Model Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Berpikir Orisinil pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

(1)

ABSTRAK

MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BERPIKIR ORISINIL

PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

Oleh

GALUH AYUNINGTYAS DWI UNTARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model problem solving dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang merupakan salah satu indikator keterampilan berpikir kreatif. Model problem solving terdiri dari langkah yaitu (a) ada masalah yang diberikan, (b) mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, (c) menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, (d) menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, dan (e) menarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 256 siswa dan sampel dalam peneliti-an ini adalah kelas X2 dan X5 semester ganjil. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent Control Group Design. Efektivitas model problem solving diukur berdasarkan perbedaan nilai n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


(2)

rata-ii

rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil pada kelas kontrol sebesar 0,4539 dan pada kelas eksperimen sebesar 0,6283. Berdasarkan pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

Kata kunci: kemampuan berpikir orisinil, larutan elektrolit dan non-elektrolit, model problem solving


(3)

(4)

MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BERPIKIR ORISINIL

PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

(Skripsi)

Oleh

GALUH AYUNINGTYAS DWI UNTARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Penelitian ... 25 2. Rata-rata nilai pretes dan nilai postes kemampuan berpikir orisinil

siswa ... 34 3. Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa ... 38


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

B. Model Pembelajaran Problem Solving ... 9

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 14

D. Kerangka Pemikiran ... 17

E. Anggapan Dasar ... 19

F. Hipotesis Umum ... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A. Populasi dan Sampel ... 20


(7)

vi

E. Instrumen Penelitian ... 22

F. Prosedur Penelitian ... 23

G. Hipotesis Kerja ... 25

H. Hipotesis Statistik ... 26

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 34

B. Pembahasan ... 41

V.SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 55

1. Silabus Kelas Eksperimen ... 56

2. RPP Kelas Eksperimen ... 67

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 79

4. Kisi-Kisi Soal Pretes dan Postes ... 99

5. Soal Pretes ... 104

6. Soal Postes ... 107

7. Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Postes ... 110


(8)

vii

11. Lembar Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen ... 131

12. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 133

13. Data Pemeriksaan Jawaban Pretes dan Postes ... 135

14. Tabel Data Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain ... 143

15. Perhitungan Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain ... 145

16. Kisi-Kisi Angket Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit ... 168

17. Angket Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit ... 170

18. Pengolahan Angket Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit ... 172


(9)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif... 15 2. Desain Penelitian ... 21 3. Nilai Lhitung, Ldaftar, dan pengambilan keputusan uji normalitas terhadap

nilai pretes kemampuan berpikir orisinilsiswa... 35 4. Nilai Fhitung, Ftabel, dan pengambilan keputusan uji homogenitas terhadap

nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa... 36 5. Nilai thitung, ttabel, dan pengambilan keputusan uji kesamaan dua rata-rata 37 6. Nilai L0, Ldaftar, dan pengambilan keputusan uji normalitas terhadap nilai

n-Gain kemampuan berpikir orisinilsiswa ... 39 7. Nilai Fhitung, Ftabel, dan pengambilan keputusan uji homogenitas terhadap

nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa ... 40 8. Nilai thitung, ttabel, dan pengambilan keputusan uji perbedaan dua rata-rata 41


(10)

(11)

(12)

MOTO

Hiasan dunia adalah ibadah dan belajar, maka hiasilah hidupmu dengan ibadah

dan belajar.

(Hadist)

Meskipun menghias hidup tidaklah mudah,

Namun, ingatlah

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain

(Q.S. An-Nashr: 6-7)

Dan

Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat Tidak ada yang menggantikan

kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan

bertemu dengan kesiapan.


(13)

(14)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala

nikmat yang telah diberikan Robb sang pencipta alam semesta, dengan segala

kerendahan hati dan rasa sayang yang tulus saya persembahkan karya sederhana

ini untuk:

Mama dan Papa tercinta

Sosok mulia yang selalu membimbing, mendidik dan mendukung penulis dengan kelembutan doa serta cinta sucinya karena Allah SWT. Terimakasih atas jerih payah dan kerja keras kalian yang tidak mungkin dapat terbalaskan. Semoga Allah SWT berkenan membalas semua jasa dan pengorbanan kalian.  Saudaraku tercinta

Mbakku, Elmika Ratnapuri, S.Pd. dan adikku Anatri Dimas Arief Wicaksono serta keluarga besarku

Keceriaan, perhatian, dan doa yang kalian berikan, menjadi pengiring langkahku untuk terus maju.

Sahabatku dan Rekanku

Yang selalu mendoakanku dan memberikanku semangat.  Almamater tercinta Universitas Lampung


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 25 Mei 1993, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, buah hati Bapak Suratman, A.Ma.Pd. dan Ibu Sujilah, S.Pd. Mengawali pendidikan formal pada tahun 1998 di SD Negeri 2 Tanjung Jaya Bangun Rejo, diselesaikan pada tahun 2004. Kemu-dian melanjutkan di SMP Negeri 2 Bangun Rejo diselesaikan pada tahun 2007, dan SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu FPPI (Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam) tahun 2010-2011, Himasakta (Himpunan mahasiswa eksakta) tahun 2010-2011, dan pada tahun 2011-2012 menjadi anggota Pansus MMJ (Musyawarah Mahasiswa Jurusan). Pada tahun 2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Bandung-Yogyakarta-Surabaya. Dan pada tahun yang sama, penulis telah menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Kibang Yekti Jaya Keca-matan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat yang terintegrasi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Lambu Kibang.


(16)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “ Model Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Berpikir Orisinil pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit” sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Atas dasar kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. 4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Pembimbing I dan Pembimbing

Akademik, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi serta sudi menjadi tempat berbagi.

5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M. Si. selaku Pembimbing II, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi serta sudi menjadi tempat berbagi.

6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku Pembahas, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, kritik dan saran untuk perbaikan skripsi; serta


(17)

dosen-7. Bapak Drs. Maisani Liswan selaku kepala sekolah atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian, Ibu Dewi Kurniati, S.Pd. sebagai guru mitra, dan seluruh dewan guru, staf TU serta siswa siswi SMA Negeri 4 Metro. 8. Teristimewa untuk Papa dan Mama yang dimuliakan Allah SWT, atas kasih

sayang, nasihat, serta lantunan doa yang tercurah serta dukungan yang diberikan.

9. Mbakku Elmika Ratnapuri, S.Pd., mamasku Eko Hendri Asnanto, S.Pd., adikku Anatri Dimas Arief Wicaksono dan keponakanku Naura Jinan Shafiya serta seluruh keluarga yang turut mendoakan, terima kasih atas dukungan dan perhatiannya.

10.Sahabat seperjuanganku, rekan kerja dan teman-teman Pendidikan Kimia 2010 serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rah-mat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat ber-manfaat bagi pembaca pada umumnya. Menyadari bahwa dalam penulisan ini ba-nyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan untuk karya selanjutnya.

Bandarlampung, Juli 2014 Penulis


(18)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

IPA merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkat-an mutu pendidikpeningkat-an, khususnya di dalam menghasilkpeningkat-an siswa ypeningkat-ang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir logis, kritis dan kreatif. IPA berkaitan de-ngan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori saja; tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006).

Ilmukimia merupakan cabang dari ilmu IPA yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari karena ilmu kimia mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat perubahan, dinamika, dan energitika zat yang melibatkan kete-rampilan dan penalaran. Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran IPA

yang terdiri dari tiga karakteristik yang berkaitan erat yaitu, kimia sebagai produk, kimia sebagai proses atau kerja ilmiah, dan kimia sebagai sikap. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses, produk dan sikap.


(19)

Kimia sebagai proses meliputi mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan penelitian dan mengajukan pertanyaan. Dalam proses pembelajaran kimia, contohnya keti-ka mengamati, siswa dituntut melatih keterampilan berpikir kreatifnya, yaitu me-ngumpulkan data tentang fenomena yang diamati langsung menggunakan indera-nya, menafsirkan hasil pengamatan, mengkomunikasikan gagasan dan pendapat-nya kepada orang lain serta mengajukan pertapendapat-nyaan.

Namun selama ini umumnya, pembelajaran kimia di SMA cenderung hanya me-nekankan pada aspek produknya yang berupa konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori saja; tanpa menyuguhkan bagaimana proses ditemukannya konsep, hu-kum, dan teori tersebut. Untuk tercapainya penguasaan konsep siswa, proses pembelajaran hanya dilakukan dengan cara mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa sehingga hanya guru yang berperan aktif dalam pembelajaran dan siswa cenderung pasif.

Hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia di SMA Negeri 4 Metro, di-peroleh informasi bahwa pembelajaran kimia yang biasa digunakan adalah pem-belajaran konvensional dimana masih menggunakan metode ceramah, diskusi dan latihan. Pembelajaran yang diterapkan cenderung berpusat pada guru (teacher-centered). Dalam proses pembelajaran, siswa hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru. Selain itu, dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan, siswa belum mampu mencetuskan gagasan dengan cara yang asli dan sebagian besar siswa pasif. Akibatnya siswa tidak akan terampil dalam berpikir kreatif sehingga kemampuan berpikir orisinil siswa rendah. Oleh karena itu,


(20)

diperlukan upaya untuk memecahkan masalah tersebut, salah satunya dengan cara memperbaiki proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir orisinil sehingga keterampilan berpikir kreatif siswa tinggi. Dengan demikian, pembelajaran di SMA Negeri 4 Metro ini belum sesuai dengan karakteristik ilmu kimia dan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 yang mengharapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan bertindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.

Berdasarkan kurikulum 2013, materi larutan elektrolit dan non-elektrolit diberikan pada siswa kelas X semester genap dan merupakan salah satu materi pokok yang tertuang dalam kompetensi inti 3. Kompetensi dasar dari kompetensi inti 3 pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit adalah menganalisis sifat larutan elek-trolit dan larutan non-elekelek-trolit berdasarkan daya hantar listriknya. Namun yang terjadi selama ini guru hanya mengkondisikan siswa untuk menghafal pada materi ini. Akibatnya siswa mengalami kesulitan untuk menghubungkannya dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan tidak merasakan manfaat dari pembelajar-an larutpembelajar-an elektrolit dpembelajar-an non-elektrolit, sehingga keterampilpembelajar-an berpikir kreatif sis-wa khususnya kemampuan berpikir orisinil sissis-wa rendah. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir orisinil siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa dan juga penelitian terdahulu yang telah membuktikan model tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian Rusda (2012) yang menunjukan bahwa pembelajaran problem solving meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sidoharjo. Selain itu, hasil penelitian Nurmaulana (2011) yang


(21)

menyatakan penerapan model pembelajaran problem solving terbukti efektif meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi pencemaran tanah, dengan nilai rata-rata persentase keterampilan berpikir kreatif siswa adalah 82,9% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik. Sehingga dilihat dari hasil peneli-tian tersebut, model problem solving dapat membuat siswa aktif. Berdasarkan kedua peneliti tersebut di atas, model problem solving diharapkan dapat me-ningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa sehingga kemampuan berpikir orisinil siswa tinggi.

Model problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam mene-mukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pem-belajaran problem solving memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan.

Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berpikir berdasarkan data atau informasi yang tersedia untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Berdasarkan uraian di atas, akan dilaksanakan penelitian dengan judul: “Model Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Berpikir Orisinil pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”


(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah model problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas model problem solving dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir orisinil pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi: 1. Siswa

Melalui penerapan model problem solving siswa dapat lebih mudah untuk memahami materi larutan elektrolit dan non-elektrolit sehingga kemampuan berpikir orisinil siswa meningkat.

2. Guru

Menambah informasi dan wawasan tentang penerapan model problem solving sebagai alternatif dalam mengembangkan kemampuan berpikir orisinil siswa. 3. Sekolah

Penerapan model problem solving dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.


(23)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model problem solving, yaitu (a) ada masalah yang diberikan, (b) mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, (c) menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, (d) menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, dan (e) menarik kesimpulan (Djamarah dan Zain, 2010).

2. Kemampuan berpikir orisinil merupakan salah satu indikator keterampilan ber-pikir kreatif yang akan diteliti, meliputi mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang, mampu melahir-kan ungkapan yang baru dan unik, memikirmelahir-kan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri dan mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur (Munandar, 2012).

3. Materi kimia dalam penelitian ini adalah materi larutan non-elektrolit, larutan elektrolit dan jenis larutan berdasarkan daya hantar listrik (elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non-elektrolit)

4. Pembelajaran menggunakan model problem solving dikatakan efektif apabila secara statistik hasil tes kemampuan berpikir orisinil siswa menunjukkan perbedaan nilai n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (Nuraeni dkk, 2010).


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan infor-masi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pema-duan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

Prespektif kognitif-konstruktivis, yang menjadi landasan pembelajaran problem solving, banyak meminjam pendapat Piaget. Prespektif ini mengatakan, seperti yang dikatakan Piaget, bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara ak-tif dalam proses mendapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuannya


(25)

sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelum-nya. Keyakinan Piaget ini berbeda dengan keyakinan Vygotsky dalam beberapa hal penting. Bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelek-tual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau kulturalnya, Vygotsky menekankan pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkat-kan perkembangan intelektual pelajar. Salah satu ide kunci yang berasal dari minat Vygotsky pada aspek sosial pembelajaran adalah konsepnya tentang zone of proximal development. Menurut Vygotsky, pelajar memiliki dua tingkat kembangan yang berbeda yakni tingkat perkembangan aktual dan tingkat per-kembangan potensial. Tingkat perper-kembangan aktual, menentukan fungsi inte-lektual individu saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu. Individu juga memiliki tingkat perkembangan potensial, yang oleh Vygotsky didefinisikan sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman seba-yanya yang lebih maju. Zona yang terletak diantara kedua tingkat perkembang-an inilah yperkembang-ang disebutnya sebagai zone of proximal development (Arends, 2008). Para ahli psikologi kognitif mengemukakakan suatu kerangka teoritis yang dike-nal dengan model pemrosesan-informasi. Dalam model ini peristiwa-peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi-transformasi informasi dari input

(stimulus) ke output (respon). Informasi mula-mula diterima oleh reseptor, lalu masuk ke registor pengindraan. Sebagian dari seluruh informasi yang terdapat


(26)

dalam registor pengindraan dipindahkan ke memori kerja, selebihnya hilang. Memori kerja terbatas kapasitasnya. Bila informasi di dalamnya tidak diulang-ulang atau diberi kode, informasi itu akan hilang. Informasi yang telah diberi kode masuk ke dalam memori jangka panjang yang mempunyai kapasitas besar sekali. Informasi yang tersimpan dapat dikeluarkan. Lalu disuruh oleh generator respons menjadi pola-pola prilaku yang membimbing efektor-efektor menghasil-kan serangkaian tindamenghasil-kan-tindamenghasil-kan (Dahar, 1989).

Bruner (Dahar, 1989) menganggap bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji rele-vansi atau ketepatan pengetahuan. Pandangannya terhadap belajar yang disebut-nya sebagai konseptualisme instrumental itu didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai Kenya-taan yang dibangunnya, dan model itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan sese-orang, dan kemudian model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar pene-muan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan pena-laran dan kemampuan berpikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampil-an kognitif untuk menemukketerampilan-keterampil-an dketerampilan-keterampil-an memecahkketerampilan-keterampil-an masalah.

B.Model Pembelajaran Problem Solving

Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula.


(27)

Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut.

Problem solving adalah suatu pendekatan dengan cara problem identification un-tuk ke tahap syntesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehing-ga mencapai tahap aplikasi selanjutnya comprehension untuk mendapatkan solusi dalam penyelesaian masalah tersebut. Tentunya, dalam memberikan pembelajar-an problem solving mempunyai proses serta tahappembelajar-an-tahappembelajar-an tertentu (Hamalik, 1994).

Model problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam mene-mukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pem-belajaran problem solving memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006).

Tahap-tahap problem solving dalam proses pembelajaran dikemukakan oleh John Dewey dalam (Nasution, 1999), yakni :

1. siswa menghadapi masalah, artinya dia menyadari adanya suatu masalah tertentu


(28)

2. siswa merumuskan masalah, artinya menjabarkan masalah dengan jelas dan spesifik

3. siswa merumuskan hipotesis, artinya merumuskan kemungkinan-kemungkinan jawaban atas masalah tersebut yang masih perlu diuji kebenarannya

4. siswa mengumpulkan dan mengolah data/informasi

5. siswa menguji hipotesis berdasarkan data/informasi yang telah dikumpulkan dan diolah

6. menarik kesimpulan berdasarkan pengujian hipotesis dan jika ujinya salah maka kembali ke tahap 3 dan 4 dan seterusnya

7. siswa menerapkan hasil problem solving pada situasi baru.

Pemecahan masalah bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks daripada yang diduga. Pemecahan masalah memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi, meng-analisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesim-pulan, dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Untuk memecahkan masalah kita harus melokasi informasi, menampil-kannya dari ingatan lalu memprosesnya dengan maksud untuk mencari hubungan, pola, atau pilihan baru.

Salah satu model mengajar adalah model pembelajaran problem solving. Lang-kah-langkah dalam penggunaan model problem solving yaitu sebagai berikut:

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan kegiatan lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.


(29)

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi (Djamarah dan Zain, 2010). Problem solving merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan. Problem solving prosesnya terletak dalam diri siswa. Variabel dari luar hanya berupa in-struksi verbal yang membantu atau membimbing siswa untuk memecahkan masa-lah itu. Memecahkan masamasa-lah dapat dipandang sebagai proses dimana siswa me-nemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang di-gunakan untuk memecahkan masalah yang baru. Namun memecahkan masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga meng-hasilkan pelajaran baru (Nasution, 1992).

Pembelajaran problem solving ini akan lebih produktif bila dalam pelaksanaannya disatukan metode diskusi dan kerja kelompok, sebagaimana yang dikemukakan oleh (Djsastra, 1985) yaitu :

“Dalam praktek mengajar di kelas model problem solving ini sebaiknya

dipergunakan bersama-sama dengan metode diskusi dan metode proyek, tetapi yang jelas model problem solving ini akan lebih produktif (lebih stabil) bila disatukan dengan metode diskusi”.

Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran problem solving biasanya dapat digabungkan dengan metode diskusi. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang dilakukan lebih produktif, siswa dapat bersama-sama dengan teman sekelompok-nya berdiskusi dalam memecahkan permasalahan yang diberikan. Terdapat 3 ciri utama dari pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut:

a. Pembelajaran problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran. Artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.


(30)

b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajar-an problem solving menempatkPembelajar-an masalah sebagai kunci dari proses

pembelajaran.

c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

Kelebihan dan kekurangan pembelajran problem solving menurut (Djamarah dan Zain, 2010) adalah sebagai berikut.

1. Kelebihan pembelajaran problem solving

a. Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. b. Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara

terampil.

c. Model pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan pembelajaran problem solving

a. Memerlukan keterampilan dan kemampuan guru. Hal ini sangat penting karena tanpa keterampilan dan kemampuan guru dalam mengelola kelas pada saat strategi ini digunakan maka tujuan pengajaran tidak akan terca-pai karena siswa menjadi tidak teratur dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran

b. Memerlukan banyak waktu. Penggunaan model pembelajaran problem solving untuk suatu topik permasalahan tidak akan maksimal jika waktu-nya sedikit, karena bagaimanapun juga akan bawaktu-nyak langkah-langkah yang harus diterapkan terlebih dahulu dimana masing-masing langkah membu-tuhkan kecekatan siswa dalam berpikir untuk menyelesaikan topik per-masalahan yang diberikan dan semua itu berhubungan dengan kemampuan kognitif dan daya nalar masing-masing siswa

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima informasi yang disampaikan guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan masalah sendiri dan kelompok memerlukan banyak sumber belajar sehingga menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa. Sumber-sumber belajar ini bisa di dapat dari berbagai media dan buku-buku lain. Jika sumber-sumber ini tidak ada dan siswa hanya mempunyai satu buku / bahan saja maka topik permasalahan yang diberikan tidak akan bisa diselesaikan dengan baik.


(31)

C.Keterampilan Berpikir Kreatif

Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi orang kreatif padahal anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, meskipun dalam kenyataan ada orang tertentu yang memiliki kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru dengan cepat dan beragam namun kreativitas dapat dimunculkan dari setiap diri seseorang dengan mengembangkan serta memberikan kesempatan sese-orang dalam berkreasi. Pada hakekatnya kreativitas dimiliki oleh setiap sese-orang, tinggal bagaimana orang tersebut mampu mengeluarkan atau mengaktualisasikan diri sesuai dengan daya kreasi dan pola berpikir yang dikembangkan orang tersebut.

Menurut Guilford dalam (Munandar, 2012), kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berpikir berdasarkan data atau informasi yang tersedia untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban tersebut harus sesuai dengan masalahnya. Jadi, tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu jawabannya. Dalam studi mengenai ciri-ciri utama dari berpikir kreatif, Guilford dalam (Munandar, 2012) membedakan antara aptitude dan non-aptitude traits yang berhubungan dengan berpikir kreatif. Ciri-ciri aptitude dari berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinilitas dalam


(32)

ber-pikir. Sedangkan ciri-ciri non-aptitide atau afektif dari berpikir kreatif adalah kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik, dan kemandirian.

Menurut Supriadi dalam (Riyanto, 2010), ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan ke dalam ciri kognitif dan non kognitif. Ke dalam ciri kognitif termasuk empat ciri berpikir kreatif yaitu orisinalitas, fleksibel, kelancaran dan elaborasi. Untuk me-nilai keterampilan berpikir kreatif menggunakan acuan yang mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kreatif dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek – aspek sebagai berikut:

a. Berpikir lancar (Fluent thinking) atau kelancaran yang menyebabkan seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan.

b. Berpikir luwes (Flexible thinking) atau kelenturan yang menyebabkan seseorang mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi.

c. Berpikir orisinil (Original thinking) yang menyebabkan seseorang mampu melahirkan ungkapan – ungkapan yang baru dan unik atau mampu

menemukan kombinasi – kombinasi yang tidak biasa dar unsur – unsur yang biasa.

d. Keterampilan mengelaborasi (Elaboration ability) yang menyebabkan seseorang mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan (Munandar, 2009).

Sedangkan menurut Guilford dalam (Herdian, 2010) terdapat lima indikator-indikator berpikir kreatif, yaitu:

1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.

2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.

3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. 4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan

dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.

5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.


(33)

Willliams dalam (Munandar, 1992) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1. Indikator keterampilan berpikir kreatif

Pengertian Perilaku

Berpikir Lancar (Fluency)

1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban.

2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan

berbagai hal.

3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah

jawaban jika ada.

c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.

d. Lancar mengungkapkan gagasan- gagasannya.

e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain. f. Dapat dengan cepat melihat

kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi. Berpikir Luwes (Flexibility)

1) Menghasilkan gagasan, jawab-an, atau pertanyaan yang bervariasi.

2) Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda.

3) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda.

4) Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

c. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk

menyelesaikannya.

Berpikir Orisinil (Originality) 1. Mampu melahirkan ungkapan

yang baru dan unik.

2. Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri.

3. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

c. Memilih cara berpikir lain dari pada yang lain.


(34)

Tabel 1. (Lanjutan)

Pengertian Perilaku

Berpikir Elaboratif (Elaboration) 1. Mampu memperkaya dan

mengembangkan suatu gagasan atau produk.

2. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan lang-kah-langkah yang terperinci. b. Mengembangkan atau

memperkaya gagasan orang lain. c. Menambah garis-garis,

warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambaranya sendiri atau gambar orang lain. Berpikir Evaluatif (Evaluation)

1. Menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah.

2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka. 3. Tidak hanya mencetuskan

gagasan tetapi juga melaksanakannya.

a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.

b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal.

c. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir orisinil.

D. Kerangka Pemikiran

Model problem solving ini membiasakan siswa untuk tidak terjebak pada solusi atas pikiran yang sempit melainkan membiasakan siswa untuk melihat opsi-opsi yang terbuka luas. Dengan memiliki lebih banyak opsi solusi kemungkinan untuk berhasil mengatasi masalah juga akan semakin besar. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode ini, siswa dapat menyeimbangkan pemanfaatan otak kanan dan otak kirinya. Pada tahap satu, mereka diorientasikan pada masalah. Pada tahap ini terjadi proses asimilasi yaitu proses penambahan informasi baru dengan stuktur kognitif yang ada. Pada tahap ini siswa akan mengalami


(35)

ketidak-seimbangan struktur kognitif (cognitive disequilibrium). Siswa akan mengalami kebingungan dan mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi terhadap fakta baru yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Lalu pada tahap dua diminta mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Pada tahap tiga siswa diminta menetapkan jawaban sementara dari masalah, sete-lah itu tahap empat siswa diminta menguji kebenaran jawaban sementara, dan pada tahap lima siswa diminta untuk menarik kesimpulan dari pemecahan masa-lah tersebut. Pada tahap dua, tiga, empat, dan lima ini terjadi proses akomodasi yaitu penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru. Siswa akan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana sehingga terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari, begitu seterusnya sehingga terjadi kesetimbangan antara struktur kognitif dengan pengetahuan yang baru (ekuilibrasi).

Dalam usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, siswa dituntut untuk menjadi pembelajar yang mandiri yang mampu menggunakan dan menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah dikenalnya serta berbagai keterampilan yang mereka miliki. Pada tahap tiga model pembelajaran problem solving, siswa diminta untuk menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan. Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk berpikir dan bertu-kar pendapat mengenai ide-idenya sendiri sehingga siswa dapat melaksanakan rencana penyelesaian masalah dengan ide yang telah disepakati, sehingga pada tahap ini akan meningkatkan indikator permasalahan keterampilan berpikir kreatif


(36)

yang ketiga yaitu kemampuan berpikir orisinil, karena pada tahap ini siswa ditun-tut mengeluarkan ide - idenya sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa khususnya kemampuan berpikir orisinil siswa

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaan nilai n-Gain kemampuan berpikir orisnil siswa semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran. 2. Faktor-faktor lain di luar perlakuan yang mempengaruhi peningkatan

kemampuan berpikir orisinil siswa pada kedua kelas diabaikan. F. Hipotesis Umum

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Pembelajaran menggunakan model problem solving pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir orisinil dibandingkan pembelajaran konvensional.


(37)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 240 siswa dan tersebar dalam delapan kelas. Selanjutnya dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk dijadi-kan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang adijadi-kan diberi per-lakuan dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol.

Oleh karena peneliti ingin mendapatkan kelas dengan tingkat kemampuan kognitif yang sama atau tidak jauh berbeda, peneliti memilih teknik purposive sampling dalam pengambilan sampel. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sam-pel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009). Dalam pelaksanaannya, peneliti meminta bantuan pihak seko-lah, yaitu guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian dan pene-liti mendapatkan kelas X2 dan X5, karena kedua kelas tersebut memiliki kemam-puan awal yang tidak jauh berbeda atau dianggap sama. Kemudian kelas X5 ditentukan sebagai kelas eksperimen dan kelas X2 sebagai kelas kontrol.


(38)

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekun-der. Data primer berupa data hasil skor pretes dan skor postes, data penilaian afektif siswa, data penilaian psikomotor siswa, dan data observasi kinerja guru. Sedangkan data sekunder berupa data angket pendapat siswa terhadap pembel-ajaran materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Non Equivalence Control Group Design (Creswell, 1997). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian, yaitu: Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1). Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran menggunakan model problem solving (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensio-nal. Selanjutnya, kedua kelompok sampel di berikan postes (O2) .

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran


(39)

menggunakan model problem solving dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit kelas X SMA Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instru-men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada pene-litian ini, instrumen yang digunakan antara lain adalah silabus, rencana pelaksa-naan pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan model problem solving, soal pretes dan soal postes yang berupa soal uraian yang mewakili kemampuan berpikir orisinil, lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, lembar observasi kinerja guru dan angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuai-an kesesuai-antara instrumen dengkesesuai-an rkesesuai-anah atau domain ykesesuai-ang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini peng-ujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan pe-nelitian, tujuan pengukuran, indikator kemampuan, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa


(40)

instru-men dianggap valid untuk digunakan dalam instru-mengumpulkan data sesuai kepen-tingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk me-lakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. dan bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S sebagai dosen pembimbing untuk mengujinya.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tahap pra penelitian

a. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada pihak sekolah di SMA Negeri 4 Metro untuk melaksanakan penelitian.

b. Mengadakan observasi dan wawancara ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan pokok bahasan yang akan diteliti. d. Menentukan populasi dan sampel penelitian. e. Menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. 2. Tahap Persiapan Penelitian

Prosedur persiapan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan pembuatan instrumen, yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal pretes dan postes, soal pretes dan postes, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, lembar kinerja guru,


(41)

kisi-kisi angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi larutan elektro-lit dan non-elektroelektro-lit, dan angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

b. Validitas instrumen

3. Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah (1) melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol;

(2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas, pembelajaran menggunakan model problem solving diterapkan di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol;

(3) melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol;

(4) melakukan tabulasi serta analisis data; (5) melakukan pembahasan;


(42)

Adapun prosedur penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian sebagai berikut:

G. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model problem solving lebih tinggi daripada rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

Gambar 1. Prosedur Penelitian Tabulasi dan Analisis Data Pembahasan dan Kesimpulan

Kelas Eksperimen Pembelajaran Menggunakan Model Problem Solving Kelas Kontrol Pembelajaran Konvensional Pretes Postes

1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah 2. Menentukan pokok bahasan yang akan diteliti 3. Menentukan populasi dan sampel penelitian 4. Menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen

Perangkat dan Instrumen 1. Menyiapkan perangkat pembelajaran

dan pembuatan instumen 2. Validitas instrumen

Pr a Pe n eli tian Pe rsiap an Pe lak san aan Anal isi s d a n Pe lap or an Hasi l


(43)

H. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : µ1x≤ µ2x

Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembel-ajaran menggunakan model problem solving lebih rendah atau sama dengan rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1x > µ2x

Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembel-ajaran menggunakan model problem solving lebih tinggi daripada rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai n-Gain (x) pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

µ2 : Rata-rata nilai n-Gain (x) pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.


(44)

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

a. Perhitungan nilai siswa

Untuk mendapatkan nilai pretes dan postes kemampuan berpikir orisinil siswa, maka skor jawaban pretes dan postes siswa dikonversikan menjadi nilai pretes dan postes secara operasional dirumuskan sebagai berikut:

100 x maksimal

skor Jumlah

diperoleh

yang jawaban skor

Jumlah siswa

Nilai  …………. . . (1)

Setelah data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung nilai n-Gain, yang selanjutnya digunakan pengujian hipotesis.

b. Perhitungan nilai n-Gain

Untuk mengetahui kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit antara pembelajaran menggunakan model problem solving dengan pembelajaran konvensional, maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Rumus n-Gain (g) adalah sebagai berikut :

. . . ... ……….(2)

Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.


(45)

2. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji ke-samaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata. Uji keke-samaan dua rata-rata dilakukan pada nilai pretes keterampilan berpikir lancar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sedangkan uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada n-Gain keterampilan berpikir lancar siswa pada materi pokok kesetimbangan ki-mia. Sebelum dilakukan uji kesamaan dan perbedaan dua rata-rata, ada uji pra-syarat yang harus dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah me-makai statistik parametrik atau non parametrik. Hipotesis untuk uji normalitas : Ho = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji normalitas ini dilakukan dengan uji Lilliefors dalam Sudjana (2005). Untuk pengujian hipotesis nol (Ho), ada beberapa prosedur yang harus ditempuh, yaitu sebagai berikut:

1. Pengamatan x1, x2, …. xn dijadikan bilangan baku z1, z2, …. zn dengan meng-gunakan rumus ( ฀ dan s masing-masing rata-rata dan simpangan baku sampel).

2. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi baku nor-mal, kemudian dihitung peluang F (zi) = P (z≤zi).


(46)

3. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, …. , zn yang lebih kecil atau sama de-ngan zi. Jika proporsi ini dinyatakan sebagai S (zi), maka

.

4. Hitung selisih F (zi) – S (zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.

5. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tesebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo dengan kriteria uji, tolak Ho jika Lo > L daftar. b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentu-kan statistik-t yang amenentu-kan digunamenentu-kan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sa-ma atau tidak.

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut: H0 : 12 22 (kedua sampel mempunyai variansi yang homogen)

H1 : 12 22 (kedua sampel mempunyai variansi yang tidak homogen)

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

kecil Varian ter

terbesar Varians

F . . .

∑ ̅

……… (4)

∑ ∑

……….(5) ………..(3)


(47)

Keterangan :

F = Kesamaan dua varians

Kriteria : Tolak H0 jika atau dengan didapat dari distribusi F dengan peluang ½ , derajat kebebasan dan

. = taraf nyata. Dalam hal lainnya H0 diterima.

c. Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah pada awalnya, kedua sampel penelitian memiliki kemampuan berpikir orisinil yang sama atau berbeda. Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis:

H0 : µ1x = µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas kontrol.

H1 : µ1x > µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas kontrol.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai pretes (x) pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

µ2 : Rata-rata nilai pretes (x) pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.


(48)

Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka penguji-an menggunakpenguji-an uji statistik parametrik, yaitu menggunakpenguji-an uji-t dalam Sudjpenguji-ana (2005) yang dirumuskan sebagai berikut.

̅̅̅

̅̅̅ √

Keterangan:

thitung = Kesamaan dua rata-rata.

̅̅̅ = Rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. ̅̅̅ = Rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas

kontrol pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. = Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas eksperimen. = Jumlah siswa pada kelas kontrol.

= Simpangan baku siswa pada kelas eksperimen. = Simpangan baku siswa pada kelas kontrol.

Dengan kriteria uji : terima H0 jika -t t1-1/2 < t < t t1-1/2 dengan derajat kebebas-an d(k) = n1 + n2– 2 pada taraf signifikan = 5% dan peluang (1- ⁄ ). Untuk harga t lainnya H0 ditolak.

d. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perla-kuan terhadap sampel dengan melihat nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit yang lebih tinggi antara pembel-ajaran menggunakan model problem solving dengan pembelpembel-ajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 4 Metro. Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).


(49)

Rumusan Hipotesis:

H0 : µ1x≤ µ2x : Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model problem solving lebih rendah atau sama dengan rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model problem solving lebih tinggi daripada rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai n-Gain (x) pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

µ2 : Rata-rata nilai n-Gain (x) pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

x : kemampuan berpikir orisinil.

Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t. Uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) yang dirumuskan sebagai berikut:

̅̅̅̅ ̅̅̅̅

Keterangan:

thitung = Perbedaan dua rata-rata.

̅̅̅ = Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

̅̅̅ = Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.


(50)

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas eksperimen. = Jumlah siswa pada kelas kontrol.

= Simpangan baku siswa pada kelas eksperimen. = Simpangan baku siswa pada kelas kontrol.

Dengan kriteria uji : Terima H0 jika thitung < t (1- ) dengan derajat kebebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan = 5% peluang (1- ).


(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit pada kelas yang diterapkan model pembelajaran problem solving lebih tinggi daripada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional di SMA Negeri 4 Metro.

2. Pembelajaran menggunakan model problem solving efektif dalam mening-katkan kemampuan berpikir orisinil siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Model pembelajaran problem solving dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit dan materi lain dengan karakteristik yang sama.

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembela-jaran lebih maksimal.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Arend, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia

SMA/MA. BSNP. Jakarta.

Bell, F. H. 1994. Teaching and Learning Mathematics. Win. C. Brown Company Publisher. USA.

Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid I Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta.

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Djsastra, Y.D. 1985. Metode-Metode Mengajar 2. Bina Aksara. Bandung. Finoza, L. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Diksi Insan Mulia. Jakarta. Hamalik, O. 1994. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Herdian. 2010. Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika. online. Diakses pada tanggal 25 November 2013 dari

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/

Hidayati. 2006. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Jogjakarta. Jakarta.


(53)

Keraf, G. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Nusa Indah. Jakarta.

Munandar, S.C. U. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

___________. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta.

Jakarta.

Nasution, S. 1992. Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Novia, N.K. 2013. Analisis Keterampilan Memberi Alasan dan Menginterpretasi Suatu Pernyataan Pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dengan Penerapan Model Problem Based Learning. Skripsi. FKIP Unila.

Bandarlampung.

Nuraeni, N. dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Nurmaulana, F. 2011. Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Pembelajaran Pencemaran Tanah dengan Model Creative Problem Solving. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Petrucci, R.H. a.b. Suminar A. 2005. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi keempat jilid 2 (Editor penerjemah: Suminar). Erlangga. Jakarta. Purba, M. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas I (Jilid 1B). Jakarta : Erlangga. Pustaka.

Jakarta.

Riyanto, Y. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta.

Rusda, Q. A. 2012. Implementation of Problem Solving Model to Train Students Creative Thingking Skill. Unesa Jurnal of Chemical Education. FMIPA. Unesa. Surabaya.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Syaodih, N. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.


(54)

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

___________. 2013c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Kemdikbud. Jakarta.

___________. 2013f. Rambu-rambu Penyusunan RPP. Kemdikbud. Jakarta. Trianto. 2010. Mendasain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi


(55)

(56)

56

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 4 Metro Kelas/ Semester : X / 2 (dua)

Kompetensi Inti :

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

ir

an


(57)

57

hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif ) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.

3.8 Menganalisis sifat larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya.

4.8 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit . Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber Belajar 1.1 Menyadari adanya

keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif. Larutan non elektrolit dan elektrolit Jenis larutan

1.1.1 Mensyukuri adanya keteraturan partikel dalam larutan elektrolit sehingga dapat

menghantarkan arus listrik sebagai wujud kebesaran Tuhan YME

Diberi contoh fenomena larutan elektrolit di alam dan di dalam tubuh manusia bahwa keteraturan partikel dalam larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik yang mengungkapkan kebesaran Tuhan YME berdasarkan fenomena tersebut. Tugas kelompok • Merancang percobaan • Berdiskusi mengidenti fikasi gambar Observasi • Sikap ilmiah saat

3 x 45 menit

• Buku teks kimia • Literatur lainnya • http://gede-prad.blogsp ot.com/201 2_09_01_ar chive.html • Lembar kerja


(58)

58

perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif ) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.

ingin tahu dengan antusias dalam mengikuti pembelajaran tentang larutan elektrolit dan non-elektrolit

2.1.2 Menunjukan sikap yang teliti dalam melakukan percobaan daya hantar listrik

2.1.3 Menunjukan

perilaku jujur dalam menuliskan data hasil percobaan

melakukan percobaan, diskusi dalam kelompok, mengamati video, siswa menunjukkan antusiasme sebagai wujud rasa ingin tahu dalam mempelajari larutan elektrolit.

Melalui kegiatan praktikum dan demonstrasi, siswa

menunjukkan sikap teliti dalam mengamati dan menuliskan hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit. Melalui kegiatan praktikum, siswa menunjukkan sikap jujur dalam menuliskan hasil

pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit. Melalui kegiatan praktikum, siswa dapat menjelaskan gejala hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit.

dan melakukan percobaan serta saat presentasi dengan lembar pengamata n Portofolio • Laporan percobaan • Laporan hasil diskusi kelompok Tes

• Tes pilihan ganda dan essay • Non-tes hasil dari rubik peng-amatan 3.8 Menganalisis sifat

larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya.

3.8.1 Menjelaskan gejala hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan


(59)

59

pengertian larutan elektrolit dan non-elektrolit

3.8.3 Menyebutkan contoh-contoh zat yang termasuk larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit 3.8.4 Menjelaskan

pengertian larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah 3.8.5 Menyebutkankan contoh-contoh zat yang termasuk larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah

larutan elektrolit dan non-elektrolitmenggunakan gagasan dirinya sendiri berdasarkan hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit. Siswa menyebutkan contoh-contoh zat yang termasuk larutan elektrolit dan non-elektrolitberdasarkan hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit. Siswa menjelaskan pengertian larutan elektrolit dan non-elektrolitmenggunakan gagasan dirinya sendiri berdasarkan hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit. Siswa menyebutkan contoh-contoh zat yang termasuk larutan elektrolit dan non-elektrolitberdasarkan hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit.


(60)

60

sifat larutan elektrolit dan non-elektrolitberdasarkan percobaan 3.8.7 Mengelompokkan larutan kedalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolitberdasarkan sifat hantaran

listriknya 3.8.8 Menjelaskan

penyebab larutan memiliki sifat yang berbeda-beda dalam menghantarkan arus listrik

3.8.9 Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar

sesuai dengan percobaan larutan elektrolit, siswa dapat menjelaskan sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit. Melalui hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit, siswa dapat mengelompokkan larutan elektrolit kuat,elektrolit lemah dan non-elektrolitberdasarkan sifat hantaran listrik.

Melalui hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit, siswa dapat menjelaskan penyebab larutan elektrolit memiliki sifat yang berbeda dalam menghantarkan arus listrik.

Melalui hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit, siswa dapat menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.


(61)

56

61

Merancang percobaan uji daya hantar listrik pada berbagai larutan menggunakan

rancangan guru untuk menguji perubahan apa yang terjadi pada larutan tersebut.

Merangkai alat uji daya hantar listrik yang akan digunakan sesuai pada gambar yang diberikan oleh guru.

Peralatan yang sudah dirangkai oleh siswa, siswa dapat

menguji setiap larutan dengan memasukkan elektroda ke dalam larutan untuk mengamati gejala yang terlihat

Peralatan yang sudah dirangkai oleh siswa, siswa dapat

menguji setiap larutan dengan memasukkan elektroda ke dalam larutan untuk mengamati gejala yang terlihat

Melalui kegiatan mengamati perubahan yang terjadi selama percobaan, siswa dapat

4.8 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan non- elektrolit .

4.8.1 Merancang percobaan larutan elektrolit dan non elektrolit

4.8.2 Merangkai alat yang akan digunakan sesuai pada gambar yang diberikan 4.8.3 Melakukan

percobaan mengenai uji daya hantar listrik pada berbagai larutan

4.8.4 Menguji daya hantar listrik larutan yang tersedia

4.8.5 Mengamati perubahan yang terjadi selama


(62)

62

elektrolit dan non elektrolit

4.8.6 Menuliskan data hasil percobaan pada tabel pengamatan

4.8.7 Mengidentifikasi perubahan nyala lampu dan

gelembung gas pada elektroda dalam larutan dari zat-zat yang diuji

4.8.8 Mengelompokan zat-zat berdasarkan ciri-ciri yang diamati termasuk dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah atau non elektrolit.

percobaan pada tabel pengamatan

Melalui kegiatan mengamati perubahan yang terjadi selama percobaan, siswa dapat

menuliskan data hasil percobaan pada tabel pengamatan

Melalui pengamatan gejala yang timbul pada uji daya hantar listrik. Siswa dapat mengidentifikasikan perubahan nyala lampu dan gelembung gas pada elektroda dalam larutan yang diuji

Melalui pengamatan siswa dapat mengelompokan zat-zat berdasarkan ciri-ciri yang diamati termasuk dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah atau non elektrolit.


(63)

63

zat berdasarkan ciri-ciri yang diamati termasuk dalam lar-utan elektrolit kuat, elektrolit lemah atau non elektrolit. 4.8.10 Menyimpulkan

pengertian larutan elektrolit dan non-elektrolitberdasarkan data hasil percobaan. 4.8.11 Mengamati gambar

makroskopis dari larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit 4.8.12 Mengidentifikasi

gambar makroskopis yang diberikan

dapat menyimpulkan zat-zat berdasarkan ciri-ciri yang diamati termasuk dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah atau non elektrolit.

Berdasarkan data hasil pengamatan, siswa dapat menyimpulkan pengertian larutan elektrolit dan non-elektrolit

Melalui gambar makrokopis siswa dapat mengamati larutan non-elektrolitdan elektrolit untuk mengidentifikasi gambar tersebut

Melalui gambar makrokopis siswa dapat mengamati larutan non-elektrolitdan elektrolit untuk mengidentifikasi gambar tersebut


(64)

64

gejala yang ditimbulkan pada larutan yang diuji dengan gambar makroskopis molekulnya 4.8.14 Mengidentifikasi

sifat-sifat larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah menggunakan data hasil percobaan berdasarkan kekuatan daya hantarnya. 4.8.15 Menyimpulkan pengertian larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah berdasarkan kekuatan daya hantarnya.

listrik dan gambar makrokopis untuk menghubungkan gejala yang timbul pada larutan non-elektrolitdan elektrolit

Melalui kegiatan menghubungkan hasil pengamatan gambar makrokopis dan hasil percobaan siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah berdasarkan kekuatan daya hantarnya. Melalui hasil pengamatan percobaan dan gambar

makrokopis tentang gejala yang timbul pada larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah untuk menyimpulkan pengertian larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah berdasarkan kekuatan daya hantarnya.


(65)

65

penyebab larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah dapat menghantar-kan arus listrik. 4.8.17 Menyimpulkan penyebab larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah dapat menghantarkan arus listrik. 4.8.18 Mengidentifikasi bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa

kovalen polar. 4.8.19 Mengelompokan

larutan elektrolit berdasarkan jenis senyawa ion dan senyawa kovalen polar.

pengamatan yang dilakukan siswa dapat menganalisis larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik Dari kegiatan menganalisis penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik siswa dapat menyimpulkan mengapa larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik Melalui gambar makrokopis senyawa ion dan kovalen siswa dapat mengidentifikasi

bagaimana senyawa tersebut dapat menghantarkan listrik atau tidak

Dari kegiatan mengidentifikasi siswa dapat mengelompokan larutan elektrolit berdasarkan jenis senyawa ion dan senyawa kovalen polar.


(66)

66

bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa

kovalen polar.

siswa dapat menyimpulkan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar


(67)

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 4 Metro Mata Pelajaran : Kimia

Kelas / Semester : X / Genap Alokasi waktu : 2 x 45 menit

Materi Pembelajaran : Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit

A. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator KD dari KI 3 :

3.8 Menganalisis sifat larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya.

Indikator :

3.8.1 Menjelaskan gejala hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan.

3.8.2 Menjelaskan pengertian larutan non-elektrolit dan elektrolit

3.8.3 Menyebutkan contoh-contoh zat yang termasuk larutan non-elektrolit dan larutan elektrolit

3.8.4 Menjelaskan pengertian larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah 3.8.5 Menyebutkan contoh-contoh zat yang termasuk larutan elektrolit kuat dan

larutan elekrolit lemah

3.8.6 Menjelaskan sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit berdasarkan percobaan.

3.8.7 Mengelompokkan larutan kedalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya

3.8.8 Menjelaskan penyebab perbedaan kemampuan larutan, yaitu larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit dalam menghantarkan arus listrik.

3.8.9 Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar


(68)

KD dari KI 4 :

4.8 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit .

Indikator :

4.8.1 Merancang percobaan larutan elektrolit dan non-elektrolit.

4.8.2 Merangkai alat yang akan digunakan sesuai pada gambar yang diberikan 4.8.3 Melakukan percobaan mengenai uji daya hantar listrik pada berbagai

larutan

4.8.4 Menguji daya hantar listrik larutan yang tersedia

4.8.5 Mengamati perubahan yang terjadi selama percobaan larutan elektrolit dan non-elektrolit.

4.8.6 Menuliskan data hasil percobaan pada tabel pengamatan

4.8.7 Mengidentifikasi perubahan nyala lampu dan gelembung gas pada elektroda dalam larutan dari zat-zat yang diuji

4.8.8 Mengelompokan zat-zat berdasarkan ciri-ciri yang diamati termasuk dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah atau non-elektrolit

4.8.9 Menyimpulkan zat-zat berdasarkan ciri-ciri yang diamati termasuk dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah atau non-elektrolit

4.8.10 Menyimpulkan pengertian larutan elektrolit dan non-elektrolit berdasarkan data hasil percobaan

4.8.11 Mengamati gambar makroskopis molekul dari larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit

4.8.12 Mengidentifikasi gambar makroskopis molekul yang diberikan

4.8.13 Menghubungkan gejala yang ditimbulkan pada larutan yang diuji dengan gambar makroskopis molekulnya

4.8.14 Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah menggunakan data hasil percobaan berdasarkan kekuatan daya hantarnya. 4.8.15 Menyimpulkan pengertian larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah

berdasarkan kekuatan daya hantarnya.

4.8.16 Menganalisis penyebab larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah dapat menghantarkan arus listrik.


(69)

4.8.17 Menyimpulkan penyebab larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah dapat menghantarkan arus listrik.

4.8.18 Mengidentifikasi bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.

4.8.19 Mengelompokan larutan elektrolit berdasarkan jenis senyawa ion dan senyawa kovalen polar

4.8.20 Menyimpulkan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.

B. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat merancang dan melakukan percobaan uji daya hantar listrik pada beberapa larutan

2. Siswa dapat menjelaskan pengertian larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya.

3. Siswa dapat mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non-elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya.

4. Siswa dapat menjelaskan pengertian larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah berdasarkan gejala-gejala yang ditimbulkan.

5. Siswa dapat mengelompokkan larutan elektrolit ke dalam larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah berdasarkan kekuatan daya hantarnya.

6. Siswa dapat menjelaskan perbedaan penyebab kemampuan larutan elektro-lit kuat, dan elektroelektro-lit lemah dalam menghantarkan arus listrik.

7. Siswa dapat menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.

8. Siswa dapat mengelompokkan larutan elektrolit berdasarkan jenis senyawa ion dan senyawa kovalen polar.

C. Materi Pembelajaran :

Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit dapat mengalirkan arus listrik karena adanya ion-ion yang bebas bergerak. Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat


(70)

listrik dapat terjadi karena adanya interaksi antara elektron dalam konduktor dan elektron dalam aliran listrik.

Hantaran listrik terjadi karena adanya ion-ion yang dapat melakukan serah terima elektron, sehingga aliran elektron atau listrik dapat muncul. Pada tahun 1887, seorang ilmuan Swedia, Svante August Arrhenius menjelaskan penemu-annya tentang hantaran listrik pada larutn elektrolit. Menurut Arrhenius, ada-nya ion-ion yang bergerak bebas dalam larutan elektrolit menyebabkan larutan tersebut dapat menghantarkan listrik.

Berdasarkan kekuatannya menghantarkan arus listrik, larutan elektrolit dibagi menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Larutan elektrolit yang memiliki daya hantar yang lemah disebut larutan elektrolit lemah. Larutan elektrolit yang memiliki daya hantar yang kuat disebut larutan elektrolit kuat. Contoh elektrolit lemah dalah asam cuka dan larutan amonia, sedangkan contoh dari larutan elektrolit kuat adalah larutan garam dapur, larutan asam sulfat dan larutan natrium hidroksida, sedangkan larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh larutan non-elektrolit yaitu larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, dan larutan glukosa.

Pada larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen polar. Senyawa ion terdiri atas ion-ion. Jika senyawa ini dilarutkan, ion-ion dapat bergerak bebas sehingga larutan dapat menghantarkan listrik. Namun, Kristal senyawa ion tidak dapat menghantarkan listrik sebab dalam bentuk kristal ion-ion tidak dapat bergerak bebas karena terikat sangat kuat.

NaCl adalah senyawa ion, jika dalam keadaan kristal sudah sebagai ion-ion, tetapi ion-ion itu terikat satu sama lain dengan rapat dan kuat, sehingga tidak bebas bergerak. Jadi dalam keadaan kristal (padatan) senyawa ion tidak dapat menghantarkan listrik, tetapi jika garam yang berikatan ion tersebut dalam keadaan lelehan atau larutan, maka ion-ionnya akan bergerak bebas, sehingga dapat menghantarkan listrik.

Pada saat senyawa NaCl dilarutkan dalam air, ion-ion yang tersusun rapat dan terikat akan tertarik oleh molekul-molekul air dan air akan menyusup di sela-sela butir-butir ion tersebut (proses hidasi) yang akhirnya akan terlepas satu sama lain dan bergerak bebas dalam larutan.


(71)

NaCl(s)+ air(l) Na+(aq)+ Cl-(aq)

Senyawa kovalen terbagi menjadi senyawa kovalen non polar misalnya : F2, Cl2, Br2, I2, CH4 dan kovalen polar misalnya : HCl, HBr, HI, NH3. Dari hasil percobaan, hanya senyawa yang berikatan kovalen polarlah yang dapat menghantarkan arus listrik. Senyawa kovalen polar antara molekul-molekul polar yang terjadi tarik menarik sangat kuat sehingga dapat memutuskan salah satu ikatan dan membentuk ion. Asam yang termasuk elektrolit jenis ini, contohnya asam klorida (HCl).

D. Model Pembelajaran Model :Problem Solving

Metode : Diskusi kelompok dan eksperimen E. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan ke-1

Kegiatan Deskripsi Pembelajaran

Penilaian oleh pengamat

1 2

Pendahuluan a. Guru mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa.

b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai c. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok

secara heterogen untuk melakukan praktikum di laboratorium dan setiap kelompok beranggotakan 5-6 siswa. d. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk

berkelompok. Kemudian guru membagikan LKS 1 tentang larutan elektrolit dan non-elektrolit.

Inti Fase 1 (Mengorientasikan siswa pada masalah)

a. Guru mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah dan

mengembangkan rasa ingin tahu siswa dalam rangka memotivasi belajar siswa sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar


(1)

191

% siswa =

24

27

100%

% siswa = 88,89%

Persentase siswa pada kelas kontrol dan eksperimen yang memiliki pendapat

de-ngan kriteria tinggi secara lengkap disajikan pada tabel berikut:

Kelas Indikator

Jumlah siswa dengan pendapat

% Siswa yang memiliki pendapat dengan kriteria tinggi Tinggi Sedang Rendah

Kontrol

Senang 4 3 23 13,33

Perhatian 6 1 20 20,00

Rasa Ingin Tahu 13 16 1 43,33

Usaha yang dilakukan 5 3 22 16,67

Berpikir Lancar 4 18 8 13,33

Kelas Indikator

Jumlah siswa dengan pendapat

% Siswa yang memiliki pendapat dengan kriteria tinggi Tinggi Sedang Rendah

Eksperimen

Senang 24 3 0 88,89

Perhatian 22 5 0 81,48

Rasa Ingin Tahu 23 4 0 85,18

Usaha yang dilakukan 25 2 0 92,59


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

0 10 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI POKOK LARUTAN NON ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENYIMPULKAN

0 6 42

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

1 17 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR DAN MEMBERIKAN PENJELASAN LANJUT PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

0 3 43

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ELABORASI PADA LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT

1 67 148

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR EVALUATIF PADA LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT

0 11 54

JUDUL INDONESIA: MODEL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

0 6 53

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

6 28 47

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN POE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ORISINIL SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

0 9 65

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN POE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

0 8 60