merah dan biji putih dari para petani. Sebagian besar sumber modal pedagang berasal dari tabungan mereka sendiri dan warisan orangtua. Namun, ada juga beberapa diantaranya yang
berasal dari piutang pedagang pada petani kopi arabika.
5.3 Bentuk Kopi Arabika Yang Dijual
Kopi arabika di Desa Tanjung Beringin dijual dalam dua bentuk yaitu biji merah gelondong dan biji putih biji kering. Pada awalnya, petani kopi arabika di Desa Tanjung Beringin
menjual hasil usahataninya berupa kopi biji putih biji kering. Namun, seiring meningkatnya kebutuhan akan kopi di pasar, maka para petani produsen “dipaksa” untuk lebih cepat
mendistribusikan kopi di pasar. Untuk itu, banyak pedagang perantara middleman yang “menuntut” petani memberikan hasil usahataninya dalam bentuk kopi biji merah gelondong.
Selain itu, alasan kepraktisan seringkali digunakan petani dalam menjual hasil produksinya. Dengan menjual kopi arabika dalam bentuk biji merah gelondong, petani berharap akan
lebih cepat dalam memperoleh kembali modal usahataninya. Akan tetapi, sebagian daerah di Indonesia, pada umumnya menjual kopi arabika dalam bentuk biji putih biji kering. Namun,
untuk Desa Tanjung Beringin sebagian besar petani menjual kopi arabika dalam bentuk biji merah gelondong daripada biji putih biji kering.
Universitas Sumatera Utara
5.4Pembentukan Harga Kopi Arabika
Struktur pasar output dalam perdagangan kopi arabika mendekati bentuk pasar persaingan sempurna. Hal ini ditunjukkan pada tabel dan kurva berikut :
Tabel 10. Karakteristik Pasar Persaingan Sempurna
No Komponen Pasar
Keterangan 1 Penjual produsen
Terdapat banyak penjual untuk barang yang sama dengan ukuran yang relatif sama
2 Barang komoditi Bersifat homogen, barang mempunyai hubungan
substitusi sempurna
3 Harga Ditentukan oleh interaksi antara produsen dan
konsumen penjual sebagai price taker
4 Hambatan Penjual produsen mudah untuk masuk dan keluar
pasar
PRp S
6.000
D 1
Q kg Kurva Pasar Persaingan Sempurna
Berdasarkan uraian tersebut, maka terbentuk harga kopi arabika di daerah penelitian. Untuk harga kopi arabika biji putih di Desa Tanjung beringin adalah Rp 18.000kg dan kopi biji
merah yaitu Rp 6.000kg. Harga ini jauh berbeda dengan harga kopi arabika di sentra produksi lain seperti Aceh. Dimana harga kopi arabika biji putih yaitu Rp 27.000kg dan kopi
arabika biji merah yaitu Rp 10.500kg. Keadaan ini disebabkan oleh kualitas biji kopi yang
Universitas Sumatera Utara
dihasilkan di Aceh masih lebih baik dibandingkan dengan biji kopi yang dihasilkan di Desa Tanjung Beringin, Sumbul, Dairi.
Harga kopi arabika biji kering biji putih yang dijual kepada eksportir pada tahun 2011 berkisar Rp 48.000 hingga Rp 60.000 per kilogramnya. Hal ini disebabkan oleh adanya
fluktuasi harga kopi arabika di tingkat eksporter sehingga seringkali merugikan pihak petani dan pedagang pengumpul. Dari sisi pemeliharaan tanaman dan proses penjemuran biji kopi
dibutuhkan biaya dan melalui tantangan yang cukup berat. Selain itu, pada penanganan pasca panen kopi membutuhkan waktu dan komponen biaya yang relatif besar, yaitu mulai dari
proses menjemur, mengupas dan menjemur lagi sampai kering. Pada tahun 2011, fluktuasi harga biji kopi arabika cenderung dipengaruhi oleh posisi tawar
petani dan pedagang pengumpul yang hingga kini masih relatif lemah terhadap eksporter. Untuk memperkuat posisi tawar petani dan pedagang pengumpul, pemerintah melalui instansi
terkait perlu segera mengeluarkan kebijakan yang bertujuan mendorong pertumbuhan jumlah pelaku usaha eksporter kopi arabika, sehingga petani dan pedagang pengumpul tidak lagi
tergantung dengan eksporter tertentu. Pemerintah perlu memfasilitasi petani dan pedagang pengumpul di sejumlah sentra produksi kopi arabika dengan perangkat teknologi yang
menyediakan berbagai informasi seputar perkembangan dan analisis terbaru mengenai harga kopi arabika, baik di pasar domestik maupun internasional.
5.5 Hubungan Tiap Lembaga Tataniaga