Metafora Cinta Dalam Bahasa Angkola

KaJial1 Linguis{ik, Febman' 2013, 129 - 138 {VPY17,ijJf @20I3, Program .':Illldi LJilJ{uisfik SP-s @ulsセ

ISSN 169/J-4660

T'aJlllllRe-J(J, No 1

METAFORA ClNTA DALAM BAHASA ANGKOLA
Rumnasari K. Siregar Politeknik Negeri Medall
Eddy Setia FIB Universitas Sumatera Utara
Abstract This research analyzed the categorization and conseptuai mapping ofLOVE metaphors in Angkola language. The data obtained by using the observation and interview methods. The data is analyzed by using the identity method and the appropriateness method ofthe word with the tianguiation technique. This research uses the Conseptual Methapor Theory. The finding show that conseptualizalion oflove in Angko/a language derive nine main methapor such as FLUID, FORCE, ff1LD ANIMAL, PATIENT, JOURNEY, WAR, OBJECT, UNITY, and GAME. Category ofLOVE IS A FLUID IN A CONTAINER have subcategory ofLOVE IS HEAT and LOvE IS FIRE; category ofLOVE IS FORCE have subcategory o/LOVE IS PHYSICAL FORCE, LOVE IS NATURAL FORCE, and LOVE IS PSYCHOLOGICAL FORCE; category ofLOVE IS PATIENT have subcategory ofLOVE IS MAD; categOlyof LOVE IS OBJECT have subcategory ofLOVE IS HIDDEN OBJECT, LOVE IS VALUABLE COMAfOD/IT, LOVE IS PLANT, and LOVE IS BUILDING; and category of LOVE IS Wl/fTY have subcategory of LOVE IS ROPE. The mapping of love experience domain consist offwe basic schema such as schema of CONTAINER, FORCE, SOURCE-PATHGOAL, SPACE, and LINK. In this mapping the systematical relevancy between the source domain and goal domain involvesforce and control aspect.
Key words: Love Methaphors, Categorization, lmage-Schemas, and Mapping
PENDAHULUAN Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Peran metafora dalam bahasa diterangkan oleh Hai-Yun (2007: 34) dengan baik. Menurut Hai-Yon, ada tiga fungsi komunikatif metafora. Pertama, metafora memungkinkan penutur bahasa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan yang abstrak dan rumit apabila dia (merasa) terbatas dalarn penggunaan bahasa harfiah. Kedua, metafora merupakan eara komunikasi yang rapi sebab banyak infonnasi dapat disampaikan seeara ringkas. Ketiga, metafora memberikan gambaran yang lebih kaya, lebih hidup, dan Jebih terperinei tentang pengaJaman subjektif penutur bahasa daripada pengalaman tersebut diekspresikan secara harfiah (lihatjuga Verspoor, 1993: 5; Croft dan Cruse, 2004: 193). Keadaan emosional sedng dideskripsikan secara metaforis (Verspoor, 1993: 42; Sandstrom, 2006: 1; dan Rajeg, 2009: 4). Ekspresi metaforis untuk keadaan emosional didasari asumsi bahwa kualitas keadaan emosional sulit diungkapkan dengall baik jika menggunakan bahasa harfiah.Penutur bahasa lUTIumnya terkendala dalam menyediakan deskripsi harfiah tentang kualitas pengalaman emosi tertentu, keeuali menggunakan ekspresi metaforis. Hal ini meneenninkan kegunaan metafora untuk konsep-konsep abstrak.
Metafora cinta dalam bahasa Angkola (MCBA) sangat penting untuk diteliti. Setidaknya., ada tiga aIasannya. Pertama, bahasa Angkola kaya akan ekspresi metaforis untuk menyatakall cinta. Dalam masyarakat AngkoJa, konsep holong 'cillta dan kasih sayang' menjadi sumber hukum adat masyarakat:, seperti terdapat pada ungkapan holong manjalahi domu ('kasih sayang akan menumbuhkan persatuan dan kesatuan') dan domu manjalahi holong ('persatuan dan kesatuan akan menumbuhkan kasih sayang') (Lubis, 2006: 25). Contohnya, konsep Ginla diungkapkan dengan kata holong pada (1) dan dibentuk oleh kombinasi kata pan"osuan 'hubungan' dengan bondul makkalang 'aral me.lintang' pada (2). Interpretasinya ialah (1) mengekspresikan CLVTA sebagai KESATUAllf (melalui kata padomu), sedangkan (2) mengekspresikan CINTA sebagai PERJALANAN (meialui kata bondul makkalang).

ruャQjゥlセ@ K. Sircg;lJ-
(I) Hami sannari giot padomu holong. Urn sekarang mau AKT.rajut sayang 'Kami sedang merajut einta.'
(2) Parrosuan 011 adong bondul makkalang. hubungan PART ada aral melintang 'Hubungan ini mendapat rintangan.' Alasan kedua ialah bahwa penelitian MCBA mempunyai nilai signifikansi yang tinggi.
Sebagai sebuah konsep emosi, ciri-eiri semantis pada konsep cillta kadang-kadang bertumpangtindih pada konsep emosi lain (mis. gembira). Hal ini tampak pada eontoh-contoh berikut. (3) Matania bolnang.
3Tg. terbelalak 'Matanya berbinar.' (4) Mukonia ;eges. muka 3.Tg. cantik 'Wajahnya berseri-seri.' (5) Parmikimnia manarik. senyum 3Tg. AKT.tarik 'Senyumnya sumringah.'
Metafora pada kalimat (3H5) mencerminkan salah satu dari dua keadaan emosional, yakni cinta atau gembira. Tanpa pelibatan konteks, contoh-contoh itu cendemng ditafsirkan sebagai metafora gembira. Hal ini menunjukkan bahwa MCBA mengandung potensi ketaksaan yang tinggi sehingga tingkat analisisnya lebib rumit. Agar diperoleh interpretasi yang tepat perlu disediakan bukti-bukti pendukung tentang fenomena seperti itu. Alasan ketiga iaJah bahwa penelitian ini, sejauh yang diketahui, belum pemah diketjakan, lebih-Iebih berbasis pada ancangan linguistik kognitif. Perhatian dan minat dari para ahli semantik untuk meneliti metafora emosi bam muneul akhir-akbir ini (lihat Rajeg, 2009; Mulyadi, 2010a, b). Penelitian yang ada umumnya mengandalkan korpus yang terbatas sehingga belum dapat merumuskan generalisasi yang valid tentang metafora emosi.
PeneJitian semantik pada bahasa-bahasa daerah meneakup aspek-aspek semantis umum, seperti tipe-tipe makna, sinonim, antonim, ketaksaan makna, dan lain-lain (Silalahi, 2005: 96). Analisis metafora pada bahasa-bahasa daerah, antara lain, dikerjakan oJeh Si1aJahi (2005) dan Nurismilida (2010). Akan tetapi, kedua jenis penelitian itu berbeda dengan penelitian MCBA walaupun ada kontribusinya pada tingkatan tertentu. Dengan korpus data yang luas, penelitian ini dimungkinkan untuk menghasilkan generalisasi yang valid tentang kategorisasi MCBA dan pemetaan konseptual pada kedua ranahnya. Jelas bahwa penelitian ini membahas relasi cinta (konsep abstrak) dengan berbagai peristiwa konkret seperti perjalanan, cairan, api, perang, atau binatang buas dalam bahasa Angkola. Relasi ini me1iputi dua sllbjek penelitian yang menarik untuk diuji, yaitukategorisasi dan pemetaan konseptual MCBA.

TINJAUAN PUSTAKA Metafora Konseptual Penelitian ini menggunakan teori Metafora KonseptuaL Ciri penting teori ini iatah pemanfaatan aspek tertentu dari ranah sumber atau ranah sasaran yang berperan pada metafora. Artinya, jika metafora konseptllal dinyatakan dengan A ADALAH B, illi tidak berarti bahwa seIuruh konsep A atau B tercakup-yang dipilih hanyalah aspek tertentll. Lakoff dan Johnson (1980: 117) memberi i1ustrasi pada ClmA sebaga; PERJALANAN, WAKTU sebagai UANG, dan ALASAN sebagai PERANG. Pada metafora itu, defmisinya berfokus pada tingkat ranah pengalaman dasar seperti cinta, waktu, dan alasan. Pengalaman ini kemudian dikonseptllalisasikan dan dibatasi dengan bertumpu pada ranah pengalaman dasar seperti peTjalanan, uang, dan permlg. Dalam penelitian ョゥ@セ metafora cinta dianalisis dengan skema-citra. Tanpa penggunaan skema-citra sukar mernahami pengalaman. Alasannya, karena pengalaman fisik manusia hadir
130

K