Teknik Penulisan Sistematika Penulisan

21

2. Teori Pembuktian

Walaupun Komisi Pengawas Persaingan Usaha bukanlah merupakan lembaga peradilan, tetapi dalam Undang-undang diberi kewenangan untuk memutus perkara quasi Yudisial dalam kasus Persaingan Usaha, karenanya dalam membahas tentang pembuktian suatu perkara perlu juga kiranya dipahami tentang teori-teori pembuktian dalam menilai alat-alat bukti yang ada, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut: a. Teori Pembuktian Berdasarkan Undang-undang Positif Pembuktian yang hanya melulu menggunakan alat bukti yang disebutkan oleh undang-undang. Dikatakan secara positif karena didasarkan pada undang-undang melulu. Artinya, jika suatu perbuatan telah terbukti lewat alat-alat bukti yang disebutkan oleh undang-undang, maka keyakinan hakim menjadi tidak diperlukan. b. Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Melulu Teori ini berlawanan dengan teori pembuktian menurut undang- undang secara positif. Ini didasari bahwa alat bukti berupa pengakuan terdakwapun tidak selalu membuktikan kebenaran. Pengakuan dari terdakwa kadang-kadang tidak menjamin terdakwa telah benar-benar melakukan tindakan yang telah didakwakan. Oleh karena itu diperlukan keyakinan hakim sendiri. Dengan sistem ini, pemidanaan dimungkinkan tanpa didasarkan kepada alat-alat bukti dalam undang-undang. 22 c. Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Dengan Alasan Logis Sebagai jalan tengah, muncul sistem atau teori yang disebut pembuktian yang berdasarkan keyakinan hakim sampai batas tertentu. Menurut teori ini, hakim dapat memutuskan seseorang bersalah berdasarkan keyakinannya, keyakinan yang didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian disertai dengan suatu kesimpulan yang berlandaskan kepada peraturan- peraturan pembuktian tertentu. d. Teori Pembuktian Berdasarkan Undang-undang Negatif Dalam sistem atau teori pembuktian undang-undang secara negatif ini, pemidaan didasarkan kepada pembuktian berganda yaitu pada peraturan perundang-undangan dan keyakinan hakim, dan menurut undang-undang, dasar keyakinan itu bersumber pada peraturan udang-undang. Dalam KUHAP pasal 183 disebutkan: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya. ” Dari kalimat tersebut nyata bahwa pembuktian harus didasarkan kepada undang-undang KUHAP, yaitu alat bukti yang sah tersebut dalam KUHAP pasal 23 184, disertai dengan keyakinan hakim yang diperoleh dari keyakinan tersebut. sehingga artinya KUHAP menganut sistem atau teori pembuktian secara negatif. 4 Dan dalam hal pembuktian terdapat beberapa teori yang dipakai seperti yang telah dijelaskan di atas. Jika diamati secara seksama karakter yang ada dalam proses pembuktian di KPPU masuk pada kategori yang terakhir yaitu teori pembuktian berdasarkan undang-undang yang negatif hal tersebut diperjelas dengan ketentuan dalam Pasal 42 UU No. 5 Tahun 1999 tentang alat bukti. 5

3. Alat Bukti

Alat Bukti bewijsmiddel yang digunakan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha pada dasarnya hampir sama dengan yang ada dalam KUHAP. 6 Alat-alat bukti yang digunakan dalam persaingan usaha sebagaimana dijelaskan oleh pasal 42 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yaitu; a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli c. Surat dan atau dokumen d. Petunjuk e. Keterangan Pelaku usaha. 4 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta;Sinar Grafika, 2008, h. 251-256. 5 Sukarmi, Pembuktian Kartel Dalam Hukum Persaingan Usaha, Jurnal Persaingan Usaha, Edisi 6, 2011, h. 131. 6 Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha Di Indonesia, Jakarta; Sinar Grafika, 2013, h. 37.