Kontribusi Sektor Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

(1)

KONTRIBUSI SEKTOR WISATA TERHADAP KEHIDUPAN

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN

SILINTONG KECAMATAN BALIGE

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan guna melengkapi tugas dan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Disusun Oleh : Nama : AGUS S SIAHAAN NIM : 100902026

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Nama : Agus Sutrisno Siahaan

Nim : 100902026

ABSTRAK

Kontribusi Sektor Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir

Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 94 Halaman, 4 Bagan dan 54 Tabel

Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tidak terpisahkan dari aspek kehidupan sosial, psikologis, ekologis dan ekonomi masyarakat. Pariwisata dipandang sebagai sumberdaya ekonomi yang potensial karena melibatkan dan menyentuh secara langsung masyarakat sehingga terjadi distribusi pendapatan penduduk dikawasan sekitar pariwisata.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif karena penelitian ini menggambarkan subjek atau objek penelitian berupa data-data yang sudah ada dan bertujuan untuk menggambarkan karakteristik subjek atau objek secara terperinci. Penelitian ini dilakukan di Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2014.

Hasil penelitian yang dilakukan dan telah dilakukan analisis data bahwa sektor pariwisata memberikan kontribusi yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi objek wisata. Dilihat dari kegiatan sektor ekonomi pariwisata masyarakat, usaha yang mereka lakukan sangat membantu dalam kehidupan sosial ekonomi seperti pekerjaan, pendapatan, kesehatan, pendidikan, perumahan, dan hubungan sosial masyarakat. Sektor wisata membuka peluang berusaha masyarakat, sehingga mereka dapat berpenghasilan berkisar antara 1-2 juta perbulan. Dari pendapatan melalui kegiatan ekonomi sektor pariwisata mereka mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, membiayai pendidikan anak, serta meningkatkan kesehatan.


(3)

North Sumatra Of University

Faculty of Social sciences and Political Sciences Department of Social Welfare

Name : Agus Sutrisno Siahaan NIM : 100902026

ABSTRACT

Contribution of tourism sector to the social ekonomic of society in Lumban Silintong Village, Subdistrict Balige, District Toba Samosir

ThisskripconsistsofChapters, Pages, 4Figureand 54Tables

Tourism is a very complex social phenomenon inseparable from the social aspects, psychological, technological and economic. Tourism views as a potential economic resource because it directly involves and touches the comunity, resulting distribution of incomes come to the population in the area tourism.

This study uses a descriptive type of research because this study describes the subject or the object of research in the form of data that already exists and aims to describe the characteristics of the subject or the object in detail. The research was conducted in Lumban Silintong Village, Subdictrict Balige, District Toba Samosir.

Results of research conducted and data analysis has been carried out that tourism sector give positively contribute to the socio-economic life of the comunity around atraction. Seen from the economic activity of society from tourism sector very helpful in social economic such as employment, income, health, education, and social relations. Tourism sector give opportunities for comunity to open a tourism business, so that earning can range between 1 to 2 million in a month. Earning from the economic activity of tourism sector make they are able to keep their daily needs, their children education, and keep their healthly.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah yang diberikan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebagaimana mestinya. Skripsi ini berjudul “Kontribusi Sektor Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis kontribusi sektor pariwisata terhadapa sosial ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong. Dalam penulisan skripsi ini, tentunya saya berusaha menyusunnya ke dalam bentuk yang mudah dimengerti dan menjabarkannya secara jelas. Namun disamping itu saya hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu saya mohon maaf jika ada sesuatu kesalahan dalam penulisan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, saya tentunya banyak mengalami hambatan. Namun itu tidaklah saya jadikan sebagai beban, karena adanya bantuan dan motivasi dari orang tua, keluarga dan berbagai pihak lain. Di sini, saya ingin menyampaikan terimakasih kepada :

Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Ibu Masta Uli Siregar, S.Sos. M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial


(5)

Bapak Agus Suriadi, S.Sos. M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan dukungan kepada saya dalam penyelesaian skripsi ini.

Bapak Husni Thamrin, S.sos. M.SP selaku dosen penguji proposal saya, terimakasih untuk masukan-masukan dalam penyempurnaan skripsi saya.

• Para Dosen di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang tidak dapat saya tuliskan satu per satu, dimana beliau-beliau telah banyak menyumbangkan ilmunya selama ini.

• Keluargaku tercinta, Ayahanda J. Siahaan dan Ibunda N. Hutauruk, yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan motivasi sehingga saya bisa seperti saat ini. Kak Cinta Siahaan, adik-adik saya Niota Siahaan, Andos Siahaan, Lasma Siahaan, semoga kita bisa menjadi anak-anak yang bisa diandalkan dan bisa membahagiakan kedua orang tua kita. Hanya Doa yang bisa saya panjatkan, semoga keluarga tercinta selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

• Buat teman-teman saya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, saya ucapkan terima kasih banyak buat doa serta dukungannya.

• Terimakasih kepada Kepala Desa Lumban Silintong, Bapak Liefson Siahaan dan para staf kelurahan yang telah membantu saya serta bersedia memberikan data dan informasi terkait skripsi ini

• Terimakasih kepada seluruh Responden yang telah bersedia membantu saya dalam melaksanakan penelitian ini.


(6)

Besar harapan penulis bahwa skripsi ini nantinya dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperluas cakrawala dan pengetahuan kita semua.

Medan, Juni 2014 Penulis

NIM : 100902026 Agus Sutrisno Siahaan


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 11

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 11

1.4 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata ... 13

2.1.1 Pengertian Pariwisata ... 13

2.1.2 Sektor Wisata ... 16

2.1.3 Sistem Pariwisata ... 16

2.1.4 Pariwisata Sebagai Industri ... 18

2.1.5 Jenis-jenis Usaha Pariwisata ... 19

2.1.6 Jenis-jenis Wisata ... 21

2.1.7 Jenis-jenis Objek dan Daya Tarik Wisata ... 24


(8)

2.2 Sosial Ekonomi ... 28

2.3 Kesejahteraan Sosial ... 33

2.4 Kerangka Pemikiran ... 34

2.5 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.5.1 Defenisi Konsep ... 37

2.5.2 Defenisi Operasional ... 38

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1Tipe Penelitian ... 40

3.2Lokasi Penelitian ... 40

3.3Populasi dan Sampel ... 40

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Batas-batas Desa Lumban Silintong ... 43

4.2 Tata Guna Lahan ... 43

4.3 Deskripsi Demografi Desa Lumban Silintong ... 44

4.3.1 Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tiap Dusun.. 44

4.3.2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 45

4.3.3 Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 46

4.3.4 Penduduk Menurut Agama... 46


(9)

4.4 Sarana dan Fasilitas Desa ... 47

4.4.1 Sarana Pendidikan (Gedung Sekolah) ... 47

4.4.2 Sarana Peribadatan ... 47

4.4.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 49

4.4.4 Sarana Olahraga ... 49

4.4.5 Sarana Penerangan dan Air Bersih ... 50

4.4.6 Sarana Transportasi, Perhubungan dan Komunikasi ... 51

4.4.7 Sarana Perumahan/Tempat Tinggal Penduduk ... 51

4.5 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Lumban Silintong ... 52

4.6 Gambaran Objek Wisata Desa Lumban Silintong ... 53

BAB V : ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Umum Responden ... 58

5.2 Kegiatan Ekonomi Sektor Pariwisata ... 62

5.3 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat ... 70

BAB VI : PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 92

6.2 Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL Halaman

1. Tabel 4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Lahan ... 44

2. Tabel 4.2 Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tiap Dusun ... 44

3. Tabel 4.3 Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 45

4. Tabel 4.4 Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 46

5. Tabel 4.5 Penduduk Menurut Agama ... 47

6. Tabel 4.6 Penduduk Menurut Kelompok Usia ... 47

7. Tabel 4.7 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 48

8. Tabel 4.8 Sarana Olahraga Desa Lumban Silintong ... 49

9. Tabel 4.9 Sarana Transportasi Desa Lumban Silintong ... 50

10.Tabel 4.10 Sarana Perhubungan Desa Lumban Silintong ... 51

11.Tabel 4.11 Sarana Komunikasi Desa Lumban Silintong ... 51

12.Tabel 4.12 Sarana Perumahan Penduduk Desa Lumban Silintong ... 52

13.Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 58

14.Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

15.Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 60

16.Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 60

17.Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

18.Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Berusaha ... 62

19.Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Berkerja ... 62

20.Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Perlu Tidaknya Ketrampilan Tertentu Dalam Suatu Pekerjaan Di Bidang Wisata ... 63


(11)

21.Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Posisi Kedudukan Berusaha di bidang Wisata Dalam Komposisi Pendapatan

Rumah Tangga ... 64 22.Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan

Dalam Melakukan Usaha Wisata ... 66 23.Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Ramainya

Konsumen yang Melakukan Aktivitas Wisata ... 67 24.Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan yang Menjadi

Konsumen Utama Kegiatan Pariwisata... 67 25.Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Pengaruh

Sektor Wisata Terhadap Peningkatan Usaha ... 68 26.Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya

Usaha di Bidang Wisata Mempengaruhi Jumlah Pengangguran ... 69 27.Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga yang

Diserap dari Berusaha di Bidang Wisata ... 70 28.Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan (omset)

Setiap Bulan ... 71 29.Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan

(laba bersih) Setiap Bulan ... 72 30.Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya

Pengeluaran Selain Memenuhi Kebutuhan Rumah Tangga ... 73 31.Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Usaha

di bidang Wisata Membantu dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumah

Tangga Sehari-hari ... 73 32.Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Butuh Tidaknya

Sumber Penghasilan Lain ... 74 33.Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 75 34.Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak

yang Masih Sekolah ... 76 35.Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Usaha

di bidang Wisata Membantu dalam Pemenuhan Kebutuhan


(12)

36.Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya

Anak mengikuti Kursus, Les atau Pendidikan Informal ... 78 37.Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Anak Disekolah 78 38.Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Anak

yang Sekolah di Swasta... 79 39.Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan

Rumah yang Di Tempati Sebelum Hadirnya Sektor Pariwisata ... 79 40.Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan

Rumah yang Di tempati Setelah Hadirnya Sektor Pariwisata... 80 41.Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Bangunan Rumah

yang Ditempati Sebelum Hadirnya Sektor Pariwisata ... 81 42.Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Bangunan Rumah

yang Ditempati Setelah Hadirnya Sektor Pariwisata ... 82 43.Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Sistem

Ventilasi Rumah Sebelum Hadirnya Sektor Pariwisata ... 82 44.Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Sistem

Ventilasi Rumah Setelah Hadirnya Sektor Pariwisata ... 83 45.Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Tersedia Tidaknya

MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di Rumah Sebelum Hadirnya Sektor

Pariwisata ... 83 46.Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Tersedia Tidaknya

MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di Rumah Setelah Hadirnya Sektor

Pariwisata ... 84 47.Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Penerangan

yang Digunakan di Rumah Sebelum Hadirnya Sektor Pariwisata ... 85 48.Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Penerangan

yang Digunakan di Rumah Setelah Hadirnya Sektor Pariwisata ... 86 49.Tabel 5.37 Distribusi Responden Berdasarkan Alat Kenderaan yang

Dimiliki ... 87 50.Tabel 5.38 Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Kesehatan ... 87 51.Tabel 5.39 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana yang Digunakan


(13)

52.Tabel 5.40 Distribusi Responden Berdasarkan Biaya yang Digunakan Untuk Berobat ... 89 53.Tabel 5.41 Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya

Menabung dari Penghasilan Tiap Bulan ... 89 54.Tabel.5.42 Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya Sektor


(14)

DAFTAR BAGAN

Halaman

1. Bagan 2.1 Sistem Pariwisata ... 17

2. Bagan 2.2 Model Pariwisata Sebagai Industri ... 19

3. Bagan 2.3Bagan Alur Pikir ... 37


(15)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Nama : Agus Sutrisno Siahaan

Nim : 100902026

ABSTRAK

Kontribusi Sektor Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir

Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 94 Halaman, 4 Bagan dan 54 Tabel

Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tidak terpisahkan dari aspek kehidupan sosial, psikologis, ekologis dan ekonomi masyarakat. Pariwisata dipandang sebagai sumberdaya ekonomi yang potensial karena melibatkan dan menyentuh secara langsung masyarakat sehingga terjadi distribusi pendapatan penduduk dikawasan sekitar pariwisata.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif karena penelitian ini menggambarkan subjek atau objek penelitian berupa data-data yang sudah ada dan bertujuan untuk menggambarkan karakteristik subjek atau objek secara terperinci. Penelitian ini dilakukan di Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2014.

Hasil penelitian yang dilakukan dan telah dilakukan analisis data bahwa sektor pariwisata memberikan kontribusi yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi objek wisata. Dilihat dari kegiatan sektor ekonomi pariwisata masyarakat, usaha yang mereka lakukan sangat membantu dalam kehidupan sosial ekonomi seperti pekerjaan, pendapatan, kesehatan, pendidikan, perumahan, dan hubungan sosial masyarakat. Sektor wisata membuka peluang berusaha masyarakat, sehingga mereka dapat berpenghasilan berkisar antara 1-2 juta perbulan. Dari pendapatan melalui kegiatan ekonomi sektor pariwisata mereka mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, membiayai pendidikan anak, serta meningkatkan kesehatan.


(16)

North Sumatra Of University

Faculty of Social sciences and Political Sciences Department of Social Welfare

Name : Agus Sutrisno Siahaan NIM : 100902026

ABSTRACT

Contribution of tourism sector to the social ekonomic of society in Lumban Silintong Village, Subdistrict Balige, District Toba Samosir

ThisskripconsistsofChapters, Pages, 4Figureand 54Tables

Tourism is a very complex social phenomenon inseparable from the social aspects, psychological, technological and economic. Tourism views as a potential economic resource because it directly involves and touches the comunity, resulting distribution of incomes come to the population in the area tourism.

This study uses a descriptive type of research because this study describes the subject or the object of research in the form of data that already exists and aims to describe the characteristics of the subject or the object in detail. The research was conducted in Lumban Silintong Village, Subdictrict Balige, District Toba Samosir.

Results of research conducted and data analysis has been carried out that tourism sector give positively contribute to the socio-economic life of the comunity around atraction. Seen from the economic activity of society from tourism sector very helpful in social economic such as employment, income, health, education, and social relations. Tourism sector give opportunities for comunity to open a tourism business, so that earning can range between 1 to 2 million in a month. Earning from the economic activity of tourism sector make they are able to keep their daily needs, their children education, and keep their healthly.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tak terpisahkan dari aspek kehidupan sosial, psikologis, ekologisdan ekonomi masyarakat.Hal ini diakibatkan adanya kontak antara orang-orang dari belahan dunia yang paling berjauhan, orang-orang dari berbagai bahasa, ras kepercayaan, paham politik dan tingkat perekonomian.Oleh karena itu, diharapkan masyarakat dengan wisatawan dapat membentuk hubungan simbiosis mutualisme sehingga berpengaruh terhadap peningkatan sosial ekonomi, khususnya yang berada di lingkungan pariwisata tersebut.

Aktivitas wisata yang dilakukan oleh wisatawan melahirkan produk barang dan jasa pariwisata. Munculnya produk kepariwisataan serta adanya permintaan dan penawaran pariwisata sehingga pariwisata sering disebut sebagai industri padat karya.Industri pariwisata ini secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Oleh karena itu, sektor pariwisata memberikan efek berantai (multiplier effect) akan mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar, sehingga memberikan distribusi pendapatan penduduk di kawasan sekitar pariwisata.Kesempatan ini digunakan oleh negara-negara didunia termasuk indonesia untuk memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.


(18)

Pariwisata dipandang sebagai sumberdaya ekonomi yang potensial. Pariwisata dapat menjadi alat penarik investasi didaerah yang memiliki potensi sangat besar. Jika dibandingkan sektor lain, misalnya sektor industri, sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor primer lainnya pariwisata memiliki banyak keuntungan, diantaranya:

a) Pengembangan pariwisata merupakan hal yang dapat dilaksanakan dengan waktu yang paling cepat.

b) Pengembangan pariwisata dapat dilaksanakan dengan metode yang paling mudah dan sederhana.

c) Pengembangan pariwisata akan melibatkan masyarakat, sehingga banyak pihak yang dapat menikmati manfaatnya.

d) Pengembangan pariwisata tidak hanya memerlukan sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi tinggi, tetapi juga yang memiliki kompetensi menengah dan rendah.

e) Pengembangan pariwisata dapat mendorong pelestarian lingkungan alam, budaya dan sosial masyarakat.s

f) Kendala pengembangan masyarakat relatif sedikit jika dibanding dengan sektor lain. Misalnya untuk sektor pertanian, akan terkendala masalah keberlanjutan lahan dan akses terhadap pasar. Untuk pertambangan, kendala yang akan dihadapi adalah bahwa deposit akan habis dan bisa berdampak buruk pada alam dan masyarakat.


(19)

g) Pengembangan pariwisata menawarkan cara yang cepat untuk membangun industri pendukung yakni hotel, restauran, penyewaan bus wisata, penyewaan perahu, industri souvenir dan lain-lain. (Wardiyanto, 2011 :9) Menurut laporan World Trade Organization (WTO), secara akumulatif, sektor pariwisata mampu mempekerjakan sekitar 230 juta lapangan pekerjaan dan memberikan kontribusi ratusan milyar dollar terhadap perekonomian di berbagai negara. Kita pernah mengalami masa emas perkembangan pariwisata. Pada Tahun 1995, sektor pariwisata sempat menjadi sektor penghasil devisa terbesar, dengan perolehan devisa sekitar 15 milyar dollar AS, ketika ekspor kayu, tekstil, dan migas mengalami penurunan. Namun pasca tahun 1998, sektor ini mengalami penurunan yang cukup signifikan sebagai dampak gejolak sosial politik dalam negeri, sehingga kunjungan wisatawan mancanegara menurun drastis. Selain itu, peristiwa terorisme, Flu Burung, dan gangguan keamanan dalam negeri, turut berimplikasi terhadap menurunnya jumlah wisatawan mancanegara, termasuk adanya kebijakan travel warning dari beberapa negara untuk berkunjung ke Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada Tahun 2010, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dari 20 pintu masuk, sejumlah 7 juta jiwa (naik sekitar 10,74 % dibandingkan tahun sebelumnya), dengan rata-rata tinggal selama 7-8 hari dan rata-rata pengeluaran sejumlah kurang lebih 995 US$ (tahun 2009). Data ini menunjukkan bahwa dalam perspektif pembangunan nasional, sektor pariwisata memiliki kontribusi bermakna bagi peningkatan


(20)

Pendapatan Domestik Bruto (PDB), terutama bila dikaitkan dengan Sektor Perhotelan Dan Restoran.

Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia hingga akhir tahun 2013 diperkirakan sebanyak 8.637.275 wisman atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,37% dibandingkan tahun 2012 sebanyak 8.04 juta wisman. Untuk penyerapan tenaga kerja, sektor pariwisata tahun 2013 jumlahnya mencapai angka 10.18 juta orang (tahun 2012 jumlahnya 9,41 juta) atau 8.89% dari jumlah tenaga kerja nasional (tahun 2012 sebanyak 8,49%). Pengeluaran wisman jumlahnya mencapai 1.142 juta dolar AS perkunjungan sehingga perolehan devisa pariwisata tahun ini mencapai angka sekitar 9.87 miliar AS.

15.14 WIB).

Industri pariwisata merupakan salah satu sektor menjanjikan yang memiliki peran penting dalam usaha mencapai sasaran pembangunan dan perekonomian indonesia. Industri pariwisata dinyatakan mampu mengurangi tingkat pengangguran dan memperbaiki tara hidup masyarakat.Melihat berbagai persoalan yang harus dihadapi bangsa indonesia yakni tingkat kemiskinan yang mencapai angka 28,07 juta atau 11,37 persen dari total penduduk dan tingkatpengangguran mencapai angka 7,39 juta orang dari total angkatan bekerja 118,19 juta orang pada maret tahun 2013. (www.bps.go.id/?news=1010‎. Diakses pada tanggal 16April 2014, Pukul 21.20 WIB).


(21)

Bangsa Indonesia telah mengembangkan sektor pariwisata sejak Pelita I yang tertuang dalam inpres nomor 9 tahun 1969. Didalamnya merumuskan bahwa tujuan pariwisata adalah.

a. Meningkatkan pendapatan devisa, perluasan kesempatan kerja serta lapangan pekerjaan dan mendorong kegiatan-kegiatan industri sampingannya.

b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam indonesia.

c. Meningkatkan persahabatan dan persaudaraan nasional maupun internasional.

Pengembangan sektor pariwisata indonesia dirasakan sangat penting karena didukung potensi wisata indonesia yang sangat baik. Dengan memanfaatkan sumber dari sektor pariwisata serta memperluas potensi wisata nasional, sehingga menjadi aktivitas ekonomi yang diharapkan mampu meningkatkan penerimaan devisa negara , memperluas serta meratakan kesempatan kerja, serta kesempatan berusaha bagi masyarakat, guna merangsang pembangunan nasional, sekaligus memperkenalkan identitas budaya bangsa dan tanah air kita ke dunia internasional.

Menurut Keppres Nomor 38 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa seluruh sektor harus mendukung pembangunan pariwisata Indonesia. Hal ini merupakan peluang bagi pembangunan kepariwisataan Indonesia, pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia. Contoh yang sangat baik adalah pembangunan kawasan Nusa Dua di Bali.


(22)

Kawasan Nusa Dua seluas 300 hektar terletak di pesisir pantai Desa Bualu. Sekitar 20 Tahun yang lalu, Penduduk desa ini masih hidup dalam kemiskinan diatas tanah gersang berbatu-batu karang. Daerah ini juga amat terisolir dari kota kecamatannya,Kuta. Justru karena letaknya terisolir tadi , pemerintah lalu memilih kawasan ini sebagai kawasan pembangunan hotel mewah. Kini 20 Tahun kemudian, Nusa Dua menjadi sebuah surga yang tidak pernah dibayangkan oleh siapa pun sebelumnya. Desa Bualu juga tumbuh menjadi sebuah kota kecil yang menyaingi Kuta. Desa ini ahirnya memiliki tingkat kesejahteraan yang termasuk cukup tinggi. (Soekadijo, 1997;273)

Dalam proses pengembangan pariwisata, perencanaan dalam pariwisata adalah hal yang sangat penting agar industri pariwisata tetap membawa dampak positif. Perencanaan pariwisata dirasakan penting karena memiliki visi arah dan komitmen bersama untuk pariwisata yang merupakan hasil partisipasi dari banyak pihak.

a. Fenomena pariwisata yang semakin kompleks dari yang pernah terpikirkan sebelumnya.

b. Pariwisata berdampak positif dan negatif.

c. Pariwisata makin kompetitif dan promosi destinasi wisata makin gencar. d. Pariwisata bisa berakibat buruk pada sumberdaya alam dan budaya

e. Pariwisata mempengaruhi semua orang dalam komunitas tertentu dan semua yang terlibat dalam pariwisata perlu berpartisipasi dalam proses perencanaan pariwisata.


(23)

Berkembangnya pariwisata disuatu daerah akan membawa perubahan pada daerah tersebut. Perubahan yang dimaksud dapat bernilai positif apabila pengembangan pariwisata dilaksanakan mengikuti prosedur yang benar, yakni melalui perencanaan yang cermat dan matang. Namun demikian jika pelaksanaannya tidak direncanakan dengan baik maka justru akan membawa dampak positif atau kerugian bagi stakeholder maupun daerah tempat wisata berkembang. Suksesnya pengembangan pariwisata tidak perlu didasarkan pada meningkatnya jumlah wisatawan dan peningkatan penerimaan. Peningkatan penerimaan dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas fasilitas serta pelayanan yang memungkinkan peningkatan harga jasa yang diberikan.

Pengembangan pariwisata meliputi dua hal pokok, yakni sarana dan prasarana. Pengembangan transportasi, akomodasi, perusahaan jasa dan sebagainya merupakan langkah yang mesti diambil oleh pemerintah. Dilaksanakannya pengembangan ini maka berbagai keuntungan dari sektor ini dapat diraih oleh masyarakat terutama di daerah objek wisata tersebut. Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan kultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata ke dalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Sasaran sosial ekonomi adalah meningkatkan penerimaan devisa, memperluas kesempatan kerja dan berusaha. Sektor pariwisata dikembangkan agar dapat memberi sumbangan


(24)

yang berarti bagi kesejahteraan rakyat. Rencana pemerintah juga harus bijaksana untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata sehingga dampak positif bisa dimaksimalkan dan dampak negatif diminimalkan. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Sektor pariwisata memberikan efek berantai (multiplier effect) akan mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar, sehingga memberikan distribusi pendapatan penduduk di kawasan sekitar pariwisata (soekadijo, 1997; 169)

Propinsi Sumatera Utara yang terletak di kawasan utara bumi nusantara ini merupakan salah satu pintu gerbang masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia, termasuk salah satu daerah tujuan wisata nasional kita. Ini dikarenakan potensi keindahan alam dan keunikan kebudayaan yang dimiliki masyarakat Sumatera Utara. Kurang lebih 125 lokasi objek wisata tersebar di berbagai wilayah Propinsi Sumatera Utara dengan menawarkan berbagai atraksi-atraksi wisata yang sangat menarik.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono, menyebutkan jumlah kunjungan wisman ke Sumut cenderung bertambah dalam beberapa tahun terakhir di mana pada 2013 mencapai 259.299 orang. Kunjungan wisman pada 2013 naik dibanding 2012 yang masih tercatat berjumlah 241.833 orang. Peningkatan kunjungan pariwisata ini merupakan peluang yang harus dimaksimalkan oleh pemerintah provinsi sumatera utara untuk membangun perekonomian masyarakat.(http://nationalgeographic.co.id. Diakses pada tanggal 16April 2014, Pukul 20.30 WIB).


(25)

Danau Toba yang sangat dikenal masyarakat didunia internasional merupakan salah satu andalan sektor pariwisata Sumatera Utara. Danau Toba adalah aset yang sangat potensial untuk dikembangkan untuk menjaring wisatawan lokal maupun mancanegara. Data dari Dinas Pariwisata Tobasa tercatat, jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut pada 2012 sebanyak 129.519 orang, terdiri dari 14.833 wisatawan mancanegara dan 114.686 wisatawan domestik.

Wisata lumban silintong merupakan wisata alam yang menonjolkan keindahan pantai Danau Toba. Terletak di Desa Lumban Silintong Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara dengan jarak dari provinsi/Medan ke Balige 235 Km, jarak dari Balige ke Objek Wisata 0,5 Km, jarak dari Bandara Silangit-Balige 20 Km (±15 menit), jarak dari Bandara Sibisa-Balige 40 Km (±45 menit). Lumban Silintong dengan pemandangan alam yang indah, pinggiran pantai Danau Toba yang bertanjung dan berteluk, Pantai berpasir dan landai menjadikan tempat ini sangat diminati oleh wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri.Daya tarik utama wisata Lumban Silintong ini sangat sesuai dengan aktifitas wisata seperti berenang dengan air yang jernih, sepeda air, menikmati pemandangan yang indah dari bukit yang menjulang tinggi sehingga tampak keindahan Danau Toba, melakukan camping dibukit yang berada di pinggiran Danau Toba. Dalam melakukan rekreasi wisatawan bisa mencari kesenangan dialam terbuka dengan menikmati udara segar, pemandangan indah, suasana alam yang nyaman, menikmati bentang alam yang mempesona pada objek wisata Lumban Silintong danau yang luas dan pantai yang indah.


(26)

Wisatawan melakukan kunjungan kedaerah wisata ini untuk memanfaatkan hari-hari libur, waktu luang, dan istirahat, untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani serta menghilangkan segala ketegangan, pikiran, dan tenaga akibat kegiatan rutin.Berdasarkan pengamatan penulis terhadap objek wisata Lumban Silintong Kecamatan Balige, ternyata daerah wisata ini ramai dikunjungi masyarakat pada hari atau kegiatan tertentu seperti pada hari libur nasional dan akhir pekan.Dilihat dari hasil penjualan tiket, jumlah pengunjung hari biasa hanya sekitar 150 orang, namun pada hari minggu dan hari besar mencapai 800 orang. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat telah memberikan perhatian terhadap kegiatan aktivitas wisata yang dilakukan oleh wisatawan.

Sejarah wisata lumban silintong pada awalnya berasal dari kunjungan masyarakat yang menikmati keindahan panorama daerah tersebut. Sehingga dengan kehadiran para wisatawan timbul niat dari warga sekitar untuk menyediakan barang dan jasa pariwisata. Masyarakat membuat usaha-usaha pariwisata sebagai pekerjaan mereka yang pada awalnya sebagian masyarakat bekerja sebagai nelayan.

Melihat minat kunjungan wisatawan yang semakin meningkat sehingga sebagian penduduk Desa Lumban Silintong melakukan usaha penyediaan barang dan jasa untuk para pengunjung seperti penyediaan penginapan, restaurant, cafe, tempat pemandian, jasa pengangkutan dan berbagai fasilitas pendukung pariwisata.Kegiatan ini tentu mempunyai pengaruh terhadap masyarakat setempat dalam meningkatkan kesejahteraan. Namun belum diketahui sebesar apa


(27)

kontribusi sektor wisata terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi tersebut.

Wisata Lumban Silintong merupakan daerah wisata yang dikembangkan masyarakat daerah itu sendiri pada beberapa tahun belakangan ini dengan sarana dan prasarana yang tergolong sederhana. Disamping itu menurut pengamatan sementara penulis potensi yang dimiliki wilayah tersebut sangat berbanding terbalik dengantingkat kesejahteraan masyarakat di desa lumban silintong masih tergolong rendah, dilihat dari tingkat pendidikan, pendapatan dan kesehatan masyarakat setempat. Sehingga sangat dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk memajukan daerah wisata ini.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik dan merasa penting melakukan suatu penelitian di desa Lumban Silintong, untuk melihat secara langsung serta menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan sosial ekonomi masyarakat dengan menggambil judul penelitian “Kontribusi Sektor Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir”.


(28)

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian merupakan serangkaian pertanyaan yang dijadikan dasar pijakan bagi peneliti untuk menentukan berbagai desain dan strategi penelitiannya (Idrus, 2009: 48). Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah kontribusi sektor wisata terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran utama yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian. Tanpa tujuan, kegiatan yang dilaksanakan tidak akan mempunyai arah yang jelas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis Kontribusi Sektor Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Lumban Silintong.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara akademis atau teoritis penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dalam khazanah informasi maupun perbandingan bagi mahasiswa dan dosen, khususnya di Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta bagi kalangan umum dalam melakukan pendalaman kajian tentang kontribusi pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat.


(29)

2. Secara praktis penelitian diharapkan dapat menjadi sebuah referensi dalam teori, model pengembangan pariwisata, khususnya Wisata Lumban Silintong serta sebagai acuan dalam membuat rencana kerja (program) dan bahan masukan dalam membahas kajian kepariwisataan Indonesia.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian. BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pariwisata

2.1.1. Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata terlahir dari bahasa sansekerta yang terdiri dari komponen-komponen Pariberarti penuh, lengkap, berkeliling dan wis (man)

berarti rumah, properti, kampung, kumunitas serta ata yang berarti pergi terus-menerus, mengembara ( roaming about). Bila dirangkai pariwisata adalah pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus-menerus (Pendit, 2002: 1). Pariwisata adalah suatu kegiatan melakukan perjalanan dari rumah terutama untuk maksud usaha atau bersantai. Pariwisata adalah suatu bisnis dalam penyediaan barang dan jasa bagi wisatawan dan menyangkut setiap pengelaran oleh atau untuk wisatawan/pengunjung dalam perjalanannya (Lunberg, dkk, 1997:6).Pengertian pariwisata berdasarkan Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 9 Tahun 1990 adalah perjalanan orang ke suatu tujuan; dan tersedianya jasa pelayanan berbagai usaha yang diperlukan wisatawan. Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu; (1) kegiatan perjalanan, (2) dilakukan secara sukarela, (3) bersifat sementara, (4) perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan:


(31)

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta usaha, pemerintah dan pemerintah daerah. d. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

e. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

f. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

g. Kawasan strategis pariwisata adalah lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial budaya dan pemberdayaan sumber daya alam, yang didukung lingkungan hidup, serta pertahanan keamanan.


(32)

h. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan pariwisata.

Sebagai kesimpulan dari beberapa defenisi tentang pariwisata tersebut dapatlah disebutkan bahwa pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang dalam perjalanan ke luar atau pergi dari tempat kediamannya ke suatu daerah tujuan wisata yang dilakukan dengan sukarela dan bersifat sementara

untuk menikmati objek dan daya tarik wisata

tanggal 22 April 2014, pukul 18.20)

Menurut Burkart dan medlik (1981). Wisatawan memiliki empat ciri utama yaitu:

a. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal diberbagai tempat tujuan.

b. Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tinggal dan tempat kerjanya sehari-hari: karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang berdiam dan bekerja ditempat tujuan wisatawan.

c. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan; karena itu perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek.

d. Wisatawan meakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal untuk menetap ditempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah. (Ross, 1998 :4)


(33)

Sifat dasar dari kepariwisataan adalah :

a. Kepariwisataan timbul diluar pergerakan manusia dan tempat tinggalnya dengan tujuan yang berbeda-beda.

b. Ada dua elemen dalam kepariwisataan, yaitu tujuan perjalanan dan lama tinggal di tempat wisata

c. Merupakan perjalanan dengan meninggalkan tempat asalnya dan tinggal disuatu tempat yang memberikan suasana yang berbeda.

d. Lama tinggal disuatu tempat wisata bersifat sementara dan dalam waktu yang pendek untuk kemudian kembali ketempat asalnya. (Marpaung, 2002: 32)

2.1.2. Sektor Wisata

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sektor adalah lingkungan suatu usaha misalnya pertanian, perindustrian. Sedangkan wisata adalah bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, bertamasya, dan piknik). Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English Dictionary tahun 1811, yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang perjalanan untuk mengisi waktu luang. Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 9, Bab I, Pasal I Tahun 1990 mengartikan wisata kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata adalah lingkungan usaha yang mendukung kegiatan perjalanan wisatawan baik dari awal perjalanan maupun ditempat tujuan wisata.


(34)

2.1.3. Sistem Pariwisata dan Komponen Pariwisata

Sistem pariwisata sangat kompleks saling mempengaruhi satu sama lainya. Sistem kepariwisataan yang kompleks ini menurut para pengelola usaha pariwisata untuk mampu mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungannya, mengelola sumber daya manusia yang mampu menjaga mutu produk serta mempelajari karakteristik pariwisata yang akan datang (Marpaung, 2002:32).


(35)

Gambar 2.1 Sistem Pariwisata Lingkungan

(Fisik, Sosbud Pol)

Kunjungan Wisatawan Kembalinya

Wisatawan

Damanik dan Weber (2007) menyatakan bahwa ada empat unsur pokok yang merupakan subsistem yang membentuk pariwisata. Masing-masing subsistem itu keberadaannya saling mempengaruhi, yakni:

a. Permintaan wisata, unsur pokoknya adalah wisatawan dan masyarakat sebagai pelaku pariwisata.

b. Penawaran wisata, yaitu produk wisata yang berupa barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan.

c. Pasar wisata dan kelembagaan pariwisata yang memfasilitasi berlangsungnya dan terlaksananya kegiatan pariwisata.

Indust ri yang melayani

 Tiket  Pemandu

Wisata

 Pemasaran & Promosi

Jasa Perantara

 Transportasi  K ik i

Industri yang melayani:

 Akomodasi  Transportasi  Makan dan minum  Hiburan

 Pusat Perbelanjaan  Usaha Jasa Lainya

Daerah Asal

Wi

t

Daerah

Tujuan

Wisata


(36)

d. Pelaku pariwisata yang menggerakkan ketiga unsur tadi, yakni wisatawan, industri pariwisata, pemerintah dan lembaga swasta yang mendukung terjadinya kegiatan pariwisata.(Wardiyanto, 20011:19) 2.1.4. Pariwisata Sebagai Industri

Didalam undang-undang nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan disebut dalam pasal 1 (5), Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelengarakan jasa pariwisata atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha barang pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut. Industri pariwisata adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta, yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang bepergian (pelancong, musafir). (Hadinoto, 1996 :11)

Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki beragai aspek sosiologis, psikologis, ekonomis, ekologis, dan sebagainya. Aspek yang paling besar ialah aspek ekonomisnya. Untuk mengadakan perjalanan orang harus mengeluarkan biaya, yang diterima orang-orang yang menyelanggarakan angkutan, menyediakan bermacam-macam jasa, atraksi, dan lain-lainnya. Munculnya produk barang dan jasa wisata, adanya produsen dan konsumen serta ada permintaan dan penawaran sehingga pariwisata disebut sebagai suatu industri. Industri pariwisatalah yang menyediakan bebagai macam kebutuhan-kebutuhan para wisatawan

Dalam hubungan dengan aspek ekonomis dari pariwisata ini sehingga muncul model industri pariwisata sebagai berikut (soekadijo, 1997; 28)


(37)

Gambar 2.2

Model Pariwisata Sebagai Industri

2.1.5 Jenis Usaha Pariwisata

Jenis usaha yang bersangkutan dengan perjalanan pariwisata cukup besar dan sangat beragam. Hai ini berkaitan banyaknya permintaan dari wisatawan sehingga muncul penawaran yang besar. Oleh karena itu, usaha dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

a. Usaha yang tidak ada, apabila tidak ada perjalanan (pariwisata)

b. Usaha yang ada dan bersangkutan dengan pariwisata, bila ada pariwisata. (Hadinoto, 1996 : 11)

Konsumen

Demand

Kebutuhan Dalam

Perjalanan Angkutan

Motif Perjalanan

P e m a s a r a n

Jasa Wisata Angkutan

wisata

Supply

Produsen Atraksi


(38)

Golongan A Golongan B 1. Akomodasi

Hotel dan motorhotel Motel

Pondok memancing, olah raga laut/danau

Bumi perkemahan

1. Transportasi Persewaan kendaraan Taksi

Limousine dan kreta

2. Transportasi

Jasa pejalan udara dan barang Bis antar kota

Bis pariwisata

Jasa penumpang kreta api Feri

Kapal penumpang dan kapal pesiar

2. Jasa Makanan Restoran berizin Warung

Fast food, snack bar Bar, klub malam

3. Jasa Perjalanan Biro perjalanan Operator wisata

Pusat bantuan pada perjalanan Biro pariwisata lokal

Rencana pengembangan pariwisata

Rencana promosi pariwisata

3. Fasilitas Rekreasi Lapangan golf Taman hiburan Marina

Fasilitas lain

4. Budaya/hiburan Museum dan galeri

Kebon binatang, taman safari Kebun raya, taman bunga,

taman buah Usaha panggung Teater

Balap kuda/motor Klub senam, olah raga 5. Pengecer

Toko cendramata Toko foto dan film Pompa bensin Toko alat olahraga

Minuman alkohol, bir dan anggur

Toko koper/ tas besar Toko pakaian, garmen.


(39)

2.2.6. Jenis-jenis Wisata

Ada berbagai macam perjalanan wisata bila ditinjau dari berbagai macam segi:

Dari segi jumlahnya, wisata dibedakan atas:

a. Individual tour (wisatawan perorangan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami istri.

b. Family group tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain.

c. Group tour (wisata rombongan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang bertanggung-jawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya. Biasanya paling sedikit 10 orang.

b. Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas:

a. Pre-arranged tour (wisata berencana), yaitu suatu perjalanan wisata yang jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik transportasi, akomodasi maupun objek-objek yang akan dikunjungi. b. PackageTour (wisata paket atau paket wisata), yaitu suatu produk

perjalanan wisata yang dijual oleh suatu perusahaan biro perjalanan atau perusahaan transportasi.

c. Coach tour (wisata terpimpin), yaitu suatu paket perjalanan ekskursi yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang pemandu wisata dan merupakan perjalanan wisata dan merupakan


(40)

perjalanan wisata yang diselenggarakan secara rutin, dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan dengan rute perjalanan yang tertentu pula.

d. Special arranged tour (wisata khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang disusun secara khusus guna memenuhi permintaan seorang langganan atau lebih sesuai dengan kepentingannya.

e. Optional tour (wisata tambahan), yaitu suatu perjalanan wisata tambahan di luar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikan pelaksanaannya, yang dilakukan atas permintaan pelanggan.

c. Dari segi maksud dan tujuannya, wisata dibedakan atas:

a. Holiday tour (wisata liburan), yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang-senang dan menghibur diri.

b. Familiarization tour (wisata pengenalan), yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan pekerjaannya. c. Educational tour (wisata pendidikan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. d. Scientific tour (wisata pengetahuan), yaitu perjalanan wisata yang

tujuan pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan atau pendidikan terhadap suatu pengetahuan.


(41)

e. Pileimage tour (wisata keagamaan), yaitu perjalanan wisata yang dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan.

f. Special mission tour (wisata kunjungan khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan dengan suatu maksud khusus.

g. Special programe tour (wisata program khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk mengisi kekosongan khusus.

h. Hunting tour (wisata perburuan), yaitu suatu kunjungan wisata yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinkan oleh pengusaha setempat sebagai hiburan semata-mata.

d. Dari segi penyelenggaraannya, wisata dibedakan atas:

a. Excursion, yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek wisata. b. Safari tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara

khusus dengan perlengkapan maupun peralatan khusus pula yang tujuan maupun objeknya bukan merupakan objek kunjungan wisata pada umumnya.

c. Cruize tour, yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan kapal pesiar mengunjungi objek-objek wisata bahari dan objek wisata di darat tetapi menggunakan kapal pesiar sebagai basis pemberangkatannya.

d. Youth tour (wisata remaja), yaitu kunjungan wisata yang penyelenggaraannya khusus diperuntukkan bagi para remaja menurut golongan umur yang ditetapkan oleh hukum negara masing-masing.


(42)

Marine tour (wisata bahari), yaitu suatu kunjungan ke objek wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck-diving (menyelam) dengan perlengkapan selam lengkap (Suwantoro, 1997: 14).

McIntosh mengklasifikasikan motif-motif wisata yang dapat diduga menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Motif fisik, Yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti olah raga, istirahat, kesehatan dan sebagainya.

2. Motif budaya, Yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, kebiasaannya, kebudayaan yang berupa bangunan, musik, tarian dan sebagainya.

3. Motif interpersonal, yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman tetangga, atau berkenalan dengan orang-orang tertentu, atau berjumpa atau sekedar dapat melihat tokoh-tokoh terkenal: penyanyi, penari, bintang film, tokoh-tokoh politik, dan sebagainya.

4. Motif status atau motif prestise. Banyak orang beranggapan bahwa rang pernah mengunjungi tempat-tempat lain itu dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak pernah bepergian. Orang yang pernah bepergian kedaerah-daerah lain dianggap atau merasa dengan sendirinya naik gengsinya, naik statusnya. Dalam wisata aktif, motif prestise itu sangat penting untuk negara-negara berkembang atau negara-negara bekas jajahan. (Soekadijo, 1997 :37).

2.1.7 Jenis- jenis Objek, Daya Tarik Wisata dan Aktivitas Wisata

Secara garis besar daya tarik wisata diklasifikasikan kedalam tiga bagian: 1. Daya tarik alam


(43)

2. Daya tarik budaya

3. Daya tarik buatan manusia

Walaupun demikian ada yang membagi jenis objek dan daya tarik wisata ini kedalam dua kategori saja, yaitu:

1. Objek dan daya tarik wisata alam

2. Objek dan daya tarik wisata sosial budaya.

Wisata alam terdiri dari wisata pantai, wisata tirta/bahari, pegunungan, daerah liar dan terpencil, taman dan daerah konservasi, dan health resort sedangkan wisata sosial udaya terdiri dari peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, museum dan fasilitas budaya lainya, pola kehidupan, desa wisata, wisata keagamaan, etnis dan nostalgia.

Atraksi-atraksi wisata dapat digolongkan dalam tiga bagian. Pertama, golongan atraksi alam meliputi iklim, pemandangan alam, pantai dan kawasan bahari, flora dan fauna, ciri lingkungan alam khusus, taman nasional serta wisata kesehatan. Kedua, golongan atraksi budaya meliputi monumen purbakala, sejarah dan budaya, pola budaya tertentu, seni, kerajinan dan arsitektur lokal, aktivitas ekonomi menarik, kota-kota menarik, festival budaya, serta keramahan penduduk. Ketiga, jenis atraksi khusus meliputi taman hiburan, berbelanja, MICE (Meetings, Insentives, conventions, exhbitions), kasino, rekreasi dan olah raga, serta peristiwa khusus. (Hadinoto, 1996 :71)

Aktivitas wisata suatu digerakkan oleh adanya atraksi wisata, terutama yang unik seperti: pantai, taman, bangunan bersejarah, topografi khas, ciri khas budaya, peristiwa lokal unik, dan lain-lain. Aktivitas wisata merupakan kegiatan


(44)

yang dapat menghasilkan devisa dan sering menyebabkan (banyak) dampak besar pada lingkungan dan pada cara hidup masyarakat setempat, berupa:

a. Aktivitas rekreasi biasa (menikmati pemandangan indah, singgah di tempat kerabat atau kawan).

b. Kunjungan pesta budaya, upacara rakyat. c. Belanja cenderamata.

d. Kunjungan kawasan alam.

e. Kunjungan situs sejarah purbakala. f. Kunjungan pada lembaga-lembaga khusus Menurut Lucman H, aktivitas wisata meliputi: 1. Jalan kaki (hiking),

2. Berakit (rafting),

3. Bersepeda (biking),

4. Menyelam (diving),

5. Berlayar (sailing),

6. Camping, dan 7. Panjat tebing

Faktor- faktor yang mempengaruhi aktivitas wisata:

a. Resensi Ekonomi, ketika harga minyak mentah meningkat, kegiatan dunia usaha menurun yang juga mempengaruhi aktivitas wisata.

b. Keamanan, baik selama dalam perjalanan maupun di daerah objek wisata.


(45)

c. Penyakit, sehingga wisatawan dapat membatalkan kepergiannya karena tidak ingin terjangkit penyakit (Kaslany, 1997: 39).

2.1.8 Produk Wisata

Pada umumnya yang dimaksud dengan produk adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahan perusahaan, jasa masyarakat dan jasa alam.

a. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, dan sebagainya.

b. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana utilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat-istiadat, seni budaya, dan sebagainya.

c. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut, dan sebagainya (Suwantoro, 1997: 48).

Pada dasarnya ada tiga golongan pokok produk wisata yaitu: a. Objek wisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata.

b. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut, seperti akomodasi,

catering, hiburan, dan rekreasi. c. Transportasi (Yoeti, 1996: 13).

Jadi pada hakikatnya defenisi produk wisata adalah keseluruhan bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat kediamannya,selama di daerah tempat wisata, hingga ia kembali ke tempat semula (Yoeti, 2006: 55). Ciri-ciri produk wisata adalah sebagai berikut:


(46)

a. Tidak dapat dipindahkan, karena dalam penjualannya tidak mungkin pelayanan itu sendiri dibawa kepada konsumen, sebaliknya konsumen (wisatawan) yang harus datang ke tempat produk dihasilkan.

b. Pada umumnya peranan perantara tidak dibutuhkan. c. Hasil atau produk tidak dapat ditimbun.

d. Hasil atau produk tidak mempunyai standar atau ukuran objektif. e. Permintaan terhadap hasil atau produk wisata tidak tetap.

f. Hasil atau produk wisata banyak tergantung dari tenaga manusia (Yoeti, 1996:18) 2.2. Kehidupan Sosial Ekonomi

Kondisi Sosial ekononomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, tingkat adalah suatu jenjang atau susunan yang berlapis-lapis. Sosial artinya adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat sedangkan arti kata ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian dan perdagangan. Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi berhubungan dengan proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehari-hari (KBBI, 1996 : 220)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 1990 : 855). Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering di sebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya (Soekanto, 2007:76).


(47)

Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” yang artinya mengatur. Jadi secara harfiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun, seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas.

Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai suatu sistem yaitu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan. Oleh karena itu kehidupan sosial pada dasarnya diandai dengan:

a. Adanya kehidupan bersama yang ukurannya minimal berjumlah dua orang atau lebih.

b. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan (kelompok).

c. Adanya kesadaran bahwa mereka sebagai kesatuan ( kelompok) d. Suatu kehidupan sistem bersama ( Soleman, 1986: 9)

Kehidupan sosial ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang menyangkut interaksinya dan perilaku ekonomi dari masyarakat yang berhubungan dengan pendapatan dan pemanfaatannya. Bila berbicara tentang sosial ekonomi berarti juga membahas tentang kebutuhan dan bagaimana


(48)

seseorang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut, dan pemanfaatan unsur kebutuhan dan pemenuhannya.

Berhubungan dengan kehidupan sosial ekonomi yang di dalamnya terdapat unsur kebutuhan dan pemenuhannya, Abraham Maslow mengelompokkan 5 tingkat kebutuhan manusia, yaitu :

1. Kebutuhan dasar fisiologis atau kebutuhan fisik ( Phisiological Needs )

yang diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti kebutuhan akan makanan, istirahat, udara segar, vitamin, air dan sebagainya. Ini merupakan kebutuhan primer.

2. Kebutuhan untuk mencintai dan mencintai ( Love Needs ), merupakan dorongan atau keharusan baginya untuk mendapatkan tempat dalam satu kelompok dimana ia memperoleh kehangatan perasaan dan hubungan dengan masyarakat lain secara umum.

3. Kebutuhan akan harga diri ( Estem Needs ) menuntut pengalaman individu sebagai pribadi yang bernilai, sebagai manusia yang berarti dan memiliki martabat. Pemenuhan kebutuhan ini akan menimbulkan rasa percaya diri, menyadari kekuatan-kekuatannya, merasa dibutuhkan dan mempunyai arti bagi lingkungannya.

4. Kebutuhan akan rasa aman ( Safety Needs ) ditujukan oleh anak dengan pemenuhan kebutuhan secara pasti. Continue dan teratur. Anak mudah terganggu dalam situasi yang dirasakan sebagai situasi yang membahayakan, situasi yang kacau, tak menentu, ia mudah menarik diri dalam situasi asing baginya. Anak membutuhkan perlindungan yang memberi rasa aman.


(49)

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri ( Self Actualization ) yaitu memberikan dorongan kepada individu untuk mengembangkan atau mewujudkan seluruh potensi dalam dirinya. Dorongan ini merupakan dasar perjuangan setiap individu untuk merealisasikan dirinya, untuk menentukan dirinya atau identitasnya dan menjadi dirinya sendiri. Kebutuhan ini tumbuh secara wajar dalam diri setiap manusia. (Maslow, 1994 :43)

Kebutuhan-kebutuhan diatas yang harus dipenuhi oleh manusia demi kelangsungan hidupnya, mendorong manusia harus bekerja sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demikianlah konsekuensi yang tidak dapat ditawar lagi. Manusia memang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, karena dengan demikian manusia akan mendapatkan hasil yang dapat digunakan demi kelangsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan di atas yang harus dipenuhi oleh manusia demi kelangsungan hidupnya, mendorong manusia untuk bekerja sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Prof. Otto Soemarwoto membagi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar atas 3 golongan, yaitu :

1. Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup secara hayati yang sehat dan aman merupakan naluri yang paling hakiki bagi semua makhluk hidup. Golongan ini terdiri dari udara, air , pangan yang harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai serta perlindungan terhadap serangan penyakit, hewan buas dan sesama manusia. Kebutuhan ini sifatnya mutlak yaitu sama untuk semua orang menurut jenis kelamin, umur dan pekerjaan.


(50)

2. Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi, antara lain agama, pendidikan, perlindungan hukum, pakaian, rumah dan pekerjaan. Kebutuhan ini bersifat nisbi, dipengaruhi oleh minat sosial budaya dan berubah dari waktu ke waktu.

3. Kebutuhan dasar untuk memilih baik sebagai naluri untuk memelihara kelangsungan hidup hayatinya maupun kelangsungan hidup manusiawinya yang terungkap dalam kelakuan sosial budaya (Suyanto, 1995 : 6).

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status. (koentjaraningrat, 1997:35)

Menurut Krench, kehidupan sosial ekonomi seseorang atau keluarga diukur melalui pekerjaan, tingkat pendidikan, pendapatan. Sedangkan Werner memberikan ciri-ciri berupa pekerjaan, pendapatan, jenis rumah tinggal dan daerah tempat tinggal. Sementara itu menurut sugihen kondisi ekonomi dan sosial seseorang cenderung menjadi rujukan dalam penentuan statusnya dalam masyarakat. ukuran yang dipakai didasarkan pada salah satu atau kombinasi yang mencakup tingkat pendidikan, pendapatan, prestise atau kekuasaan. Menurut koentjaraningrat selain faktor pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan, faktor lain yang sering diikutsertakan oleh beberapa ahli adalah perumahan, kesehatan, dan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat (Mulyanto, 1986:160).

Dari pengertian di atas maka dapatlah dikatakan bahwa sosial ekonomi adalah sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan


(51)

masyarakat secara luas. Untuk melihatnya dapat dijadikan indikator seperti penghasilan, pendidikan, sandang, pangan, kesehatan dan sebagainya yang tentunya disesuaikan dengan keperluan suatu konsep penelitian yang dilakukan. Jadi, tingkat sosial ekonomi adalah adanya suatu jenjang yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

2.3. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang baik (Isbandi, 1994:3). Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU No.11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut: “Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.

Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan, gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai. Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial, W.A Friedlander mendefenisikan: “Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang


(52)

ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat”(Muhaidin, 1984: 1-2).

2.3 Kerangka Pemikiran

Sejak berabad-abad lalu manusia mengadakan perjalanan, manusia berkunjung. Pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk dapat mengenal berbagai tempat. Bahkan setelah manusia berkelompok dan membentuk masyarakat, maka rasa ingin mengetahui, ingin mengadakan perjalanan, ingin mencari hal-hal aneh yang belum dikenal, menjadi semakin besar.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat, serta teknologi informasi, transportasi yang semakin berkembang memungkinkan masyarakat bisa melakukan kunjungan keberbagai objek atau tempat yang ingin dikenalnya. Mudahnya memperoleh berbagai informasi dan mobilitas masyarakat semakin meningkat, maka orang menyukai liburan mini berupa long weekends (akhir minggu panjang). Perjalanan makin jauh dan makin cepat serta keinginan untuk manusia berkunjung ketempat lain, untuk mendapatkan sesuatu yang lain, menyebabkan jumlah manusia yang mengembara (berwisata) semakin banyak. Hal ini menjadikan pariwisata menjadi bagian dari budaya masyarakat yang berkaitan dengan penggunaan waktu senggang/ leisure time yang dimiliki seseorang.


(53)

masyarakat. Hal ini disebabkan karena pariwisata memungkinkan adanya kontak antara orang-orang dari belahan dunia yang paling berjauhan, orang-orang dari berbagai bahasa, ras kepercayaan, paham politik dan tingkat perekonomian. Pariwisata dipandang sebagai sumberdaya ekonomi yang potensial dikarenakan sektor pariwisata memberikan manfaat seperti diversifikasi usaha masyarakat, memperluas kesempatan kerja, mempercepat peningkatan infrastruktur dan perkembangan pemukiman penduduk serta pengembangan wawasan sosial.

Berkembangnya pariwisata disuatu daerah akan membawa perubahan pada daerah tersebut. Suksesnya pengembangan pariwisata tidak perlu didasarkan pada meningkatnya jumlah wisatawan dan peningkatan penerimaan. Peningkatan penerimaan dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas fasilitas serta pelayanan yang memungkinkan peningkatan harga jasa yang diberikan.

Tujuan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau suatu kawasan wisata adalah untuk bersenang-senang serta mencari pengalaman yang menyenangkan. Sehingga bagi penyedia barang dan jasa wisata harus mampu memberikan penawaran atraksi wisata menarik, aksesibilitas yang mudah, serta berbagai hal yang mampu menambah kenyamanan para wisatawan. Atraksi wisata merupakan daya tarik utama wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Pengelola pariwisata perlu memperhatikan masalah keberadaan atraksi supaya wisatawan yang berkunjung kedaerah tersebut memperoleh kepuasan sebagaimana yang diharapkan pada saat berwisata didaerah itu.


(54)

Berbagai perjalanan ( aktivitas wisata) yang dilakukan oleh wisatawan lokal maupun mancanegara menyebabkan munculnya produk barang dan jasa pariwisata Dalam hal ini mereka membutuhkan pelayanan transportasi, akomodasi, catering, hiburan, dan pelayanan lainnya. Dalam penyediaan pelayanan yang dibutuhkan wisatawan, masyarakat setempat juga berperan. Hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan standar hidup mereka sehingga kontribusi dari aktivitas wisata berpengaruh terhadap peningkatan sosial ekonomi, khususnya yang berada di lingkungan pariwisata tersebut.

Wisata Lumban Silintong sangat banyak diminati oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Wisata ini diminati karena memiliki daya tarik alam seperti pesona alam yang indah, air yang jernih, bukit yang menjulang tinggi, pinggiran pantai yang bertanjung dan berteluk, Pantai berpasir dan landai. Daya tarik Wisata Lumban Silintong ini sangat sesuai dengan aktivitas wisata seperti berenang dengan air yang jernih, sepeda air, menikmati pemandangan yang indah dari bukit yang menjulang tinggi sehingga tampak keindahan danau toba, melakukan

camping dibukit yang berada di pinggiran Danau Toba. Adapun jasa pelayanan yang mendukung aktivitas wisata yaitu berupa jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, berbagai prasarana utilitas umum dan keramahtamahan.


(55)

Wisata Lumban Silintong merupakan daerah yang memiliki daya tarik wisata yang sangat menarik. Sejarah wisata Lumban Silintong berasal dari kunjungan-kunjungan masyarakat sekitar untuk melihat keindahan pantai yang ada disana. Oleh karena kunjungan yang semakin ramai sehingga masyarakat setempat mulai membuka usaha-usaha pariwisata untuk menyediakan kebutuhan para wisatawan

Meningkatnya aktivitas wisata membuat masyarakat terlibat seperti dalam penyediaan kebutuhan wisatawan seperti pelayanan transportasi, akomodasi,

catering, hiburan, dan pelayanan lainnya. Sehingga masyarakat menjadikan hal ini sebagai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sektor pariwisata ini tentu memberikan kontribusi pada tingkat pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan serta tingkat kesehatan masyarakat setempat.


(56)

Gambar 2.3 Bagan Alur Pikir

Aktivitas Wisata

Usaha –Usaha Pariwisata • Kunjungan Kawasan Alam

• Kunjungan Situs Sejarah Purbakala

• Belanja Cendramata

• Menikmati Pemandangan

• Aktivitas Rekreasi biasa

• Pekerjaan • Pendidikan • Pendapatan • Kesehatan

• Hubungan sosial masyarakat

Kontribusi Sosial Ekonomi • Akomodasi

• Transportasi

• Jasa Perjalanan

• Jasa Makanan

• Fasilitas Rekreasi

• Budaya/hiburan

Atraksi Wisata

• Atraksi Wisata Alam • Atraksi wisata Budaya • Atraksi Khusus


(57)

2.4 Defenisi Konsep

Konsep merupakan suatu abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atau dasar generalisasi dari sejumlah kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989:34).

Adapun yang menjadi konsep dalam penelitian ini adalah:

a. Kontribusi adalah sumbangan yang diberikan sektor wisata di objek wisata Lumban Silintong dalam membantu tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat.

b. Sektor Wisata adalah lingkungan usaha yang dilakukan untuk mendukung kegiatan wisata di objek wisata Lumban Silintong.

c. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata seperti jasa angkutan, akomodasi, makan/minum, souvenir shop, pemandu dan lainnya.

d. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat dalam suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.

e. Atraksi wisata adalah daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata lumban silintong.

2.5 Defenisi Operasional

Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel (Singarimbun, 1989: 49). Bertujuan untuk memudahkan penulis dalam melaksanakan penelitian.


(58)

Dalam penelitian ini yang menjadi defenisi operasional adalah: 1. Aktivitas ekonomi masyarakat pada sektor pariwisata:

a. Penginapan b. Rumah makan c. Pemandu wisata d. Dagang souvenir,

e. Penyedia/sewa sarana penunjang.

2. Kontribusi pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat: a. Pendapatan

b. Pendidikan c. Perumahan

d. Kesempatan menabung. e. Kesehatan


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe dari penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998: 53).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena adanya objek wisata di daerah ini serta sebagian besar masyarakat bekerja dalam usaha-usaha pariwisata sebagai penyedia barang dan jasa pariwisata.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian (Siagian, 2011; 155). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat dalam penyediaan jasa (produk wisata) yang berada di Desa Lumban Silintong yang terdiri dari 26 kk. Menurut Arikunto (2004) apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15 % atau lebih.


(60)

Dalam penarikan sampel ini yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang terlibat dalam penyediaan barang dan jasa wisata. Berdasarkan keterangan diatas, karena populasi kurang 100 orang maka jumlah sampel sama dengan jumlah populasinya yaitu 26 Kepala Keluarga.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu mempelajari dan mengumpulkan data dari literatur serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian ini melalui buku-buku, media massa, artikel, jurnal, dan lainnya.

2. Penelitian Lapangan (field research) yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung di lokasi penelitian untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui :

a. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Kuesioner yaitu alat bantu dalam proses pengumpulan data dan informasi, berupa pertanyaan yang diajukan kepada responden dibantu dengan wawancara terhadap responden untuk memperdalam analisis.


(61)

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang dipakai pada penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menginterpretasikan data melalui paparan, uraian dan gambaran yang dapat dimanfaatkan sebagai tolok ukur, persentase (%) atau predikat untuk memberikan makna terhadap sebuah prestasi subjek penelitian (Mukhtar, 2000:123).


(62)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1Keadaan Geografis dan Batas-batas Desa Lumban Silintong

Wilayah geografis Desa Lumban Silintong terdiri atas 4 (empat) dusun yaitu : Dusun Sosor Pasir, Dusun Huta Bagasan, Dusun Batu Nabolon, Dusun Lumban Binanga. Luas daerah Desa Lumban Silintong adalah 1,74 Km2, dengan batas wilayah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tarabunga. 2) Sebelah Timur berbatasan dengan Danau Toba.

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pardede Onan; Desa Silalahi Pagar Batu.

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hinalang Bagasan; Desa Longat; Lintong Nihuta.

Jarak Desa Lumban Silintong ke pusat pemerintahan Kecamatan Balige adalah 2 Kilometer, jarak desa ke Ibukota Kabupaten Toba Samosir adalah 2 Kilometer, jarak desa ke Ibukota Propinsi Sumatera Utara adalah 206 Kilometer. Desa Lumban Silintong memiliki kondisi geografis, yaitu : Ketinggian tanah dari permukaan air laut 905 meter, banyaknya curah hujan 2305 mm/tahun, dan suhu udara rata-rata 300 Celsius.

4.2Tata Guna Lahan


(63)

4 Ha, tempat rekreasi sebesar 10 Ha, irigasi sebesar 6 Ha, tanah wakaf sebesar 10 Ha, Pertambangan Batu/Pasir 2 Ha, dan lain-lain sebesar 23 Ha. Penggunaan lahan Desa Lumban Silintong dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Lahan

No. Jenis Pengunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Pemukiman 16 9

2. Sawah dan Ladang 104 60

3. Pekuburan 4 2

4. Tempat Rekreasi 10 6

5. Irigasi 6 3

6. Tanah Wakaf 10 6

7. Pertambangan Pasir/Batu 2 1

8. Lain-lain 22 13

TOTAL 174 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Lumban Silintong

4.3Deskripsi Demografi Desa Lumban Silintong

4.3.1. Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tiap Dusun

Desa Lumban Silintong dihuni 950 jiwa yang terdiri dari 226 kk tersebar di empat dusun. Dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(64)

Tabel 4.2

Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tiap Dusun

No Dusun Kepala Keluarga Persentase (%)

1. I 66 29,20

2. II 61 26,99

4. III 53 23,45

5. IV 46 20,35

TOTAL 226 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Lumban Silintong

Dari tabel tersebut dapat dilihat penyebaran penduduk menurut kepala keluarga (kk) dari keempat dusun di Desa Lumban Silintong. Sebaran penduduk terbesar terdapat pada dusun I sebesar 66 kk (29,20%) dari total 116 kk, dusun II sebesar 61 kk (26,99 %), dusun III sebesar 53 kk (23,45 %), dusun IV sebesar 46 (20,35 %).

4.3.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jenis Penduduk Desa Lumban Silintong sebanyak 950 jiwa menurut jenis kelamin dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3

Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekwensi (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 470 49,47

2. Perempuan 480 50,52

TOTAL 950 100,00


(65)

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa distribusi penduduk Desa Lumban Silintong menurut jenis kelamin perempuan lebih banyak, yaitu 480 jiwa (50,52%) sedangkan laki-laki 470 jiwa (49,47 %).

4.3.3. Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Penduduk Desa Lumban Silintong sebesar 226 kk memiliki mata pencaharian seperti tabel berikut ini.

Tabel 4.4

Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Frekwensi (kk) Persentase (%)

1. PNS 17 7,52

2. ABRI 1 0,44

3. Wiraswasta/pedagang 79 34,95

4. Tani/Buruh Tani 100 44,24

5. Pertukangan 8 3,53

6. Pensiunan 7 3,09

7. Jasa 2 0,88

8. Nelayan 12 5,30

TOTAL 226 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Lumban Silintong

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Desa Lumban Silintong memiliki mata pencaharian sebagai petani dan wiraswasta. Seperti tersedia pada tabel yang memiliki mata pencaharian sebagai Petani sebesar 100 kk (44,24%) dan Wiraswasta/Pedagang sebesar 79 kk (34,95


(66)

%). Sedangkan yang memiliki mata pencaharian lain seperti PNS sebesar 17 kk (7,52 %), ABRI sebesar 1 kk (0,44 %), Pertukangan sebesar 8 kk (3,53 %), Pensiunan sebesar 7 kk (3,09 %), Jasa 2 kk (0,88), dan Nelayan sebesar 12 kk (5,30 %)

4.3.4. Penduduk Menurut Agama

Penduduk Desa Lumban Silintong sebesar 950 jiwa menganut agama seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5

Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah (jiwa) Persentase(%)

1. Islam 7 0,74

2. Kristen Protestan 931 98

3. Khatolik 12 1,26

TOTAL 950 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Lumban Silintong

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk beragama Kristen Protestan sebesar 931 jiwa (98 %) sedangkan yang beragama khatolik sebesar 12 jiwa (1,26 %) dan beragama Islam sebesar 7 jiwa (0,74 %)

4.3.5. Penduduk Menurut Kelompok Usia

Penduduk Desa Lumban Silintong sebesar 950 jiwa digolongkan berdasarkan kelompok usia pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.


(1)

wawancara dengan Bapak Rimhot Siahaan (50 Tahun) menyatakan “Adanya sektor pariwisata tentunya memberikan keuntungan bagi bagi masyarakat misalnya : ibu-ibu rumah tangga dapat memperoleh kerjaan sampingan, anak-anak sekolah di hari libur dapat dipekerjakan. Disamping itu juga masyarakat juga menjadi peduli dengan keadaan kampungnya, anak-anak menjadi ramah tamah. Namun disamping adanya keuntungan kehadiran diskotik makin semarak yang buka sampai larut malam sehingga sangat menggangu kehidupan masyarakat” .


(2)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis merumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Daerah wisata Lumban Silintong ternyata membuka peluang besar untuk

membuka usaha-usaha masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup mereka. Adapun berbagai usaha yang di kembangkan masyarakat seperti: usaha makanan-minuman, cafe music, pemandian, dan menjual souvenir. Usaha ini tentu menyerap tenaga kerja sehingga jumlah pengangguran berkurang, khususnya daerah sekitar objek wisata.

2. Dari kegiatan ekonomi sektor pariwisata ternyata memberikan kontribusi yang positif terhadap penghasilan mereka. Sehingga dari penghasilan yang didapat sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Disamping itu pendapatan dari membuka usaha pariwisata cukup mampu untuk mendukung keberlangsungan akademik anak. Hal ini dapat dilihat dengan mayoritas jumlah anak yang masih sekolah lebih dari 2 orang dapat disekolahkan, prestasi anak baik, serta anak-anak mereka juga mengikuti les tambahan diluar jam sekolah. Kebutuhan tempat tingga mereka dapat dikatakan sudah layak terbuat dari bahan semi permanen, sistem ventilasi yang baik, sudah memiliki MCK (Mandi, Cuci, Kakus), serta memiliki sumber penerangan listrik. Selain itu melalui pendapatan mereka tingkat kesehatan masyarakat juga dapat di jaga, hal ini dapat dilihat mayoritas masyarakat


(3)

mampu berobat ke puskesmas dengan menggunakan biaya sendiri. Melalui pendapatan dari sektor pariwisata juga sebagian besar masyarakat mampu membeli kebutuhan tersier seperti roda dua. Disamping memberikan keuntungan bagi pelaku pariwisata sektor wisata juga memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar seperti ibu-ibu mempunyai kerja sampingan.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran yaitu:

1. Masyarakat sekitar objek wisata Lumban Silintong sebaiknya menambah jenis usaha yang lain atau yang memang belum ada di daerah objek wisata tersebut. Karena sektor pariwisata memberikan kesempatan dalam mengembangkan usaha, asal saja usaha tersebut benar-benar menarik dan dapat dijual di sektor pariwisata. Masyarakat sekitar objek wisata Lumban Silintong sebaiknya harus dapat menjadi tuan rumah di desanya sendiri, agar mereka tidak tersingkir dalam pengembangan usaha dan dapat ambil bagian di sektor pariwisata, sehingga pola perekonomian mereka meningkat dan dapat merubah hidup mereka lebih baik lagi. Karena apabila hal ini dibiarkan terus, penduduk asli akan tergusur oleh para pengusaha-pengusaha yang datang untuk mengembangkan usahanya. Pengelola pariwisata juga harus diberikan pelatihan khusus untuk menambah ketrampilan pengelolaan usaha pariwisata. Terutama pihak pemerintah seharusnya memberikan stimulus bagi masyarakat agar dapat berkembang dan terbantu dalam mensejahterakan hidupnya.


(4)

2. Sebaiknya masyarakat yang memang hanya memiliki usaha dalam bidang sektor pariwisata, harus memiliki banyak tabungan. Karena bisa saja sewaktu-waktu usaha yang dijalani mengalami kemunduran dalam menghasilkan pendapatan. Maka mereka harus menabung dari sekarang atau mencari pekerjaan sampingan agar kebutuhan tetap terpenuhi. Para pengelola usaha pariwisata sebaiknya membentuk sebuah koperasi dan organisasi yang baik dalam hal ini bertujuan untuk mengantisipasi berbagai perubahan yang datang serta memudahkan masyarakat untuk diorganisir.

Demikianlah saran dari peneliti, kiranya dapat memberi manfaat guna lebih dapat membina dan mempertahankan eksistensi Lumban Silintong sebagai daerah tujuan wisata.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Adi, Isbandi Rukminto, Drs. 1994. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: UI Press.

Indrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta : Erlangga.

Kaslany, HD. 1997. Peluang di Bidang Pariwisata. Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya.

Koentjaraningrat.1997. Metode-metode penelitian masayarakat. Jakarta : Aksara baru.

Lunberg, dkk. 1997. Ekonomi pariwisata. Jakarta: Gramedia pustaka utama. Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta Marpaung, Pendit S. 2002. Ilmu Pariwisata (Sebuah Pengantar Perdana).

Jakarta: Pradnya Paramita.

Maslow, A.1994. Motivasi dan kepribadian. Jakarta : PT. Pustaka Biman presindo Muhaidin, Syarif, Drs, M.Sc. 1984. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Bandung.

Mukhtar, E. Widodo. 2000. Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif. Yogykarta: Avyrouz.

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press.

Ross, Glenn F. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan : Grasindo Monoratama. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.


(6)

Soekadijo, R,G. 1997. Anatomi Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Soekanto, Soerjono. 2007, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada.

Soleman, Munandar. 1986. Ilmu Sosial Dasar Teori Dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung : PT. refika aditama

Sumardi, Mulyanto,dkk.1985. Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: CV Rajawali

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Jakarta : Andi.

Suyanto, Bagong. 1995. Perangkap Kemiskinan Problem dan Strategi Pengentasannya, Surabaya : Airlangga University Press.

Wardiyanto dan Baiquni. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Bandung : Lubuk Agung.

Sumber lain:

15.14 WIB).

(www.bps.go.id/?news=1010‎. Diakses pada tanggal 16April 2014, Pukul 21.20 WIB). (http://nationalgeographic.co.id. Diakses pada tanggal 16April 2014, Pukul 20.30 WIB)