bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang yang mengakibatkan luka”.
2. Menjatuhkan pidana atas diri terdakwa dengan pidana penjara selama 1
tahun 1 bulan 3.
Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa sebelum putusan ini berkekuatan hukum tetap, dikurangkan seluruhnya dari pidana
yang dijatuhkan 4.
Menetapkan agar terdakwa tetap ditahan 5.
Memerintahkan agar barang bukti nihil 6.
Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp. 1000,- Demikianlah diputuskan oleh Hakim Tunggal Hakim Anak Pengadilan
Negeri Medan pada hari Rabu tanggal 11 April 2007. oleh kami PINTA ULI TARIGAN, SH, putusan mana diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk
umum pada hari itu juga oleh Hakim tersebut dan dengan didampingi oleh ROSMERI SITINJAK, SH. Panitera Pengganti dan dihadiri oleh
SEPTERBRINA, SH Jaksa Penuntut Umum dihadapan terdakwa.
F. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Penelitian Kemasyarakatan
Putusan hakim harus memuat semua isi dari apa yang terjadi dalam proses peradilan dan semua unsur-unsur yang dilakukan untuk menunjang jalannya
proses persidangan agar tidak terjadi ke tidak sesuaian putusan hakim dengan
Universitas Sumatera Utara
yang diatur di dalam undang-undang.
33
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 59 ayat 1 Tentang Pengadilan Anak disebutkan: Sebelum mengucapkan putusannya, Hakim
memberikan kesempatan kepada orangtua, wali, atau orang tua asuh untuk mengemukakan segala hal ikhwal yang bermanfaat bagai anak. Ayat 2 :
Putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarkatan. Hal
tersebut jelas bahwa penelititan kemasyarakatan merupakan hal yang harus Putusan hakim terhadap Perkara no.
826Pid.B2007PN. Mdn tidak ada menyinggung masalah Penelitan kemasyarakatan, dalam putusan tersebut terdapat lamapiran Hasil penelitian
kemasyarakatan yang dilakukan oleh Balai pemasyarakatan namun pada bagian menimbang putusan tersebut sama sekali tidak ada menyinggung tentang litmas.
Sebenarnya penelitian kemasyarakatan itu harus di muat secara jelas agar kita paham apa yang menjadi fungsi Penelitian kemasyaraktan tersebut dan harus
disebutkan juga dalam putusan sehingga putusan tersebut ada kaitannya dengan Penelitian Kemasyarakatannya.
Sementara dalam putusan tersebut ada terlampir hasil penelitian kemasyarakatan yang dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan dan hasil Penelitian
Kemsyarakatan yang di buat Oleh Balai Pemasyarakatan tersebut sesuai dengan Buku petunjuk Bimbingan petugas kemasyarakatan Model BK 4, sebagai
pedoman yang baku bagi Petugas Balai Pemasyarakatan dalam melakukan Penelitian Kemasyarakatan.
33
Hasil wawancara dengan Hakim Anak Pengadilan Negeri mendan tanggal 19 April 2010 Di Pengadilan Negeri Medan
Universitas Sumatera Utara
dipertimbangkan sebelum ada putusa hakim yang berkekuatan hukum tetap karena jelas ada diatur dalam undang-undang, namun pada kenyataanya Putusan nomor
826Pid.B2007PNMdn. sama sekali tidak mempertimbangkan hasil Penelitian Kemasyarakatan dalam amar putusannya, bahkan dalam amar putusan hakim
tidak ada samasekali menyinggung tentang hasil penelitian kemasyarakatan yang telah dibuat oleh Pembimbing kemasyarakatan. Hal ini menyebabkan putusan
hakim tersebut batal demi hukum sebagaimana di sebutkan pada penjelasan pasal 59 ayat 3 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak “
yang dimaksud dengan wajib dalam ayat ini adalah apabila ketentuan ini tidak dipenuhi, mengakibatkan putusan batal demi hukum.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, pasal 28 ayat 1 menyebutkan : Berdasarkan pasal 28 Hakim wajib mengadili,
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidud dalam masyarakat. Hakim tidak saja menuntut putusan Hakim sesuai dengan hukum dan
atau memutuskan perkara mestinya tidak hanya membolak-balik fakta-fakta hukum dan berupaya menjustifikasi pandangannya berdasarkan bunyi kaidah-
kaidah hukum dalam peraturan perundang-undangan, tetapi dalam waktu bersamaan sisuai dengan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
34
Hasil penelitian kemasyarakatan memang sering tidak menjadi pertimbangan oleh hakim dalam memutus suatu perkara walaupun sebenarnya
Penelitian kemasyarkatan terhadap klien telah dilakukan oleh Pembimbing kemasyarakatan. Hal ini terjadi karena aparat penegak hukum di Negara kita
34
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Universitas Sumatera Utara
khususnya di lingkungan Sumatera Utara belum terjalinnya koordinasi yang baik antar lembaga penegak hukum itu sendiri baik dari Penyidik, Kejaksaan,
Pengadilan Dan Lembaga Balai Pemasyarakatan.
35
Masing-masing lembaga merasa punya kewenangan sendiri-sendiri tetapi demi terjaganya penegakan
hukum dan wibawa hukum di negeri ini sebaiknya harus ada koordinasi antar lembaga agar tercipta keadilan yang diharapkan sebagaimana cita-cita bangsa
Indonesia.
35
Hasil wawancara dengan petugas Pembimbing kemasyarakatan Tanggal 17 Mei 2010 Di BAPAS Klas I Medan
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, Petimbangan Hakim Terhadap Penelitian Kemasyarakatan Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak dapat disimpulkan
sebagai berikut : 1.
Peranan Balai Pemasyarakatan dalam penelitian kemasyarakatan dalam proses peradilan pidana, dalam Putusan Nomor 826Pid.B2007PN.Mdn secara
hukum belumlah terpenuhiterlaksana. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, Pasal 59 ayat 2 menyebutkan : “ Putusan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari pembimbing kemasyarakatan.” Yang
dimaksud dengan “wajib” dalam ayat ini adalah apabila ketentuan ini tidak dipenuhi, mengakibatkan putusan ini batal demi hukum. Undang-undang
Nomor 4 Tahun 2004 Tahun 2004 Tentang kekuasaan kehakiman, pasal 28 ayat 1 menyebutkan : berdasarkan pasal 28, Hakim wajib mengadili,
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Hakim tidak saja menuntut putusan Hakim sesuai dengan
hukum dan atau memutuskan perkara mestinya tidak hanya membolak-balik fakta-fakta hukum dan berupaya menjustifikasi pandangannya berdasarkan
bunyi kaidah-kaidah hukum dalam peraturan perundang-undangan, tetapi dalam waktu bersamaan sesuai dengan rasa keadilan yang hidup dalam
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Apabila ada upaya pemisahan, hendaklah dipertimbangkan bahwa pemisahan tersebut semata-mata demi pertumbuhan dan perkembangan anak
secara sehat dan wajar serta harus merupakan kesempatan terahirUltimum Remidium. Pasal 14, pasal 16 ayat 3 UU No. 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak, pasal 59 ayat 1, pasal 66 ayat 4 UU HAM No. 39 Tahun 1999. Hakim Anak memberikan putusannya dan apabila dibandingkan
dengan Rekomendasi Pembimbing Kemasyarakatan PK BAPAS yang tertuang di dalam hasil penelitian kemasyarakatan LITMAS dianggap tidak
sesuai dengan Rekomendasi dalam Penelitian kemasyarakatan. 2.
Bentuk pidana yang dijatuhkan hakim terhadap anak terkait dengan perkembangan teori pemidanaan. Undang-undang nomor 3 tahun 1997 juga
diatur mengenai batas umur anak nakal yang dapat diajukan ke sidang anak seperti tercantum dalam pasal 4 ayat 1, yaitu sekurang-kurangnya 8 tahun
tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin. Apabila anak yang bersangkutan telah mencapai umur 21 tahun, maka menurut pasal 4 ayat
2 Undang-undang nomor 3 tahun 1997 tetap diajukan ke sidang anak. Khusus mengenai sanksi terhadap anak dalam Undang-undang ini ditentukan
berdasarkan perbedaan umur anak, yaitu bagi anak yang masih berumur 8 sampai 12 tahun hanya dikenakan tindakan, sedangkan terhadap anak yang
telah mencapai umur 12 sampai 18 tahun dijatuhkan pidana. Pembedaan perlakuan tersebut didasarkan atas pertumbuhan dan perkembangan fisik,
mental dan social anak.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 24 Undang-undang nomor 3 tahun 1997 ditetukan bahwa ada tiga Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah :
a. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh;
b. Menyerahkan kepada Negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan
latihan kerja; atau c.
Menyerahkan kepada Departemen sosial, atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan pembinaan latihan
kerja. Pidana yang dijatuhkan terhadap anak nakal, menurut Pasal 23 Undang-
undang nomor 3 tahun 1997, meliputi pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok meliputi pidana penjara, pdana kurungan, pidana denda atau
pidana pengawasan; sedangkan pidana tambahan dapat berupa perampasan barang-barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi.
3. Pertimbangan Hakim terhadap penelitian kemasyarakatan dalam penjatuhan
pidana terhadap anak perkara putusan No. 826Pid.B2007PN.Mdn. Pasal 59 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 jelas disebutkan pada Pasal 1 :
Sebelum mengucapkan putusannya, Hakim memberikan kesempatan kepada orangtua, wali, atau orang tua asuh untuk mengemukakan segala hal ikhwal
yang bermanfaat bagai anak. Pasal 2 : Putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari
Pembimbing Kemasyarkatan. Dalam putusan ini hakim sama sekali tidak mempertimbangkan hasil Penelitian kemasyarkatan yang dilakukan oleh
Petugas Kemasyarakatan hal ini dilihat dari pertimbangan hakim dalam amar
Universitas Sumatera Utara
putusannya sama segala tidak ada menyinggung tentang hasil Penelitian Kemasyarakatan.
B. SARAN
1. Perlu Pemerintah dan DPR RI untuk mengamandemen Undang-undang
Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak dengan membuat Pasal khusus tentang kedudukan Penelitian Kemasyarakatan dan Pembimbing
Kemasyarakatan agar memiliki kedudukan hukum yang sama dengan aparat penegak hukum lainnya dalam menangani perkara anak yang berkonflik
dengan hukum, mulai dari proses penyidikan, penuntutan, dan putusan
pengadilan.
2. Pemerintah perlu lebih memperhatikan dan mengontrol kenerja aparat
penegak hukum agar dapat melaksanakan tugasnya secara professional khususnya dalam hal ini hakim, agar dalam menjatuhkan putusan terutama
kepada anak dapat lebih bijaksana. Anak sebagai generasi penerus bangsa perlu kiranya diperhatikan bagaimana masa depannya, sehingga dalam
menjatuhkan pidana terhadap anak diharapkan pidana tersebut dapat mendidik anak ke arah yang lebih baik dan tanpa mengurangi esensi dari penegakan
hukum itusendiri. Masa depan bangsa kedepan berada di tangan Anak,
sehingga perlu kiranya memperhatikan kehidupan dan masa depan anak.
3. Hakim dalam menjatuhkan putusan agar mempertimbangkan semua yang
termuat dalam persidangan sehingga Undang-undang atau peraturan sebagai dasarlandasan hakim dalam memutus suatu perkara dapat terlaksana dengan
baik sesuai dengan tujuan pembentukan aturan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN BAPAS DALAM
PENELITIAN KEMASYARAKATAN DALAM PROSES PERADILAN PIDANA
A. Peranan Balai Pemasyarakatan