EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI TRI MULYA DESA GALIH LUNIK KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI

TRI MULYA DESA GALIH LUNIK KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

Oleh

ENNY ELVA SARI. SR

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2011


(2)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI

TRI MULYA DESA GALIH LUNIK KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

ENNY ELVA SARI. SR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2011


(3)

ABSTRAK

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI

TRI MULYA DESA GALIH LUNIK KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

ENNY ELVA SARI. SR

Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mengandung nilai gizi mendekati beras, sehingga dapat digunakan untuk menggantikan beras. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, bahkan pada kondisi tanah yang agak kering pun jagung masih dapat ditanam.

Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumber daya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe

penggunaan lahan. Sedangkan kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai lahan di masa datang apabila melakukan perbaikkan lahan skala besar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif dan kuantitatif tanaman jagung (Zea mays L.) pada lahan Kelompok Tani Tri Mulya Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000). Evaluasi kesesuaian


(4)

Enny Elva Sari. SR

ii

lahan kualitatif dilakukan menggunakan kriteria biofisik menurut Djaenuddin dkk. (2000), sedangkan evaluasi lahan kuantitatif yaitu penilaian secara ekonomi adalah dengan menganalisa kelayakan finansial budidaya tanaman jagung yang dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net B/C Ratio, dan IRR.

Hasil penelitian kesesuaian lahan pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan kriteria Djaenudin dkk (2000) termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan sesuai marginal dengan faktor pembatas terberat ketersediaan air (kelebihan air) dan pH tanah (S3wanr) dan secara finansial, usaha tani tanaman jagung aktual dalam 4 musim layak untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dengan nilai bersih sekarang (NPV>0) yang diperoleh Rp25.910.698,- selama empat musim tanam, nilai perbandingan antara penerimaan bersih dan biaya (Net B/C>1) diperoleh 2,13, nilai tingkat pengembalian internal (IRR) sampai 26,66 % bulan-1, atau lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku (15 % tahun-1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya tanaman jagung selama empat musim (2009 - 2010)

menguntungkan.

Kata kunci : Evaluasi kesesuaian lahan, kelayakan usaha budidaya tanaman jagung


(5)

ABSTRACT

APPROPRIATE EVALUATION OF QUALITATIVE AND QUANTITATIVE TUNE OF CORN PLANTS (Zea mays. L) IN TRI MULYA’S FARMER

GROUP TUNE ON GALIH LUNIK VILLAGE IN TANJUNG BINTANG DISTRICT AT SOUTH LAMPUNG REGENCY

By

ENNY ELVA SARI. SR

Corn is one of kind of ingredient foods that contain nutrient value approaches rice, so it can be used to replace rice. Corn can grow in assorted lands, even in dry condition, corn admit to be planted

Commonly, appropriate tune divided to appropriate recent tune and potential.

Appropriate recent tune admit to get little repair in tune resource as specific part type of uses tune. While, appropriate potential tune refers to tune value in the future when do big scales of tune repair.

The aim of this research is to evaluate the appropriate of qualitative and quantitative tune in corn plants (Zea mays. L) in Tri Mulya’s Farmer Group tune on Galih Lunik village in Tanjung Bintang district at South Lampung Regency, according to Djaenuddin criteria (2000). Appropriate evaluation on qualitative tune was done by using biophysics criterion according to Djaenuddin dkk (2000), while evaluation of


(6)

Enny Elva Sari.SR quantitative tune is evaluation as economical by analyzing financial eligibility of corn plants cultivation which is done by account value NPV, Net B/C Ratio, and IRR.

Research result of appropriate tune of corn plants (Zea mays. L) in Galih Lunik village in Tanjung Bintang district at South Lampung Regency, according to

Djaenuddin dkk’s criteria (2000) belong to appropriate class tune based on marginal by water availability heaviest divider factor (water surplus) and pH tune (S3 wanr) and as financially, farming of corn plant actual in 4 seasons proper to be developed. This matter is seen with clean value now (NPV>0) got Rp. 25.910.698,- as long as four season plants, comparison value between clean acceptance and cost (Net B/C>1) got 2,13, internal rate of return value (IRR) until 26,66% month-1, or more than operative rate of interest level (15% year-1) it shows that cultivate of corn plant as four seasons (2009-2010) beneficial.

Key word: appropriate evaluation of tune, eligibility effort of corn plants cultivating


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Enny Elva Sari.SR dilahirkan di Lahat (Sumatera Selatan) pada tanggal 27 Januari 1990, anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Sardi RZ dan Endah Suherlistiah Anggodo. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Tunas Muda Gama Provinsi Sumatera Selatan diselesaikan tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 14 Prabumulih Sumatera Selatan pada tahun 2001, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Prabumulih Sumatera Selatan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Prabumulih Sumatera Selatan pada tahun 2007.

Tahun 2007, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah FP Unila melalui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di

Organisasi Gabungan Mahasiswa Ilmu Tanah Unila (GAMATALA) sebagai anggota, Persatuan Mahasiswa Agroekoteknologi (PERMA AET) sebagai

anggota. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan praktik umum di PT. Great Giant Pineapple di Terbanggi Besar Lampung Tengah dengan judul ” Praktek Penyiapan Lokasi Siap Tanam Pada Tanaman Nanas (Ananas Comusus L. Merr) Di PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar Lampung Tengah” pada bulan Juli-Agustus 2010.


(8)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah – Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian sampai dengan selesainya pembuatan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa hormat, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Ir. Sarno, M.S. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Ir. Fahri, M.Sc. sebagai pembahas dan penguji materi yang telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Mamat Anwar Pulung, M.Sc. selaku pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran, serta pesan-pesan berharganya untuk menjalani kehidupan selanjutnya.


(9)

Universitas Lampung.

6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Keluargaku tercinta : Papa dan Mama tercinta yang telah membesarkan,

merawat, mendidik, serta selalu mendoakan setiap langkah untuk kesuksesanku dan kakak-kakakku (Ellis Ramadona, Am.Keb dan Jaka Sarendo. SR) yang selalu memberikan semangat serta motivasi dalam penulisan skripsi ini. 8. Ibu Linda, S.P. yang telah rela meluangkan waktu untuk membantu penulis

mencari lokasi penelitian dan Bapak Rohmat sebagai ketua Kelompok Tani Tri Mulya Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan, atas izin yang telah diberikan, serta atas bantuan dan kerjasamanya. 9. Sahabat seperjuangan Esty Nindya Kirana, Yunita, Ayu, Missy, Mira, Mahavira,

Yuanita, yang telah membantu dalam pengambilan data.

10. Seluruh teman-teman angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2009 yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas amal baik dengan kebaikan (pahala) dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandarlampung, November 2011


(10)

Judul Penelititan : EVALUASI KESESUAIAN LAHAN

KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA LAHAN

KELOMPOK TANI TRI MULYA DESA GALIH LUNIK KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Nama Mahasiswa : Enny Elva Sari.SR No. Pokok Mahasiswa : 0714031006 Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. Ir. Sarno, M.S.

NIP 19471127 197603 1 001 NIP 19570715 198603 1 003

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP 19641118 198902 1 002


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. ………

Sekretaris : Ir. Sarno, M.S. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Fahri, M.Sc. ………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001


(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa TenggaraTimur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Luas pertanaman jagung di seluruh dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara berkembang. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung dapat tumbuh baik di wilayah tropis, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permuakaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun. Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan subtropik (Dowswell, 2006).


(13)

Jagung dapat tumbuh di daerah tropika dengan temperatur 16° - 32° C dan curah hujan 300 - 1600 mm tahun-1. Ketinggian tempat tumbuh untuk jagung 0 - 600 m dpl. Jagung dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dengan kedalaman tanah minimal 25 cm, tekstur liat atau berliat, drainase baik, reaksi tanah berkisar antara pH 5,5 - 8,2 dengan kisaran optimum pada pH 5,8 - 7,8 (Barnito, 2009).

Evaluasi lahan merupakan penilaian dan pendugaan potensi lahan untuk

penggunaan tertentu. Dengan evaluasi lahan tersebut potensi lahan dapat dinilai dengan tingkat pengelolaan tertentu. Pelaksanaan evaluasi lahan pada

dasarnya mengarah pada rekomendasi penggunaan lahan dengan

mempertimbangkan semua aspek yang menjadi pembatas dalam penggunaan lahan yang ditetapkan agar lahan dapat berproduksi secara optimal dan lestari (Mahi, 2005).

Evaluasi kesesuaian lahan pada dasarnya berhubungan dengan evaluasi untuk suatu pengguanaan tertentu, seperti untuk budidaya padi, palawija, dan sebagainya. Sedangkan kemampuan lahan umumnya ditujukan untuk penggunaan yang lebih luas atau lebih umum seperti penggunaan untuk pertanian, permukiman, industri, perkotaan, jasa, peruntukan dan sebagainya. Pada penelitian ini usahatani yang akan diteliti adalah kesesuaian lahan dan kelayakan finansial pada tanaman jagung (FAO, 1976).


(14)

3 1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif pertanaman jagung (Zea mays L.) Kelompok Tani Tri Mulya Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000). 2. Mengevaluasi kesesuaian lahan kuantitatif dengan cara menghitung tingkat

kelayakan finansial budidaya tanaman jagung (Zea mays L.) Kelompok Tani Tri Mulya Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

1.3Kerangka Pemikiran

Jagung pada dasarnya merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua sesudah beras bagi penduduk Indonesia. Sehingga disamping keperluan pakan ternak, komoditi ini juga sebagai bahan makanan utama sesudah beras bagi penduduk

Indonesia dan menjadi bahan baku industri makanan lainnya. Sejalan dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat pengetahuannya, konsumsi protein hewani khususnya daging ayam dan telor serta daging terlihat juga terus meningkat. Hal ini mendorong meningkatnya kebutuhan makanan ternak yang kemudian

meningkatkan kebutuhan jagung, karena jagung merupakan 51% dari komponen pakan ternak. Peningkatan kebutuhan jagung ini dalam beberapa tahun terakhir tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri, sehingga mengakibatkan diperlukannya impor jagung yang makin besar (Bank Indonesia, 1998).


(15)

Angka sementara Produksi jagung Provinsi Lampung tahun 2009 sebesar 2,07 juta ton pipilan kering, naik sebesar 257,82 ribu ton (14,25 %) dibanding produksi tahun 2008 dengan total luas areal lahan panen seluruh Lampung 112.797 ha, sedangkan Kabupaten Lampung Selatan menyumbang 20 % lebih total produksi jagung di Provinsi Lampung yaitu 394.353 ton dengan luas areal lahan 72.542 ha (BPS Lampung, 2009).

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan (performance) lahan jika

dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan analisis bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976).

Evaluasi sumber daya lahan berfungsi untuk memberikan pengertian tentang hubungan- hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil (Sitorus, 1985). Evaluasi lahan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi lahan kualitatif merupakan evaluasi kesesuaian lahan berdasarkan kondisi lingkungan untuk berbagai macam penggunaan yang digambarkan dalam bentuk kualitatif seperti sangat sesuai, cukup sesuai, sesuai marginal atau tidak sesuai untuk penggunaan spesifik (Mahi, 2005). Evaluasi kualitatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan dengan cara mengelompokkan lahan ke dalam beberapa kategori berdasarkan perbandingan relatif kualitas lahan tanpa melakukan secara terperinci dan tepat biaya dan pendapatan bagi penggunaan lahan


(16)

5 tersebut. Evaluasi kuantitatif yaitu evaluasi lahan dinyatakan dalam nilai ekonomi berupa masukan (input) dan keluaran (output). Pendekatan evaluasi lahan di dalam penelitian ini adalah evaluasi secara kualitatif (Arsyad, 1989).

Menurut Djaenudin dkk. (2000) lahan yang termasuk ke dalam kelas S1 untuk tanaman jagung yaitu pada kisaran temperatur 20-26° C, dengan curah hujan rata-rata antara 500-1200 mm/tahun, drainase baik sampai agak terhambat, pH tanah berkisar antara 5,8-7,8, KTK liat lebih dari 16 cmol, kejenuhan basa lebih dari 50% serta kandungan C-organik tanah lebih dari 0,4%. Sedangkan lahan yang termasuk ke dalam kelas S2 untuk tanaman jagung yaitu temperatur berkisar antara 26-30 ºC, curah hujan rata-rata 1200-1600 mm, dengan kandungan C-organik ≤ 0,4% serta memiliki pH tanah berkisar antara 5,5-5,8, KTK liat ≤ 16 cmol dan drainase agak cepat sampai sedang. Untuk lahan yang termasuk ke dalam kelas S3 pada tanaman jagung yaitu pada kisaran temperatur 16-20ºC, dengan curah hujan rata-rata >1600 mm, tekstur tanah agak kasar, kejenuhan basa <35%, dengan pH tanah <5,5 serta kondisi drainase terhambat.

Lokasi penelitian berada di Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang

Kabupaten Lampung Selatan. Desa Galih Lunik terletak pada ketinggian 100 meter dpl, topografi datar, kedalaman tanah cukup dalam, pH tanah agak masam, drainase baik, tekstur tanah kasar – sedang, dan KTK-tanah rendah (CSR, 1983).

Lahan penelitian merupakan lahan garapan Kelompok Tani Tri Mulya. Tanaman jagung bukanlah satu-satunya komoditas yang diusahakan di kelompok tani ini, tetapi


(17)

komoditas lain juga yaitu tanaman padi sawah, padi gogo, jagung, dan ubi kayu. Meski demikian produksi tanaman jagung ini menjadi salah satu komoditas usaha tani yang terus menerus dilakukan. Tanaman jagung yang dibudidayakan petani Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan adalah varietas hibrida yang merupakan varietas unggul. Menurut data yang didapat petani jagung di Desa Galih Lunik produksi tanaman jagung mencapai 4 ton per hektar dengan biaya produksi rata-rata 3 , 5 juta hektar-1. Harga panen kg-1 Rp1.200,- dan pendapatan per musim Rp4.800.000,- (Linda, 2008).

Dalam mengevaluasi kesesuaian lahan, penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan menggunakan kriteria biofisik Djaenuddin dkk. (2000), sedangkan penilaian secara ekonomi adalah dengan menganalisis kelayakan finansial budidaya tanaman jagung yang dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net B/C Ratio, dan IRR.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kondisi yang ada di daerah penelitian seperti yang dikemukakan dalam kerangka pemikiran maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Lahan usaha tani tanaman jagung Kelompok Tani Tri Mulya Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan termasuk dalam kelas kesesuaian lahan sesuai marginal dengan faktor pembatas ketersediaan air dan pH tanah (S3wanr).


(18)

7 2. Usaha budidaya tanaman jagung Kelompok Tani Tri Mulya Desa Galih Lunik

Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan secara finansial cukup menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung 2.1.1 Sejarah Singkat

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga

menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (daun maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Jagung termasuk tanaman pangan utama di Indonesia. Produksi jagung terbesar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa yakni Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-masing 5 juta ton tahun-1, setelah itu menyusun beberapa di daerah Sumatera anatara lain Medan dan Lampung, sehingga produksi jagung Indonesia mencapai 16 juta ton tahun-1 (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).


(20)

9 Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita tahun-1 dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Jagung merupakan bahan dasar / bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organik, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51, 4 % (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

2.1.2 Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Jagung

Divisio : Spermathophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledonena Ordo : Graminae

Famili : Graminaceae Subfamilia : Ponicoidae Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara


(21)

1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Barnito, 2009).

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon

tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.


(22)

11 Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung

cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik (Barnito, 2009).

2.1.3 Kandungan Gizi

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji.

Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda (Suprapto, 2005).

2.1.4 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Tanaman jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur, dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumusol, tanah berpasir. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan


(23)

unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6-7,5. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami jagung, karena di sana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

2.2 Evaluasi Lahan 2.2.1 Pengertian

Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek utama yaitu : lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomi. Dimana lahan merupakan lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan.

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaan (perfomance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi, dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989).

Evaluasi lahan (Land Evaluation) merupakan rangkaian proses menuju perencanaan penggunaan lahan (Landuse Planning). Hal ini dilakukan untuk


(24)

13 mengetahui potensi dan hambatan yang ada pada suatu areal, agar perencanaan dapat dilakukan dengan baik dan sekaligus untuk menentukan tindakan apa yang harus dilakukan. Apabila proses evaluasi ini dilakukan dengan baik maka

perencanaan penggunaan lahannya juga dapat dilakukan dengan baik, yang berarti dapat diketahui dengan baik berapa besar investasi yang harus ditanamkan bagi penggunaan yang direncanakan (Mahi, 2005).

2.2.2 Tujuan Evaluasi Lahan

Tujuan evaluasi lahan adalah memprediksi segala konsekuensi yang mungkin terjadi bila ada perubahan penggunaan lahan. Seorang petani yang telah siap menanam jagung tidak memerlukan prosedur formal evaluasi lahan. Evaluasi tidak terbatas hanya pada penilaian karakteristik lingkungan, tetapi mencakup analisis-analisis ekonomi, sosial, dan dampak lingkungan. Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek kualitas fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya (Mahi, 2005).

2.2.3 Prinsip-prinsip Evaluasi Lahan.

Dalam evaluasi lahan terdapat 6 (enam) prinsip dasar yang menjadi fondasi pendekatan dan metode evaluasi (Mahi, 2005), seperti yang dikemukakan berikut:

a. Evaluasi lahan meliputi kesesuaian lahan, yaitu penilaian dan pengklasifikasian macam penggunaan lahan secara khusus.


(25)

Prinsip ini merupakan wujud pengenalan bahwa setiap macam penggunaan lahan memerlukan persyaratan khusus. Konsep kesesuain lahan ditujukan untuk penggunaan lahan secara khusus dengan masing-masing

kebutuhannya, oleh karena itu baik lahannya sendiri maupun penggunaanya sama-sama menjadi dasar dalam menetapkan kesesuaian lahannya.

b. Evaluasi lahan meliputi evaluasi kebutuhan, yaitu evaluasi keuntungan yang mungkin didapat dengan input yang diperlukan pada tipe lahan yang berbeda.

Lahan itu sendiri jarang tanpa input jika meliputi potensial produksi. Kesesuaian penggunaan lahan dinilai dengan membandingkan kebutuhan input, dengan barang yang menghasilkan atau keuntungan lain yang mungkin didapat.

c. Evaluasi lahan memerlukan pendekatan terpadu berbagai disiplin ilmu. Proses evaluasi memerlukan sumbangan pemikiran dari para ahli ilmu alam, teknologi penggunan lahan, ekonomi, dan sosiologi.

Secara khusus evaluasi kesesuaian selalu memasukkan pertimbangan ekonomi untuk tingkat yang lebih besar atau kecil. Pada evaluasi kualitatif pertimbangan ekonomi mungkin hanya digunakan dalam bentuk umum, sedangkan pada evaluasi kuantitatif, perbandingan keuntungan dengan input di dalam perhitungan ekonomi memegang peranan utama dengan perhitungan biaya dan pendapatan.


(26)

15 d. Evaluasi lahan dilakukan terhadap keadaan fisik, sosial, dan ekonomi

daerah setempat.

Faktor-faktor iklim regional, tingkat kehidupan, ketersediaan tenaga kerja, kebutuhan akan pekerjaan, keadaan pasar lokal dan ekspor, sistem kedudukan lahan yang secara sosial politik dapat diterima dan ketersediaan modal merupakan bentuk-bentuk berhubungan dengan proses evaluasi lahan.

e. Evaluasi lahan mengacu pada penggunaan berkelanjutan.

Aspek-aspek yang berkenaan dengan kerusakan lingkungan harus

diperhitungkan. Hal ini dapat terjadi, misalnya bentuk-bentuk penggunaan lahan yang dimunculkan dengan keuntungan dalam jangka pendek, tetapi menunjukkan adanya erosi tanah, padang rumput yang semakin rusak, atau kerugian-kerugian karena perubahan sungai di daerah hilir. f. Evaluasi lahan dilakukan terhadap lebih dari satu jenis penggunaan.

Pekerjaan evaluasi lahan dilakukan pada dua atau lebih sistem pertanian yang berbeda atau terhadap individu tanaman. Sering juga dilakukan evaluasi terhadap penggunaan yang ada dengan kemungkinan perubahan- perubahan yang ada. Evaluasi kadang-kadang bertujuan untuk

membandingkan bentuk-bentuk penggunaan dengan tanpa adanya penggunaan, misalnya membiarkan lahan dalam keadaan tidak berubah.


(27)

2.2.4 Karakteristik dan Kualitas Lahan

Karaktersitik lahan adalah sifat-sifat lahan yang dapat diukur atau ditetapkan, sebagai contoh: lereng, curah hujan, tekstur, kandungan air, kemasaman, kandungan hara, kedalaman solum, dan lainnya. Karakteristik lahan dibedakan menjadi (1)

karakteristik lahan tunggal dan (2) karakteristik lahan majemuk. Karakteristik lahan tunggal adalah sifat-sifat lahan yang didalam menetapkannya tidak tergantung pada sifat lahan lainnya (lereng, kedalaman solum, tekstur, kemasaman dll), sedang karakteristik lahan majemuk adalah sifat lahan yang dalam menetapkannya tergantung pada sifat lahan lainnya (drainase, kandungan air, permeabilitas, dll) (Sitorus, 1985).

Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau atribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap

penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan (merupakan kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor penghambat atau pembatas. Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas hanya pada satu jenis penggunaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas lahan yang sama bisa berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan. Sebagai contoh bahaya erosi dipengaruhi oleh keadaan sifat tanah, terrain (lereng) dan iklim (curah hujan) (Djaenudin dkk,, 2000).


(28)

17

2.2.5 Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan macam penggunaan lahan secara spesifik pada tipe lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu areal dapat berbeda-beda,

tergantung pada potensi dan faktor penghambat yang terdapat pada sumberdaya lahan bersangkutan apabila akan digunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara spesifik (Mahi, 2005). Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumber daya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe penggunaan lahan. Sedangkan kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai lahan di masa datang apabila melakukan perbaikan lahan skala besar.

Menurut FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kategori, yaitu :

1. Ordo : pada tingkat ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan tidak sesuai (N).

2. Kelas : pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong tidak sesuai (N) dibedakan antara lahan tidak sesuai sementara (N1) dan lahan tidak sesuai permanen (N2).

Tingkat kelas dibagi menjadi 5 yaitu : a. Kelas S1 (sangat sesuai)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang tidak berarti dan tidak mengurangi produksi secara nyata.


(29)

b. Kelas S2 (cukup sesuai)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan dan memerlukan input.

c. Kelas S3 (sesuai marginal)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang besar atau serius dan memerlukan input yang lebih besar.

d. Kelas N1 (tidak sesuai saat ini)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang lebih berat tetapi memungkinkan untuk diatasi.

e. Kelas N2 (tidak sesuai permanen)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki karena sifatnya permanen.

3. Sub Kelas : pada tingkat ini menggambarkan macam faktor pembatas atau perbaikan yang diperlukan dalam tingkat kelas.

4. Unit : pada tingkat ini menunjukkan sifat tambahan yang diperlukan untuk pengelolaan dalam tingkat sub kelas.

Menurut Djaenudin dkk. (2000), deskripsi karakteristik lahan yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan dikemukakan sebagai berikut :


(30)

19 a. Temperatur (t)

Merupakan suhu tahunan rata-rata yang dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada.

b. Ketersedian Air (w)

Merupakan pengukuran curah hujan rata-rata yang diambil dari daerah penelitian dan penentuan bulan kering berdasarkan curah hujan bulanan setiap tahunnya.

c. Kondisi Perakaran (r)

Karakteristik lahan yang menggambarkan kondisi perakaran terdiri dari :

1. Kelas Drainase tanah dibagi menjadi 6 kelas, yaitu : sangat buruk, buruk, agak buruk, agak baik, baik, dan berlebihan.

2. Tekstur tanah dibagi menjadi 5 kelas, yaitu : halus, agak halus, sedang, agak kasar, dan kasar.

3. Kedalaman Efektif (cm)

Merupakan kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar.

d. Retensi Hara

Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan kemampuan koloid tanah dalam menyerap dan mempertukarkan kation. Sedangkan reaksi tanah (pH) merupakan salah satu sifat dan ciri tanah yang ikut menentukan besarnya nilai KTK. Selain KTK dan pH, kejenuhan basa serta C-organik juga mempengaruhi retensi hara.


(31)

e. Toksisitas

Daerah pantai merupakan salah satu daerah yang mempunyai kadar garam yang tinggi. Toksisitas di dalam tanah biasanya diukur pada daerah-daerah yang bersifat salin.

f. Sodisitas/Alkalinitas (xn)

Sodisitas/alkalinitas menggambarkan kandungan natrium dapat ditukar, yang dinyatakan dalam nilai exchangeable sodium percentage atau ESP (%) yaitu dalam perhitungan.

ESP= Nadd x 100 x KTK-1

Nilai ESP 15 % adalah sebanding dengan nilai sodium adsorption ratio atau SAR 13.

g. Bahaya Sulfidik

Kedalaman sulfidik hanya digunakan pada lahan bergambut dan lahan yang banyak mengandung sulfida serta pirit.

h. Bahaya Erosi

Bahaya erosi dapat diketahui dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) tahun-1 dibandingkan tanah tererosi.

i. Bahaya Banjir

Bahaya banjir dapat diketahui dengan melihat kondisi lahan yang pada permukaan tanahnya terdapat genangan air.


(32)

21 j. Terrain

Slope atau lereng dinyatakan dalam persen (%) atau derajat (o). Perbedaan tinggi diukur dari puncak sampai dasar lereng dan dinyatakan dalam meter.

2.2.6 Analisis Finansial

Dalam analisis finansial diperlukan kriteria kelayakan usaha, antara lain Net Present Value (NPV), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR).

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible (layak) atau tidak. Perhitungan Net Present Value (NPV) merupakan net benefit yang telah didiskon dengan

menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor. Apabila hasil perhitungan Net Present Value (NPV) lebuh besar dari 0 (nol), dikatakan usaha/proyek tersebut layak untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari 0 (nol) maka tidak layak untuk dilaksanakan (Ibrahim, 2003).

2. Net Benefit /Cost Ratio (Net B/C)

Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negatif (-). B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibandingkan hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C (Cost), sedangkan output yang dihasilkan dinotasikan dengan B


(33)

3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR (Internal Rate of Return) adalah suatu tingkat bunga (dalam hal ini sama artinya dengan discount rate) yang menunjukkan bahwa nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi usahatani atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV = 0 ) (Ibrahim, 2003).


(34)

23

III.METODE PENELITIAN

3.1Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman jagung (Zea mays L.) Kelompok Tani Tri Mulya yang secara administratif berada di wilayah Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan, dengan luas wilayah binaan 1.225,5 ha. Desa Galih Lunik memiliki batas wilayah sebagai berikut:

1) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukanegara

2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Merbau Mataram 3) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaliasin

4) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Serdang

Adapun luas lahan potensial/fungsional lahan kering yaitu 640 ha sedangkan untuk luas tanaman jagung tersebut yaitu ± 400 ha. Luas areal pertanaman jagung yang di teliti seluas 5 ha dari total luas seluruh areal pertanaman jagung di Desa Galih Lunik dengan benih varietas hibrida BISI-2. Lokasi penelitian berada pada posisi koordinat 05025’14,9” – 05025’21,7” LS dan 105021’46,6” – 105021’53,4” BT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2011.


(35)

24 3.2Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di laboratorium. Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut

 Cangkul : digunakan untuk menggali tanah yang akan diambil berdasarkan kedalaman tanah yang dibutuhkan untuk dianalisis di laboratorium.

 Bor : digunakan untuk membuat profil tanah dan deskripsi karakteristik masing-masing lapisan tanah.

 Meteran : digunakan untuk mengukur kedalaman tanah dan kedalaman tanah.  GPS (Global Positioning System) : digunakan untuk mengukur koordinat lokasi

penelitian.

Clinometer : digunakan untuk mengukur kemiringan lereng pada lokasi penelitian. Munsell soil colour chart : digunakan untuk mengamati dan mengetahui

karakteristik tanah melalui pengamatan warna tanah.  Kantong plastik : digunakan untuk tempat sampel tanah.

 Kamera digital : digunakan untuk mengambil gambar (alat dokumentasi) yang mendukung untuk kelengkapan data pada lokasi penelitian.

 Alat-alat tulis : digunakan untuk mencatat hasil pengamatan yang diperoleh langsung di lapangan.


(36)

25 3.3Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan pendekatan evaluasi lahan secara paralel, yaitu melakukan analisis fisik lingkungan berdasarkan kriteria fisik Djaenuddin dkk. (2000) dan analisis kelayakan usaha budidaya tanaman jagung dengan menilai Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Pada pelaksanaannya penelitian ini dilakukan bertahap yaitu tahap persiapan, pengumpulan data, dan analisis data.

1. Tahap Persiapan

Kegiatan pada tahap persiapan adalah studi pustaka tentang keadaan umum lokasi penelitian agar didapatkan gambaran umum wilayah Desa Galih Lunik.

2. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : a. Data Fisik

1. Data fisik primer

Data fisik primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik lahan yaitu : drainase, bahan kasar, kedalaman tanah, bahaya sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan permukaan dan batuan singkapan. Data yang dianalisis di laboratorium meliputi : KTK liat, kejenuhan basa, basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, dan K), pH tanah, C-organik, toksisitas (salinitas), dan tekstur tanah.


(37)

26 Data fisik primer yang diamati di lapang sebagai berikut :

1. Drainase

Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukan lamanya dan seringnya jenuh air. Drainase diamati dengan cara ada tidaknya genangan air atau ada tidaknya warna kelabu pada tanah lokasi

penelitian. Cara pengamatannya di lapang yaitu melalui pengeboran tanah, apabila tanah berwarna homogen tanpa bercak-bercak kuning atau karatan besi, berwarna coklat serta kelabu pada lapisan sampai >75 cm berarti drainase pada tanah tersebut baik. Sebaliknya apabila terdapat warna atau bercak-bercak bewarna kelabu, coklat dan kekuningan menunjukkan bahwa tanah tersebut mempunyai drainase yang buruk, pengamatan warna tanah dilakukan dengan menggunakan munsell soil color chart.

2. Bahan kasar

Bahan kasar adalah persentasi kerikil atau batu-batu kecil pada setiap lapisan tanah. Cara pengamatan bahan kasar di lapang yaitu dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil pada tiap lapisan tanah dengan cara pengeboran pada tanah yang akan diteliti. Cara pengukurannya di lapang yaitu dengan menghitung berapa persen bahan kasar yang terdapat pada lapisan tanah yang di bor.

3. Kedalaman tanah

Kedalaman tanah diukur dengan melakukan pengeboran menggunakan bor tanah pada lokasi penelitian. Kedalaman tanah merupakan keadaan dimana tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman.


(38)

27 4. Bahaya sulfidik

Bahaya sulfidik diukur dengan cara melihat ada tidaknya pirit (Fe2S) di lapangan.

Analisis pirit dilakukan dengan cara meneteskan hidrogen peroksida (H2O2). Apabila

tanah yang diteteskan berbuih dan berbau belerang maka tanah mengandung pirit dan pengukuran pH tanah di lapang sebelum dan sesudah diteteskan H2O2 memiliki

perbedaan yang besar, maka tanah mengandung pirit.

5. Lereng

Cara pengukuran lereng dilakukan dengan menggunakan clinometer, dinyatakan dalam persen (%). Pengukuran lereng dilakukan dengan berdiri dari tempat yang paling rendah ke tempat yang tinggi.

6. Bahaya erosi

Tingkat bahaya erosi dapat dilihat berdasarkan kondisi di lapangan, yaitu dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion) atau dengan memperhatikan lapisan tanah atas sudah hilang atau belum.

7. Genangan

Bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada di permukaan tanah. Pengamatan dilakukan melalui wawancara kepada petani setempat, apakah terdapat genangan yang menutupi seluruh lahan dengan air (terendam air) pada lahan yang akan diteliti pada saat musim hujanlebih dari 24 jam.


(39)

28 8. Batu permukaan

Batu di permukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau besar yang tersebar pada permukaan tanah di lokasi penelitian, cara mengukur batuan di permukaan yaitu melihat berapa persen batu yang tersebar di atas permukaan tanah pada lokasi penelitian.

9. Batuan singkapan

Batuan singkapan diamati dengan melihat ada tidaknya batuan-batuan besar yang tersingkap pada lahan lokasi penelitian lalu diukur berapa persentase penutupan permukaan tanah.

2. Data fisik sekunder

Data fisik sekunder yang dikumpulkan meliputi : data curah hujan dan data temperatur suhu udara yang diambil untuk 10 tahun terakhir. Data fisik sekunder yang dikumpulkan yaitu data temperatur, data curah hujan, dan kelembaban udara. Data diambil untuk 10 tahun terakhir. Data dikumpulkan dengan cara mengambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Masgar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan.

3. Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan pada sepuluh titik di lahan tanaman jagung seluas 5 hektar dimana lokasi penelitian terletak pada topografi datar, sehingga


(40)

29 pengambilan contoh tanah menggunakan teknik sampling tanah dengan metode grid (Gambar 1, Lampiran). Pengambilan contoh tanah ini dilakukan pada lapisan kedalaman 0 – 30 cm, lalu ke 10 contoh tanah tersebut dicampurkan, kemudian contoh tanah yang diambil tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dianalisis di laboratorium.

4. Metode analisis tanah di laboratorium

Analisis contoh tanah di laboratorium dilakukan dengan cara menganalisis contoh tanah yang telah diambil secara komposit dari 10 titik. Kemudian contoh tanah dikering udarakan selama 7-10 hari, lalu diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm. Tanah yang telah diayak dianalisis di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, untuk mengetahui sifat kimia dan fisiknya. Sifat kimia yang dianalisis adalah pH H2O, kejenuhan basa, basa-basa dapat ditukar

(Ca, Mg, Na, dan K), toksisitas (salinitas), C-organik, dan KTK. Sedangkan sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah dengan metode analisis disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Metode analisis laboratorium

No Analisis Metode 1 pH H2O pH meter

2 basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, K)

NH4OAc 1 N pH 7

3 C-organik Walkey and Black 4 KTK NH4OAc 1 N pH 7


(41)

30 b. Data Ekonomi

Data sosial ekonomi yang dikumpulkan meliputi data sosial ekonomi primer dan data sosial ekonomi sekunder. Data sosial ekonomi yang dikumpulkan sebagai data primer meliputi : biaya produksi (benih, pupuk, pestisida), peralatan, tenaga kerja (pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengendalian gulma, panen,dll), dan pendapatan yang diperoleh petani di Kelompok Tani Tri Mulya dengan jumlah 4 orang petani responden yang diwawancarai, yang mencakup areal 5 ha selama 2 tahun terakhir (4 musim). Sedangkan data sosial ekonomi sekunder yang

dikumpulkan yaitu data bunga Bank. Data dikumpulkan dengan cara melihat bunga Bank yang berlaku saat ini.

3. Analisis Data

a. Evaluasi Kesesuaian Lahan Kualitatif

Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan berdasarkan potensi fisik lingkungan dengan cara membandingkan persyaratan tumbuh tanaman jagung berdasarkan kriteria Djaenudin dkk. (2000) yang disajikan pada Tabel 2 (Lampiran) dengan nilai karakteristik lahan di lokasi penelitian.

b. Analisis Kelayakan Finansial

Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha tani jagung dilakukan analisis sebagai berikut :


(42)

31 1. Compounding Factor (CF)

Merupakan suatu bilangan yang lebih besar dari satu yang dipakai untuk mengalikan dan mengurangi suatu jumlah di waktu yang lalu sehingga diketahui nilainya saat ini, dihitung dalam persen (%).

Secara matematis rumus untuk menghitung CF adalah sebagai berikut CF = (1 + i)n

Keterangan :

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku n = waktu

2. Net Present Value (NPV)

Secara matematis rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut

NPV =

   n i i C B 1 ) 1 /( ) ( n Keterangan :

B = benefit (manfaat) C = cost (biaya)

i = tingkat bunga bank yang berlaku n = waktu

Kriteria investasi :

Bila NPV > 0, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila NPV < 0, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila NPV = 0, usaha dalam keadaan break even point


(43)

32 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

   n i i C B 1 ) 1 /( )

( n yang bernilai positif Net B/C Ratio =

   n i i C B 1 ) 1 /( )

( n yang bernilai negatif

Keterangan :

B = benefit (manfaat) C = cost (biaya)

i = tingkat bunga bank yang berlaku n = waktu

Kriteria investsi :

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaan break even point

4. Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh investasi usaha.

Rumus yang digunakan adalah : IRR = i1 + NPV1 (i2 - i1)


(44)

33 Keterangan :

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Kriteria investasi :

Bila IRR > tingkat suku bunga, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila IRR < tingkat suku bunga, usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila IRR = tingkat suku bunga, usaha dalam keadaan break even point


(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Lahan pertanaman jagung (Zea mays L) milik Kelompok Tani Tri Mulya di Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan, termasuk dalam kelas kesesuaian lahan sesuai marginal dengan faktor pembatas ketersediaan air (kelebihan air) dan pH (S3wanr).

2. Secara finansial, usaha budidaya tanaman jagung Kelompok Tani Tri Mulya di Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Hal ini dibuktikan dari hasil hitungan rata-rata yang menunjukkan bahwa nilai NPV rata-rata sebesar Rp25.910.698,-. Net B/C rata-rata sebesar 2,13 dan IRR rata-rata sebesar 26,66% bulan-1 yang nilainya lebih besar dari tingkat suku yang berlaku saat ini yaitu diasumsikan sebesar 1,25% bulan-1 atau 15% tahun-1, artinya usaha tani menguntungkan dan layak untuk diteruskan.


(46)

60 5.2Saran

Lokasi penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas kelebihan air dan pH. Oleh karena itu disarankan kepada kelompok Tani Tri Mulya Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan untuk faktor pembatas ketersediaan air (kelebihan air) dengan membuat saluran drainase yaitu dibuat alur-alur untuk mengalirkan air yang berlebih agar lokasi penanaman jagung tidak tergenang air sehingga pertumbuhan tanaman jagung tidak terhambat, sedangkan untuk faktor pembatas pH tindakan penanggulangan faktor pembatas yang dapat dilakukan yaitu dengan pengapuran.


(47)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Lampiran

1. Titik pengeboran tanah untuk deskripsi profil ……… 93 2. Peta wilayah penelitian Kabupaten Lampung Selatan ……… 94


(48)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL ……….. xii DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Kerangka Pemikiran ... 3

1.4 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung... 8

2.1.1 Sejarah Singkat ... 8

2.1.2 Klasifikasi dan DeskripsiTanaman Jagung ... 9

2.1.3 Kandungan Gizi ... 11

2.1.4 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung ... 11

2.2 Evaluasi Lahan ... 12

2.2.1 Pengertian Evaluasi Lahan ... 13

2.2.2 Tujuan Evaluasi Lahan ... 13

2.2.3 Prinsip Evaluasi Lahan ... 14

2.2.4 Karakteristik dan Kualitas Lahan ... 16

2.2.5 Klasifikasi Kesesuaian Lahan ... 17

2.2.6 Analisis Finansial ... 21

III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.2 Bahan Dan Alat ... 24

3.3 Metode Penelitian... 25

1. Tahap Persiapan ... 25

2. Pengumpulan Data ... 25

a. Data fisik ... 25

1. Data Fisik Primer ... 25


(49)

xi

3. Pengambilan Sampel Tanah ... 28

4. Metode Analisis Laboratorium ... 29

b. Data Ekonomi ... 30

3. Analisis Data ... 30

a. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan Kualitatif ... 30

b. Analisis Kelayakan Finansial ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian... ……. 34

4.1.1 Kesesuaian Lahan Kualitatif Berdasarkan Kriteria Biofisik... 34

a. Temperatur... 34

b. Ketersediaan air... 34

c. ketersediaan oksigen ……… 35

d. Media perakaran... 35

e. Retensi hara ……… 36

f. Toksisitas ……… 37

g. Alkalinitas ……….. 37

h. Bahaya sulfidik... 37

i. Bahaya erosi ……… 38

j. Bahaya banjir ... 38

k. Penyiapan lahan... 38

4.1.2 Analisis Usaha Budidaya Tanaman Jagung ………... 40

a. Biaya Usaha Tani Tanaman Jagung... 40

b. Penerimaan... 41

c. Analisis Finansial... 43

4.2Pembahasan ... ……. 45

4.2.1 Kesesuaian Lahan Kualitatif... 45

4.2.2 Analisis Finansial... ... ……. 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... …… 59

5.2 Saran... .. …… 60

DAFTAR PUSTAKA... …… 61


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 290 hlm.

BPS Lampung, 2009. Lampung dalam Angka. Biro Pusat Statistik Provinsi Lampung. 560 hlm.

Bank Indonesia. 1998. Produksi Jagung. Diakses 15 Desember 2010. http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/35CD1C22-9044-4F23-8F50-2E23768C6670/16080/ProduksiJagung1.pdf

Barnito, N. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Suka Abadi. Yogyakata. 96 hlm.

CSR/FAO. 1983. Reconnaissance Land Resource Survei Formats Procedures. Center For Soil Research, Ministry of Agriculture Government of Indonesia Uninted Nation Development Programme and Food Agriculture Organization. Bogor. Dent, D. and A. Young. 1981. Soil Survey and Evaluation. George Allen and Unwim.

London. 279 p.

Djaenudin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A., dan Suharta, N. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.

Dowswell, C.R. R.L. Paliwal, and R.P. Cantrell. 2006. Maize in The Third World. Westview Press.

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Bull. No. 32. FAO, Rome, Italy. 72 hlm.

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Bineka Cipta Jakarta. 249 hlm. Kartasapoetra, A. G. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan


(51)

Lampung Selatan.

Mahi, A. K. 2005. Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan. (Diktat, tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 240 hlm.

Sitorus, S. R. P. 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Tarsito. Bandung. 185 hlm. Suprapto, H.S. 2005. Bertanam Jagung. Penebar swadaya.

Bogor. 59 hlm.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. CV Nuansa Aulia. Bandung.


(1)

60 5.2Saran

Lokasi penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas kelebihan air dan pH. Oleh karena itu disarankan kepada kelompok Tani Tri Mulya Desa Galih Lunik Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan untuk faktor pembatas ketersediaan air (kelebihan air) dengan membuat saluran drainase yaitu dibuat alur-alur untuk mengalirkan air yang berlebih agar lokasi penanaman jagung tidak tergenang air sehingga pertumbuhan tanaman jagung tidak terhambat, sedangkan untuk faktor pembatas pH tindakan penanggulangan faktor pembatas yang dapat dilakukan yaitu dengan pengapuran.


(2)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Lampiran

1. Titik pengeboran tanah untuk deskripsi profil ……… 93 2. Peta wilayah penelitian Kabupaten Lampung Selatan ……… 94


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL ……….. xii DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Kerangka Pemikiran ... 3

1.4 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung... 8

2.1.1 Sejarah Singkat ... 8

2.1.2 Klasifikasi dan DeskripsiTanaman Jagung ... 9

2.1.3 Kandungan Gizi ... 11

2.1.4 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung ... 11

2.2 Evaluasi Lahan ... 12

2.2.1 Pengertian Evaluasi Lahan ... 13

2.2.2 Tujuan Evaluasi Lahan ... 13

2.2.3 Prinsip Evaluasi Lahan ... 14

2.2.4 Karakteristik dan Kualitas Lahan ... 16

2.2.5 Klasifikasi Kesesuaian Lahan ... 17

2.2.6 Analisis Finansial ... 21

III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.2 Bahan Dan Alat ... 24

3.3 Metode Penelitian... 25

1. Tahap Persiapan ... 25

2. Pengumpulan Data ... 25

a. Data fisik ... 25

1. Data Fisik Primer ... 25


(4)

xi

3. Pengambilan Sampel Tanah ... 28

4. Metode Analisis Laboratorium ... 29

b. Data Ekonomi ... 30

3. Analisis Data ... 30

a. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan Kualitatif ... 30

b. Analisis Kelayakan Finansial ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian... ……. 34

4.1.1 Kesesuaian Lahan Kualitatif Berdasarkan Kriteria Biofisik... 34

a. Temperatur... 34

b. Ketersediaan air... 34

c. ketersediaan oksigen ……… 35

d. Media perakaran... 35

e. Retensi hara ……… 36

f. Toksisitas ……… 37

g. Alkalinitas ……….. 37

h. Bahaya sulfidik... 37

i. Bahaya erosi ……… 38

j. Bahaya banjir ... 38

k. Penyiapan lahan... 38

4.1.2 Analisis Usaha Budidaya Tanaman Jagung ………... 40

a. Biaya Usaha Tani Tanaman Jagung... 40

b. Penerimaan... 41

c. Analisis Finansial... 43

4.2Pembahasan ... ……. 45

4.2.1 Kesesuaian Lahan Kualitatif... 45

4.2.2 Analisis Finansial... ... ……. 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... …… 59

5.2 Saran... .. …… 60

DAFTAR PUSTAKA... …… 61


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 290 hlm.

BPS Lampung, 2009. Lampung dalam Angka. Biro Pusat Statistik Provinsi Lampung. 560 hlm.

Bank Indonesia. 1998. Produksi Jagung. Diakses 15 Desember 2010. http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/35CD1C22-9044-4F23-8F50-2E23768C6670/16080/ProduksiJagung1.pdf

Barnito, N. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Suka Abadi. Yogyakata. 96 hlm.

CSR/FAO. 1983. Reconnaissance Land Resource Survei Formats Procedures. Center For Soil Research, Ministry of Agriculture Government of Indonesia Uninted Nation Development Programme and Food Agriculture Organization. Bogor. Dent, D. and A. Young. 1981. Soil Survey and Evaluation. George Allen and Unwim.

London. 279 p.

Djaenudin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A., dan Suharta, N. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.

Dowswell, C.R. R.L. Paliwal, and R.P. Cantrell. 2006. Maize in The Third World. Westview Press.

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Bull. No. 32. FAO, Rome, Italy. 72 hlm.

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Bineka Cipta Jakarta. 249 hlm. Kartasapoetra, A. G. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan


(6)

Linda. 2008. Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian. (Diktat, tidak dipublikasikan). Lampung Selatan.

Mahi, A. K. 2005. Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan. (Diktat, tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 240 hlm.

Sitorus, S. R. P. 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Tarsito. Bandung. 185 hlm. Suprapto, H.S. 2005. Bertanam Jagung. Penebar swadaya.

Bogor. 59 hlm.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. CV Nuansa Aulia. Bandung.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Pakan Jagung (Zea mays) Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Desa Tanjung Mulia Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

2 71 63

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN

0 8 69

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF BUDIDAYA PADI (Oryza sativa L.) PADA LAHAN SAWAH NON IRIGASI TEKNIS KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN

2 11 60

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI KARYA MAKMUR DESA BUMI SARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

12 87 55

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI RUKUN TANI DESA BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 26 76

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH IRIGASI KELOMPOK TANI SRI MULYA DESA PRINGGONDANI KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 8 56

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI SUMBER REZEKI DESA SIDORENO KECAMATAN WAY PANJI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 2 12

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH ( KELOMPOK TANI TRI JAYA DESA TULUNG KAKAN KECAMATAN BUMIRATU NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

5 34 53

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAGUNG (Zea mays L) Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung (Zea mays L) Di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo.

0 2 16

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAGUNG (Zea mays L) Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung (Zea mays L) Di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo.

0 0 21