Pembatalan Perkawinan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974...

PEMBATALAN PERKAWINAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 1974 D I K A I T K A N D E N G A N K E T E N T U A N
PERKAWINAN BERDASARKAN
FIQIH ISLAM

Oleh
TENGKU ERWINSYAHBANA
002105022 / HK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2006

Tengku Erwinsyahbana : Pembatalan Perkawinan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974…, 2006

USU Repository © 2007

MARRIAGE ANNULMENT BASED ON LAWS NUMBER
1/1974 RELATED TO MARRIAGE REGULATION
BASED ON ISLAMIC JURISPRUDENCE (FIQH)

Tengku Erwinsyahbana*)
Sanwani Nasution**)
M. Hasballah Thaib**)
ABSTRACT
Marriage Law prescribes that marriage can be annulled by Court if
marriage stipulations are not fulfilled. The intended stipulations are not only
limited religiously but also prescribed by Laws, while the unfulfilled stipulations that
are regulated by Laws, it does not mean that marriage is not legal according to Islamic
Jurisprudence (Fiqh). This fact needs researching to know the reasons of marriage
annulment and the legal effect of post-marriage annulment.
The result of this research is expected to be utilized as a next study material and
to provide several scientific concepts and for the next it can provide a
contribution for development of legal science in Indonesia and also as informative
material and constructive input to all sides particularly in the problems of marriage
annulment. This research uses descriptive and analytical method with library
research (secondary data) relevant to researched object. This study is named as a
normative legal research.
The location of this research is Medan City as a jurisdiction of Religious Court
Class I-A Medan. Location determination does not intended to empirical legal
research, but just to obtain the primary data from informant that utilized to support

conclude. Therefore, the secondary data are collected by documentary study
method and the primary data through interviewed method. The interviewed technique
was performed by non-directive interviewed type combined with directive
interviewed type.
Then, the achieved data are selected, classified and structured in tabulation in
accordance with a planned analytical group. The writer here analyzes the data
qualitatively with juridical comparative approach and concludes deductively.
The conclusion of this research, the regulation on marriage annulment
concerning Marriage Law has not been able to guarantee the legal assurance
because of marriage stipulation distinction and the reason of marriage annulment
prescribed in Law and Fiqh. No legal assurance is caused that marriage stipulation

*)

Student of Study Program of Legal Science, Graduate School of North
Sumatera University.
**)
Lecturers of Graduate School of North Sumatera University.

Tengku Erwinsyahbana : Pembatalan Perkawinan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974…, 2006


USU Repository © 2007

ii

in Law not as a legal condition of marriage according to Islamic Jurisprudence, the
annulled marriages does not always cause prohibition to have sexual intercourse
between the couple.
The effect of marriage annulment does not cause severance of legal
relationship between parents and their children for the couple as legal marriage. The
children have the right to living and inheritance of their parents but if the couple
knew that their marriages was illegal, so the children of post-marriage would be
the status as illegitimate children. Since the marriage annulment decision in effect, each
ex-couple has no right to mutual inherit and the wife has no more right to living form
her former husband.

Key words: Marriage Annulment, Islamic Jurisprudence (Fiqh)

Tengku Erwinsyahbana : Pembatalan Perkawinan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974…, 2006


USU Repository © 2007

PEMBATALAN PERKAWINAN BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
DIKAITKAN DENGAN KETENTUAN
PERKAWINAN BERDASARKAN
FIQIH ISLAM
Tengku Erwinsyahbana*)
Sanwani Nasution**)
M. Hasballah Thaib**)
ABSTRAK
Undang-undang Perkawinan menentukan bahwa perkawinan dapat dibatalkan
oleh pengadilan jika syarat perkawinan tidak dipenuhi. Syarat yang dimaksudkan bukan
terbatas pada syarat menurut hukum agama, tetapi juga syarat yang ditentukan oleh
undang-undang, sementara tidak terpenuhi syarat yang diatur oleh undang-undang
tidaklah berarti perkawinannya tidak sah menurut hukum agama. Adanya kenyataan
ini perlu diteliti yang tujuannya untuk mengetahui alasan-alasan pembatalkan
perkawinan dan akibat hukum yang timbul setelah pembatalan perkawinan.
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengkajian lebih
lanjut untuk melahirkan berbagai konsep ilmiah yang pada gilirannya dapat

memberikan andil bagi pengembangan ilmu hukum di Indonesia dan dapat dijadikan
bahan informasi serta masukan konstruktif bagi semua pihak guna menyelesaikan
masalah-masalah tentang pembatalan perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif analitis dengan cara meneliti bahan bahan kepustakaan (data sekunder) yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti, dengan demikian penelitian ini disebut
juga penelitian hukum normatif.
Lokasi penelitian yang dipilih adalah kota Medan yang merupakan wilayah
hukum Pengadilan Agama Kelas I-A Medan. Penentuan lokasi tidak dimaksudkan
untuk mengarah pada penelitian hukum empiris, tetapi hanya untuk memperoleh data
primer dan responden guna mendukung penarikan kesimpulan. Data sekunder
dikumpulkan dengan metode studi dokumen sedangkan data primer melalui
metode wawancara. Teknik wawancara dilakukan dengan menggunakan tipe
wawancara tidak terarah dan dikombinasikan dengan tipe wawancara terarah.
Data yang telah diperoleh untuk selanjutnya diseleksi dan klasifikasikan serta
disusun dalam suatu tabulasi sesuai dengan kelompok pembahasan yang telah

*)

Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.

**)
Dosen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
iii

Tengku Erwinsyahbana : Pembatalan Perkawinan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974…, 2006

USU Repository © 2007

iv

direncanakan. Analisis data secara kualitatif dengan pendekatan yuridis komparasi
dan penarikan kesimpulannya secara deduktif.
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa ketentuan tentang
pembatalan perkawinan yang terdapat dalam Undang-undang Perkawinan belum lagi
dapat menjamin kepastian hukum, karena adanya perbedaan persyaratan perkawinan
dan alasan pembatalan perkawinan yang diatur dalam undang-undang dengan fiqih
Islam. Ketidakpastian hukum terjadi karena syarat perkawinan yang terdapat dalam
undang-undang, belum tentu merupakan syarat sah perkawinan menurut fiqih,
sehingga perkawinan yang telah dibatalkan karena tidak terpenuhinya syarat dalam
undang-undang, tidaklah selalu menyebabkan keharaman untuk bersenggama antara

pasangan suami isteri tersebut.
Akibat pembatalan perkawinan tidak menyebabkan terputusnya hubungan
hukum antara orang tua dengan anak-anak mereka, selama kedua pasangan suami
isteri yakin bahwa perkawinan mereka adalah sah. Anak-anak tetap berhak atas
nafkah dan warisan dari kedua orang tuanya, tetapi jika pasangan suami isteri telah
mengetahui bahwa perkawinan mereka adalah tidak sah dan tetap saja meneruskan
perkawinan tersebut, maka anak yang dilahirkan setelah itu, bukanlah berstatus
sebagai anak sah. Sejak keputusan pembatalan perkawinan berlaku, maka masingmasing bekas pasangan suami isteri tidak mempunyai hak untuk saling mewarisi dan
isteri tidak lagi berhak atas nafkah dari bekas suaminya.

Kata kunci: Pembatalan Perkawinan, Fiqih Islam

Tengku Erwinsyahbana : Pembatalan Perkawinan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974…, 2006

USU Repository © 2007