II.2 Otonomi Daerah
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos dan nomos yang berarti perundangan sendiri. Dengan diberikannya hak kekuasaan dan pemerintahan
kepada badan otonomi, seperti Provinsi, Kabupaten, dan kota maka denganinisiatifnya sendiri dapat mengurus rumah tangganya dengan
membuatmengadakan peraturan-peraturan daerah yang tidak boleh bertentangan Undang-undang Dasar 1945 dan peraturan pemerintah serta mampu menjalankan
kepentingan umum. Proses peralihan dari sistem dekonsentrasi ke sistem desentralisasi di sebut
pemerintah dengan otonomi. Otonomi adalah penyerahan urusan pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi
pemerintahan.Sementara “daerah” dalam arti local state government adalah pemerintah di daerah yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah
pusat. Otonomi adalah derivat dari desentralisasi. Desentralisasi adalah penyerahan atau pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan
kepada tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah. Dalam pasal 1 ayat 5 dan 6 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untukmengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Sumaryadi 2005:48 otonomi daerah adalah keleluasaan dalam
bentuk hak dan wewenang serta kewajiban dan tanggung jawab badan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sebagai manivestasi dari desentralisasi. Sedangkan daerah otonom adalah
kesatuan masyarakat hukum untuk mempunyai batas daerah tertentu berwenang dan mengatur kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Secara prinsipil terdapat dua hal yang tercantum dalam otonomi yaitu hak dan wewenang untuk mengelola daerah serta tanggung jawab untuk kegagalan
dalam memanajemeni daerah. Hakikat otonomi adalah meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh berkembang dari rakyat, diselenggarakan secara sadar
dan mandiri oleh rakyat. Tujuan otonomi adalah mencapai efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan
kepada masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai dalam penyerahan urusan ini adalah antara lain menumbuh kembangkan daerah dalam berbagai bidang dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah, dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan.
Visi Otonomi Daerah itu sendiri dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup interaksinya yang utama antara lain:
1. Di Bidang Politik, Otonomi Daerah adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan dekonsentrasi, maka ia harus dipahami sebagai
sebuah proses untuk membuka ruang – ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yag dipilih secara demokratis, memungkinkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berlangsungnya pemerintahan yangi resposif terhadap kepentingan masyarakat luas, dan memelihara mekanisme pengambilan keputusan
yang taat kepada asas pertanggung jawaban publik. Otonomi daerah juga berarti kesempatan membangun struktur pemerintahan yang
sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola karir politik dan administratif yang kompetitif, serta mengembangkan sistem
pemerintahan yang efektif. 2. Di Bidang Ekonomi, otonomi daerah satu pihak harus menjamin
lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan di lain pihak terbukanya peluang bagi pemerintah daerah
mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Dalam konteks ini ,
otonomi akan menungkinkan lahirnya berbagai prakarsa pemerintah untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan proses perijinan
usaha, dan membangun berbagai infrastruktur yang menunjang perputaran ekonomi di daerahnya.
3. Di Bidang Sosial dan Budaya, otonomi harus dikelolah sebaik mungkin demi menciptakan dan memelihara nilai nilai lokal yang
dipandang bersifat kondusif terhadap kemampuan masyarakat merespon dinamika kehidupan di sekitarnya.
Menurut Sumaryadi 2005:64 adapun pemberian otonomi daerah yang mengemukakan ada tiga hal yang lebih desentralistik yaitu sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Pembangunan masyarakat sebagai pengadaan pelayanan masyarakat. Pembangunan masyarakat identik dengan peningkatan pelayanan dan
pemberian fasilitas sosial seperti kesehatan, gizi, pendidikan dan sanitasi yang secara keseluruhan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. 2. Pembangunan masyarakat sebagai upaya terencana mencapai tujuan
sosial yang lebih subim dan sukar di ukur seperti keadilan, pemerataan, peningkatan budaya kedamaian dan sebagainya.
3. Pembanguna sosial sebagai upaya terencana untuk meningkatkan kemampuan manusia berbuat. Pembangunan di sini merupakan
derivasi dari paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia rakyat atau people centered development.
Dewasa ini isu otonomi daerah dan demokratisasi menjadi salah satu agenda reformasi yang utama. Tema sentral kebijaksanaan pembangunan di era
reformasi adalah mengedepankan paradigma pembangunan manusia yang menempatkan warga negara atau rakyat sebagai pelaku pembangunan dan yang
menempatkan otonomi daerah sebagai wahana mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dengan otonomi daerah berarti telah memindahkan sebagian besar ke-
wenangan yang tadinya berada di pemerintah pusat diserahkan kepada daerah otonom, sehingga pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat dalam merespon
tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena kewenangan membuat kebijakan perda sepenuhnya menjadi wewenang daerah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
otonom, maka dengan otonomi daerah pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan akan dapat berjalan lebih cepat dan lebih berkualitas. Keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah PAD, sumber daya manusia yang dimiliki daerah, serta kemampuan daerah
untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerah otonom. Terpusatnya SDM berkualitas di kota-kota besar dapat didistribusikan ke daerah seiring dengan
pelaksanaan otonomi daerah, karena kegiatan pembangunan akan bergeser dari pusat ke daerah.
Menguatnya isu Putra Daerahisme dalam pengisian jabatan akan menghambat pelaksanaan otonomi daerah, disamping itu juga akan merusak rasa
persatuan dan kesatuan yang telah kita bangun bersama sejak jauh hari sebelum Indonesia merdeka. Setiap manusia Indonesia dijamin oleh konstitusi, memiliki
hak yang sama untuk mengabdikan diri sesuai dengan profesi dan keahliannya dimanapun di wilayah nusantara ini.
Yang perlu dikedepankan oleh pemerintah daerah adalah bagaimana pemerintah daerah mampu membangun kelembagaan daerah yang kondusif,
sehingga dapat mendesain standard Pelayanan Publik yang mudah, murah dan cepat. Untuk menciptakan kelembagaan pemerintah daerah otonom yang
mumpuni perlu diisi oleh SDM yang kemampuannya tidak diragukan, sehingga merit system perlu dipraktekkan dalam pembinaan SDM di daerah.
Inti dari pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
prakarsa, kreatifitas, dan peran serta aktif masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya. Memberikan otonomi daerah tidak
hanya berarti melaksanakan demokrasi di lapisan bawah tetapi juga mendorong oto-aktifitas untuk melaksanakan sendiri. Dengan berkembangnya demokrasi dari
bawah maka rakyat tidak saja menentukan nasibnya sendiri, melainkan yang utama adalah berupaya memperbaiki nasibnya sendiri. Hal itu dapat di wujudkan
dengan memberikan kewenangan yang cukup luas kepada pemerintah daerah guna mengurus dan mengatur serta mengambangakan daerahnya sesuai dengan
kepentingan dan potensi daerahnya. Kewenangan artinya adalah keleluasaan untuk menggunakan dana baik yang berasal dari daerah sendiri maupun dari
pusat sesuai dengan keperluan daerahnya tanpa campur tangan dari pusat, keleluasan berprakarsa, memilih alternatif, menentukan prioritas dan mengambil
keputusan utuk kepentingan daerahnya, keleluasan untuk memanfaatkan dana perimbangan keuangan pusat dan daerah memadai, yang didasarkan kriteria
objektif dan adil.
II.3 Defenisi Konsep