BAB IV Hasil dan Pembahasan 27
4.1 Persiapan Sampel
27 4.2
Analisa Terhadap Bahan Dasar 28
4.3 Delignifikasi
29 4.4
Analisa Hasil Akhir 33
BAB V Kesimpulan Dan Saran 40
5.1 Kesimpulan
40 5.2
Saran 40
Daftar Pustaka 41
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Komposisi Kimiawi Tandan Kosong Kelapa Sawit 6
Tabel 3.1 Tabel Faktor Koreksi P = x 2 21
Tabel 4.1 Kadar Air, Abu dan Selulosa TKKS 28
Tabel 4.2 Rendemen Pulp dengan Konsentrasi Metanol 31
Tabel 4.3 Data Pengukuran Kadar α-Selulosa
33 Tabel 4.4 Data Pengukuran Kadar Air
35 Tabel 4.5 Bilangan Kappa Pulp
37
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1. Tandan Kosong Kelapa Sawit
5 Gambar 2.2
Perkiraan Jumlah TKKS Indonesia Sejak Tahun 2000-2009 berdasarkan Data Produksi CPO Indonesia
5 Gambar 2.3.
Struktur Kimia Selulosa 12
Gambar 2.4 Struktur Kimia Hemiselulosa
14 Gambar 2.5.
Struktur Lignin 15
Gambar 3.1 Skema Penentuan Kadar Air
22 Gambar 3.2
Skema Penentuan Kadar Abu 23
Gambar 3. 3 Skema Penentuan Kadar Α-Selulosa
24 Gambar 3.4.
Skema Proses Pemasakan Delignifikasi 25
Gambar 3.5 Skema Penentuan Bilangan Kappa
26 Gambar 4.1
Perlakuan Awal Membantu Membuka Struktur Lignoselulosa
27 Gambar 4.2.
TKKS Sebelum Dicacah 28
Gambar 4.3. Cacahan TKKS Berukuran 2-3 cm
28 Gambar 4.4.
Serpihan Halus TKKS yang Telah Digiling 28
Gambar 4.5 Rangkaian Alat Pada Proses Delignifikasi
29 Gambar 4.6
Pulp Hasil Delignifikasi 30
Gambar 4.7 Reaksi Hidrolisis Dan
Kondensasi Ikatan Α-Aril Eter dalam Lignin
30 Gambar 4.8
Grafik Hubungan Antar Waktu dengan Rendemen Pada Konsentrasi Pelarut a Metanol 40; b Metanol 50;
c Metanol 60 32
Gambar 4.9 Uji Kadar Selulosa
33 Gambar 4.10
Grafik Hubungan Antar Waktu dengan Kadar Air Pada Konsentrasi Pelarut
a Metanol 40 ; b Metanol 50 ; C Metanol 60
34 Gambar 4.11
Grafik Hubungan Waktu dengan Kadar Air dengan Konsentrasi Pelarut:
a Metanol 40; bMetanol 50; c Metanol 60
36 Gambar 4.11
Grafik Hubungan Antara Waktu dan Bilangan Kappa dengan Konsentrasi
Pelarut: a Metanol 40 ; b Metanol 50 ; dan c Metanol 60
38
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Pembuatan Larutan 44
Lampiran 2 Data Perhitungan Analisa Kadar Awal 48
Lampiran 3 Data Perhitungan Rendemen Pulp 50
Lampiran 4 Data Perhitungan Analisa Akhir 51
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian 57
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah
alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas merupakan
sarana yang tergolong vital dalam kehidupan manusia yang kebutuhannya semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Pada umumnya industri kertas dan pulp di dunia, khususnya di Indonesia menggunakan serat kayu sebagai bahan baku. Industri
kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan 670 juta ton
kayu. Pertumbuhannya dalam dekade berikutnya diperkirakan antara 2 hingga 3,5 per tahun, sehingga membutuhkan kenaikan kayu log yang dihasilkan dari
lahan hutan seluas 1 sampai 2 juta hektar setiap tahun Yuniarti, 2008. Hal ini tentu saja meningkatkan penebangan kayu yang berdampak kerusakan hutan dan
lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan biomassa dengan kandungan selulosa yang tinggi sebagai alternatif bahan baku pembuatan pulp.
Bahan non seperti limbah padat hasil pertanian merupakan bahan berlignoselulosa yang berpotensi sebagai sumber serat selulosa. Salah satunya
limbah padat industri kelapa sawit, antara lain limbah batang kelapa sawit dan tandan kosong kelapa sawit. Batang sawit merupakan bagian dari sawit yang
memiliki paling banyak kandungan selulosa, yaitu 54,38 dengan lignin 23,95. Balfas, 2003 dalam Budiman, 2010. Namun lignin yang cukup besar ini akan
membutuhkan proses pemasakan yang lebih lama dalam pembuatan pulp. Sehingga tandan kosong kelapa sawit dengan selulosa 43-44 dan lignin yang
lebih sedikit 17-20 lebih efisien digunakan sebagai bahan baku pulp. Selain itu, ketersediaan limbah tandan kosong sawit lebih melimpah dibandingkan
limbah batang sawit sendiri. Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki areal perkebunan
kelapa sawit yang luasnya semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan
2
tersebut akan menambah jumlah produksi pengolahan kelapa sawit seperti CPO. Data terakhir menunjukkan bahwa produksi CPO Indonesia pada tahun 2010
mencapai 21,6 juta ton CPO, yang berarti menghasilkan limbah padat Tandan Kosong Kelapa Sawit TKKS sebanyak 20,2-25,2 juta ton.
Pemanfaatan TKKS saat ini telah dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk kompos oleh beberapa pabrik pengolahan kelapa sawit. Namun
kebanyakan limbah ini masih dibuang atau dibakar begitu saja sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Padahal kandungan selulosa yang tinggi
di dalam TKKS memungkinkan untuk mengembangkan pengolahan TKKS menjadi bahan baku bagi produk-produk lain berbasis selulosa lain seperti pulp
dan kertas. Pembuatan pulp umumnya menggunakan metode kimia yang saat ini yg
sering digunakan adalah proses Kraft, namun proses ini memiliki beberapa kelemahan terutama dalam randemen pemasakan yang rendah, biaya produksi
tinggi, laju delignifikasi rendah dan pencemaran lingkungan karena adanya limbah larutan pemasak. Lignin larut dalam dalam pelarut organik, karbohidrat
larut dalam air, sedangkan selulosa tidak larut pada kedua larutan tersebut. Hal ini merupakan dasar dalam proses pulping Organosolv. Haradewi, 2007. Proses
organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain. Proses
ini akhir-akhir ini banyak diteliti dan dicoba penerapannya karena adanya beberapa faktor ekonomis yang lebih menguntungkan, yaitu randemen pulp yang
tinggi, daur ulang lindi hitam dapt dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur, dapat menghasilkan by-products berupa lignin dan hemiselulosa
dengan tingkat kemurnian tinggi, dampak terhadap lingkungan rendah dan dapat dioperasikan secara ekonomis pada skala relatif kecil Aziz dan Sarkanen, 1989.
Berdasarkan hal-hal di atas maka perlu dilakukan pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit sebagai alternatif bahan baku pulp dengan
menggunakan metode yang ramah lingkungan, yaitu dengan proses organosolv sehingga TKKS menjadi bernilai ekonomis yg lebih tinggi tanpa merusak
lingkungan.