Dalam pembiayaan ini BMT Al-Kariim menyediakan barang- barang modal kerja dalam jangka pendek. BMT mendapat keuntungan dari
harga barang yang dijual ditambah dengan keuntungan. Pembayaran dalam pembiayaan murabahah ini dapat dilakukan denngan sistem angsuran atau
dengan menggunakan tempo. Namun, jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun.
3. Pembiayaan Bai bi’tsaman „Ajil BBA
Pembiayaan BBA ini hampir sama dengan pembiayaan murabahah, namun pembayaran dalam pembiayaan BBA ini dapat
dilakukan dengan mencicil dengan jangka waktu yang lebih panjang bisa lebih dari satu tahun.
4. Pembiayaan non-profit Qardhul Hasan
Pembiayaan Qardhul Hasan pembiayaan yang khusus diberikan BMT Al-Kariim kepada delapan golongan mustahiq yang memerlukan
modal kerja dan harus dikembalikan dengan mencicil tanpa dibebani bagi hasil. Pembiayaan ini diberikan dari dana Baitul Mal
6
. Selain itu, BMT Al-Kariim juga melakukan kegiatan-kegiatan
atau aktifitas kerja yang bersifat meningkatkan wawasan dan kemitraan usaha sesama
lembaga keuangan syari’ah dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubunngan dengan kegiatan opersional usaha, antara lain:
1. Menghadiri undangan-undangan, seperti:
6
BMT Al-Kariim, Dokumentasi
a Undangan “Temu Usaha Bisnis Eceran antara Pengusaha Besar,
Menengah dan Pengusaha Kecil” yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Pengusaha Kecil dan Institut of
Developing Entrepreneurship di Hotel Wisata Indonesia. b
Undangan “Tatap Muka dengan Pimpinan bagian Kredit Menengah dan Kecil Bank DKI” yang diselenggarakan oleh
PINBUK DKI Jakarta yang bertempat di gedung ICMI. 2.
Mengikuti acara “Sosialisasi Program Kerja Kemitraan BPRS Wakalumi dengan BMT se-Jabodetabek dalam rangka memperkuat
jaringan Lembaga Keuangan Syari’ah Syari’ah Financial Network yang bertempat di Islamic Village Tanggerang Jawa Barat
7
. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa BMT Al-Kariim
selalu aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselanggarakan oleh BMT-BMT yang lain dalam rangka memajukan BMT Al-Kariim tersebut.
7
BMT Al-Kariim, Dokumentasi
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN PEMBIAYAAN
BAITUL MAL WAT TAMWIL BMT AL-KARIIM
A. Tujuan Pembiayaan Murabahah di BMT Al-Kariim
Tujuan analisa pembiayaan adalah sebagai alat untuk memberikan jawaban pengambilan keputusan tentang masalah-masalah, seperti:
1. Kepada siapa dana dalam bentuk pembiayaan harus diberikan.
2. Untuk maksud usaha apa dana pembiayaan itu diberikan.
3. Apakah calon nasabah debitur yang akan menerima dana pembiayaan
kiranya akan mampu mengembalikan pokok pembiayaan ditambah dengan bagi hasil atau mark-up.
4. Berapa jumlah uang yang layak diberikan.
5. Apakah dana pembiayaan yang akan diberikan tersebut cukup aman atau
beresiko kecil. Selain tujuan diatas dengan aksen pertanyaan, maka penulis pun
menganalisa bahwa pembiayaan juga bertujuan: 1.
Untuk menilai usaha calon debitur. 2.
Untuk menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan. 3.
Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.
Uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa BMT Al-Kariim dalam melakukan pembiayaan murabahah selalu mempertimbangkan dalam
memberikan jawaban pengambilan keputusan yang bermaksud untuk menanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan operasional khususnya yang
berkaitan dengan pengadministrasian dan pengelolaan kegiatan operasional perusahaan dan nasabah.
B. Prinsip-Prinsip Analisa Pembiayaan
Prinsip-prinsip analisa pembiayaan dipergunakan dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan. Seorang petugas bagian pembiayaan pada
BMT harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon debitur. Di dalam lembaga perbankan atau
BMT prinsip penilaian tersebut dikenal dengan unsur 5C, 7P dan 3 R yaitu: 5C terdiri dari:
1. Character
Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon debitur, dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa nasabah
pengguna dana atau anggota BMT yang mengajukan pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.
2. Capacity
Penilaian secara subyektif tentang kemampuan debitur untuk melakukan pembayaran. Kemampuan ini diukur dengan catatan
prestasi debitur masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapanngan atas usaha nasabah, cara berusaha ataupun tempat
berusaha. 3.
Capital Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon
debitur, yang diukur dengan posisi usahanya secara keseluruhan melalui rasio finansialnya dan penekanan pada komposisi
modalnya. 4.
Collateral Collateral adalah jaminan milik calon debitur, penilaian untuk lebih
meyakinkan jika suatu resiko kegagalan pembayaran terjadi, jika jaminan dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. Tetapi
collateral dalam BMT lebih ditekankan pada factor: kepercayaan, pendekatan hubungan dengan pengusaha dan kegiatan usahanya;
saling mengenal karena daerah usahanaya tidak luas melalui tanggung renteng dan atau bersama tokoh setempat yang diiringi
dengan pengajian bersama. 5.
Conditions Bagian pembiayaan BMT harus melihat kondisi perekonomian
secara umum khususnya yang berkaitan dengan jenis usaha calon debitur. Hal tersebut dilakukan karena keadaan eksternal usaha
yang dibiayai
1
.
1
BMT Al-Kariim, Dokumentasi