Bloom 1980. Kasus anak jalanan yang terinfeksi HIVAIDS diperkirakan masih akan terus bertambah. Kehidupan seks bebas di kalangan anak jalanan menjadi
penyebab cepatnya penyebaran virus HIVAIDS. Anak-anak jalanan terkadang memiliki anggapan hubungan seksual di luar nikah sebagai hal yang wajar, karena
itu merupakan urusan dari anak jalanan itu sendiri dan tidak mengganggu kepentingan orang lain.
Mujiran, P, 2009.
5.4. Tindakan Informan
5.4.1. Tindakan Informan Apakah Pernah Mengalami Pelecehan Seksual
Berdasarkan hasil penelitian terhadap keseluruhan informan, dapat diketahui bahwasanya tindakan dari 5 informan menjawab tidak pernah terhadap
kasus pelecehan seksual, sedangkan 2 informan hampir pernah mengalami kasus
pelecehan seksual dengan hasil wawancara sebagai berikut :
”,,,Kok ada gerak-gerak langsung bangun, ada satu kali. ”,,,Gak pernah,,,,,karena disinipun ada abang kandung juga, abang angkatlah di
bilang kak. ”,,,Gak lah, belum pernah aku nya kok di jalanan,,,”
”,,,Hampir pernah, datanglah, kami lagi tidur golek-golek, jadi datang abang- abang 3 orang, jadi kami langsung duduk, gak mau tidur,,,”
”,,,Gak pernah, emang uda orang agak mabuk-mabuk, uda lasak-lasak, lebih baik pindahlah,,,”
”,,,Gak pernah,,,” ”,,,Hampir pernah, semalam, datanglah, kami lagi tidur golek-golek, jadi datang
abang-abang 3 orang, jadi kami langsung duduk, gak mau tidur,,,” Berdasarkan jawaban tersebut tindakan dari keseluruhan informan hanya
sebatas tingkatan persepsi perception dan respon terpimpin guided response sesuai teori Bloom 1980. Kekerasan lainnya adalah kekerasan dan eksploitasi
Universitas Sumatera Utara
seksual. Hampir seluruh anak jalanan perempuan pernah mengalami pelecehan seksual terlebih bagi anak yang tinggal di jalanan. Ketika tidur, kerapkali mereka
menjadi korban dari kawan-kawannya atau komunitas jalanan, misalnya digerayangi tubuh dan alat vitalnya Depsos, 2010.
5.4.2. Tindakan Informan Apakah Pernah Mengalami Penyimpangan
Seksual
Berdasarkan hasil penelitian terhadap keseluruhan informan, dapat diketahui bahwasanya tindakan dari keseluruhan informan menjawab tidak
pernah terhadap kasus penyimpangan seksual dengan hasil wawancara sebagai
berikut :
”,,,Gak pernah, gak mau di pegang, kok ada gerak-gerak langsung bangun,,,” ”,,,Gak pernah,,,”
”,,,Gak pernah, bisa 5 sampek 10 orang yang tiduran gitu,,,” ”,,,Gak pernah,
”,,,Kalo jalan-jalan ini misalnya balik-balik sendiri, insya allah belum pernahlah digangguin, janganlah,,,”
”,,,Belum pernah,,,” ”,,,Belum pernah,,,”
Berdasarkan jawaban tersebut tindakan dari keseluruhan informan hanya sebatas tingkatan persepsi perception dan respon terpimpin guided response
sesuai teori Bloom 1980. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak, namun masih saja kekerasan terhadap anak marak terjadi.
korban pembunuhan berantai yang dilakukan Baikuni alias Babe terhadap anak jalanan berusia dibawah 12 tahun mencapai 14 orang, korban dibunuh karena
menolak disodomi. Setelah disodomi, tubuh korban dimutilasi, dan kemudian dibuang Depsos, 2010.
Universitas Sumatera Utara
5.4.3. Tindakan informan Apakah Pernah Mengalami Kekerasan Seksual
Berdasarkan hasil penelitian terhadap keseluruhan informan, dapat diketahui bahwasanya tindakan dari keseluruhan informan menjawab tidak pernah
terhadap kasus kekerasan seksual dengan hasil wawancara sebagai berikut :
”,,,Gak pernah,,,” ”,,,Gak pernah,,,”
”,,,Gak pernah, kami pun di aksara sini rame, dan banyak yang kenal,,,” ”,,,Pernah aku mau diperkosa kak, hampir pernah, berondok aku di rumah-rumah
orang, disitu ada gelap-gelap, disitu aku berontak,,,” ”,,,Kalo anak-anak sini gak lasak-lasak tangannya, kalo di sini tidurnya misalnya
cewek nanti dekat-dekatan cewek, cowok sana jauh-jauhan,,,” ”,,,Kalo setau aku kak di jalanan ini ,,,,,tidak ada pemerkosaan kak, pande-pande
kita melobi mulut kita,,,,,istilahnya merayu-merayu dia,,,” ”,,,Pernah, di rumah kosong serdang itulah yang tadi, jadi cowok aku ini
disuruhnya cowok aku geser, jadi cowok awak ini gak mau, itulah ditokoknnya pake martil itu, rupanya, uda gitu, setelah itu ditarik keluar , minta tolong aku
ama orang, ku lemparlah dia pake batu, keluarlah aku ke pasar-pasar itu,,,” Berdasarkan jawaban tersebut tindakan dari keseluruhan informan hanya
sebatas tingkatan persepsi perception dan respon terpimpin guided response sesuai teori Bloom 1980. Berbagai penelitian, laporan program, hasil monitoring
dan pemberitaan media massa telah banyak mengungkap situasi buruk yang dialami oleh anak jalanan Semarang. Monitoring PAJS 1997 di kawasan Tugu
Muda pada periode Juli-Desember 1996, mencatat dari 22 kasus kekerasan terhadap anak jalanan 19 kasus 86,3 dilakukan oleh petugas keamanan
kepolisian, Satpol PP, dan TNI yang seharusnya memberikan perlindungan terhadap mereka.
Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah kekerasan dapat berdampak luar biasa pada anak. Akibat kekerasan pada anak bisa beragam, tergantung pada
Universitas Sumatera Utara
sifat dan tingkat keseriusannya. Namun kekerasan jangka pendek dan jangka panjang yang terulang-ulang dapat berakibat luar biasa. Kekerasan pada tahap
awal masa kanak-kanak dapat dapat mempengaruhi proses kematangan otak. Kekerasan pada anak yang berkepanjangan baik sebagai saksi maupun sebagai
korban dapat mengganggu sistem kekebalan dan sistem saraf dan dapat menimbulkan kecacatan, gangguan sosial, emosional dan kognitif anak serta
perilaku yang menyebabkan timbulnya penyakit, cedera dan masalah sosial Depsos, 2010.
5.4.4. Tindakan Informan Apakah Pernah Minum Alkohol
Berdasarkan hasil penelitian terhadap keseluruhan informan, dapat diketahui bahwasanya tindakan dari keseluruhan informan menjawab pernah
minum alkohol yaitu tuak, dengan hasil wawancara sebagai berikut :
”,,,Pernah, disinilah, dikasih, sikitlah, dari kawan, goyang-goyang ajalah, cakap- cakap sendiri, sama-sama ketawalah,,,”
”,,,Pernah, mensen, iya paling sering, tuak, patungan, , 1 gelas minum , nanti siap awak kan , orang lain kawan, sadar, tapi agak pening dikit, rasa tuaknya, kek
asam, ada manisnya, ada pahitnya, biasa aja,,,” ”,,,Pernah minum tuak rame-rame, pahit, kan lagi stress, nyaman juga, peninglah
bebayang-bayang gitu,,,” ”,,,Pernah minum tuak, black house, paling murah 7000 ribu, warnanya merah,
rasanya biasa aja, pahit, inilah black house lebih pahit, rame-rame lah, dikit- dikit,,,”
”,,,Kok minum palingan tuak, ceka-ceka semua, ya cuma enek-enekin mulut aja lah, kan biasanya ganja, jadi kan gak enak mancing kalo gak ada tuak,
”,,,Tuak itu kadang kak, karena tuak itu nggak pengaruh kali, itu kadang mengurang sakit pinggang, menenangkan pikiran,,,”
”,,,Tuak, ngoceh, kok ngak bawannya jalan, ada sih pahit, ada manis juga gulanya, mabuklah, kek mana, nyaman, diajak kawan juga,,,”
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan jawaban tersebut tindakan dari keseluruhan informan dengan tingkatan persepsi perception dan respon terpimpin guided response,
mekanisme mechanism dan adopsi adoption sesuai teori Bloom 1980. Tuak atau juga disebut arak di Nusantara adalah sejenis minuman yang merupakan hasil
fermentasi dari bahan minumanbuah yang mengandung gula. Tuak sering juga disebuat pula arak adalah produk yang mengandung alkohol. Bahan baku yang
biasa dipakai adalah: beras atau cairan yang diambil dari tanaman seperti nira kelapa atau aren, legen dari pohon siwalan atau tal, atau sumber lain.
Berdasarkan konsentrasi alkohol yang terkandung dalam tuak tersebut maka diduga bahwa
mengkonsumsi secara terus menerus akan dapat menimbulkan gangguan kesehatan Wikipedia.
Salah satu dampak yang ditimbulkan dari alkohol adalah menimbulkan efek euphoria yaitu berupa perasaan nyaman, dan tenang bagi peminumnya
sehingga membuat peminumnya lebih mudah untuk mengungkapkan emosi. Walaupun demikian, jika seseorang terlalu banyak minum alkohol yang terjadi
malah peminum akan mengungkapkan emosinya dengan terlalu berlebihan bahkan bisa menyebabkan terjadinya ganggguan mental organik GMO, yaitu
gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berperilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat Wiguna, 2008.
5.4.5. Tindakan Informan Apakah Pernah Menggunakan Napza
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 6 informan, dapat diketahui bahwasanya tindakan dari keseluruhan informan menjawab pernah menggunakan
Universitas Sumatera Utara
Napza, sedangkan 1 informan dalam 6 bulan terakhir tidak menggunakan lagi
dengan hasil wawancara sebagai berikut :
”,,,Ganja sekali kali, sama anak punk, lem juga termasuk,,,” “”,,,Tapi blak-blak aja kak, ganja, dengan rokok, iayalah, kadang empat kali, ya
kalo itu, gak menyebabkan penyakit, paling-paling bawaaan lapar, santai dia,,,” ”,,,Pernah, distro, tree x, gak, awak cuma dua itu aja kak, tadi malam cuma lima
pil, biasanya rasanya pening mual, lasak bawaannya kesana sini, mau berantem aja bawaannya, ngelem, lapan kali lebihlah, harganya lima ribu, rasanya pening,
ilusi, seperti orang apalah orang pauk gila,,,” ”,,,Aku make distro aja, ya telan aja langsung, gak ada rasa, di telan di minum,
uda, kadang dua puluh, kadang lima belas,,,” ”,,,Somadril, tiap ari, satu butir, apalagi kalo uda kena somadril ama, ama ganja,
ya biusnya cuma 10 jam, uda ilang, colok lagi, iya, biar enak aja , biar santai aja, kadang bawaanya mau marah ya kan, jadi kalo kena somadril, tenang,,,”
”,,,Pernah, masa lalu, sejak enam bulan terakhir udah ditinggalkan, semua pake kak, tapi kalo suntik gak pernah,,,”
”,,,Ganja, semalam, goceng, ya 3 batang, 2 batang, di buka rokoknya ,distrolah, 20 kadang 15, sekali nekan, rasanya kok uda habis apanya uda pening-pening, pahit
di mulutnya, kalo obat distro gak selera makan, lagian pun pening, setiap hari ngelem, satu kaleng, gak lah kadang bagi-bagi,,,”
Berdasarkan jawaban tersebut tindakan dari keseluruhan informan dengan tingkatan persepsi perception dan respon terpimpin guided response,
mekanisme mechanism dan adopsi adoption sesuai teori Bloom 1980. Pengguna NAPZA lain sebanyak 15 juta orang di seluruh dunia. Global Burden of
Diseases GBD yang diakibatkan dan yang terkait dengan pengunaan NAPZA adalah sebesar 8,9 sedangkan Global Mortality Rate akibat penggunaan
NAPZA sebesar 12.4 dan Disable Adjusted Life Years DALYs sebesar 8.9 . Gangguan penggunaan NAPZA dalam pola tertentu berkaitan erat dengan
penularan HIVAIDS dan dalam batas tertentu juga dengan kekerasan dan kemiskinan. Sementara itu prevalensi penyalahgunaan NAPZA lainnya di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia sulit untuk diketahui besarannya. Namun berdasarkan hasil perhitungan
estimasi yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional BNN diperkirakan ada 3,2 juta orang 1.5 dari total populasi di Indonesia mempunyai riwayat
menggunakan NAPZA. Kemenkes, 2010.
a. Ganja