikan kehidupan bangsa
Arab ke jalan yang Islami.
18
Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1953, Hizbut Tahrir didirikan di al-Quds, Jerussalem.
19
Pendirinya adalah Syeikh Taqiyuddin an- Nabhani 1909-1979. Tokoh yang bernama lengkap Syekh Muhammad
Taqiyyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf An-Nabhani ini, dilahirkan di daerah Ijzim tahun 1909. Ayahnya adalah seorang pengajar ilmu-
ilmu syariah di Kementerian Pendidikan Palestina. Ibunya juga menguasai beberapa cabang ilmu syariah. Dalam suasana keagamaan yang kental seperti
itu, tentu berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan pandangan hidupnya. Terbukti, Syekh Taqiyyuddin telah hafal Al-quran dalam usia amat
muda, yaitu 13 tahun. Pengaruh dari sang kakek, Syekh Yusuf An-Nabhani, seorang hakim terkemuka, juga tak kalah besar. Syekh Taqiyyuddin makin
mengerti masalah politik, di mana kakeknya pernah punya hubungan erat dengan para penguasa Daulah Utsmaniyah saat itu. Dia pun banyak belajar
dari majelis-majelis dan diskusi-diskusi fikih yang diselenggarakan oleh sang
18
Lebih jelas lihat Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam: Perbandingan Partai Masyumi Indonesia dan Partai Jama’at-Islami Pakistan
Jakarta:Paramadina,l999, h. 86.
19
Secara etimologis Hizbut Tahrir bermakna partai بﺰ pembebasan ﺮ ﺮ
. Lihat kamus Arab Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir: Arab-Indonesia, Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997 Cet. Keempat, h. 351-353.
kakek. Kecerdasan dan kecerdikan Syekh Taqiyyuddin yang nampak saat mengikuti majelis-majelis ilmu tersebut telah menarik perhatian kakeknya.
Oleh karenanya, kakeknya itu memandang perlu mengirim Syekh Taqiyyuddin ke Al-Azhar untuk melanjutkan pendidikan ilmu syariah. Hingga
kemudian sebelum menamatkan sekolah menengahnya di Akka, dia berangkat ke Kairo meneruskan pendidikan di Al-Azhar.
Syekh Taqiyyuddin masuk kelas Tsanawiyah Al-Azhar pada tahun 1928 dan tak lama meraih ijazah dengan predikat sangat memuaskan. Lalu dia
melanjutkan studi di Kulliyah Darul Ulum yang saat itu merupakan cabang Al-Azhar. Kuliahnya di Darul Ulum tuntas tahun 1932. Pada tahun yang sama
dia menamatkan kuliahnya di Al-Azhar Asy Syarif, di mana para mahasiswanya dapat memilih beberapa syaikh Al-Azhar dan menghadiri
halaqah-halaqah mereka mengenai bahasa Arab, dan ilmu-ilmu syari’ah seperti fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir, tauhid ilmu kalam, dan sejenisnya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Syekh Taqiyyuddin An- Nabhani kembali ke Palestina dan bekerja di Kementerian Pendidikan
Palestina sebagai guru di sebuah sekolah menengah atas di Haifa. Di samping itu juga mengajar di Madrasah Islamiyah di Haifa.
Di sinilah lambat laun dia menyaksikan kuatnya pengaruh imperialis Barat dalam bidang pendidikan, yang ternyata lebih besar dari pada bidang
peradilan, terutama peradilan syariah. Oleh sebab itu dia memutuskan untuk menjauhi bidang pengajaran dan mulai mencari pekerjaan lain yang pengaruh
peradaban Barat-nya relatif lebih sedikit. Dia lantas mendapat pekerjaan di Mahkamah Syariah yang dipandangnya merupakan lembaga yang menerapkan
hukum-hukum syara’. Ternyata banyak kawannya yang pernah sama-sama belajar di Al-Azhar bekerja di sana. Dengan bantuan mereka, Syekh
Taqiyyuddin diangkat sebagai sekretaris di Mahkamah Syariah Beisan, lalu dipindah ke Thabriya.
Pada 1940, dia diangkat sebagai musyawir asisten kadi hingga 1945, yakni saat dia dipindah ke Ramallah menjadi qadly di Mahkamah Ramallah
sampai tahun 1948. Namun setelah itu, dia keluar dari Ramallah menuju Syam sebagai akibat jatuhnya Palestina ke tangan Yahudi. Pada tahun 1948 itu pula,
sahabatnya Al-Ustadz Anwar Al-Khatib mengirim surat yang isinya memintanya kembali ke Palestina untuk diangkat sebagai kadi di Mahkamah
Syariah Al-Quds. Syekh Taqiyyuddin mengabulkan permintaan itu dan kemudian diangkatlah dia sebagai kadi di Mahkamah Syariah Al-Quds tahun
1948. Kemudian, oleh Kepala Mahkamah Syariah dan Kepala Mahkamah Isti’naf saat itu, Al-Ustadz Abdul Hamid As Sa’ih, ia diangkat sebagai
anggota Mahkamah Isti’naf, sampai tahun 1950. Pada tahun 1951, Syekh Taqiyyuddin mendatangi kota Amman untuk
menyampaikan ceramah-ceramahnya kepada para pelajar Madrasah Tsanawiyah di Kulliyah Ilmiyah Islamiyah. Hal ini terus berlangsung sampai
awal tahun 1953, ketika dia mulai sibuk dalam Hizbut Tahrir, yang telah dirintisnya antara tahun 1949 hingga 1953.
Sejak remaja dia memang sudah memulai aktivitas politiknya karena pengaruh kakeknya, yang pernah terlibat diskusi-diskusi dengan tokoh-tokoh
pembaharuan Islam, seperti Muhammad Abduh serta para pengikut ide pembaharuan lainnya yang mengusung dan menuntut perubahan terhadap
Daulah Utsmaniyah. Di samping itu, dia juga melakukan berbagai perdebatan dengan para ulama Al-Azhar mengenai apa yang harus dilakukan dengan
serius untuk membangkitkan umat Islam. Ketika Syekh An-Nabhani menjalankan tugasnya di Kementerian Pendidikan Palestina, dia sudah
memberikan kesadaran kepada para muridnya dan orang-orang yang ditemui, mengenai situasi yang ada saat itu. Dia membangkitkan perasaan geram dan
benci terhadap penjajah Barat dalam jiwa mereka, di samping memperbaharui semangat mereka untuk berpegang teguh terhadap Islam. Ketika pindah
pekerjaan ke bidang peradilan, dia pun mengadakan kontak dengan para ulama yang dia kenal dan ditemui di Mesir. Kepada mereka Syaikh An-
Nabhani mengajukan ide untuk membentuk sebuah partai politik yang berasaskan Islam untuk membangkitkan kaum muslimin dan mengembalikan
kemuliaan dan kejayaan mereka. Dia lalu menyodorkan kerangka organisasi partai dan pemikiran-pemikiran yang dapat digunakan sebagai bekal tsaqafah
bagi partai tersebut. Pemikiran-pemikiran ini dapat diterima dan disetujui. Maka aktivitasnya pun menjadi semakin padat dengan terbentuknya Hizbut
Tahrir. Pembentukan partai ini secara resmi tahun 1953, pada saat Syekh
Taqiyyuddin An-Nabhani mengajukan permohonan kepada Departemen Dalam Negeri Yordania sesuai Undang-Undang Organisasi yang diterapkan
saat itu. Dalam surat itu terdapat permohonan izin agar Hizbut Tahrir dibolehkan melakukan aktivitas politiknya.
Namun pemerintah justru melarang kegiatan organisasi ini. Syekh Taqiyyuddin An-Nabhani tidak gentar dan tetap melanjutkan misinya
menyebarkan risalah Hizbut Tahrir. Dia sangat menaruh harapan untuk membangkitkan umat Islam pada Hizbut Tahrir, gerakan yang telah dia
dirikan dan tetapkan falsafahnya dengan karakter tertentu yang digali dari nash-nash syarak dan sirah Nabi SAW. Syekh Taqiyyuddin menjalankan
aktivitas secara rahasia dan segera membentuk Dewan Pimpinan Qiyadah yang baru bagi Hizbut Tahrir, di mana dia sendiri yang menjadi pimpinannya.
Dewan Pimpinan ini dikenal dengan sebutan Lajnah Qiyadah. Setelah berkembang enam tahun di Jerussalem, Hizbut Tahrir kemudian
mengembangkan sayapnya ke wilayah lain dan dimulai dengan mendirikan cabang di Libanon pada tanggal 19 oktober 1959.
20
Syekh Taqiyyuddin terus memegang kepemimpinan Dewan Pimpinan Hizb ini sampai wafatnya beliau
pada tanggal 25 Rajab 1398 H, bertepatan dengan tanggal 20 Juni 1977 M. Kemudian kepemimpinan Hizbut Tahrir dipegang oleh Syekh Abdul Qaditn
Zullum. Pada tahun 2003, Syekh Abdul Qadim Zallum meninggal dunia dan digantikan oleh Syekh A. Abu Rostah.
Pergantian kepemimpinan dalam tubuh organisasi Hizbut Tahrir tidak membuat landasan serta konsepsi politik mereka berubah. Hizbut Tahrir tetap
menyerukan bahwa mereka didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah SWT, yaitu:
.
نْﻮﻬْ و فوﺮْ ْﺎ نوﺮ ْﺄ و ﺮْ ْا ﻰ إ نﻮ ْﺪ ﺔ أ ْ ﻜْ ْ ﻜ ْو نﻮ ْ ْا ه ﻚ وأو ﺮﻜْ ْا
20
Hussein bin Muhsin bin ali Jabir,Membentuk Jama’atul Muslimin. Penerjemah Abu Fahmi Jakarta: Gema lnsani Press, 1991, h. 244.
Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat jamaah yang menyeru kepada kebaikan mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk
Islam, memerintahkan kepada yang maruf dan melarang dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung. QS Ali Imran: 104
Berdasarkan pedoman dalam kutipan ayat al-Quran tersebut Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari kemelut
multidimensional yang melandanya. Dengan itu, mereka ingin membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum yang
mereka anggap kufur, serta membebaskan masyarakat dari dominasi dan pengaruh negara-negara Barat yang disebutnya negara kafir. Hizbut Tahrir
bermaksud juga membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga hukum yang diturunkan Allah SWT dapat diberlakukan
kembali.
Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Dengan pemikiran serta cara yang
mereka yakini kebenarannya, Hizbut Tahrir berusaha mengajak kaum muslimin kembali hidup secara Islami dalam Darul Islam dan masyarakat
Islam, di mana seluruh kegiatan kehidupannya diatur sesuai dengan hukum- hukum syara. Pandangan hidup yang akan menjadi pedoman adalah halal dan
haram, di bawah naungan Daulah Islam, yaitu Daulah Khilafah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang diangkat dan dibaiat oleh kaum
muslimin untuk didengar dan ditaati agar menjalankan pemerintahan
berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, dan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
21
Hizbut Tahrir berusaha untuk mengembalikan posisi umat ke masa kejayaan dan keemasannya seperti dulu, di mana umat akan mengambil alih
kendali negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia ini, dan negara Khilafah akan kembali menjadi negara nomor satu di dunia—sebagaimana yang terjadi
pada masa silam—serta memimpin dunia sesuai dengan hukum-hukum Islam.
B. Konsepsi Politik Hizbut Tahrir