Perbandingan Hasil Dan Komposisi Tangkapan Jaring Insang Permukaan Dan Jaring Insang Dasar Di Perairan Desa Sei Nagalawan Serdang Bedagai

(1)

PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN

JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG

DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN

SERDANG BEDAGAI

RURI PERWITA SARI

090302004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN

JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG

DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN

SERDANG BEDAGAI

Oleh:

RURI PERWITA SARI 090302004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(3)

PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN

JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG

DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN

SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh:

RURI PERWITA SARI 090302004

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Perbandingan Hasil Dan Komposisi Tangkapan Jaring Insang Permukaan Dan Jaring Insang Dasar Di Perairan Desa Sei Nagalawan Serdang Bedagai

Nama Mahasiswa : Ruri Perwita Sari Nim : 090302004

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Miswar Budi Mulya, M.Si Ir. Tajuddin Siregar, M.MA

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si


(5)

ABSTRAK

RURI PERWITA SARI, Perbandingan Hasil dan Tangkapan Jaring Insang Permukaan dan Jaring Insang Dasar di Perairan Desa Sei Nagalawan Serdang Bedagai, Dalam pengawasan akademik oleh MISWAR BUDI MULYA dan TAJUDDIN SIREGAR.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil tangkapan ikan yang dominan tertangkap pada jaring insang permukaan dan jaring insang dasar dan menganalisis komposisi, keanekaragaman, dominansi, dan ukuran. Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2013 di Perairan Selat Malaka di pesisir desa Sei Nagalawan Serdang Bedagai. Pada komposisi jaring insang dasar terdapat 17 spesies dan jaring insang permukaan 15 spesies. Nilai indeks dominansi kedua alat tangkap tinggi yaitu C=1. Nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 1,57 hingga 1,98, yang berarti keanekaragaman perikanan di perairan termasuk sedang.

Beberapa spesies yang dominan termasuk ke dalam ukuran layak tangkap, terutama ikan-ikan yang tertangkap dengan jaring insang dasar, sedangkan ikan – ikan pada jaring insang permukaan hanya berkisar 66 hingga 85% yang layak tangkap. Diketahui terdapat perbedaan hasil tangkapan jaring insang dasar dan jaring insang permukaan dengan uji statistik independen sampel T test, bahwa hasil tangkapan jaring insang dasar berbeda nyata dan lebih besar dari pada hasil tangkapan jaring insang permukaan.

Kata Kunci : Alat tangkap, Jaring insang, Komposisi tangkapan, Sei Nagalawan, Serdang Bedagai


(6)

ABSTRACT

RURI PERWITA SARI, Comparison Catch Results of Surface Gill Net and Bottom Gill Net in the Waters of Sei Nagalawan Serdang Bedagai. Under academic supervision by MISWAR BUDI MULYA and TAJUDDIN SIREGAR.

This research aims to determine the ratio of the dominant fish catches caught in surface gill net and bottom gill net and analyze the composition, diversity, dominance, and size. This study was conducted in April-May 2013 in the coastal in the Strait of Malacca of Sei Nagalawan Serdang Bedagai. On the basis of the composition of gill nets there are 17 species and 15 species of surface gill nets. Dominance index values both higher gear is C = 1. The value of diversity index ranged from 1.57 to 1.98, it means that the diversity of fishery in the waters of Sei Nagalawan is moderately.

Some dominant species belong to the size of a decent catch, especially the fish caught by bottom gill net, whereas fishes on the surface gill nets only about 66 to 85% which is well worth catching. There are differences in basic gill net catches and gill net surface with independent statistical test sample T test, that the bottom gill net catches were significantly different and larger than the surface gill net catches.

Keywords : Composition of the catch, Fishing gear, Gill net, Sei Nagalawan, Serdang Bedagai


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 10 Agustus 1991 dari ayahanda Suyono S.Sos dan ibunda Tuti Wahyuni, penulis merupakan anak kedua dari 2 bersaudara.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di SD Negeri 060924 pada tahun 1997 – 2003, kemudian melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 15 Medan pada tahun 2003 – 2006 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 13 Medan pada tahun 2006 – 2009. Penulis diterima di Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Lokal Mahasiswa Baru (SPLMB) USU pada program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian.

Penulis pernah menjadi asisten praktikum Oseanografi, dan Praktikum Ekosistem Perairan Pesisir di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan Magang di Balai Budidaya Ikan Air Tawar Provinsi Sumatera Utara. Penulis melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Penulis melakukan penelitian untuk skripsi dengan judul Perbandingan Hasil dan Tangkapan Jaring Insang Permukaan dan Jaring Insang Dasar di Perairan Desa Sei Nagalawan Serdang Bedagai.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena atas berkat rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Hasil dan Komposisi Tangkapan Jaring Insang Permukaan Dan Jaring Insang Dasar Di Perairan Desa Sei Nagalawan Serdang Bedagai”. Skripsi ini ditulis sebagai satu di antara beberapa syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Miswar Budi Mulya, M.Si., selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir.Tajuddin Siregar, M.MA., selaku anggota komisi pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan semangat kepada penulis hingga sampai ujian akhir. Khusus untuk Ketua Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Sumatera Utara Bapak Dr.Ir Yunasfi, M.Si dan semua staf pengajar di Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan yang telah mencurahkan seluruh ilmu yang berharga dan memberikan dorongan semangat dan membantu sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. Orang tua tercinta ayahanda Suyono, S.Sos dan ibunda Tuti Wahyuni yang telah membesarkan, mendidik, memberikan semangat dan doa, serta abangda Hary Eka Pratama S.S yang selalu menjadi motivator bagi penulis. Teman - teman Vindy Rilani Manurung, Putri Ananda Tarigan, Melinda Sari Lubis, Rizky Anggita Harahap, Raissha Amanda Siregar, Christina Sagala, Debi Debora Haro.


(9)

Terima kasih juga kepada nelayan Kelompok Tani Muara Maimbau desa Sei Nagalawan, Serdang Bedagai yang telah membantu memberikan informasi yang dibutuhkan penulis, dan kesediaannya untuk membantu kegiatan di lapangan selama penelitian. Serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat, bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, Oktober 2013


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

RIWAYAT HIDUP iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Kerangka Pemikiran 3 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 TINJAUAN PUSTAKA 6 Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) 6 Jaring Insang Permukaan dan Jaring Insang Dasar 8 Faktor Pelampung 9 Faktor Pemberat 10

Proses Tertangkapnya Ikan di Jaring Insang 10

Sumberdaya Ikan Pelagis 11

Sumberdaya Ikan Demersal 13

Hubungan Tingkah Laku Ikan Dengan Alat Tangkap Jaring Insang 14

Selektivitas Alat Tangkap 15

METODE PENELITIAN 17 Waktu dan Tempat 17

Alat 17


(11)

Penetapan Sampel Nelayan 18

Pengumpulan Data 19

Analisis Data 19

Perbandingan Komposisi 19 Indeks Keanekaragaman 20 Selektivitas Berdasarkan Indeks Keanekaragaman 20

Indeks Dominansi 21

Komposisi Ukuran 21

Perbandingan Jumlah Tangkapan 22

Analisis Uji t 22

HASIL DAN PEMBAHASAN 23

Hasil 23

Komposisi Jenis 23

Kelimpahan Relatif 24

Hasil Tangkapan Ikan 26

Indeks Keanekaragaman 26

Indeks Dominansi 24

Komposisi Ukuran 29

Perbandingan Hasil Tangkapan 37 Analisis Uji Independen Sampel Test 38

Pembahasan 40

Komposisi Jenis 40

Kelimpahan Relatif 41

Hasi Tangkapan Ikan 42

Indeks Keanekaragaman 42

Indeks Dominansi 43

Komposisi Ukuran Ikan 44

Perbandingan Hasil Tangkapan 45 Merumuskan Hasil Analisis Uji Independen Sampel T Test 46 Nilai Ekonomi Ikan Hasil Tangkapan 46

PENUTUP 49

Kesimpulan 49

Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 51


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Skema Pemikiran 4

2. Jaring Insang 6

3. Proses Terjeratnya Ikan Pada Jaring Insang 10 4. Cara Tertangkapnya Ikan Pada Jaring 10

5. Lokasi Penelitian 17

6. Diagram Lingkar Kelimpahan Ikan Yang Tertangkap Dengan Jaring

Insang Dasar 25

7. Diagram Lingkar Kelimpahan Ikan Yang Tertangkap Dengan Jaring

Insang Permukaan 25

8. Diagram Garis Indeks Dominansi Jaring Insang Dasar 28 9. Diagram Garis Indeks Dominansi Jaring Insang Permukaan 28 10. Komposisi Ukuran Udang Putih pada Jaring Insang Dasar 29 11. Komposisi Ukuran Udang Kelong pada Jaring Insang Dasar 30 12. Komposisi Ukuran Udang Swallow pada Jaring Insang Dasar 30 13. Komposisi Ukuran Sotong pada Jaring Insang Dasar 31 14. Komposisi Ukuran Ikan Senangin pada Jaring Insang Dasar 32 15. Komposisi Ukuran Ikan Bawal Putih pada Jaring Insang Dasar 32 16. Komposisi Ukuran Kepiting pada Jaring Insang Dasar 33 17. Komposisi Ukuran Ikan Kepala Batu pada Jaring Insang Permukaan 34 18. Komposisi Ukuran Udang Putih pada Jaring Insang Permukaan 34 19. Komposisi Ukuran Udang Swallow pada Jaring Insang Permukaan 35 20. Komposisi Ukuran Sotong pada Jaring Insang Permukaan 35 21. Komposisi Ukuran Ikan Selar Kuning pada Jaring Insang Permukaan 36 22. Komposisi Ukuran Ikan Layur pada Jaring Insang Permukaan 36 23. Komposisi Ukuran Ikan Bandeng pada Jaring Insang Permukaan 37 24. Perbandingan Hasil Tangkapan Jaring Insang Dasar dan Jaring


(13)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Komposisi jenis ikan yang tertangkap di perairan Desa Sei Nagalawan 23 2. Indeks Keanekaragaman Ikan Yang Tertangkap Pada Alat Tangkap

Jaring Insang Dasar 26 3. Indeks Keanekaragaman Ikan Yang Tertangkap Pada Alat Tangkap

Jaring Insang Permukaan 27 4. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Dominansi 28

5. Group Statistic 39

6. Hasil Analisis Independen Sampel Test 39 7. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad 44


(14)

ABSTRAK

RURI PERWITA SARI, Perbandingan Hasil dan Tangkapan Jaring Insang Permukaan dan Jaring Insang Dasar di Perairan Desa Sei Nagalawan Serdang Bedagai, Dalam pengawasan akademik oleh MISWAR BUDI MULYA dan TAJUDDIN SIREGAR.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil tangkapan ikan yang dominan tertangkap pada jaring insang permukaan dan jaring insang dasar dan menganalisis komposisi, keanekaragaman, dominansi, dan ukuran. Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2013 di Perairan Selat Malaka di pesisir desa Sei Nagalawan Serdang Bedagai. Pada komposisi jaring insang dasar terdapat 17 spesies dan jaring insang permukaan 15 spesies. Nilai indeks dominansi kedua alat tangkap tinggi yaitu C=1. Nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 1,57 hingga 1,98, yang berarti keanekaragaman perikanan di perairan termasuk sedang.

Beberapa spesies yang dominan termasuk ke dalam ukuran layak tangkap, terutama ikan-ikan yang tertangkap dengan jaring insang dasar, sedangkan ikan – ikan pada jaring insang permukaan hanya berkisar 66 hingga 85% yang layak tangkap. Diketahui terdapat perbedaan hasil tangkapan jaring insang dasar dan jaring insang permukaan dengan uji statistik independen sampel T test, bahwa hasil tangkapan jaring insang dasar berbeda nyata dan lebih besar dari pada hasil tangkapan jaring insang permukaan.

Kata Kunci : Alat tangkap, Jaring insang, Komposisi tangkapan, Sei Nagalawan, Serdang Bedagai


(15)

ABSTRACT

RURI PERWITA SARI, Comparison Catch Results of Surface Gill Net and Bottom Gill Net in the Waters of Sei Nagalawan Serdang Bedagai. Under academic supervision by MISWAR BUDI MULYA and TAJUDDIN SIREGAR.

This research aims to determine the ratio of the dominant fish catches caught in surface gill net and bottom gill net and analyze the composition, diversity, dominance, and size. This study was conducted in April-May 2013 in the coastal in the Strait of Malacca of Sei Nagalawan Serdang Bedagai. On the basis of the composition of gill nets there are 17 species and 15 species of surface gill nets. Dominance index values both higher gear is C = 1. The value of diversity index ranged from 1.57 to 1.98, it means that the diversity of fishery in the waters of Sei Nagalawan is moderately.

Some dominant species belong to the size of a decent catch, especially the fish caught by bottom gill net, whereas fishes on the surface gill nets only about 66 to 85% which is well worth catching. There are differences in basic gill net catches and gill net surface with independent statistical test sample T test, that the bottom gill net catches were significantly different and larger than the surface gill net catches.

Keywords : Composition of the catch, Fishing gear, Gill net, Sei Nagalawan, Serdang Bedagai


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Deli Serdang, dan merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki pantai yang membentang sejauh 90 km dan memiliki 24 sungai. Perairan Serdang Bedagai termasuk bagian dari perairan Selat Malaka dan merupakan salah satu perairan yang paling padat di dunia.

Daerah perairan Sei Nagalawan Serdang Bedagai ini memiliki iklim tropis, dengan tingkat kelembapan udara per bulan sekitar 83% curah hujan berkisar antara 27 sampai dengan 248 mm/ bulan. Rata-rata kecepatan angin berkisar 1,8 m/detik dengan tingkat penguapan sekitar 3,8 mm/hari, suhu udara per bulan minimum 23,7 ºC dan maksimum 34,2 ºC (BPS Serdang Bedagai, 2011).

Masyarakat di Desa Sei Nagalawan sebagian besar adalah nelayan, baik itu nelayan yang beroperasi secara individu ataupun nelayan yang beroperasi berkelompok dalam satu kapal besar. Alat tangkap yang digunakan biasanya bermacam ragam dan tergantung tujuan utama jenis hasil tangkapan.

Untuk memperoleh hasil tangkapan yang optimum diperlukan alat tangkap yang efektif. Hal ini berguna untuk mencegah tertangkapnya ikan-ikan berukuran kecil, sehingga stok ikan di suatu perairan tidak mengalami penyusutan (Abidin, 2000). Meningkatnya kesadaran masyarakat di wilayah pesisir Serdang Bedagai salah satunya masyarakat di Desa Sei Nagalawan atas pemeliharaan hutan


(17)

mangrove memberikan manfaat berupa peningkatan hasil laut, sehingga aktivitas penangkapan di wilayah perairan ini pun semakin meningkat.

Sampai saat ini usaha penangkapan ikan di perairan Sei Nagalawan Serdang Bedagai sebagian besar masih dilakukan secara tradisional (sederhana), baik ditinjau dari segi alat tangkap yang digunakan maupun cara penangkapannya, sehingga daerah operasi penangkapannya masih terbatas di sekitar pantai atau sekitar 2 mil dari garis pantai. Diantara semua jenis alat tangkap yang sering digunakan nelayan di perairan Sei Nagalawan adalah jaring insang. Menurut Baskoro dkk.,(2010) jaring insang merupakan alat tangkap yang sangat umum digunakan, karena dari segi ekonomi alat ini mudah diperoleh serta pengoperasiannya tidak begitu rumit.

Potensi perikanan laut di Sei Nagalawan Serdang Bedagai baik ikan pelagis maupun ikan demersal, diperkirakan masih memungkinkan untuk dikembangkan. Sebagian besar masyarakat di sekitar desa Sei Nagalawan berprofesi sebagai nelayan dan menggantungkan hidupnya pada hasil laut, sehingga perlu dilakukan penelitian yang menyangkut aspek biologis maupun teknis, agar dapat diketahui apakah komposisi dan ukuran organisme laut yang tertangkap dari perbandingan dua jaring yang berbeda ini (jaring insang permukaan dan jaring insang dasar) sudah sesuai atau tidak.

Di sekitar Desa Sei Nagalawan dijumpai pangkalan pendaratan ikan (PPI) milik Kelompok Tani Muara Baimbau. Kelompok tani ini memiliki sekitar 120 nelayan yang rata-rata menggunakan alat tangkap jaring insang. Namun dengan adanya penyesuaian ukuran mata jaring dan kecenderungan jenis ikan yang didapat, maka nelayan menamakan dua jaring yang berbeda ukuran tersebut


(18)

dengan jaring selapis dan jaring kepiting. Nilai ekonomis yang tinggi dan spesifikasi jaring yang dapat menangkap hasil tangkapan multi spesies, menyebabkan nelayan aktif menggunakan jaring-jaring ini untuk mendapatkan ikan.

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara (2011) daerah penangkapan terbaik dengan menggunakan jaring insang ini adalah di daerah penangkapan yang sebelumnya sudah diketahui adanya keberadaan kepiting (rajungan). Penangkapan ini biasanya dilakukan di perairan yang dangkal (5-10 meter) dan datar dengan dasar perairan lumpur berpasir, dan sangat sesuai di perairan yang berdekatan dengan muara sungai atau perairan yang di sekitarnya banyak ditumbuhi mangrove.

Perumusan Masalah

Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan di Desa Sei Nagalawan ini menyebabkan munculnya beberapa pertanyaan yang dapat merumuskan masalah, yaitu :

1. Kurangnya pemahaman nelayan tentang perbedaan jumlah dan komposisi hasil tangkapan dari dua jenis alat tangkap, sehingga membuat nelayan tidak dapat menentukan alat penangkapan mana yang paling baik untuk digunakan dalam setiap operasional penangkapan?

2. Apakah penggunaan jaring insang permukaan dan jaring insang dasar akan berdampak pada kelestarian sumberdaya ikan di Perairan Desa Sei Nagalawan Serdang Bedagai?


(19)

Kerangka Pemikiran

Usaha penangkapan ikan merupakan salah satu aktivitas yang umum dilakukan masyarakat di sekitar wilayah pesisir. Namun penggunaan alat tangkap oleh nelayan kecil biasanya tidak memperhatikan kelestarian sumberdaya perikanan. Berdasarkan hal tersebut perlu diketahui perbandingan hasil komposisi tangkapan dari dua jenis alat tangkap yang umum digunakan (jaring insang permukaan dan jaring insang dasar). Secara ringkas, kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbandingan jumlah dan komposisi hasil tangkapan dengan menggunakan jaring insang permukaan dan jaring insang dasar di perairan Sei Nagalawan Serdang Bedagai.

2. Mengestimasi selektivitas kedua jaring berdasarkan nilai indeks keanekaragamannya.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk menentukan alat tangkap yang paling selektif digunakan oleh nelayan kecil di perairan Sei Nagalawan Serdang Bedagai berdasarkan komposisi hasil tangkapan. Juga untuk menentukan alat tangkap mana yang lebih produktif berdasarkan perbandingan hasil tangkapan jaring insang permukaan dan jaring insang dasar.


(20)

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran

Usaha Penangkapan Ikan

Jaring Insang Dasar Jaring Insang

Permukaan

Alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan di perairan Serdang Bedagai

ANALISIS PERBEDAAN : 1.JUMLAH SPESIES, 2. JUMLAH INDIVIDU, 3. BIOMASSA.

4. KELIMPAHAN JENIS Hasil Tangkapan

(Produk)

Hasil Tangkapan (Produk)

Indeks Keanekaragaman dengan

Metode Shannon Wiener Indeks Dominansi

Perbandingan Komposisi hasil tangkapan berdasarkan Indeks

Keragaman dan Indeks Dominansi Dominansi Tangkapan

Tertinggi dan Terendah dari masing- masing alat

Menentukan Selektivitas Jaring Berdasarkan Tingkat

Keanekaragaman

Jaring yang lebih potensial untuk penangkapan di perairan Serdang Bedagai


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net)

Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang, dimana mata jaring dari jaring bagian utama ukurannya sama, jumlah mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih banyak daripada jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah dalam (mesh depth), pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan di bagian bawah dilengkapi dengan beberapa pemberat (sinkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak (Martasuganda, 2002).

Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan pemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu gaya apung dari float yang menuju ke atas dan gaya berat dari sinker ditambah dengan berat jaring di dalam air yang menuju ke bawah, maka jaring akan terentang (Ayodhyoa, 1981).

Martasuganda (2008) menambahkan bahwa jumlah mata jaring gill net ke arah horizontal jauh lebih banyak dibandingkan dengan mata jaring insang ke arah vertikal. Bentuk jaring insang dapat dilihat pada Gambar 2.


(22)

Gambar 2. Jaring Insang (Gill Net)

Ikan yang tertangkap oleh jaring insang dipengaruhi oleh beberapa faktor teknis, seperti: ukuran mata jaring, kekakuan tubuh jaring, ketegangan rentangan tubuh jaring, hanging ratio, tinggi jaring, dan warna jaring (Karlsen dan Bjarnason, 1987 diacu oleh Manoppo, 1999). Sedangkan efisiensi jaring insang menurut Nomura dan Yamazaki (1977) diacu oleh Setyono (1983) dipengaruhi dan ditentukan oleh: bahan (material) jaring, konstruksi jaring insang, metoda penangkapan, serta mekanisme kapal dan jaring.

Jaring insang pada umumnya dipasang malam hari, tetapi ada jenis jaring insang tertentu (encircling gill net) yang dapat dipasang (dioperasikan) siang hari, yaitu sesudah gerombolan ikan ditemukan (Mori, 1968 diacu oleh Setyono, 1983). Ikan yang tertangkap secara terjerat (gilled), maka ukuran ikan yang tertangkap sangat ditentukan oleh ukuran mata jaring. Hal ini dapat dikatakan bahwa ikan-ikan yang tertangkap dengan jaring insang terbatas pada ukuran tertentu saja yang berarti bahwa jaring insang termasuk alat tangkap dengan selektivitas yang baik terhadap ukuran ikan. Tertentunya ukuran suatu mesh size


(23)

maka akan menentukan pula ukuran luas maksimum dari mesh size tersebut (Baskoro dkk., 2010).

Ikan - ikan mudah terjerat (gilled) ataupun terbelit (entangled) pada mata jaring dan agar ikan-ikan tersebut setelah sekali terjerat pada jaring tidak mudah terlepas, maka jaring perlu diberikan shortening atau shrinkage yang cukup.

Shortening adalah beda panjang tubuh jaring dalam keadaan teregang sempurna (stretch) dengan panjang jaring setelah dilekatkan pada tali pelampung atau tali pemberat. Shortening akan berpengaruh terhadap bentuk bukaan mata jaring, jika jaring terlalu tegang maka ikan sulit terjerat, dan ikan yang sudah terjerat pun akan mudah terlepas.

Ikan yang menjadi tujuan penangkapan alat tangkap jaring insang adalah ikan-ikan yang hidupnya bermigrasi atau mempunyai daerah renang di permukaan (surface), di dasar (bottom), dan di pertengahan (mid water), tergantung dari jenis jaring insang yang dioperasikan (Setyono, 1983).

Jaring Insang Permukaan dan Jaring Insang Dasar

Jaring insang dapat dipakai dalam beberapa cara yaitu dengan cara jaring disandarkan di atas dasar, jaring digantung antara dasar dan permukaan, atau jaring diapungkan di permukaan. Sebuah jaring letak dasar atau jaring insang dasar mempunyai pemberat (timah) pada tali ris bawah.Pemberat itu gunanya untuk menahan jaring tetap berada di atas dasar. Jaring-jaring insang dasar itu diletakkan di suatu tempat dengan member jangkar kepada kedua ujungnya, atau mengikat salah satu ujungnya pada suatu benda di atas tanah (daratan). Sebuah jaring insang dasar dapat digunakan di sungai, danau, atau lautan. Jika jaring


(24)

insang terlalu besar, nelayan akan kesulitan dalam menggunakannya, jika dasar perairan terlalu curam, terlalu dalam dan terlalu banyak karangnya (FAO, 1985).

Jaring insang permukaan, pada umumnya dioperasikan dalam suatu rangkaian yang panjang. Alat ini efektif untuk menangkap ikan yang sifatnya menyebar. Jaring insang permukaan untuk menangkap ikan-ikan pelagis (Baskoro dkk., 2010).

Pada umumnya lebar atau tinggi jaring insang dapat mencapai 27 m. Menurut Ayodhyoa (1981), untuk menentukan tinggi jaring dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

H = 2an √2S – S2 Keterangan : H = tinggi jaring di dalam air (m)

a = ukuran mesh bar (cm)

n = jumlah mata jaring pada lebar jaring s = shortening

Faktor Pelampung

Pelampung yang banyak digunakan berhubungan erat dengan daya apung (buoyancy), sedangkan daya apung di pengaruhi oleh jenis-jenis bahan yang digunakan. Oleh sebab itu dalam menentukan bahan pelampung harus dipilih bahan yang mempunyai daya apung yang lebih besar. Daya apung jaring insang dasar relatif kecil, dan hal ini sudah cukup untuk mempertahankan bentuk jaring secara vertikal, selama gaya beratnya besar. Gaya berat biasanya adalah 2-2,5 kali besarnya gaya apung. Jarak pemasangan pelampung pada tali pelampung harus diusahakan sama, hal ini dimaksudkan agar daya apung dapat merata ke seluruh tubuh jaring, sehingga pembukaan tubuh jaring dapat lebih sempurna. Oleh sebab itu bahan pelampung haruslah sejenis dan seragam (Paryono, 1980 diacu oleh


(25)

Faktor Pemberat

Pemberat (sinker) pada tali pemberat berfungsi untuk menarik jaring ke bawah. Kondisi yang diperlukan untuk sebuah pemberat (sinker) yaitu: memiliki daya tenggelam (sinking power) per unit berat yang besar atau berat jenisnya besar, cukup kuat dan sudah di buat (Nomura dan Yamazaki, 1977).

Pemasangan pemberat pada tali pemberat harus tersebar merata dengan jarak yang sama. Hal ini sangat penting, karena dengan demikian seluruh tubuh jaring memperoleh gaya berat yang sama, sehingga diharapkan pembukaan tubuh jaring dapat sempurna pula.

Proses Tertangkapnya Ikan di Jaring Insang

Menurut FAO (1985) sebuah jaring insang menangkap ikan dengan menjerat pada bagian insangnya. Ikan tidak melihat keberadaan jaring karena benang jaring insang itu sangat tipis, sehingga jaring menjerat ikan. Mata jaring terbuka lebar, dan pada saat ikan berenang melewati jaring tersebut, kepala ikan akan langsung menancap ke dalam salah satu mata jaring itu. Jika ikannya terlalu kecil, maka ikan akan segera keluar lagi dari jaring, sebaliknya kalau ikannya terlalu besar bagi mata jala itu, mungkin ikan akan merusak jaring. Sedangkan ikan yang tepat ukurannya akan mendorong kencang kepala dan badannya. Badan ikan terlalu besar untuk melewati, dan pada saat ikan mencoba menarik kembali kepalanya maka benang tipis jaring akan mengiris kulitnya, insang dan sirip terjerat dalam mata jala (Gambar 3).


(26)

Gambar 3. Proses Terjeratnya Ikan pada Jaring Insang (Manoppo, 1999)

Karlsen dan Bjarnason (1986) diacu olehFAO (1999) membedakan empat cara ikan tertangkap, yaitu (Gambar 4) :

1. Snagged, mata jaring mengelilingi ikan tepat di belakang mata 2. Gilled, mata jaring mengelilingi ikan tepat di belakang tutup insang 3. Wedged, mata jaring mengelilingi badan sejauh sirip punggung

4. Entangled, bila ikan terjerat di jaring melalui gigi, tulang rahang, sirip atau bagian tubuh yang menonjol lainnya, tanpa masuk ke dalam mata jaring (Gambar 4).


(27)

Gambar 4. Cara Tertangkapnya Ikan dengan Jaring (Manoppo, 1999)

Sumberdaya Ikan Pelagis

Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya berada pada lapisan permukaan perairan sampai tengah perairan dan hidupnya secara bergerombol baik dengan kelompoknya maupun dengan jenis ikan lainnya. Ikan pelagis memiliki sifat fototaxis positif dan tertarik pada benda-benda terapung. Adapun ikan pelagis merupakan ikan yang termasuk ke dalam kelompok perenang cepat (Mukhsin, 2002).

Tersangkut

Terjerat

Terbelit Terjepit


(28)

Ikan pelagis dikelompokkan menjadi dua oleh Direktorat Jenderal Perikanan (1998) dimana pengelompokkan tersebut didasarkan pada ukuran ikan pelagis. Pengelompokkan tersebut yaitu:

- Pelagis besar

Mempunyai ukuran 100 – 250 cm (ukuran dewasa), umumnya ikan pelagis besar adalah ikan peruaya dan perenang cepat. Contoh dari ikan pelagis besar antara lain ikan tuna, cakalang, dan tongkol.

- Pelagis kecil

Mempunyai ukuran 5 – 50 cm, didominasi oleh enam kelompok besar yaitu kembung, layang, jenis selar, lemuru dan teri. Ikan pelagis kecil hidup dilapisan permukaan perairan sampai kedalaman 30 – 60 cm, tergantung pada kedalaman laut.

Sumberdaya Ikan Demersal

Ikan demersal adalah ikan yang habitatnya berada pada lapisan dasar perairan. Widodo (1990) menyatakan bahwa perubahan ikan demersal berdasarkan sifat ekologinya, yaitu reproduksi yang stabil, hal ini disebabkan oleh:

1) Habitat di lapisan dasar laut yang relatif stabil, sehingga mengakibatkan daur hidup ikan demersal juga stabil.

2) Daerah ruayanya yang sempit dan ikan demersal cenderung menempati suatu daerah dengan tidak membentuk kelompok besar, oleh karena itu besar sediaannya sangat dipengaruhi oleh luas daerah yang ditempatinya.

Apabila kondisi lingkungan memburuk, ikan demersal tidak mampu untuk menghindar sehingga dapat mengakibatkan penurunan stok sumberdaya ikan


(29)

demersal.Ikan demersal berbeda dengan ikan pelagis yang masih mampu beruaya ke daerah perairan baru yang lebih baik kondisinya. Ikan demersal pada umumnya dapat hidup dengan baik pada perairan yang bersubtrat lumpur, lumpur berpasir, karang dan karang berpasir (Fischer dan Whiteahead, 1974).

Hubungan Tingkah Laku Ikan Dengan Alat Tangkap Jaring Insang

Ikan memiliki stimuli yang paling kuat dari sekian banyak stimuli, stimuli tersebut adalah kehadiran alat tangkap. Sebagai alat tangkap yang pasif, maka hal ini berarti bahwa ikan yang bergerak aktif untuk datang dan menjeratkan diri pada alat tangkap jaring insang.

Beberapa telaah yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ikan selama melakukan aktivitas renangnya kemudian secara tiba-tiba berhadapan dengan alat tangkap jaring insang, maka umumnya ikan berhenti tepat di dekat jaring tersebut. Bila ternyata saat itu jaring terentang dengan baik dan mata jaring terbuka lebar pada posisi memotong arah gerak kelompok ikan, maka umumnya ikan-ikan akan berusaha melanjutkan berenang, sehingga memungkinkan terjerat pada jaring. Pada perairan dangkal bila hal demikian terjadi maka gerak arus dan gelombang mempengaruhi keadaan jaring yang berayun maju atau mundur. Apabila ikan berada tepat di depan jaring saat jaring terdorong maju oleh arus, maka ikan atau kelompok ikan dapat terjerat atau terbelit pada saat jaring terdorong mundur kembali oleh arus.

Gunarso (1985) menyatakan bahwa proses tertangkapnya ikan dengan berbagai alat penangkapan yang diam atau pasif sifatnya, seperti misalnya alat penangkapan jaring insang, baik yang ditetapkan dengan bantuan jangkar maupun


(30)

ikan itu sendiri yang datang dan menjeratkan diri pada jaring. Menurut Nomura (1981) diacu oleh Gunarso (1985) terhadap lobster, bahwa umumnya hewan ini bergerak meninggalkan persembunyiannya untuk mencari makan ketika malam tiba. Pada saat seperti inilah lobster tersebut tertangkap atau terbelit pada jaring insang dasar. Saat terang bulan, biasanya mereka sukar atau tidak bisa tertangkap oleh jaring insang. Sedangkan untuk ikan, menurut Nomura (1977) diacu oleh Gunarso (1985) bahwa apabila ikan merasa terhadang oleh jaring maka mereka akan berusaha berenang ke bagian yang lebih dalam.

Berdasarkan respons ikan yang diamati oleh Baskoro dkk., 2010 terhadap perbandingan berapa besar jumlah ikan yang berusaha menghindar dan berapa besar yang memaksakan diri menerobosnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siang hari jelas terlihat bahwa reaksi-reaksi yang diperlihatkan tersebut sangat erat hubungannya dengan indera penglihatan ikan. terlihat juga adanya variasi dari jarak dimana ikan mulai menunjukkan reaksi terhadap adanya benda-benda penghadang tersebut. Selain itu respon ikan juga ada kaitannya dengan bahan, ukuran mata serta berbagai hal yang berhubungan dengan ketajaman warna jaring. Jaring yang paling sedikit menunjukkan adanya reaksi ikan adalah jaring yang terbuat dari nylon monofilament.

Selektivitas Alat Tangkap

Studi tentang selektivitas alat tangkap mulai dikenal pada akhir tahun 1950-an dan berkembang pesat pada awal tahun 1970 an. Pengembangan berbagai model statistika dan analisa data memberikan pemahaman yang lebih baik tentang prinsip-prinsip seleksi pada berbagai jenis alat penangkapan ikan. Penelitian yang dilakukan dalam mempelajari selektivitas suatu alat tangkap pada umumnya


(31)

melalui eksperimental fishing. Sebuah metode yang dikembangkan oleh Kawamura (1972) yang kemudian diperbaiki oleh Matsuoka (1995), penelitian selektivitas dapat dari hasil ikan yang didaratkan yang tidak menghabiskan waktu dan biaya. Metode tersebut mempertimbangkan, bahwa untuk menilai ukuran selektivitas suatu jenis alat tangkap didasarkan pada variasi bentuk tubuh ikan, dan salah satu alat tangkap yang banyak dipelajari sebagai ukuran selektivitas adalah jaring insang.

Selektivitas suatu alat tangkap adalah kemampuan suatu alat dalam memilih jenis dan ukuran ikan tangkapan tertentu. Pengoperasian suatu alat tangkap dengan tingkat selektivitas yang tinggi akan menyebabkan upaya penangkapan lebih efisien dan kelangsungan sumberdaya ikan pada suatu perairan akan tetap lestari (Puspito, 2008).


(32)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel akan dilaksanakan selama bulan April 2013. Lokasi penelitian adalah di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, yang terletak pada posisi 2º57” - 3º 16” Lintang Utara, 98º 33” Bujur Timur, 99º 27” Bujur Barat. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.


(33)

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 5 unit jaring insang permukaan dengan ukuran mata jaring 1,6 inchi, panjang jaring 83 meter dan lebar 42,5 meter, dan 5 unit jaring insang dasar dengan ukuran mata jaring 3 inchi dengan panjang jaring 50 meter dan lebar 20 meter. Untuk kegiatan penyortiran dan pengamatan alat yang digunakan berupa 1 unit meja sortir ikan, 3 buah ember, penggaris/ jangka sorong, 2 lembar kertas milimeter, meteran, timbangan, kamera digital, alat tulis, seperangkat komputer, dan software SPSS versi 17.

Prosedur Penelitian

Penangkapan dilakukan sekitar 2 mil dari garis pantai, dimana pengoperasian alat tangkap baik jaring insang permukaan dan jaring insang dasar dilakukan pada saat bersamaan mulai pukul 04.00 WIB sampai 11.00 WIB. Pada saat kapal mendarat, hasil tangkapan dikumpulkan dan disortir berdasarkan jenis dan ukuran, kemudian dihitung bobot hasil tangkapan dari tiap unit kapal.

Penetapan Sampel

Penetapan sampel nelayan dilakukan secara acak (random sampling), dari 120 orang nelayan hanya sekitar 60 orang yang aktif melakukan kegiatan penangkapan. Jumlah sampel nelayan yang diambil adalah sebanyak 10%, karena menurut Gay dan Dehl (1996) diacu oleh Sinollah (2012) untuk penelitian deskriptif, minimal diambil sampel sebesar 10% dari populasi. Sementara itu, jika populasinya besar maka minimal diambil sampel sebesar 20% dari populasi, dan untuk penelitian yang sifatnya menguji hubungan korelasional, minimal diambil 30 sampel. Karena data yang dibutuhkan adalah sebanyak 20 trip, maka


(34)

ditetapkan sampel nelayan yang diambil sebanyak 5 nelayan untuk jaring insang permukaan dan 5 nelayan untuk jaring insang dasar. Dari masing – masing alat tangkap diambil secara acak melalui pengundian nama – nama nelayan yang akan digunakan menjadi sampel.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu dimulai dari melakukan survey lapangan pada bulan Februari 2013, dan pengumpulan data secara langsung di lapangan selama 20 trip penangkapan pada bulan April 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu observasi (pengamatan) dan dengan pengukuran langsung. Observasi dilakukan untuk objek-objek penelitian selama waktu penelitian berlangsung, sedangkan data hasil pengamatan dicatat dalam pedoman observasi. Parameter – parameter yang diamati adalah :

a) Komposisi jenis ikan, 1. Kelimpahan relatif b) Hasil tangkapan ikan,

1. Indeks keanekaragaman 2. Indeks dominansi 3. Komposisi ukuran ikan 4. Perbandingan hasil tangkapan 5. Analisis uji t.


(35)

Analisis Data

Data yang diperoleh seperti jumlah dan komposisi hasil tangkapan dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Untuk melihat perbedaan komposisi jenis, kelimpahan relatif dan perbandingan jumlah hasil tangkapan dari kedua alat tangkap dilakukan analisis sebagai berikut :

a. Komposisi Jenis

Komposisi merupakan bagian utama yang penting untuk dibandingkan. Analisis perbandingan dilakukan dengan membandingkan hasil tangkapan berupa:

a. Perbandingan jenis dan keanekaragaman hasil tangkapan, b. Perbandingan jumlah atau kelimpahan hasil tangkapan, - Kelimpahan Relatif

Kelimpahan relatif setiap jenis ikan untuk masing-masing alat tangkap dihitung menggunakan rumus menurut Krebs (1989) :

KR = ni

N x 100%

Keterangan : K = Kelimpahan relatif ikan yang tertangkap (%) ni = Jumlah individu setiap spesies ke – i (ekor)

N = Jumlah individu seluruh jenis ikan yang ada (ekor)

b. Hasil Tangkapan Ikan

1. Indeks Keanekaragaman

Menurut Soegianto (1994) diacu oleh Jukri dkk (2013) bahwa indeks keanekaragaman jenis (H’) adalah indeks yang menunjukkan banyak tidaknya jenis dan individu yang ditemukan populasi. Indeks keanekaragaman untuk masing-masing hasil tangkapan dihitung menggunakan Indeks Shannon – Wienner, dengan persamaan sebagai berikut :


(36)

H′= − �pi ln pi �

�=1

pi = ��

N

Keterangan : H’ = indeks keanekaragaman

ni = jumlah individu ke i atau berat dari jenis ke i

N = jumlah seluruh individu atau jumlah seluruh berat ikan. s = jumlah spesies

pi = Proporsi spesies yang tertangkap.

Kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon – Wienner : H’ < 1 = keanekaragaman rendah

1 < H’ <3 = keanekaragaman sedang H’ > 3 = keanekaragaman tinggi

- Selektivitas Berdasarkan Indeks Keanekaragaman

Penentuan kriteria selektivitas yang dilakukan hanya berdasarkan indeks

keanekaragaman, dimana kriteria nilai indeks keanekaragaman menurut Wiyono et al (2006) sebagai berikut :

H’ ≈ 0 : keanekaragaman rendah; selektivitas alat tangkap tinggi H’ > 0,1 : keanekaragaman tinggi, selektivitas alat tangkap rendah

2. Indeks Dominansi

Indeks Dominansi Simpson (Odum, 1996) dihitung dengan rumus:

C =� ���� � �=1

Keterangan : C : indeks Dominansi

ni : Jumlah individu spesies yang tertangkap N : Jumlah total spesies yang tertangkap


(37)

Kriteria Indeks Dominansi Simpson:

C < 0,5 : dominansi spesies hasil tangkapan rendah C ≥ 0,5 : dominansi spesies hasil tangkapan tinggi.

3. Komposisi Ukuran

Untuk menentukan komposisi ukuran setiap jenis ikan, terlebih dahulu ditentukan kelas ukuran panjang dan berat. Penentuan jumlah kelas dihitung dengan menggunakan persamaan Sturgess (1982)diacu olehYulius dkk (2013):

K = 1 + 3,3 Log N Keterangan : K = Jumlah kelas

N = Jumlah sampel

Selanjutnya ditentukan selang kelasnya dengan menggunakan persamaan :

P = �

Keterangan : P = Selang kelas;

R = kisaran (panjang ikan tertinggi - panjang ikan terendah); K = Jumlah kelas.

Kemudian ditentukan persentase setiap kelas ukuran panjang dan berat dengan persamaan :

P = ��

x100%

Keterangan : P = Presentase kelas ukuran ikan ke-i (i = 1,2,3,... n);

ΣKi = Jumlah individu ikan pada kelas ukuran ke-i (i = 1,2,3,... n); K = Jumlah total individu ikan seluruh kelas ukuran.

4. Perbandingan Hasil Tangkapan

Perbandingan jumlah hasil tangkapan jaring insang permukaan dan jaring insang dasar didapat dengan membandingkan rata-rata hasil penangkapan selama 20 trip dari masing-masing alat tangkap, dengan rumus :


(38)

total hasil tangkapan selama 20 trip jumlah trip selama 20 trip

5. Analisis Uji t

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jumlah hasil tangkapan antara jaring insang permukaan dan jaring insang dasar dilakukan uji Independent Sample T test (uji t sampel bebas) dengan menggunakan software program SPSS versi 17.


(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

a. Komposisi Jenis

Hasil jenis tangkapan dengan menggunakan jaring insang permukaan dan jaring insang dasar selama 20 trip penangkapan didapat sebanyak 24 jenis, terdiri dari 9 jenis ikan pelagis, 9 jenis ikan demersal, 1 jenis sotong dan gurita, 1 jenis kepiting, 3 jenis udang.

Hasil tangkapan yang paling banyak didapat dengan menggunakan jaring insang dasar yaitu sebesar 73,43 kg sedangkan hasil tangkapan jaring insang permukaan hanya sebesar 38,91 kg. Pada alat tangkap jaring insang dasar, jenis yang paling banyak tertangkap adalah jenis udang, terdiri atas udang putih sebesar 21,14 kg, udang swallow sebesar 9,15 kg , udang kelong sebesar 4,78 kg, dan untuk jenis ikan yang banyak tertangkap adalah ikan senangin sebesar 2,22 kg. Sotong dan gurita masing – masing didapat sebesar 21,14 kg dan 3,99 kg. Dan pada alat tangkap jaring insang permukaan jenis yang banyak tertangkap adalah jenis ikan kepala batu sebesar 14,34 kg, sedangkan jenis ikan lainnya seperti ikan selar kuning didapat sebesar 4,21 kg, ikan bandeng sebesar 2,92 kg, udang putih sebesar 2,43 kg, dan udang swallow sebesar 1,72 kg. Hasil jenis tangkapan dengan menggunakan jaring insang dasar dan jaring insang permukaan selama 20 trip penangkapan dapat dilihat pada Tabel 1.


(40)

Tabel 1. Komposisi Jenis Ikan yang Tertangkap di Perairan Desa Sei Nagalawan

No Nama Lokal

Famili

Nama Umum

Pelagis/ Alat tangkap

Spesies Demersal

Jaring Insang

Permukaan Kg

Jaring Insang

Dasar Kg

1 Ikan Parang-Parang Famili Chirocentridae Parang Pelagis + 2,64 -

Chirocentrus dorab

2 Ikan Ketang Famili Drepanidae Ketang - Ketang Pelagis + 2,015 -

Drepane punctata

3 Ikan Bandeng Famili Elopsidae Bandeng Pelagis + 2,915 -

Elops machnata

4 Ikan Tenggiri Famili Scombridae Tenggiri Pelagis + 1,63 -

Scomberomorus commerson

5 Ikan Selar Kuning Famili Carangidae Selar Pelagis + 4,205 -

Caranx leptolepis

6 Ikan Talang Famili Carangidae Talang-talang Pelagis + 0,63 -

Chorinemus tala

7 Ikan Kresek Famili Engraulidae Kresek Pelagis + 0,695 -

Thryssa mystax

8 Ikan Layur Famili Trichluridae Layur Pelagis + 2,195 + 0,03

Trichiurus savala

9 Ikan Kepala Batu Famili Atherinidae Kepala Batu Pelagis + 14,34 + 0,75

Pranesus duodecimali

10 Ikan Lidah Famili Soleidae Lidah Demersal + 0,195 + 1,25

Cynoglossus sp

11 Ikan Mayung Famili Ariidae Manyung Demersal - - + 0,08

Arius thalassinus

12 Ikan Kerong-Kerong Famili Theraponidae Kerong-Kerong Demersal + 0,3 + 0,3


(41)

Tabel 1. Lanjutan

No Nama Lokal

Famili

Nama Umum

Pelagis/ Alat tangkap

Spesies Demersal

Jaring Insang

Permukaan Kg

Jaring Insang

Dasar Kg

13 Ikan Gulamah Tapak Famili Scienidae Gulamah Demersal - - + 0,13

Argyrosomus sp

14 Ikan Selangat Famili Clupidae Selanget Demersal - - + 0,43

Anodontosoma Chacunda

15 Ikan Samgi Famili Scienidae Samgeh Demersal - - + 0,31

Chrysochir areus

16 Ikan Senangin Famili Polynemidae Kuro Demersal - - + 2,22

Eleutheronema tetradactylum

17 Ikan Pari Famili Rhinopteridae Pari Demersal - - + 1,37

Thryssa mystax

18 Ikan Bawal Putih Famili Stromateridae Bawal Putih Demersal + 0,13 + 1,98

Pampus argenteus

19 Sotong Famili Sepiidae Sotong/ Ikan Nus Demersal + 2,87 + 21,56

Sepia officinalis

20 Kepiting Famili Portunidae Kepiting Demersal - - + 3,99

Scyllia sp

21 Udang putih Famili Penaeidae Udang Putih Demersal + 2,43 + 21,14

Udang swallow Litopenaeus vannamei Udang Swallow 1,72 9,15

Udang Kelong Penaeus monodon Udang Kelong - - + 4,78

22 Gurita Mak Lampir Famili Octopodidae Gurita Demersal - - + 3,985


(42)

1. Kelimpahan Relatif

Kelimpahan ikan yang diperoleh selama 20 trip penangkapan dengan menggunakan jaring insang dasar didapat nilai kelimpahan relatif (KR) yang paling besar adalah udang putih sebesar 56,3% dan kelimpahan relatif yang paling kecil adalah ikan gulamah tapak dan juga ikan layur dengan nilai sebesar 0,0004%. Diagram lingkar kelimpahan relatif dapat dilihat pada Gambar 6.

Pada penangkapan dengan menggunakan jaring insang permukaan total individu sebanyak 980 ekor dengan kelimpahan relatif yang paling besar adalah ikan kepala batu sebesar 44,6% dan kelimpahan relatif yang paling rendah adalah ikan bawal putih 0,20% (termasuk ke dalam perikanan demersal) dan ikan talang sebesar 0,61%. Diagram kelimpahan relatif dapat dilihat pada Gambar 7. Perbandingan nilai kelimpahan relatif jaring insang permukaan dan jaring insang dasar dapat dilihat pada Lampiran 3.

Gambar 6. Diagram Lingkar Kelimpahan Ikan yang Tertangkap pada Jaring Insang Dasar

56,31

6,839,62 13,08

0,27 2,65 2,97 0,94 0,27 3,15 0,72 0,04 0,31 0,09 1,57 0,04 1,12

0 10 20 30 40 50 60 Uda ng put ih Uda ng K elong Uda ng S wal low Sot ong Gur ita Kepi ting

Ikan B awal

Put ih

Ikan P ari

Ikan S elanga

t

Ikan S ena

ngin

Ikan S amgi

Ikan G ulam

ah T apa

k

Ikan K er

ong-Ker ong

Ikan M ayung

Ikan L idah

Ikan L ayur

Ikan K epa

la B atu

Jenis Ikan

Kelimpah


(43)

Gambar 7. Diagram Lingkar Kelimpahan Ikan yang Tertangkap pada Jaring Insang Permukaan

b. Hasil Tangkapan Ikan

1. Indeks Keanekaragaman

Hasil nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) untuk jaring insang dasar didapat sebesar 1,56. Dan jaring insang permukaan nilai indeks keanekaragamannya (H’) adalah sebesar 1,97. Nilai indeks keanekaragaman lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3, menurut kriteria nilai indeks keanekaragaman yang ditetapkan oleh Shannon - Wienner yaitu 1 < H’ > 3 maka nilai indeks keanekaragaman jaring insang dasar dan jaring insang permukaan adalah termasuk keanekaragaman sedang. Indeks keanekaragaman pada jaring insang dasar dan jaring insang permukaan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

12,24

5 5

0,20 0,71 1,02 5,10

44,59

4,49 4,59 4,39 1,84 7,65 0,61 2,55 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Uda ng pu tih Uda ng S wal low Sot ong Ikan Baw

al Pu tih Ikan Kero ng-K ero ng Ika n L idah Ika n L ayu r Ikan Kep ala Bat u Ikan Ket ang Ika n B and eng Ikan Para ng-P ara ng Ika n T eng giri Ika n S elar Kuni ng Ikan Tal ang Ikan Kre sek Jenis Ikan K e lim p a h a n R e la tif ( %) Jumlah


(44)

Tabel 2. Indeks Keanekaragaman Ikan yang Tertangkap pada Alat Tangkap Jaring Insang Dasar

No Nama Ikan

Jumlah

(Individu) pi (ni/N) pi LN pi

1. Udang Putih 1253 0,56 -0,32 2. Udang Kelong 152 0,07 -0,18 3. Udang Swallow 214 0,10 -0,23 4. Sotong 291 0,13 -0,27 5. Gurita 6 0,00 -0,02 6. Kepiting 59 0,03 -0,10 7. Ikan Bawal Putih 66 0,03 -0,10 8. Ikan Pari 21 0,01 -0,04 9. Ikan Selangat 6 0,00 -0,02 10. Ikan Senangin 70 0,03 -0,11 11. Ikan Samgi 16 0,01 -0,04 12. Ikan Gulamah Tapak 1 0,00 -0,003 13. Ikan Kerong-Kerong 7 0,00 -0,02 14. Ikan Mayung 2 0,00 -0,01 15. Ikan Lidah 35 0,02 -0,07 16. Ikan Layur 1 0,00 -0,00 17 Ikan Kepala Batu 25 0,011 -0,05

Jumlah 2225 1


(45)

Tabel 3. Indeks Keanekaragaman Ikan yang Tertangkap pada Alat Tangkap Jaring Insang Permukaan

NO NAMA IKAN

Jumlah

(Individu) Pi Pi Ln Pi

1. Ikan Kepala Batu 437 0,45 -0,36 2. Ikan Layur 50 0,05 -0,15 3. Ikan Ketang 44 0,05 -0,14 4. Ikan Bandeng 45 0,05 -0,14 5. Ikan Parang-Parang 43 0,04 -0,14 6. Ikan Tenggiri 18 0,02 -0,07 7. Ikan Selar Kuning 75 0,08 -0,20

8. Sotong 49 0,05 -0,15

9. Udang Putih 120 0,12 -0,26 10. Udang Swallow 49 0,05 -0,15 11. Ikan Talang 6 0,01 -0,03 12. Ikan Kresek 25 0,03 -0,09 13. Ikan lidah 10 0,01 -0,05 14. Ikan Bawal Putih 2 0,00 -0,01 15. Ikan Kerong-Kerong 7 0,01 -0,04

Jumlah 980 1

H’ 1,98

2. Indeks Dominansi

Berdasarkan hasil kelimpahan relatif pada Tabel 2 dan Tabel 3, didapat nilai Indeks Dominansi (C) untuk hasil tangkapan jaring insang dasar dan jaring insang permukaan sebesar 1 atau C = 1. Dari hasil tersebut dominansi spesies hasil tangkapan pada jaring insang dasar termasuk tinggi. Spesies yang mendominasi pada masing - masing alat tangkap adalah udang putih pada jaring insang dasar dan ikan kepala batu pada jaring insang permukaan, kedua spesies tersebut memiliki nilai indeks dominansi paling tinggi dibandingkan spesies lainnya pada masing-masing alat tangkap. Udang putih pada jaring insang dasar memilki nilai sebesar 0,56 dan ikan kepala batu pada jaring insang permukaan memiliki nilai 0,45 . Maka nilai indeks dominansi untuk jaring insang dasar dan


(46)

Tabel 4. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Dominansi (C)

Indeks Jaring Insang Dasar

Jaring Insang Permukaan

Keanekaragaman 1,57 1,98

Dominansi 1 1

Gambar 8. Diagram Garis Indeks Dominansi Jaring Insang Dasar

Gambar 9. Diagram Garis Indeks Dominansi Jaring Insang Permukaan

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 N il a i I nde ks D o m ina ns i

Total 20 Trip

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 Ni la i Inde ks D o m ina nsi


(47)

4. Komposisi Ukuran

Komposisi ukuran ikan yang didapat dengan penangkapan mengunakan jaring insang dasar dapat dilihat dalam Gambar 10, Gambar 11, Gambar 12, Gambar 13, Gambar 14, Gambar 15, dan Gambar 16. Hasil analisis komposisi ukuran ikan pada jaring insang dasar dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pada Gambar 10, komposisi ukuran panjang udang putih diperoleh 11 kelas ukuran dengan komposisi ukuran yang paling mendominasi adalah udang putih ukuran 2,9 – 3,5 cm sebanyak 225 ekor. Pada interval kelas 2,9 – 4,3 cm jumlah komposisi (%) tidak terlalu jauh, namun pada interval kelas ukuran 2,6 - 2,75 cm dan ukuran 3,5 – 3,20 cm jumlah komposisi berada di bawah 10%.

Gambar 10. Komposisi Ukuran Panjang Karapas Udang Putih pada Jaring Insang Dasar

Pada Gambar 11 diperoleh 8 kelas untuk komposisi ukuran udang kelong, dengan komposisi ukuran yang paling mendominasi adalah ukuran yang paling besar yaitu 6,6 – 6,7 cm sebanyak 44 ekor. Jumlah komposisi udang kelong ukuran 3,7 – 4,9 cm masing-masing berada di bawah 5% dengan total individu untuk ketiga interval kelas adalah 14 ekor.

2,55 1,36 10,85 7,9 3,59 21,47 25,94 26,34 0 5 10 15 20 25 30

2,6 - 2,75 2,76 - 2,9 3 - 3,1 3,2 - 3,4 3,5-3,6 3,7 - 3,8 3,9 - 4 4,1 - 4,3

K o m po si si ( K g )

Panjang Karapas (cm)


(48)

Gambar 11. Komposisi Ukuran Panjang Karapas Udang Kelong pada Jaring Insang Dasar

Sedangkan pada udang swallow terdapat 8 kelas ukuran, dimana tiga ukuran komposisi sebesar 0%. Dan ukuran komposisi yang mendominasi adalah ukuran 4,2 – 4,5 cm sebanyak 94 ekor dan ukuran 3,4 – 3,5 cm sebanyak 73 ekor. Ukuran komposisi udang swallow dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Komposisi Ukuran Panjang Karapas Udang Swallow pada Jaring Insang Dasar 1,32 3,29 4,61 17,76 12,5 16,45 15,13 28,95 0 5 10 15 20 25 30 35

3,7 - 4,1 4,2 - 4,5 4,6 - 4,9 5 - 5,3 5,4 - 5,7 5,8 - 6,1 6,2 - 6,5 6,6 - 6,7

K o m po si si ( K g )

Panjang Karapas (cm)

Jumlah 2,34 7,48 0 34,11 0 0 12,15 43,93 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

2,7 - 2,9 3 - 3,1 3,2 - 3,3 3,4 - 3,5 3,6 - 3,7 3,8 - 3,9 4 - 4,1 4,2 - 4,5

K o m po si si ( K g )

Panjang Karapas (cm)


(49)

Sotong memiliki 9 kelas ukuran, dengan ukuran yang mendominasi adalah ukuran 12,8 – 13 cm sejumlah 93 ekor, dan pada interval kelas 12,2 – 12,4 cm juga memiliki jumlah komposisi yang cukup besar yaitu sebesar 26,12% dengan jumlah individu 76 ekor dan pada ukuran 12,5 – 12,7 cm sebesar 20,96% dengan jumlah individu sebesar 61 ekor. Pada interval kelas ukuran 11 – 11,5 jumlah komposisi adalah 0%. Untuk ukuran 10,3 – 10,9 cm jumlah komposisi adalah 3,78% dan 2,41 yang berarti berada jauh di bawah 5%.

Gambar 13. Komposisi Ukuran Panjang Badan Sotong pada Jaring Insang Dasar Untuk ikan senangin memiliki 7 kelas ukuran, masing - masing berada di ukuran 18,1 - 18,8 cm dengan jumlah individu sebesar 43 ekor. Pada ukuran interval kelas 15 – 18 cm jumlah komposisi ikan senangin sangat jauh dibandingkan ukuran 18,1 -18,8 cm, dimana ukuran komposisi yang tertingginya berada di 10% yang berarti rata-rata interval memiliki jumlah individu di bawah 7 ekor. 3,78 2,41 0 0 7,56 7,22 26,12 20,96 31,96 0 5 10 15 20 25 30 35 10,3 -10,6 10,7 -10,9 11 -11,2 11,3 -11,5 11,6 -11,8 11,9 -12,1 12,2 -12,4 12,5 -12,7 12,8 -13 K o m po si si ( K g )

Panjang Badan (cm)


(50)

Gambar 14. Komposisi Ukuran Panjang Total Ikan Senangin pada Jaring Insang Dasar

Ikan bawal putih juga memiliki jumlah interval kelas sebanyak 7, dimana nilai 13,8 – 14,5 cm dengan jumlah invidu sebanyak 21 ekor. Pada ukuran interval kelas 11,7 – 12,3 cm jumlah komposisi sebesar 18,18% dengan jumlah invididu sebesar 12 ekor. Pada interval kelas 10,3 -10,9 memiliki jumlah komposisi paling kecil yaitu sebesar 7,58% dengan jumlah invidu sebesar 5 ekor, sedangkan pada interval kelas 12,4 – 13,7 cm memiliki komposisi yang sama yaitu sebesar 9,09% dengan jumlah individu masing-masing 6 ekor.

Gambar 15. Komposisi Ukuran Panjang Total Ikan Bawal Putih pada Jaring Insang Dasar

1,43 4,29

7,14 10 7,14 8,57

61,43 0 10 20 30 40 50 60 70

15 - 15,5 15,6 - 16 16,1 - 16,5 16,6 - 17 17,1 - 17,5 17,6 - 18 18,1 - 18,8

K o m po si si ( K g )

Panjang Total (cm)

Jumlah 13,64 7,58 10,61 18,18 9,09 9,09 31,82 0 5 10 15 20 25 30 35

9,5 - 10,2 10,3 - 10,9 11 - 11,6 11,7 - 12,3 12,4 - 13 13,1 - 13,7 13,8 - 14,5

K o m po si si ( K g )

Panjang Total (cm)


(51)

Komposisi ukuran kepiting memiliki 7 kelas, dengan ukuran yang paling mendominasi adalah 8,5 – 9 cm sebanyak 32 ekor. Komposisi ukuran 6 – 8,4 memiliki jumlah komposisi yang sangat jauh dari jumlah komposisi pada interval kelas 8,5 -9 cm. Pada interval 6 – 6,8 cm dan interval kelas 7,3 – 7,6 cm memiliki jumlah komposisi yang sama yaitu 1,69% dengan jumlah invidu sebanyak 1 ekor.

Gambar 16. Komposisi Ukuran Panjang Badan Kepiting pada Jaring Insang Dasar Komposisi ukuran ikan yang didapat dengan penangkapan menggunakan jaring insang dasar dapat dilihat dalam Gambar 17, Gambar 18, Gambar 19, Gambar 20, Gambar 21, Gambar 22, dan 23. Hasil analisis komposisi ukuran ikan pada jaring insang permukaan dapat dilihat pada Lampiran 5.

Pada Gambar 17 ikan kepala batu memiliki 9 kelas ukuran dengan ukuran yang paling mendominasi ada pada ukuran 13,7 – 14 cm dengan jumlah individu sebesar 144 ekor. Pada interval kelas 12,3 – 12,4 cm dan 12,7 – 13 cm memilki jumlah komposisi 0%, sedangkan pada interval kelas yang paling kecil yaitu 12 – 12,2 cm memiliki nilai komposisi sebesar 2,75% dengan jumlah individu sebesar 12 ekor.

1,69 1,69

8,48

1,69

11,86

20,34

54,24

0 10 20 30 40 50 60

6 - 6,4 6,5 - 6,8 6,9 - 7,2 7,3 - 7,6 7,7 - 8 8,1 - 8,4 8,5 - 9

K

o

m

po

si

si

(

K

g

)

Panjang Badan (cm)


(52)

Gambar 17. Komposisi Ukuran Panjang Total Ikan Kepala Batu pada Jaring Insang Permukaan

Untuk jenis udang putih (Gambar 17) masing – masing memiliki 7 kelas. Pada udang putih ukuran 3,4 – 3,6 sebesar 53 ekor. Pada ukuran kelas 3,6 – 3,8 cm memiliki jumlah komposisi sebesar 0%.

Gambar 18. Komposisi Ukuran Panjang Karapas Udang Putih pada Jaring Insang Permukaan

Udang swallow memiliki kelas 5 kelas interval, dan pada udang swallow interval kelas ukuran yang memiliki jumlah terbesar adalah 3,8 – 4 cm dengan jumlah individu sebesar 17 ekor. Untuk udang swallow masing-masing interval

2,75 0 12,13 0 0 10,3 19,68 22,2 32,95 0 5 10 15 20 25 30 35 12 -12,2 12,3 -12,4 12,5 -12,6 12,7 -12,8 12,9 -13 13,1 -13,2 13,3 -13,4 13,5 -13,6 13,7 -14 K o m po si si ( K g )

Panjang Total (cm)

Jumlah 10 5 2,5 3,33 44,17 0 35 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

2,6 - 2,8 2,8 - 3 3 - 3,2 3,2 - 3,4 3,4 - 3,6 3,6 - 3,8 3,8 - 4

K o m po si si ( K g )

Panjang Karapas (cm)


(53)

kelas memiliki nilai yang cukup tinggi, dan jumlah komposisi yang terendah ada pada ukuran kelas interval 3,3 -3,4 cm yaitu sebesar 8,16% dengan jumlah individu sebesar 4 ekor.

Gambar 19. Komposisi Ukuran Panjang Karapas Udang Swallow pada Jaring Insang Permukaan

Untuk sotong (Gambar 20) memiliki 6 kelas ukuran dengan kelimpahan yang paling besar adalah ukuran 11,8 – 13 cm sebesar 31 ekor, sedangkan pada interval kelas ukuran 10,8 – 11,8 dengan jumlah individu masing-masing 2 dan 3 ekor. Pada interval kelas 10 – 10,8 jumlah komposisi tidak terlalu jauh yaitu sebesar 10,2% dan 12,2% dengan jumlah individu 5 dan 6 ekor.

24,49 8,16 12,24 20,41 34,69 0 5 10 15 20 25 30 35 40

3 - 3,2 3,2 - 3,4 3,4 - 3,6 3,6 - 3,8 3,8 - 4

K o m po si si ( K g )

Panjang Karapas (cm)

Jumlah

10,2 12,24

4,08 6,12 4,08

63,27 0 10 20 30 40 50 60 70

10 - 10,4 10,4 - 10,8 10,8 - 11,2 11,2 - 11,4 11,4 - 11,8 11,8 - 13

K o m po si si ( K g )

Panjang Badan (cm)


(54)

Ikan selar kuning memiliki 6 kelas ukuran, dapat dilihat pada gambar 21, gambar 22, dan gambar 23. Ikan selar kuning pada ukuran 14,5 – 15 cm memiliki kelimpahan sebesar 25 ekor.

Gambar 21. Komposisi Ukuran Panjang Total Ikan Selar Kuning pada Jaring Insang Permukaan

Ikan layur (Gambar 22) pada ukuran 47,5 – 48 cm memiliki kelimpahan 30 ekor, pada interval kelas 45,5 – 46 cm ikan memiliki jumlah komposisi sebesar 0%. Pada ukuran interval 45 – 45,5 cm dan 46,5 – 47 cm jumlah komposisi tidak terlalu jauh yaitu 6% dan 4% dengan jumlah individu sebesar 3 dan 2 ekor. Pada interval kelas 46 – 46,5 cm dan 47 – 47,5 cm masing – masing jumlah komposisi sebesar 12% dan 18% dengan jumlah individu 6 dan 9 ekor.

Gambar 22. Komposisi Ukuran Panjang Total Ikan Layur pada Jaring Insang Permukaan 4 0 21,33 0 33,33 12 29,33 0 5 10 15 20 25 30 35

13 - 13,4 13,4 - 13,8 13,8 - 14,2 14,2 - 14,6 14,6 - 15 15 - 15,4 15,4 - 16

K o m po si si ( K g )

Panjang Total (cm)

Jumlah 6 0 12 4 18 60 0 10 20 30 40 50 60 70

45 - 45,5 45,5 - 46 46 - 46,5 46,5 - 47 47 - 47,5 47,5 - 48

K o m po si si ( K g )

Panjang Total (cm)


(55)

Dan pada ikan bandeng ukuran 24,5 – 25 cm memiliki kelimpahan sebesar 35 ekor. Pada ukuran 22 – 23 memiliki nilai komposisi sebesar 4,4% dan 2,2% dengan jumlah individu 2 dan 1 ekor. Sedangkan pada interval kelas ukuran 24 – 24,5 cm jumlah komposisi sebesar 13,3% dengan jumlah individu 6 ekor. Sedangkan pada interval kelas ukuran 23 – 23,5 cm jumlah komposisi sebesar 0%. Ukuran komposisi ikan bandeng dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23. Komposisi Ukuran Panjang Total Ikan Bandeng pada Jaring Insang Permukaan

5. Perbandingan Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian pada alat tangkap jaring insang dasar dan jaring insang permukaan memiliki berat hasil tangkapan yang berbeda jauh. Pada jaring insang dasar trip ke 6 merupakan tangkapan tertinggi, perbandingan jumlah tangkapan trip ke 3, trip 4, trip 5, dan trip 7 tidak terlalu berbeda jauh namun pada trip 8 jumlah tangkapan menurun sangat drastis. Pada jaring insang permukaan jumlah tangkapan tertinggi terdapat pada trip ke 16 dan menurun drastis pada trip ke 17, sedangkan pada trip sebelumnya yaitu mulai trip 1 sampai trip ke 6 jumlah hasil tangkapan terus meningkat dan turun pada trip ke 7. Perbandingan hasil tangkapan dapat dilihat seperti yang terlihat pada

4,44 2,22 0 2,22 13,33 77,78 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

22 - 22,5 22,5 - 23 23 - 23,5 23,5 - 24 24 -24,5 24,5 -25

K o m po si si ( K g )

Panjang Total (cm)


(56)

Gambar 24. Jumlah hasil tangkapan yang didapat selama 20 trip pada jaring insang dasar dan jaring insang permukaan, yaitu sejak tanggal 6 April sampai dengan 11 Mei 2013 dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Gambar 24. Perbandingan Hasil Tangkapan Jaring Insang Dasar Dan Jaring Insang Permukaan

6. Analisis Uji Independent Sample T test

Hasil Analisis Uji – t (Uji Independen Sampel T test) ini menggunakan

software SPSS versi 17. Uji Independen Sampel T test atau uji t sampel bebas digunakan untuk menguji perbandingan dua rata-rata kelompok sampel yang independen. Dari hasil didapatkan nilai t hitung (equal variance assumed) adalah 3,586. Nilai t tabel dapat dilihat dalam tabel statistik pada signifikansi 0,05:2=0,025 (uji 2 sisi) dan dengan derajat kebebasan (df) n-2 atau 40-2=38 maka hasil yang diperoleh untuk t tabel sebesar 2,024/ -2,024. Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, berbeda nyata. Hasil nya adalah 3,586 > 2,024 atau -3,586 < -2,024, maka jumlah hasil tangkapan jaring insang dasar dan jaring insang permukaan berbeda nyata. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 6. Untuk tabel kelompok statistik yang diuji dan Tabel 5. Untuk hasil analisis uji t sampel bebas total berat biomassa jaring insang dasar dan jaring insang permukaan.

0 1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

J um la h H a si l T a ng ka pa n (K g ) TRIP Jaring Insang Permukaan Jaring Insang Dasar


(57)

Tabel 5. Group Statistics

Alat tangkap N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Berat Jaring insang dasar 20 3.5630 1.77562 .39704

Jaring insang permukaan

20 1.9470 .95296 .21309

Tabel 6. Hasil Analisis Independent Sample Test Levene's Test

for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df Sig.

(2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Differe

nce Lower Upper berat Equal

variances assumed

10.344 .003 3.586 38 .001 1.61600 .45061 .70379 2.52821

Equal variances not

assumed

3.586 29.1 07


(58)

Pembahasan

a. Komposisi Jenis

Berdasarkan hasil penelitian bahwa beberapa jenis ikan pelagis tertangkap dengan jaring insang dasar, antara lain ikan layur dan ikan kepala batu. Dan beberapa ikan demersal yang tertangkap dengan jaring insang permukaan antara lain ikan lidah, kerong-kerong, bawal putih, sotong, gurita dan udang.

Ikan layur termasuk ikan pelagis, namun adakalanya ikan ini dapat ditemukan di perairan dasar sehingga ikan ini dapat juga ditemukan pada penangkapan dengan menggunakan jaring insang dasar. Ikan kepala batu juga ditemukan pada penangkapan dengan jaring insang dasar, namun tidak dengan jumlah yang besar yaitu sejumlah 25 ekor selama 20 trip. Menurut Laevastu dan Hela (1970) diacu oleh ikan pelagis pada umumnya berkelompok dan akan naik ke permukaan pada sore hari. Ikan-ikan tersebut akan menyebar di lapisan pertengahan perairan setelah matahari terbenam dan akan turun ke lapisan yang lebih dalam saat matahari terbit.

Banyaknya udang yang tertangkap pada alat tangkap jaring insang dasar karena perairan di sekitar desa Sei Nagalawan termasuk memiliki substrat yang berlumpur dan berpasir dan juga keberadaan mangrove. Menurut Naamin et al., diacu oleh Repository USU(2012) udang paling banyak ditemukan di sepanjang pantai substrat dasar perairan yang berlumpur dan berpasir serta didukung oleh keberadaan hutan mangrove, terutama yang masih dipengaruhi oleh muara sungai sampai kedalaman 30-40 meter.

Sotong dan gurita juga dapat ditemukan pada penangkapan dengan menggunakan jaring insang dasar dan juga jaring insang permukaan. Sotong


(59)

merupakan salah satu spesies yang mudah didapatkan pada setiap jenis alat tangkap. Sotong dan gurita yang termasuk ke dalam kelas Chepalopoda termasuk hewan demersal yang berburu mangsanya di malam hari. Menurut Suwignyo dkk

(2005) gurita menunggu mangsa di tempat persembunyiannya atau berburu mangsa di malam hari. Sotong makanannya adalah hewan avertebrata yang berada di atas permukaan dasar laut juga memangsa ikan, udang-udang, dan ikan-ikan pelagis yang bergerombol sehingga sotong dan gurita ini dapat juga ditangkap dengan jaring insang permukaan saat sedang memangsa makanannya di permukaan.

1. Kelimpahan Relatif

Kelimpahan relatif adalah presentase dari jumlah individu dari suatu spesies terhadap jumlah total individu dalam suatu daerah tertentu (Odum, 1971). Hasil penelitian mendapatkan total individu ikan yang diperoleh selama 20 trip penangkapan dengan menggunakan jaring insang dasar sebanyak 2.225 ekor. Jenis udang memiliki kelimpahan relatif yang besar terutama udang putih sebesar 56,3%, selain itu udang kelong dan udang swallow juga memiliki kelimpahan yang cukup besar masing-masing sebesar 6,8% dan 9,6%. Menurut Naamin dkk (1981) diacu oleh Repository USU (2012) penyebaran udang di Indonesia hampir meliputi seluruh perairan Indonesia, mulai dari perairan barat Indonesia hingga ke perairan sebelah timur, terutama daerah pesisir pantai dan intertidal.

Pada alat tangkap jaring insang permukaan ikan kepala batu memiliki kelimpahan paling tinggi yaitu 44,6%, menurut Nikolsky (1983) diacu oleh Manggabarani (2011) dimana ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor


(60)

perairan. Kelimpahan relatif hasil tangkapan dapat dilihat dalam bentuk diagram lingkaran seperti tersaji dalam Gambar 6 dan Gambar 7.

b. Hasil Tangkapan Ikan

1. Indeks Keanekaragaman (H’)

Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan kelimpahan spesies dalam komunitas. Indeks ini didasarkan pada teori informasi dan merupakan suatu hitungan rata-rata yang tidak pasti dalam memprediksi individu spesies apa yang dipilih secara random dari koleksi spesies dan individual N. Rata-rata nilai indeks keanekaragaman ini naik dengan naiknya jumlah spesies dan distribusi individu antara spesies-spesies menjadi sama/merata .

Hasil penghitungan menunjukkan bahwa total spesies yang ditemukan dengan jaring insang dasar ada sebanyak 17 spesies, dan nilai indeks keanekaragamannya (H’) sebesar 1,56 (Tabel 2). Menurut kriteria indeks keanekaragaman Shannon - Wienner 1< H’< 3 maka untuk perikanan tangkap dengan jaring insang dasar termasuk ke dalam keanekaragaman sedang. Namun berdasarkan selektivitasnya indeks keanekaragaman > 0,1 maka selektivitas alat tangkap jaring insang dasar termasuk rendah.

Pada Tabel 3, total spesies yang ditemukan tertangkap dengan jaring insang permukaan ada 15 spesies, dengan nilai Indeks Keanekaragamannya (H’) sebesar 1,97. Maka indeks keanekaragamannya termasuk 1 < H’ > 3 dimana perikanan tangkap dengan jaring insang permukaan termasuk ke dalam keanekaragaman sedang, namun berdasarkan selektivitas alat tangkapnya indeks keanekaragaman > 0,1 maka selektivitas alat tangkapnya termasuk rendah.


(61)

Hasil analisis keanekaragaman jenis ikan di lokasi penelitian bahwa nilai keanekaragaman jaring insang dasar dan jaring insang permukaan dikatakan sedang, disebabkan karena jumlah jenis dan jumlah individu relatif sedikit. Namun diperkirakan nilai keanekaragaman jenis ikan ini masih bisa bertambah jika alat tangkap yang digunakan lebih banyak, periode penangkapan yang cukup lama, dan perbaikan kondisi lingkungan di sekitar pesisir yang mempengaruhi perairan di sekitarnya, misalnya dengan melakukan perbaikan terhadap kondisi hutan mangrove di pesisir. Hutan mangrove menyediakan nutrisi yang cukup berlimpah dengan kelarutan oksigen yang tinggi, sehingga akan banyak organisme perairan di dalamnya. Menurut Nontji (1993) bahwa guguran daun mangrove merupakan sumber bahan organik utama dalam lingkungan perairan.

Jaring insang merupakan salah satu alat tangkap yang termasuk selektif. Untuk ukuran mata jaring yang digunakan oleh nelayan di perairan Desa Sei Nagalawan sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan. Namun selektivitas pada jaring insang dasar dan jaring insang permukaan yang digunakan termasuk rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan selain faktor keanekargaman, juga karena faktor ukuran mata jaring yang digunakan termasuk ukuran yang minimum menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan sehingga perlu dilakukan perbesaran ukuran mata jaring lagi. Menurut Najamuddin (2012) bahwa pada selektivitas ukuran, alat penangkapan ikan dirancang untuk menangkap ikan pada kisaran ukuran tertentu saja dan meloloskan ukuran yang bukan target. Ukuran mata jaring yang diperbolehkan (Menurut Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan No. 02 Tahun 2011) ukuran mata jaring insang hanyut dan tetap adalah ≥ 1,5 inchi, dengan panjang tali ris ≤


(62)

500 m sampai ≤ 1000m untuk jaring insang tetap, dan ≤500 m sampai ≤ 2.500 m untuk jaring insang hanyut. Ukuran mata jaring yang digunakan saat melakukan penelitian adalah 1,6 inchi untuk jaring insang permukaan dan 3 inchi untuk jaring insang dasar, yang berarti ukuran mata jaring yang digunakan ini sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Menurut Brandt (1972) diacu oleh Efkifano (2012) bahwa semakin besar ukuran mata jaring yang digunakan, maka semakin selektif alat tangkap tersebut dalam mendapatkan hasil tangkapan.

2. Indeks Dominansi

Indeks dominansi berkisar antara 0 sampai 1. Semakin kecil nilai indeks dominansi menunjukan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi, demikian sebaliknya (Odum, 1993). Selanjutnya menurut Odum (1996) menyatakan bila nilai indeks dominansi (C) < 0,5 maka dominansi spesies hasil tangkapan rendah. Bila indeks dominansi (C) ≥ 0,5 maka dominansi spesies hasil tangkapan tinggi.

Jaring insang dasar dan permukaan memiliki nilai indeks dominansi (C)=1 atau (C) ≥ 0,5. Hal ini mengindikasikan terdapat spesies yang mendominasi. Pada jaring insang dasar, spesies yang paling mendominasi adalah udang putih (Gambar 8). Hal ini disebabkan karena spesies udang tersebar di seluruh perairan Indonesia, menurut Naamin dkk (1981) Diacu oleh Sembiring (2008) bahwa udang paling banyak ditemukan di sepanjang pantai substrat dasar perairan yang berlumpur dan berpasir serta didukung oleh keberadaan hutan mangrove. Selain itu faktor kelimpahan makanan, tempat perlindungan juga menjadi salah satu faktor keberadaan udang di perairan desa Sei Nagalawan. Menurut Wedjatmiko & Cholik (1989) diacu oleh Sembiring (2008) akar-akar pohon mangrove selain baik bagi larva udang juga sebagai tempat berlindung dari serangan predator sampai


(63)

tumbuh menjadi udang muda, bakau juga menyediakan bahan organik kaya nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan udang.

Sedangkan pada jaring insang permukaan yang paling mendominasi adalah ikan kepala batu (Gambar 9). Hal ini kemungkinan disebabkan karena melimpahnya keberadaan makanan ikan kepala batu yaitu ikan kecil dan terutama udang. Menurut Kottelat dkk (1993) diacu oleh Badan Riset Perikanan Perairan Umum (2009) bahwa ikan kepala batu habitatnya di perairan pantai hingga ke laut dangkal. Ikan ini menjadikan ikan-ikan kecil dan udang sebagai makanannya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa jenis spesies yang tertangkap sangat beragam baik dalam jenis maupun ukuran. Hasil ini mengindikasikan bahwa nelayan mempunyai preferensi yang rendah terhadap suatu target hasil tangkapan.

3. Komposisi Ukuran

Gambar 10, Gambar 11, Gambar 12, Gambar 13, Gambar 14, Gambar 15, dan Gambar 16 menunjukkan komposisi ukuran beberapa jenis ikan yang memiliki jumlah paling besar pada penangkapan dengan menggunakan jaring insang dasar. Sedangkan untuk komposisi ukuran pada jaring insang permukaan dapat dilihat pada Gambar 17, Gambar 18, Gambar 19, Gambar 20, Gambar 21, Gambar 22, dan Gambar 23.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan komposisi ukuran ikan, udang, dan sotong yang sudah matang gonad, dimana merujuk hasil penelitian yang pernah ada ukuran ikan pertama kali matang gonad dapat dijadikan acuan sebagai layak tidaknya spesies tersebut ditangkap. Beberapa ukuran ikan pertama kali matang gonad dapat dilihat pada Tabel 6.


(64)

Tabel 7. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

Spesies

Ukuran Pertama Kali

Jaring Insang Dasar

Jaring Insang Permukaan Matang Gonad L∞

(cm)

Di atas L∞

Di bawah

L∞

Di atas L∞

Di bawah L∞

Udang Kelong 3,9 98,68 1,32 - -

Udang Putih 2,98 96,09 3,19 85 15

Ikan Selar Kuning

13,5 - - 66,66 33,33

Ikan Lidah 9,4 100 0 100 0

Hasil tangkapan udang dan ikan dinyatakan layak tangkap karena berdasarkan ukuran hasil tangkapan udang dan ikan sudah melebihi ukuran pertama kali matang gonad. Rata-rata hasil tangkapan termasuk sudah matang gonad, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, beberapa diantaranya adalah faktor lingkungan dimana ikan tersebut hidup. Menurut Andy Omar et al. (2005) diacu oleh Pertiwi (2011) tingginya persentase ikan matang gonad diduga karena ketersediaan makanan yang melimpah pada musim penghujan. Curah hujan yang tinggi diduga dapat meningkatkan unsur nitrogen di perairan sehingga perairan biasa lebih subur dan banyak pakan alami yang bisa tumbuh.

Ukuran pertama kali matang gonad perlu untuk diketahui, mengingat perlunya menjaga potensi lestari sumber daya perikanan sehingga mencegah punahnya suatu spesies tertentu akibat eksploitasi. Menurut tersebut Sujastani (1974) diacu olehSuman dkk, (1993) umur (ukuran) individu pada saat mencapai kematangan kelamin penting artinya dalam pengelolaan perikanan mengingat bahwa eksploitasi harus membiarkan sejumlah tertentu udang yang mempunyai ukuran sama dan lebih besar dari ukuran.


(65)

4. Perbandingan Jumlah Tangkapan

Gambar 24 menunjukkan perbandingan berat (Kg) hasil tangkapan jaring insang dasar yang berbeda jauh dengan hasil tangkapan jaring insang permukaan. Hasil tangkapan pada alat tangkap jaring insang dasar dan jaring insang permukaan selama 20 trip berbeda jauh. Dimana pada trip ke 3, trip 4, trip 5, trip 6, dan trip 7 merupakan tangkapan tertinggi selama 20 trip untuk jaring insang dasar karena termasuk pasang naik. Sedangkan pada jaring insang permukaan hasil tangkapan tertinggi terjadi pada trip ke 16. Hasil tangkapan jaring insang dasar jauh lebih banyak dibandingkan hasil tangkapan pada jaring insang permukaan.

5. Merumuskan Hasil Analisis Uji Independent Sample T test

Hasil uji statistik (Tabel 3 dan Tabel 4) menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel, yang berarti berbeda nyata. Maka hasil tangkapan jaring insang

dasar berdasarkan hasil penelitian lebih banyak daripada jaring insang permukaan, dan setelah di uji t ternyata hasilnya berbeda nyata. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nyata antara nilai hasil tangkapan jaring insang dasar dan jaring insang permukaan.

Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hasil tangkapan jaring insang dasar dan jaring insang permukaan berbeda nyata, menurut Bakpas (2011) keberhasilan operasi penangkapan ikan ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah ketersediaan ikan pada lokasi penangkapan dan reaksi ikan terhadap alat tangkap. Sedangkan menurut Nomura dan Yamazaki (1977) diacu oleh Bakpas (2011) jaring insang tetap (jaring insang dasar) adalah alat tangkap


(66)

alat ini bergantung pada keadaan perairan, atau dengan kata lain tingkat visibilitas alat ini, semakin tampak oleh ikan maka ikan akan cepat menghindar dari alat tangkap.

6. Nilai Ekonomi Ikan Hasil Tangkapan

Tempat pangkalan pendaratan ikan (PPI) merupakan suatu tempat yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat nelayan. Secara khusus tempat ini adalah tempat untuk menampung hasil tangkapan nelayan, namun di tempat ini juga terjadi kegiatan jual beli langsung hasil perikanan.

Kegiatan jual beli produk perikanan ini menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan nelayan dan masyarakat pembeli. Karena produk yang dijual dalam keadaan segar dan lebih murah bila dibandingkan dengan harga di pasar. Menurut Nugroho (2008), ditinjau dari aspek sosial ekonomi nelayan, keberadaan pelabuhan perikanan dan pemanfaatannya mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan.

Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan biasanya akan dibeli langsung oleh masyarakat sekitar ataupun masyarakat pengunjung, dan juga oleh pedagang pengecer. Dan produk yang tersisa biasanya akan dijual ke pabrik pengeringan. Menurut Misran (1985) yang diacu oleh jjij , sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan atau pangkalan

pendaratan ikan di Indonesia, yaitu:

1) TPI → pedagang besar → pedagang lokal → pengecer → konsumen. 2) TPI → pedagang besar → pedagang lokal → konsumen.


(67)

Produk ikan yang tersisa biasanya dijual ke pabrik dengan harga yang sangat murah. Ikan yang tersisa umumnya adalah ikan campuran yang ukurannya relatif kecil, namun sotong termasuk salah satu jenis yang sering dijual ke pabrik. Sehingga perlu adanya pengelolaan dari masyarakat nelayan itu sendiri, sehingga bagi nelayan kecil dapat meningkatkan pendapatannya. Karena semakin meningkatnya kemampuan nelayan menunjukkan meningkatnya kegiatan agroindustri perikanan di Serdang Bedagai yang berarti semakin berkembangnya kemampuan dan pendapatan masyarakat nelayan, menurut Mira dkk (2007) bahwa semakin meningkatnya jenis industri pengolahan ikan menunjukkan sudah berkembangnya kegiatan agroindustri pengolahan ikan hasil tangkapan baik dalam bentuk pengolahan tradisional maupun modern.


(68)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Jumlah hasil tangkapan jaring insang dasar jauh lebih banyak dibandingkan

hasil tangkapan jaring insang permukaan. Namun jenis spesies yang tertangkap tidak berbeda jauh.

2. Berdasarkan hasil analisis uji t Independen Sampel T-Test, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa berat hasil tangkapan pada jaring insang dasar jauh berbeda nyata dengan hasil tangkapan pada jaring insang permukaan.

3. Jaring insang dasar nilai Indeks Keanekaragamannya (H’) sebesar 1,56, dan jaring insang permukaan Indeks Keanekaragamannya (H’) sebesar 1,97. Dimana jika 1 < H’ > 3 maka hasil tangkapan jaring insang dasar dan permukaan termasuk ke dalam keanekargaman sedang, namun selektivitas alat tangkapnya rendah.

4. Kelimpahan Relatif (KR) yang paling besar pada jaring insang dasar adalah udang 56,3% dan Kelimpahan Relatif yang paling kecil adalah ikan gulamah tapak dan juga ikan layur 0,0004%. Sedangkan pada jaring insang permukaan Kelimpahan Relatif yang paling besar adalah ikan kepala batu sebesar 44,595 dan Kelimpahan Relatif yang paling rendah adalah ikan bawal putih 0,20%. 5. Nilai Indeks Dominansi (C) untuk hasil tangkapan jaring insang dasar dan


(69)

hasil tangkapan pada jaring insang dasar dan insang permukaan termasuk tinggi. Semakin besar dominansi maka menunjukan ada spesies tertentu.

6. Maka alat tangkap yang paling baik digunakan adalah alat tangkap jaring insang dasar, karena memiliki nilai hasil tangkapan yang jauh berbeda dengan jaring insang permukaan. Namun nilai selektivitas kedua jaring tersebut termasuk rendah, sehingga perlu ditambahkan perbesaran ukuran mata jaring sesuai ketentuan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan no. 02 Tahun 2011.

B. Saran

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang perbandingan hasil tangkapan jaring insang dasar dan jaring insang permukaan berdasarkan ukuran jaring insang yang lebih variatif, waktu penangkapan yang berbeda dan jarak penangkapan yang berbeda dan hubungannya dengan faktor lingkungan oseanografi di perairan pesisir Serdang Bedagai.


(1)

- Udang putih

Interval Kelas Jumlah Individu (ekor) P = Ki/Kx100%

2,6 - 2,8 12 10

2,8 - 3 6 5

3 - 3,2 3 2,5

3,2 - 3,4 4 3,33

3,4 - 3,6 53 44,17

3,6 - 3,8 0 0

3,8 - 4 42 35

120 100

- Udang swallow

Interval Kelas Jumlah Individu (ekor) P = Ki/Kx100%

3 - 3,2 12 24,49

3,2 - 3,4 4 8,16

3,4 - 3,6 6 12,24

3,6 - 3,8 10 20,41

3,8 - 4 17 34,69

49 100

- Sotong

Interval Kelas Jumlah Individu (ekor) P = Ki/Kx100%

10 - 10,4 5 10,20

10,4 - 10,8 6 12,24

10,8 - 11,2 2 4,08

11,2 - 11,4 3 6,12

11,4 - 11,8 2 4,08

11,8 - 13 31 63,27


(2)

- Ikan layur Interval

Kelas Jumlah Individu (ekor) P = Ki/Kx100%

45 - 45,5 3 6

45,5 - 46 0 0

46 - 46,5 6 12

46,5 - 47 2 4

47 - 47,5 9 18

47,5 - 48 30 60

50 100

- Ikan bandenng Interval

Kelas Jumlah Individu (ekor) P = Ki/Kx100%

22 - 22,5 2 4,44

22,5 - 23 1 2,22

23 - 23,5 0 0

23,5 - 24 1 2,22

24 -24,5 6 13,33

24,5 -25 35 77,78


(3)

(4)

(5)

Lampiran 8. Gambar Ikan Pelagis

Ikan Selar Kuning Ikan Kepala Batu

Ikan Bandeng Ikan Ketang-Ketang


(6)

Lampiran 9. Gambar Ikan Demersal

Ikan Kerong- Kerong Ikan Lidah

Ikan Bawal Putih Kepiting