Faktor-Faktor Ibu Memilih Pemberian Susu Formula Pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

(1)

FAKTOR-FAKTOR IBU MEMILIH PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA LUBUK ROTAN KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013

ERNI FEBRINA SIREGAR 125102123

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA 2013


(2)

(3)

(4)

Faktor-Faktor Ibu Memilih Pemberian Susu Formula Pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

ABSTRAK Erni Febrina Siregar

Latar Belakang : pemberian susu formula merupakan pemberian makanan berupa susu yang sesuai dan bisa diterima oleh sistem tubuh pada bayi yang ditujukan secara khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sebagai pengganti sebagian atau hampir semua dari ASI yang karena sesuatu hal ASI tidak bisa diberikan secara penuh atau sebagian. Persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai 6 bulan yaitu 15,3% dan yang memberikan susu formula pada bayi sebanyak 71,3% dan pada bayi kelompok umur 0 – 5 bulan 74,0%.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan.

Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 48 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat.

Hasil : hasil uji statistik diperoleh faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang bedagai berdasarkan faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam) yaitu sebanyak 46 orang (95,8%), berdasarkan faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan) yaitu 32 orang (66,7%) dan faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan) yaitu 38 orang (79,2%).

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini, bahwa faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan yang paling dominan adalah berdasarkan faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam), faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan) dan faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan). Oleh karena itu disarankan pada petugas kesehatan agar meningkatkan upaya promosi kesehatan yakni peningkatan kualitas penyuluhan kesehatan, motivasi dalam pelayanan kesehatan terutama ASI esklusif.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Hubungan faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga peneliti dapat membuat Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns.M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Abdul Rasyid selaku Kepala Desa Lubuk Rotan yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam melakukan penelitian.


(6)

6. Teristimewa Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dukungan kepada peneliti sehingga Karya Tulis Ilmiah penelitian ini selesai.

7. Terima kasih bagi teman - teman Program D-IV Bidan Pendidik yang tidak bisa disebutkan satu persatu.Terima Kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari ALLAH SWT. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK. ... i

KATA PENGANTAR. ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Bagi Peneliti ... 4

2. Bagi Institusi Pendidikan ... 4

3. Bagi Kepala Desa ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bayi ... 5

1. Pengertian bayi. ... 5

2. Tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan&stimulasi pendukungnya. .. 5

B. ASI ... 6

1. Pengertian ASI. ... 6

2. Pengertian ASI Esklusif. ... 6

3. Komposisi gizi dalam ASI. ... 7

4. Pola pemberian ASI. ... 9

5. Manfaat pemberian ASI. ... 10

C. Susu Formula ... 12


(8)

2. Jenis-jenis susu formula. ... 12

3. Kandungan nutrisi susu formula. ... 13

4. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula. ... 14

D. Peran ibu terhadap pemberian susu formula ... 18

E. Hubungan peran ibu terhadap pemberian susu formula ... 19

BAB III KERANGKA KONSEP A.Kerangka Konsep ... 21

B. Definisi Operasional ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Tempat Penelitian ... 24

D.Waktu Penelitian ... 24

E. Etika Penelitian ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 25

G.Uji Validitas dan Realibilitas ... 25

H.Prosedur Pengumpulan Data ... 26

I. Analisis Data ... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 29

B. Pembahasan ... 33

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi Operasional ... 22 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan data demografi responden... ... 30 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor predisposisi di

desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang bedagai tahun

2013...

... 31

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor pendukung di desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang bedagai tahun

2013...

... 32

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor pendorong di desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang bedagai tahun 2013...


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka konsep faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar persetujuan menjadi responden Lampiran 2 : Lembar kuesioner

Lampiran 3 : Lembar persetujuan content validity

Lampiran 4 : Surat izin melakukan penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 5 : Balasan surat izin penelitian

Lampiran 6 : Master tabel Lampiran 7 : Frekuensi tabel

Lampiran 8 : Lembar konsultasi karya tulis ilmiah Lampiran 9 : Daftar riwayat hidup


(12)

Faktor-Faktor Ibu Memilih Pemberian Susu Formula Pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

ABSTRAK Erni Febrina Siregar

Latar Belakang : pemberian susu formula merupakan pemberian makanan berupa susu yang sesuai dan bisa diterima oleh sistem tubuh pada bayi yang ditujukan secara khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sebagai pengganti sebagian atau hampir semua dari ASI yang karena sesuatu hal ASI tidak bisa diberikan secara penuh atau sebagian. Persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai 6 bulan yaitu 15,3% dan yang memberikan susu formula pada bayi sebanyak 71,3% dan pada bayi kelompok umur 0 – 5 bulan 74,0%.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan.

Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 48 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat.

Hasil : hasil uji statistik diperoleh faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa lubuk rotan kecamatan perbaungan kabupaten serdang bedagai berdasarkan faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam) yaitu sebanyak 46 orang (95,8%), berdasarkan faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan) yaitu 32 orang (66,7%) dan faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan) yaitu 38 orang (79,2%).

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini, bahwa faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan yang paling dominan adalah berdasarkan faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam), faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan) dan faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan). Oleh karena itu disarankan pada petugas kesehatan agar meningkatkan upaya promosi kesehatan yakni peningkatan kualitas penyuluhan kesehatan, motivasi dalam pelayanan kesehatan terutama ASI esklusif.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, berguna bagi makanan bayi. Dimana cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui (Khamzah, 2012).

WHO menyatakan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama bayi adalah yang terbaik. Dengan demikan ketentuan (ASI eksklusif 4 bulan) tidak berlaku lagi. Alasan pemerintah mendorong para ibu memberikan ASI eksklusif adalah pemberian makanan padat atau tambahan terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI (Kodrat, 2010).

Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia (WHO). Di Indonesia rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan pemberian susu formula 3 kali lipat. Saat ini, jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai berumur 6 bulan masih rendah, yakni kurang dari 2% dari jumlah total ibu melahirkan. Susu formula merupakan produk makanan sintetis yang susunan kimiawi susu sapinya tidak begitu banyak karena mayoritas mengandung probiotik dan DHA, dengan demikian susu formula tersebut sama sekali tidak dapat menggantikan khasiat ASI (Yuliarti, 2010).

Para ahli memperkirakan terjadi peningkatan kasus alergi dalam 10 tahun terakhir. Salah satu penelitian di tahun 2007 menyebutkan bahwa alergi susu sapi merupakan


(14)

bentuk alergi makanan yang paling sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 2 tahun, diperkirakan 2–7,5% anak dalam kelompok umur ini mengalami alergi protein susu sapi. Alergi susu sapi sering ditemukan terutama dibawah usia 12 bulan. Hal ini dihubungkan dengan sistem saluran cerna. Gejala klinis yang paling sering muncul adalah gangguan saluran cerna sebesar 50-80% mulai muntah, diare berlanjut yang kadang-kadang disertai darah, konstipasi/sembelit (Yuliarti, 2010).

Pemberian susu formula pada bayi ditahun pertama biasanya dilakukan karena keadaan – keadaan yang terjadi pada ibu yaitu puting rata/terbenam, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, infeksi payudara, abses payudara dan pekerjaan (Candra, 2012).

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 cakupan ASI eksklusif pada bayi berusia kurang dari 6 bulan hanya 32%. Pada saat yang sama, jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada 2007 (Handy, 2010).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilaksanakan tahun 2010 di Indonesia, persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan yaitu 15,3% dan yang memberikan susu formula pada bayi kelompok umur 0 – 5 bulan 74,0%. Dimana yang memberikan susu formula tertinggi terdapat di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 95,2% dan terendah terdapat di Sulawesi Barat yaitu 16,7% (Riskesdas, 2010).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilaksanakan pada tahun 2010 provinsi Sumatera Utara, yang memberikan susu formula pada bayi sebanyak 73,5% dan yang memberikan makanan prelaktal atau MP-ASI pada bayinya, yaitu sebanyak 53,7% (Riskesdas, 2010).


(15)

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan, dengan mengambil sampel 9 orang ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan didapati 9 orang ibu tersebut memberikan susu formula pada bayinya. Sehubungan dengan hal ini, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Faktor-Faktor Ibu Memilih Pemberian Susu Formula Pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, Apakah faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan faktor predisposisi.


(16)

b. Untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan faktor pendukung.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan faktor pendorong.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang ASI yang lebih baik dari susu formula, serta memotivasi ibu menyusui dalam memberikan ASI sehingga terjadilah keberhasilan dalam menyusui.

2. Bagi Institusi Pendidikan D-IV USU

Sebagai bahan masukan atau sebagai informasi yang berguna bagi mahasiswa sehingga mahasiswa sejak dini dapat memikirkan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor tersebut dan dapat diaplikasikan lansung kelapangan praktek atau kerja, juga sebagai bahan perpustakaan bagi pendidikan dan sebagai bahan bacaan dalam kegiatan proses belajar.

3. Bagi Kepala Desa Lubuk Rotan

Penelitian ini digunakan agar kepala desa membuat satu kebijakan kepada tenaga kesehatan yang berada didesa agar kiranya menginformasikan ASI lebih baik dari susu formula.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi

1. Pengertian Bayi

Bayi adalah makhluk yang hadir kedunia dengan sebuah mekanisme bawaan untuk menyenangkan orang lain, dan hanya meminta balasan berupa kondisi lingkungan yang tepat, yang memungkinkan bertumbuh kembangnya "benih sifat pengasih" yang secara alami telah ada dalam dirinya (Lama,2010).

Bayi merupakan individu dengan pola pertumbuhan dan perkembangan yang unik (Lewis, 2010).

Bayi merupakan suatu tahap perkembangan manusia setelah dilahirkan (Puspita, 2010).

2. Tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan dan stimulasi pendukungnya Berikut gambaran umum tumbuh kembang bayi umur 0-6 bulan.

a. Tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan

Mulai mampu mengontrol gerakan-gerakan otot-ototnya, menggerakkan tangan dan kakinya, ketika dia bergerak seolah-olah kejang itu adalah cara dia belajar mengendalikan diri.

b. Tumbuh kembang bayi usia 1,5 – 3 bulan

Umumnya sudah mulai mampu mengangkat kepala di posisi telungkup. Aktif belajar mengontrol dan mengendalikan gerakan otot tangan dan kaki, menggenggam benda-benda kecil disekitar atau yang diberikan kepadanya.


(18)

c. Tumbuh kembang bayi usia 3 – 6 bulan Motorik kasar

Mampu mengangkat dan menahan kepalanya beberapa saat lamanya. Mampu menggunakan kedua tangan untuk menahan tubuhnya sambil bergerak maju pada posisi ditelungkupkan.

Motorik halus

Mampu menggunakan kedua tangan untuk meraih dan menggenggam sebuah benda. Mulai memasukkan semua benda yang dipegangnya ke

B. ASI

1. Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) menurut WHO Geneva merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung berasal dari kelenjar payudara ibu (Harry, 2009).

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, berguna bagi makanan bayi. ASI merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui (Khamzah, 2012).

2. Pengertian ASI Eksklusif

Menurut WHO, ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain (Fendy, 2009).

ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih serta tanpa tambahan


(19)

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim (Wulandari, 2011).

3. Komposisi gizi dalam ASI

Menurut Utami (2005 dalam Wulandari 2011) ASI mengandung lebih dari 200 unsur pokok,antara lain zat putih telur,lemak,karbohidrat,vitamin,mineral,faktor pertumbuhan, hormon,enzim,zat kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia ini sangat tepat bagai suatu simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia.

Komposisi ASI antara lain : a. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan lebih banyak dari PASI. Rasio jumlah dalam laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak, serta pemberian energi untuk kerja sel-sel saraf, mencegah pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium dan mineral-mineral lain (Prasetyono, 2012).

b. Protein

Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi. Protein yang terdapat pada ASI dan susu sapi terdiri atas protein whey dan casein. Didalam ASI lebih banyak terdapat protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi. Sedangkan casein cenderung


(20)

lebih susah dicerna oleh usus bayi, yang banyak terkandung dalam susu sapi. ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi, yaitu taurin. Asam amino jenis ini banyak ditemukan di dalam ASI yang sangat penting perannya bagi perkembangan otak. ASI juga kaya nukleotida yang berperan meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, meningkatkan penyerapan besi, dan meningkatkan daya tahan tubuh (Khamzah, 2012).

c. Lemak

Lemak pada ASI merupakan lemak penghasil energi utama. ASI lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Lemak adalah zat gizi yang berperan penting dalam proses metabolisme. Kadar lemak dalam ASI juga lebih mudah diuraikan dan diserap oleh tubuh dibandingkan lemak yang terdapat di dalam air susu sapi. Lemak ASI terdiri dari beberapa jenis antara lain: DHA,ALA,AA dan lain sebagainya. DHA merupakan zat yang penting untuk membantu pertumbuhan, perkembangan, serta mempertahankan fungsi kerja jaringan otak. Selain itu, lemak dalam ASI juga berpengaruh untuk membentuk kulit sehat (Kodrat, 2010).

d. Mineral

Mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat dalam susu sapi adalah kalsium yang berguna bagi pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium dalam ASI lebih rendah dari pada susu sapi, namun penyerapannya lebih besar. Bayi yang mendapat ASI esklusif sangat kecil resikonya kekurangan zat besi, meskipun kadar zat besi dalam ASI rendah. Hal ini dikarenakan zat besi yang


(21)

terkandung dalam ASI lebih mudah diserap dari pada susu sapi. Mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI dibandingkan susu sapi dan susu formula adalah selenium, yang berfungsi mempercepat pertumbuhan anak (Khamzah, 2012).

e. Vitamin

Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti semua vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Vitamin D yang larut air terdapat dalam susu. Mengenai hal ini, perlu diketahui bahwa vitamin D yang larut lemak dan jumlah vitamin A, tiamin, dan vitamin C bervariasi sesuai makanan yang dikonsumsi oleh ibu (Prasetyono, 2012).

d. Air

Kira-kira 88% ASI terdiri dari air, yang berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat didalamnya yang sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi (Wulandari, 2011).

4. Pola pemberian ASI a. Persiapan menyusui

Meskipun pada masa kehamilan ibu belum menyusui, namun ibu tetap perlu mengikuti management laktasi. Ibu perlu melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Managemen laktasi dimulai sejak umur enam bualan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. Ibu hamil juga memperhatikan gizi makanan dari mulai kehamilan trimester kedua. Peran keluarga dalam laktasi sangat diperlukan (Kodrat, 2010).


(22)

b. Cara menyusui

Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan posisi menyusui sambil duduk yaitu sangat sering dilakukan oleh sebagian besar ibu sebab posisi ini menguntungkan bagi bayi dan ibu, posisi menyusui sambil berdiri dengan cara berdiri menggendong bayi dan menyusui bayinya, posisi menyusui sambil berbaring dengan berbaring bersama bayi ditempat tidur dengan perut saling bersentuhan, dada ibu kemulut bayi ketika mulut bayi terbuka lebar tarik kepalanya kearah payudara (Kodrat, 2010).

5. Manfaat pemberian ASI a. Manfaat bagi bayi

1) ASI mengandung komposisi yang tepat

Yaitu dari berbagai bahan makanan untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

2) Terhindar dari alergi

Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini.

3) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Lemak tak jenuh pada ASI mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI esklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak.


(23)

b. Manfaat bagi ibu 1) Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf sensorik, sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi dan menjarangkan kehamilan bila diberikan hanya ASI esklusif dan belum terjadi menstruasi kembali.

2) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. 3) Aspek Psikologis

Keuntungan menyusui Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

c. Manfaat pemberian ASI bagi keluarga

ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain dan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat d. Manfaat pemberian ASI bagi negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

2) Menghemat devisa negara dan subsidi untuk rumah sakit 3) Peningkatan kualitas generasi penerus (Wulandari, 2011).


(24)

C. Susu Formula

1. Pengertian Susu Formula

Susu Formula menurut WHO adalah susu yang sesuai dan bisa diterima oleh sistem tubuh pada bayi. Susu formula yang baik tidak menimbulkan gangguan saluran pencernaan seperti diare,muntah,atau kesulitan buang air besar dan gangguan lainnya seperti batuk,sesak,dan gangguan kulit (Khamzah, 2012).

Secara definisi formula bayi adalah makanan yang ditujukan secara khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sebagai pengganti sebagian atau hampir semua dari ASI yang karena sesuatu hal ASI tidak bisa diberikan secara penuh atau sebagian (Auditya, 2012).

2. Jenis-jenis susu formula a. Susu formula adaptasi

Susu formula adaptasi (adapted berarti disesuaikan dengan kebutuhan bagi bayi baru lahir) digunakan untuk bayi baru lahir sampai umur 6 bulan.

b. Susu formula awal lengkap

Susu formula awal lengkap (complete starting formula) berarti susunan zat gizinya lengkap dan pemberiannya dapat dimulai setelah bayi dilahirkan.

c. Susu formula follow-up

Formula follow-up (follow-up diartikan lanjutan,mengganti formula bayi yang sedang dipakai dengan formula tersebut).

d. Susu formula prematur

Susu formula prematur digunakan untuk bayi yang lahir prematur, memiliki komposisi zat gizi yang lebih besar dibandingkan dengan formula biasa.


(25)

e. Susu Hipoalergenik (Hidrolisat)

Susu formula hipoalergenik atau hidrolisat diberikan kepada bayi yang mengalami gangguan pencernaan protein. Protein yang masuk melalui makanan tidak dapat diserap oleh usus dan dikeluarkan lagi melalui feses.

f. Susu Soya

Susu soya bebas laktosa untuk bayi dan anak yang mengalami alergi terhadap protein susu sapi. Soya menggunakan isolat protein kedelai sebagai bahan dasar dan memiliki kandungan protein tinggi yang setara dengan susu sapi.

g. Susu rendah laktosa atau tanpa laktosa

Susu bagi bayi yang tidak mampu mencerna laktosa karena tidak memiliki enzim untuk mengolah laktosa (Khamzah, 2012).

3. Kandungan nutrisi susu formula a. Lemak

Kadar lemak yang disarankan susu formula adalah antara 2,7-4,1 gr/100 ml. b. Protein

Kadar protein dalam susu formula harus berkisar antara 1,2-1,9 gr/100 ml. c. Karbohidrat

Kandungan karbohidrat yang disarankan susu formula antara 5,4-8,2 gr/100 ml. d. Mineral

Kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga jumlahnya berkisar antara 0,25-0,34 g tiap 100 ml.

e. Vitamin


(26)

4. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula a. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor predisposisi (predisposing factor),yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). 1) Putting susu datar/terbenam

Masalah yang sering terjadi pada menyusui terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah menyusui pada masa antenatal yaitu putting susu datar/terbenam. Oleh karena itu perlu diberikan penjelasan tentang pentingnya perawatan payudara, cara menyusui yang benar, dan hal-hal yang erat hubungannya dengan proses menyusui (Wulandari, 2011).

Ada beberapa bentuk puting susu, panjang, pendek, dan datar atau terbenam. Dengan kehamilan,biasanya puting menjadi lentur. Namun,memang kerap terjadi sampai sesudah bersalin,puting belum juga menonjol keluar. Banyak ibu langsung menganggap hilang peluangnya untuk menyusui. Padahal, puting hanya kumpulan muara saluran ASI dan tidak mengandung ASI. ASI di simpan di sinus laktiferus yang terletak di daerah aerola mamae. Jadi, untuk mendapatkan ASI,aerola mamae yang perlu dimasukkan ke dalam mulut bayi agar isapan dan gerakan lidah dapat memerah ASI keluar (Danuatmaja, 2007).

Walaupun 97% wanita dapat menyusui, ada situasi tertentu yang membuat menyusui menjadi sulit dilakukan. Sekitar 2% wanita memiliki putting susu yang masuk kedalam ketika areola ditekan. Sementara 5-8% wanita, memiliki putting susu rata yang tidak mencuat keluar saat distimulasi. Banyak wanita


(27)

dengan putting susu rata tetap bisa menyusui bayinya dengan efektif. Yang penting bukan ukuran, melainkan kelenturan kulit disekelilingnya dan semudah apa bayi dapat menariknya sebagai dot untuk dihisap (Riksani, 2012).

Sejak kehamilan trimester terakhir, ibu yang tidak mempunyai resiko kelahiran prematur, dapat diusahakan mengeluarkan putting susu datar atau terbenam dengan tekhnik atau gerakan Hoffman yang dikerjakan 2x sehari (Wulandari, 2011).

Bila terjadi puting susu terbenam, puting akan masuk kedalam areola sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini seharusnya sudah diketahui sejak dini, paling tidak pada saat kehamilan, sehingga dapat diusahakan perbaikannya (Nugroho, 2011).

b. Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor pendukung (enabling factor),yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

1) Kurang tersedianya sarana kesehatan

Sidi (2004) salah satu kendala mensukseskan program ASI eksklusif adalah meningkatnya tenaga kerja wanita, sedangkan cuti melahirkan hanya 12 minggu dan 4 minggu harus diambil sebelum melahirkan. Selama cuti ibu hanya memberikan ASI, jangan memperkenalkan susu formula dengan alasan agar terbiasa karena akan ditinggal kerja, tempat kerja disiapkan menjadi


(28)

“mother-friendly working place” dimana terdapat fasilitas untuk memerah dan menyimpan ASI, bila fasilitas mengizinkan disediakan tempat penitipan bayi.

Ada faktor yang membuat sebagian ibu muda tidak menyusui bayinya karena mendapat informasi yang salah yaitu kurangnya program kesejahteraan sosial yang terarah, yang dijalankan oleh beberapa instansi pemerintahan di negara-negara berkembang. Kebiasaan para ibu yang bekerja, mendukung rendahnnya tingkat ibu yang menyusui. Demikian halnya dengan kekhawatiran ibu yang menganggap bahwa produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan makanan bayi. Anggapan ini sering menjadi kendala bagi ibu, yang akhirnya mencari alternatif lain dengan memberi susu pendamping manakala bayi lapar. Hal-hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari pola dasar pemberian ASI menjadi pemberian susu formula (Prasetyono, 2012).

Bagi ibu yang bekerja menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja tetap harus memberi ASI kepada bayinya karena banyak keuntungannya. Jika memungkinkan bayi dapat dibawa ketempat ibu bekerja. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila ditempat kerja atau disekitar tempat bekerja tidak tersedianya sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila tempat kerja dekat dengan rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui bayinya pada waktu istirahat atau minta bantuan seseorang untuk membawa bayinya ketempat kerja. Walaupun ibu bekerja dan tempat bekerja jauh dari rumah, ibu tetap dapat memberikan ASI kepada bayinya. Berikan ASI secara eksklusif dan sesering mungkin selama ibu cuti melahirkan (Wulandari, 2011).


(29)

c. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

1) Kurangnya petugas kesehatan

Petugas kesehatan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran petugas dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi (Nugroho, 2011).

Sebagian ibu muda tidak menyusui bayinya karena mendapat informasi yang salah yaitu ketiadaan perhatian yang sungguh-sungguh dari para ahli kesehatan untuk menggalakkan kebiasaan menyusui anak (Prasetyono, 2012).

Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI dan penerangan tentang ASI (Soetjiningsih, 1997).

Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Seorang dokter atau tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam bidang laktasi, seharusnya mengetahui bahwa walaupun menyusui itu merupakan suatu proses alamiah, namun untuk mencapai suatu keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik menyusui yang benar (Wulandari, 2011).

Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan,


(30)

melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI dengan langkah kebehasilan menyusui. Beberapa hambatan kurang berperannya petugas kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dalam kontek ASI ekslusif lebih banyak karena kurang termotivasinya petugas untuk menjalankan peran mereka disamping pengetahuan konseling ASI yang masih kurang (Mei, 2011).

Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa di dalam penatalaksanaan pemberian ASI. Sebagian besar aspek penatalaksanaan kebidanan dari pemberian ASI adalah didasarkan pada pemahaman atas perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi dalam wanita yang sedang berlaktasi post partum. Para bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Bukti menunjukkan bahwa bila ibu tahu cara yang benar untuk memposisikan bayinya pada payudaranya, menyusui pada waktu yang diinginkan bayinya (on demand) dan memperoleh dukungan serta memperoleh percaya diri tentang kemampuannya memberi ASI, berbagai penyulit yang umum dapat dihindari atau dicegah (Wulandari, 2011).

D. Peran ibu terhadap pemberian susu formula

Rendahnya pengetahuan tentang manfaat ASI dan gencarnya informasi susu formula membuat masa depan banyak anak Indonesia dikorbankan. pemberian ASI secara benar dapat mengurangi risiko ibu menderita berbagai penyakit, mulai dari kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur, rematik, keropos tulang, hingga kencing manis. Pemberian ASI yang benar terdiri atas beberapa tahap, mulai dari


(31)

inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan, pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan yang dibuat sendiri, dan menyusui hingga bayi berumur 2 tahun (Candra, 2012).

Peran ibu, sebagai pelopor peningkatan kualitas sumber daya Indonesia, patut menyadari dan meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang gerakan ini. Pada dasarnya, segera setelah melahirkan, secara naluri ibu mampu menjalankan tugasnya untuk menyusui. Namun, untuk mempraktekkan bagaimana menyusui yang baik dan benar, setiap ibu perlu mempelajarinya (Nugroho, 2011).

Banyak sekali masalah-masalah pada ibu menyusui yang timbul karena berbagai sebab. Masalah menyusui pasti akan datang menghampiri para ibu saat para ibu sedang menyusui bayinya. Dengan mendapat informasi yang tepat, masa menyusui diharapkan menjadi masa menyenangkan bagi ibu maupun bayi (Kodrat, 2010).

Pada dasarnya, pemberian makanan pengganti ASI diperbolehkan bila ibu benar-benar kekurangan ASI pada masa menyusui. Ketika kondisi seperti itu, hendaknya berkonsultasi dengan dokter. Jika bayi terpaksa meminum susu formula, dokter dapat memberikan saran mengenai susu formula yang dianggap cocok untuk bayi berdasarkan komposisi makanan tambahan atau pengganti ASI (Prasetyono, 2012).

E. Hubungan antara peran ibu terhadap pemberian susu formula

Di Indonesia, saat ini begitu banyak beredar berbagai jenis susu formula mulai dari yang mahal sampai yang relatif murah. Seringkali ibu yang terpaksa menggunakan susu formula bingung memilih yang tepat bagi bayinya. Apalagi bercampur dengan informasi dagang yang berlebihan (Auditya, 2012).


(32)

Untuk bayi dengan resiko tinggi seperti terlahir secara prematur, terlahir dengan berat badan < 2000 g dan bayi terlahir dari ibu yang positif mengidap HIV keperluan rekomendasi yang diberikan secara medik adalah dengan pemberian nutrisi melalui susu formula khusus bayi. Dengan demikian susu formula bubuk bayi diberikan pada bayi pada saat setelah persalinan. Pemberian asupan nutrisi melalui pemberian susu formula bayi bertujuan memberikan segala keperluan nutrisi bayi (Misgiyarta,2008).

Kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Kunci keberhasilan menyusui yang utama adalah kemauan yang kuat pada diri ibu untuk menyusui anaknya. Kemauan tersebut bisa timbul dari dalam dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya (Prasetyono, 2012).

Gerakan penggalangan sadar ASI kini mulai disadari oleh semua pihak dan dilakukan dimana-mana. Susu formula banyak menjadi pilihan konsumen, sebab mereka menganggap kandungan gizinya lebih alami. Dengan memulai kesadaran dari sendiri dahulu mungkin dapat meminimalkan ketergantungan ibu menggunakan susu formula. Ibu harus menyadari bahwa sangat penting memberikan ASI eksklusif pada bayi (Kodrat, 2010).

Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI dengan langkah kebehasilan menyusui. Beberapa hambatan kurang berperannya petugas kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dalam kontek ASI ekslusif lebih banyak karena kurang termotivasinya petugas untuk menjalankan peran mereka disamping pengetahuan konseling ASI yang masih kurang (Sitaresmi, 2011).


(33)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008).

Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor-faktor :

1. Faktor predisposisi 2. Faktor pendukung 3. Faktor pendorong

Pemberian Susu Formula


(34)

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur Faktor-Faktor

1. Faktor predisposisi a) Putting

datar / terbenam

Keadaan dimana putting susu mendatar dan masuk kearah dalam ketika areola ditekan dan tidak mencuat keluar saat distimulasi.

Kuesioner Pengisian kuesioner oleh responden 1=Ya 0=Tidak Ordinal

2. Faktor pendukung b) Kurang

tersedianya sarana kesehatan

Keadaan dimana kurang tersedianya sarana kesehatan ditempat kerja / disekitar tempat bekerja ibu menyusui yang dimana tidak tersedianya sarana pojok laktasi.

Kuesioner Pengisian kuesioner oleh responden 1=Ya 0=Tidak Ordinal

3. Faktor pendorong c) Kurangnya petugas kesehatan Keadaan dimana kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan / dorongan tentang manfaat pemberian ASI dan mencegah

masalah-masalah umum yang terjadi.

Kuesioner Pengisian kuesioner oleh responden 1=Ya 0=Tidak Ordinal


(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memberikan susu formula pada bayi berusia 0-6 bulan pada bulan Maret–Mei 2013 di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 48 orang. 2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini dengan kriteria. Ibu yang memberikan susu formula pada bayi berusia 0-6 bulan yang tinggal di desa Lubuk Rotan, yang bersedia menjadi responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitan ini menggunakan Total sampling yaitu seluruh ibu yang memberikan susu formula pada bayi berusia 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 48 orang.


(36)

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai.

D. Waktu Penelitian

Penelitian tentang faktor- faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai pada Maret – Mei 2013.

E. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan izin yaitu dari Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(37)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipergunakan pada penelitian ini berupa kuesioner, dengan menggunakan pertanyaan open ended question yaitu berupa dichotomy question yaitu “ya” atau “tidak”, terdiri dari bagian pertama yaitu data demografi, kedua yaitu petunjuk pengisian, ketiga yaitu kuesioner penelitian tentang faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan .

Kuesioner tentang faktor- faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan terdiri dari faktor predisposisi (pertanyaan 1-8), faktor pendukung (pertanyaan 9-16), faktor pendorong (pertanyaan 17-24). Bentuk pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak. Nilai 1 untuk jawaban “ya” dan nilai 0 untuk jawaban “tidak” (Nursalam,2008 ).

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum dilakukan penelitian yang sebenarnya dilakukan uji coba instrumen dengan melakukan validitas dan reliabilitas instrumen yang bertujuan untuk mendapatkan alat ukur yang benar-benar sahih dan handal.

1. Uji Validitas

Uji Validitas dilakukan dengan cara content validity untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel content validity diuji oleh dosen Fakultas Keperawatan Program D-IV Bidan Pendidik, sehingga instrument yang digunakan tersebut dinyatakan valid dan mampu mengukur variabel yang akan diukur. Dalam penelitian ini dimana sebelum membuat instrumen penelitian terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori,


(38)

maka selanjutnya dikonsulkan dengan ahli atau pakarnya. Dalam hal ini instrumen dikonsultasikan kepada Hj.Juliani,SST,MARS dengan hasil Content Validity Indeks 0,74 sehingga instrument yang digunakan tersebut dinyatakan valid dan mampu mengukur variabel yang akan diukur.

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukuran yang digunakan reliable atau tidak. Pada penelitian ini uji reabilitas dihitung dengan menggunakan cronbach’s alpha dengan bantuan program SPSS dengan uji analisa datanya dengan menggunakan Kuder Richardson 21 (KR – 21) yaitu butir pertanyaannya bernilai genap dimana jawaban pertanyaan dichotomy question yaitu “ya” atau “tidak”. Menurut Sugiono (2009) sebuah instrumen dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitasnya di atas 0,60. Peneliti melakukan uji reabilitas terhadap 20 responden, diperoleh koefisien alpha cronbach’s pada faktor predisposisi sebesar 0,623, faktor pendukung sebesar 0,617 dan faktor pendorong sebesar 0,681. Oleh karena nilai koefisien reliabilitasnya lebih besar dari 0,60 maka instrument dinyatakan reliable.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Ada beberapa prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini, yaitu :

1. Mendapatkan surat permohonan izin pelaksanaan dari Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(39)

2. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Responden diperoleh dengan wawancara langsung, kemudian menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden.

4. Menanyakan persetujuan responden menjadi responden secara suka rela. 5. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani

lembar persetujuan (Informed Consent).

6. Melakukan observasi terlebih dahulu dengan menggunakan lembar checklist apakah termasuk dari kriteria.

7. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner oleh responden.

8. Setelah diisi kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi.

9. Pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan dinilai dengan menggunakan lembar checklist.

I. Analisis Data

Analisa data adalah cara untuk memudahkan atau menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti. Dalam pengumpulan data dan langkah-langkah yang akan dilakukan di antaranya adalah :


(40)

a) Editing (Pemeriksaan Data)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban dan pertanyaan.

b) Coding (Pengkodean Data)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik pada data yang terdiri atas beberapa kategori. Untuk memudahkan dalam proses pembacaan yaitu : kode 0 jawaban salah, kode 1 jawaban benar.

c) Processing (Data Entry)

Masukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer. Setelah data di coding maka data dari kuesioner dimasukkan kedalam program computer yaitu SPSS.

d) Tabulasi Data

Untuk menyusun dan menghitung hasil data serta pengambilan kesimpulan dan dimasukkan dalam Tabel Distribusi Frekuensi.

1. Analisis Univariat

Analisa univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. Data yang di analisa univariat adalah frekuensi variabel independen (faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor pendorong) dan frekuensi variabel dependen (pemberian susu formula). Setelah kuesioner di isi dengan baik, kemudian di tabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.


(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan mulai Maret - Mei 2013 sebanyak 48 ibu yang memberikan susu formula pada bayi 0-6 bulan bertempat tinggal di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai.

Untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan, peneliti menggunakan kuesioner yang berisi 8 pertanyaan untuk faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam), 8 pertanyaan untuk faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan) dan 8 pertanyaan untuk faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan).

1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini data demografi responden mencakup umur, pendidikan, dan pekerjaan. Dari hasil menunjukkan bahwa responden berdasarkan umur mayoritas berumur 20 – 30 tahun sebanyak 37 orang (77,1%), berdasarkan pekerjaan mayoritas tidak bekerja (ibu rumah tangga) sebanyak 23 orang (47,9%), berdasarkan pendidikan mayoritas berpendidikan SMP sebanyak 22 orang (45,8%). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :


(42)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Data Demografi Responden di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun 2013

Karakteristik F %

Umur < 20 tahun 20-30 tahun > 30 tahun

5 37 6 10,4 77,1 12,5

Total 48 100

Pekerjaan IRT Wiraswasta Pegawai Swasta 23 15 10 47,9 31,3 20,8

Total 48 100

Pendidikan SD SMP SMA 11 22 15 22,9 45,8 31,3

Total 48 100

2. Faktor – faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan a. Faktor Predisposisi

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang faktor predisposisi ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan yaitu karena mayoritas ibu menyatakan bahwa putting susu datar/terbenar sangat mengganggu bayi untuk menyusui sebanyak 46 orang (95,8%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :


(43)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Predisposisi di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun 2013

No Pertanyaan

Jawaban

Ya Tidak

F % F %

1 Apakah ibu mengalami puting susu datar / terbenam saat menyusui?

27 56,3 21 43,8 2 Apakah puting susu datar / terbenam

mengganggu bayi untuk menyusu?

46 95,8 2 4,2

3 Apakah puting susu datar / terbenam bukanlah suatu kelainan dalam menyusui bayinya?

28 58,3 20 41,7 4 Apakah puting susu datar / terbenam disebabkan

kurangnya perawatan pada payudara?

21 43,8 27 56,3 5 Apakah puting susu datar / terbenam bisa

menyusui bayinya dengan efektif?

18 37,5 30 62,5 6 Apakah puting susu datar / terbenam bayi tidak

akan mengalami kesulitan dalam menyusu?

41 85,4 7 14,6 7 Apakah puting susu datar / terbenam tidak terjadi

jika sejak ibu hamil melakukan perawatan payudara?

25 52,1 23 47,9

8 Apakah puting susu datar / terbenam menyebabkan bayi malas menyusu?

33 68,8 15 31,3

b. Faktor Pendukung

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang faktor pendukung ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan yaitu karena bagi ibu yang pekerja tidak tersedianya sarana kesehatan (pojok laktasi) menyebabkan terhambatnya proses menyusui sebanyak 32 orang (66,7%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :


(44)

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Pendukung di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun 2013

No Pertanyaan

Jawaban

Ya Tidak

F % F %

1 Apakah bagi ibu yang pekerja di perkantoran / pabrik terdapat pojok laktasi untuk menyusui?

28 58,3 20 41,7

2 Apakah bagi ibu yang pekerja dapat melanjutkan menyusui bayinya?

27 56,3 21 43,8

3 Apakah bagi ibu yang pekerja sarana kesehatan(pojok laktasi) sangat membantu ibu dalam proses menyusui?

29 60,4 19 39,6

4 Apakah bagi ibu yang pekerja sarana kesehatan(pojok laktasi) berperan penting dalam mensukseskan ASI esklusif?

28 58,3 20 41,7

5 Apakah bagi ibu yang pekerja sarana kesehatan (pojok laktasi) mempengaruhi proses menyusui?

27 56,3 21 43,8

6 Apakah bagi ibu yang pekerja senantiasa bisa menyusui bayinya secara esklusif?

30 62,5 18 37,5

7 Apakah bagi ibu yang pekerja diberikan waktu yang cukup untuk menyusui bayinya dipojok laktasi?

21 43,8 27 56,3

8 Apakah bagi ibu yang pekerja tidak tersedianya sarana kesehatan (pojok laktasi) menyebabkan terhambatnya proses menyusui?

32 66,7 16 33,3

c. Faktor Pendorong

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang faktor pendorong ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan yaitu bahwa mayoritas ibu menyatakan bahwa petugas kesehatan yang kurang memadai menyebabkan terhambatnya proses menyusui secara esklusif sebanyak 38 orang (79,2%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :


(45)

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Pendorong di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun 2013

No Pertanyaan

Jawaban

Ya Tidak

F % F %

1 Apakah petugas kesehatan sangat berperan penting untuk mensukseskan program ASI esklusif?

36 75 12 25

2 Apakah petugas kesehatan berperan memberikan bimbingan konseling pada ibu dalam proses menyusui?

29 60,4 19 39,6

3 Apakah petugas kesehatan yang kurang memadai menyebabkan terhambatnya proses menyusui secara esklusif?

38 79,2 10 20,8

4 Apakah petugas kesehatan membantu ibu dalam berjalannya proses menyusui?

37 77,1 11 22,9 5 Apakah ibu berkonsultasi mengenai pemberian

ASI esklusif pada petugas kesehatan?

26 54,2 22 45,8 6 Apakah petugas kesehatan memberikan

informasi mengenai ASI esklusif?

33 68,8 15 31,3 7 Apakah petugas kesehatan sangat membantu ibu

dalam proses menyusui?

26 54,2 22 45,8 8 Apakah ditempat tinggal ibu terdapat petugas

kesehatan yang melakukan penyuluhan mengenai ASI esklusif?

28 58,3 20 41,7

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor- faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai.


(46)

1. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan berdasarkan faktor predisposisi

Dari hasil jawaban responden pada tabel 5.2, distribusi jawaban responden tentang faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam) ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan, mayoritas yang menjadi masalah adalah putting susu datar/terbenar sangat mengganggu bayi untuk menyusui yaitu sebanyak 46 orang (95,8%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Milligan (1994) tentang penelitian yang menunjukkan 21,6 % dari semua wanita postpartum yang menyusui bayinya mengalami masalah dalam memberikan ASI karena kondisi-kondisi tertentu dan adanya kesulitan ibu selama menyusui. Menurut (Wulandari, 2011) masalah yang sering terjadi pada menyusui terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah menyusui pada masa antenatal yaitu putting susu datar/terbenam. Hal ini seperti diungkapkan (Riksani, 2012) banyak wanita dengan putting susu rata tetap bisa menyusui bayinya dengan efektif. Yang penting bukan ukuran, melainkan kelenturan kulit disekelilingnya dan semudah apa bayi dapat menariknya sebagai dot untuk dihisap.

Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa puting susu datar/terbenam seharusnya sudah diketahui sejak dini paling tidak pada saat kehamilan, sehingga dapat diusahakan perbaikannya. Wanita dengan putting susu datar tetap bisa menyusui bayinya dengan efektif. Peran petugas kesehatan sangat penting dan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi. Sejak kehamilan trimester terakhir, ibu yang tidak mempunyai resiko kelahiran


(47)

prematur,dapat diusahakan mengeluarkan putting susu datar atau terbenam dengan tekhnik/gerakan Hoffman yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari ke areola, dilakukan pengurutan menuju arah berlawanan yang dikerjakan 2x sehari.

2. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan berdasarkan faktor pendukung

Dari hasil jawaban responden pada tabel 5.3, distribusi jawaban responden tentang faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan) ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan, mayoritas yang menjadi masalah adalah karena bagi ibu yang pekerja tidak tersedianya sarana kesehatan (pojok laktasi) menyebabkan terhambatnya proses menyusui sebanyak 32 orang (66,7%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sidi (2004) salah satu kendala mensukseskan program ASI eksklusif adalah meningkatnya tenaga kerja wanita, sedangkan cuti melahirkan hanya 12 minggu dan 4 minggu harus diambil sebelum melahirkan. Selama cuti ibu hanya memberikan ASI, jangan memperkenalkan susu formula dengan alasan agar terbiasa karena akan ditinggal kerja, tempat kerja disiapkan menjadi “mother-friendly working place” dimana terdapat fasilitas untuk memerah dan menyimpan ASI, bila fasilitas mengizinkan disediakan tempat penitipan bayi. Menurut (Wulandari, 2011) bagi ibu yang bekerja menyusui tidak perlu dihentikan. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila ditempat kerja atau disekitar tempat bekerja tidak tersedianya sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila tempat kerja dekat dengan rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui bayinya pada waktu istirahat atau minta bantuan seseorang untuk membawa bayinya ketempat kerja. Menurut Sujiyatini, et al.


(48)

(2010), temukan tempat yang baik adalah langkah yang penting untuk berhasil menyusui. Menyusui bayi adalah hal yang benar dan alami, yang penting tetap teguh pada prinsip bahwa ibu sedang melakukan sesuatu yang terbaik untuk bayi.

Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa kurang tersedianya sarana kesehatan menyebabkan rendahnya tingkat pemberian ASI esklusif pada ibu yang bekerja. Kebiasaan para ibu yang bekerja, mendukung rendahnnya tingkat ibu yang menyusui. Demikian halnya dengan kekhawatiran ibu yang menganggap bahwa produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan makanan bayi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari pola dasar pemberian ASI menjadi pemberian susu formula yang dimana dengan peran serta pemerintah dalam membangun sarana kesehatan yang memadai dapat meningkatkan pemberian ASI esklusif pada ibu yang bekerja.

3. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan berdasarkan faktor pendorong

Dari hasil jawaban responden pada tabel 5.4, distribusi jawaban responden tentang faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan) ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan, mayoritas yang menjadi masalah adalah bahwa petugas kesehatan yang kurang memadai menyebabkan terhambatnya proses menyusui secara esklusif sebanyak 38 orang (79,2%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Ningsih, A.W (2009),yaitu promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut maka masyarakat,kelompok atau individu dapat


(49)

memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih baik. Dalam suatu proses promosi kesehatan terdapat faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor pendidik,agar dicapai suatu hasil yang optimal. Hal ini seperti diungkapkan (Mei, 2011) petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan,melaksanakan inisiasi menyusui dini pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI dengan langkah kebehasilan menyusui. Menurut (Nugroho, 2011) petugas kesehatan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran petugas dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.

Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa kurangnya petugas kesehatan menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI esklusif pada bayi yang disebabkan karena kurangnya pemberian informasi dan penyuluhan oleh petugas kesehatan kepada ibu tentang pentingnya ASI esklusif. Dengan demikian, dengan adanya petugas kesehatan yang memadai maka akan dapat memberikan informasi dan penyuluhan yang benar mengenai pentingnya ASI esklusif. Para bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Bukti menunjukkan bahwa bila ibu tahu cara yang benar untuk memposisikan bayinya pada payudaranya, menyusui pada waktu yang diinginkan bayinya, memperoleh dukungan serta memperoleh percaya diri tentang kemampuannya memberi ASI,berbagai penyulit yang umum dapat dihindari atau dicegah.


(50)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa

Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan faktor predisposisi (puting susu datar/terbenam) yaitu sebanyak 46 orang (95,8%).

2. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan faktor pendukung (kurang tersedianya sarana kesehatan) yaitu sebanyak 32 orang (66,7%).

3. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan faktor pendorong (kurangnya petugas kesehatan) yaitu sebanyak 38 orang (79,2%).

B. Saran

1. Petugas Kesehatan (bidan desa)

Petugas kesehatan didesa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai diharapkan dapat memberikan informasi penyuluhan mengenai pentingnya pemberian ASI esklusif tanpa harus memberikan susu formula kepada ibu-ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan.


(51)

2. Kepala Desa

Diharapkan kepada Kepala Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai membuat suatu kebijakan pada petugas kesehatan yang berada didesa agar dapat menginformasikan bahwa pentingnya pemberian ASI esklusif, diharapkan merekrut petugas kesehatan lebih banyak lagi untuk memberikan informasi ASI esklusif &diharapkan adanya pmbangunan sarana kesehatan terutama pojok laktasi. 3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti berikutnya agar dapat melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan tindakan ibu terhadap pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan, seberapa pengaruh hubungan tersebut dan melanjutkan lebih spesifik tentang hubungan faktor- faktor lainnya yang mempengaruhi ibu memilih pemberian susu formula.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Auditya. (2012). Ragam Susu Formula Bayi dan Peruntukkannya. Diambil tanggal 20 November 2012 web site:

Candra,Asep. (2012). Pemahaman Ibu Menyusui Masih Rendah. Diambil tanggal 20 November 2012 web site:

Fendy,Br. (2009). ASI Esklusif. Diambil tanggal 20 Oktober 2012 web site: http://www.fendypmr.com/2009/08/asi-eksklusif

Handy,Fransisca. (2010). ASI Tak Tergantikan. Diambil tanggal 20 Oktober 2012 web site

Harry,Randy. (2009). Defenisi ASI . Diambil tanggal 20 November 2012 web site: http ://www.scribd.com/randy_harry

Hidayat,A.Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan teknik analisis Data, Jakarta : Selemba Medika.

Khamzah,Siti Nur. (2012). Segudang Keajaiban ASI yang Harus Anda Ketahui. Yogyakarta: FlashBooks.

Kodrat,Laksono. (2010). Dahsyatnya ASI dan Laktasi Untuk Kecerdasan Buah Hati Anda. Yogyakarta: Media Baca.

Kurniasih,Dedeh. (2008). Perkembangan motorik bayi usia 0-6 bulan. Diambil tanggal 20 November 2012 web site:

Misgiyarta. (2008). Kajian Standar Mutu Susu Formula Dalam Upaya Menekan Kontaminan Enterobacter sakazakii. Diambil tanggal 23 Oktober 2012 web site: http://www. Puslitbang BSN.com/Prosiding PPI Standardisasi 2008-Puslitbang BSN

Nugroho,Taufan. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.


(53)

Pengertian defenisi bayi. (2012). Diambil tanggal 20 November 2012 web site:

Prasetyono,Dwi Sunar. (2012). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press. Rahman,Vionny. (2012). Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-6 Bulan Dan Stimulasi

Pendukungnya. Diambil tanggal 20 November 2012 dari Tips kesehatan anak web

site:http://www.Ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/6.refleks.wajib.dimili ki.bayi/001/001/564/3

Riksani,Ria. (2012). Keajaiban ASI. Jakarta: Dunia Sehat. Riskesdas. ( 2010). Riset Kesehatan Dasar, Jakarta.

Sitaresmi,Mei Neni. (2011). Kebijakan tentang pemberian ASI secara esklusif. Diambil tanggal 20 Oktober 2012 web site: http://www.kebijakankesehatanindonesia.com

Sunshine. (2012). Manfaat ASI Esklusif bagi bayi usia 0-6 bulan. Diambil tanggal 20 Oktober 2012 web site:

Suriyani. (2011). Perkembangan bayi usia 0-6 bulan (fase I). Diambil tanggal 20 November 2012 web site:

Susanto. (2011). 6 Tips Pemberian Susu Formula Pada Bayi. Diambil tanggal 20 November 2012 web site:

Wulandari,Setyo Retno dan Sri Handayani. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Yeni. (2011). Hanya 40 persen ibu beri asi esklusif pada bayinya. Diambil tanggal 3 November 2012 web site: http ://www.starberita.com/hanya-40-persen-ibu-beri-asi-esklusif-pada-bayinya


(54)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Erni Febrina Siregar, Nim: 125102123 adalah mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai. Untuk keperluan tersebut peneliti memohon kesediaan ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti mohon kesediaan ibu untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika ibu bersedia silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.

Identitas pribadi sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Ibu berhak atau tidak ikut berpartisipasi tanpa ada sanksi dan konsekuensi buruk dikemudian hari. Jika ada hal yang kurang dipahami ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Partisipan Nama Peneliti


(55)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR IBU MEMILIH PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA LUBUK ROTAN KECAMATAN PERBAUNGAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013 I. Data Demografi

1. No. Responden : (diisi oleh peneliti)

2. Umur : <20 Thn 20-30 Thn >30 Thn

3. Pendidikan : SD SLTP SMA

4. Pekerjaan : IRT Wiraswasta Pegawai Swasta

II. Petunjuk pengisian :

1. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan teliti

2. Pilihlah jawaban salah satu yang dipilih dengan memberi tanda check list (√)

3. Apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti yang memberikan kuesioner

III. Kuesioner penelitian tentang faktor – faktor ibu memilih pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di desa Lubuk Rotan kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai.

No.

Pertanyaan Jawaban

Faktor predisposisi Puting susu datar/terbenam

Ya Tidak 1. Apakah ibu mengalami puting susu datar / terbenam saat

menyusui?

2. Apakah puting susu datar / terbenam mengganggu bayi untuk menyusu?

3. Apakah puting susu datar / terbenam bukanlah suatu kelainan dalam menyusui bayinya?

4. Apakah puting susu datar / terbenam disebabkan kurangnya perawatan pada payudara?


(56)

dengan efektif?

6. Apakah puting susu datar / terbenam bayi akan mengalami kesulitan dalam menyusu?

7. Apakah puting susu datar / terbenam tidak terjadi jika sejak ibu hamil melakukan perawatan payudara?

8. Apakah puting susu datar / terbenam menyebabkan bayi malas menyusu?

Faktor pendukung

Kurang tersedianya sarana kesehatan

Ya Tidak 9. Apakah bagi ibu yang pekerja di perkantoran / pabrik terdapat

pojok laktasi untuk menyusui?

10. Apakah bagi ibu yang pekerja dapat melanjutkan menyusui bayinya?

11. Apakah bagi ibu yang pekerja sarana kesehatan(pojok laktasi) sangat membantu ibu dalam proses menyusui?

12. Apakah bagi ibu yang pekerja sarana kesehatan(pojok laktasi) berperan penting dalam mensukseskan ASI esklusif?

13. Apakah bagi ibu yang pekerja sarana kesehatan (pojok laktasi) sangat mempengaruhi proses menyusui?

14. Apakah bagi ibu yang pekerja senantiasa bisa menyusui bayinya secara esklusif?

15. Apakah bagi ibu yang pekerja diberikan waktu yang cukup untuk menyusui bayinya dipojok laktasi?

16. Apakah bagi ibu yang pekerja tidak tersedianya sarana kesehatan (pojok laktasi) menyebabkan terhambatnya proses menyusui?

Faktor pendorong Kurangnya petugas kesehatan

Ya Tidak 17. Apakah petugas kesehatan sangat berperan penting untuk

mensukseskan program ASI esklusif?

18. Apakah petugas kesehatan berperan memberikan bimbingan konseling pada ibu dalam proses menyusui?

19. Apakah petugas kesehatan yang kurang memadai menyebabkan terhambatnya proses menyusui secara esklusif? 20. Apakah petugas kesehatan sangat mempengaruhi berjalannya

proses menyusui?

21. Apakah ibu berkonsultasi mengenai pemberian ASI esklusif pada petugas kesehatan?

22. Apakah petugas kesehatan memberikan informasi mengenai ASI esklusif?

23. Apakah petugas kesehatan sangat membantu ibu dalam proses menyusui?

24. Apakah ditempat tinggal ibu terdapat petugas kesehatan yang melakukan penyuluhan mengenai ASI esklusif?


(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

FAKTOR-FAKTOR IBU MEMILIH PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI 0-6 BULAN DI DESA LUBUK ROTAN KEC. PERBAUNGAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

No Nama Umur Pekerjaan Pendidikan Faktor Predisposisi Jlh Faktor Pendukung Jlh Faktor Pendorong Jlh

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 M 25 IRT SMA 1 1 0 1 0 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 0 6 1 1 1 1 1 1 1 1 8

2 S 32 IRT SMA 0 1 1 1 0 1 0 1 5 1 0 1 1 1 0 1 1 6 1 1 1 1 1 1 0 1 7

3 K 24 IRT SMP 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 1 0 1 1 0 1 5 1 0 0 1 0 1 1 1 5

4 M 26 IRT SMP 0 1 1 1 0 1 1 1 6 1 0 0 0 1 1 1 1 5 1 1 1 0 1 0 0 1 5

5 L 29 WIRASWASTA SMA 1 1 0 1 0 0 0 1 4 1 1 1 0 0 1 0 1 5 1 0 0 0 1 1 0 0 3

6 J 24 WIRASWASTA SMP 0 1 1 0 0 1 1 1 5 1 1 1 0 0 0 0 1 4 1 1 0 1 1 1 1 1 7

7 SL 26 WIRASWASTA SMP 1 1 0 1 0 1 0 0 4 0 0 0 0 0 1 1 0 2 1 1 0 1 0 1 0 0 4

8 SJ 27 WIRASWASTA SMA 0 1 1 0 1 1 1 1 6 1 0 1 1 1 1 0 1 6 1 0 0 1 0 1 0 1 4

9 EM 31 P. SWASTA SD 1 1 1 0 0 1 0 1 5 0 1 1 1 1 1 0 1 6 1 1 1 1 1 1 1 0 7

10 LI 34 IRT SD 1 1 0 0 1 1 0 1 5 0 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 0 1 1 0 0 5

11 R 26 WIRASWASTA SMA 0 1 1 1 1 1 0 1 6 1 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 0 1 7

12 K 18 IRT SD 0 1 0 1 0 1 0 1 4 1 0 0 1 0 1 0 0 3 1 0 1 1 0 0 0 0 3

13 A 28 IRT SMA 1 1 0 0 1 0 0 0 3 1 0 1 0 0 1 1 1 5 1 1 1 1 1 0 0 0 5

14 Y 26 P. SWASTA SMP 1 1 0 1 0 0 1 1 5 1 1 0 0 1 1 0 1 5 1 1 1 0 0 1 1 0 5

15 E 24 P. SWASTA SMP 0 1 1 0 1 1 1 0 5 1 0 0 1 0 1 0 1 4 1 1 0 0 0 1 1 1 5

16 S 27 WIRASWASTA SMA 1 1 1 1 1 1 0 1 7 1 0 1 1 0 1 1 1 6 1 0 1 1 1 1 1 1 7

17 AN 25 IRT SD 1 1 1 0 0 1 0 1 5 0 1 1 0 1 1 0 1 5 1 1 1 1 1 0 1 0 6

18 NK 26 WIRASWASTA SMP 0 1 0 0 0 1 1 0 3 1 0 1 1 1 1 1 1 7 1 0 1 1 0 1 0 1 5

19 KS 25 IRT SMP 0 1 1 1 1 1 1 0 6 1 1 0 1 0 1 0 1 5 1 0 0 1 1 1 1 1 6

20 NS 32 IRT SD 1 1 1 1 1 1 0 1 7 0 0 1 0 1 1 0 1 4 1 0 1 0 1 0 1 0 4

21 KL 18 IRT SMP 1 1 0 0 0 1 1 1 5 1 1 0 1 1 1 0 1 6 1 0 1 1 1 1 0 0 5

22 SK 22 WIRASWASTA SMA 0 1 1 1 0 1 1 0 5 1 0 1 1 0 1 0 1 5 1 1 1 1 0 0 1 1 6

23 TS 26 P. SWASTA SMP 1 1 1 0 0 1 0 0 4 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 0 0 1 1 0 5


(65)

26 E 33 WIRASWASTA SD 0 1 0 1 0 1 0 1 4 1 1 1 1 1 1 0 1 7 1 1 1 0 1 1 0 1 6

27 EM 27 WIRASWASTA SD 0 1 1 1 0 1 1 1 6 1 1 0 0 1 1 0 0 4 1 0 1 1 0 0 1 1 5

28 KS 32 IRT SMA 1 1 1 0 1 1 1 1 7 0 0 1 1 0 0 1 1 4 0 0 1 1 1 1 0 0 4

29 P 27 IRT SMA 0 1 0 0 0 1 1 0 3 1 1 0 0 1 0 0 0 3 1 1 1 0 0 0 1 1 5

30 S 26 P. SWASTA SD 0 1 0 1 0 1 1 1 5 0 1 1 1 1 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 1 2

31 SL 26 WIRASWASTA SMP 1 1 1 1 1 1 0 1 7 0 0 0 1 0 1 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 0 7

32 SK 27 P. SWASTA SMA 1 1 0 0 1 1 1 0 5 0 1 1 1 1 1 1 0 6 0 0 1 1 0 1 1 0 4

33 MS 19 WIRASWASTA SD 0 1 1 0 1 1 0 0 4 1 1 1 1 0 0 1 0 5 1 1 0 1 1 1 0 1 6

34 EJ 31 IRT SMP 1 1 1 1 0 1 1 1 7 1 0 0 1 1 1 0 1 5 0 1 1 1 1 0 0 1 5

35 S 25 IRT SMP 0 1 1 1 0 1 0 0 4 0 1 1 0 0 0 0 1 3 1 0 1 1 0 0 0 0 3

36 SK 28 P. SWASTA SMP 1 1 0 0 0 1 0 1 4 0 1 1 0 1 0 1 0 4 0 1 1 1 1 0 1 1 6

37 I 18 WIRASWASTA SD 1 1 0 0 0 1 1 0 4 1 0 0 1 0 0 0 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 8

38 S 30 IRT SMP 1 1 1 0 0 0 0 1 4 0 1 1 0 0 0 1 1 4 1 1 1 1 0 0 0 0 4

39 SK 28 IRT SMP 1 1 1 0 0 1 1 1 6 0 1 0 0 1 1 0 0 3 0 1 1 1 1 1 1 1 7

40 S 24 IRT SMP 0 1 0 0 0 0 0 1 2 1 0 0 1 1 0 1 0 4 1 0 1 1 0 1 1 0 5

41 U 29 WIRASWASTA SMP 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 3 0 1 1 1 1 0 1 1 6

42 M 25 IRT SMA 0 1 1 0 1 1 1 1 6 0 1 1 0 1 0 0 1 4 1 1 1 0 0 1 0 1 5

43 J 27 IRT SD 1 0 1 0 1 1 1 1 6 0 0 0 1 0 1 1 1 4 0 0 1 1 0 1 0 0 3

44 L 25 WIRASWASTA SMP 0 1 0 0 0 1 1 1 4 1 1 0 1 1 0 0 1 5 0 1 1 1 1 1 1 1 7

45 S 22 P. SWASTA SMA 1 1 1 0 0 0 0 0 3 1 1 1 1 0 0 0 0 4 1 1 1 1 0 1 1 0 6

46 ME 29 IRT SMP 0 1 1 0 1 1 1 1 6 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 1 1 0 1 1 1 5

47 IK 19 IRT SMP 1 1 1 0 0 1 0 0 4 0 0 0 0 1 1 0 0 2 1 1 1 0 0 1 0 1 5


(66)

(67)

(68)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Erni Febrina Siregar Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 23 Februari 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Nama Ayah : Muchlis Siregar Nama Ibu : Erlinda Pohan Anak ke : 3 dari 4 bersaudara

Alamat : Jln. Denai Rawa I Lr.Sedar No.33 Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1996-1997 : TK BUSTHANUL ATHFAL MEDAN Tahun 1997-2003 : SD MUHAMMADIYAH 08 MEDAN Tahun 2003-2006 : MTS NEGERI 2 MEDAN

Tahun2006-2009 : SMA NEGERI 5 MEDAN

Tahun 2009-2012 : PRODI KEBIDANAN DELI HUSADA DELITUA Tahun 2012-2013 : D-IV BIDAN PENDIDIK USU


(1)

(2)

FAKTOR-FAKTOR IBU MEMILIH PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA

BAYI 0-6 BULAN DI DESA LUBUK ROTAN KEC. PERBAUNGAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

No Nama Umur Pekerjaan Pendidikan Faktor Predisposisi Jlh Faktor Pendukung Jlh Faktor Pendorong Jlh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 M 25 IRT SMA 1 1 0 1 0 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 0 6 1 1 1 1 1 1 1 1 8

2 S 32 IRT SMA 0 1 1 1 0 1 0 1 5 1 0 1 1 1 0 1 1 6 1 1 1 1 1 1 0 1 7

3 K 24 IRT SMP 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 1 0 1 1 0 1 5 1 0 0 1 0 1 1 1 5

4 M 26 IRT SMP 0 1 1 1 0 1 1 1 6 1 0 0 0 1 1 1 1 5 1 1 1 0 1 0 0 1 5

5 L 29 WIRASWASTA SMA 1 1 0 1 0 0 0 1 4 1 1 1 0 0 1 0 1 5 1 0 0 0 1 1 0 0 3 6 J 24 WIRASWASTA SMP 0 1 1 0 0 1 1 1 5 1 1 1 0 0 0 0 1 4 1 1 0 1 1 1 1 1 7 7 SL 26 WIRASWASTA SMP 1 1 0 1 0 1 0 0 4 0 0 0 0 0 1 1 0 2 1 1 0 1 0 1 0 0 4 8 SJ 27 WIRASWASTA SMA 0 1 1 0 1 1 1 1 6 1 0 1 1 1 1 0 1 6 1 0 0 1 0 1 0 1 4 9 EM 31 P. SWASTA SD 1 1 1 0 0 1 0 1 5 0 1 1 1 1 1 0 1 6 1 1 1 1 1 1 1 0 7

10 LI 34 IRT SD 1 1 0 0 1 1 0 1 5 0 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 0 1 1 0 0 5

11 R 26 WIRASWASTA SMA 0 1 1 1 1 1 0 1 6 1 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 0 1 7

12 K 18 IRT SD 0 1 0 1 0 1 0 1 4 1 0 0 1 0 1 0 0 3 1 0 1 1 0 0 0 0 3

13 A 28 IRT SMA 1 1 0 0 1 0 0 0 3 1 0 1 0 0 1 1 1 5 1 1 1 1 1 0 0 0 5

14 Y 26 P. SWASTA SMP 1 1 0 1 0 0 1 1 5 1 1 0 0 1 1 0 1 5 1 1 1 0 0 1 1 0 5 15 E 24 P. SWASTA SMP 0 1 1 0 1 1 1 0 5 1 0 0 1 0 1 0 1 4 1 1 0 0 0 1 1 1 5 16 S 27 WIRASWASTA SMA 1 1 1 1 1 1 0 1 7 1 0 1 1 0 1 1 1 6 1 0 1 1 1 1 1 1 7

17 AN 25 IRT SD 1 1 1 0 0 1 0 1 5 0 1 1 0 1 1 0 1 5 1 1 1 1 1 0 1 0 6

18 NK 26 WIRASWASTA SMP 0 1 0 0 0 1 1 0 3 1 0 1 1 1 1 1 1 7 1 0 1 1 0 1 0 1 5

19 KS 25 IRT SMP 0 1 1 1 1 1 1 0 6 1 1 0 1 0 1 0 1 5 1 0 0 1 1 1 1 1 6


(3)

26 E 33 WIRASWASTA SD 0 1 0 1 0 1 0 1 4 1 1 1 1 1 1 0 1 7 1 1 1 0 1 1 0 1 6 27 EM 27 WIRASWASTA SD 0 1 1 1 0 1 1 1 6 1 1 0 0 1 1 0 0 4 1 0 1 1 0 0 1 1 5

28 KS 32 IRT SMA 1 1 1 0 1 1 1 1 7 0 0 1 1 0 0 1 1 4 0 0 1 1 1 1 0 0 4

29 P 27 IRT SMA 0 1 0 0 0 1 1 0 3 1 1 0 0 1 0 0 0 3 1 1 1 0 0 0 1 1 5

30 S 26 P. SWASTA SD 0 1 0 1 0 1 1 1 5 0 1 1 1 1 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 1 2 31 SL 26 WIRASWASTA SMP 1 1 1 1 1 1 0 1 7 0 0 0 1 0 1 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 0 7 32 SK 27 P. SWASTA SMA 1 1 0 0 1 1 1 0 5 0 1 1 1 1 1 1 0 6 0 0 1 1 0 1 1 0 4 33 MS 19 WIRASWASTA SD 0 1 1 0 1 1 0 0 4 1 1 1 1 0 0 1 0 5 1 1 0 1 1 1 0 1 6

34 EJ 31 IRT SMP 1 1 1 1 0 1 1 1 7 1 0 0 1 1 1 0 1 5 0 1 1 1 1 0 0 1 5

35 S 25 IRT SMP 0 1 1 1 0 1 0 0 4 0 1 1 0 0 0 0 1 3 1 0 1 1 0 0 0 0 3

36 SK 28 P. SWASTA SMP 1 1 0 0 0 1 0 1 4 0 1 1 0 1 0 1 0 4 0 1 1 1 1 0 1 1 6 37 I 18 WIRASWASTA SD 1 1 0 0 0 1 1 0 4 1 0 0 1 0 0 0 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 8

38 S 30 IRT SMP 1 1 1 0 0 0 0 1 4 0 1 1 0 0 0 1 1 4 1 1 1 1 0 0 0 0 4

39 SK 28 IRT SMP 1 1 1 0 0 1 1 1 6 0 1 0 0 1 1 0 0 3 0 1 1 1 1 1 1 1 7

40 S 24 IRT SMP 0 1 0 0 0 0 0 1 2 1 0 0 1 1 0 1 0 4 1 0 1 1 0 1 1 0 5

41 U 29 WIRASWASTA SMP 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 3 0 1 1 1 1 0 1 1 6

42 M 25 IRT SMA 0 1 1 0 1 1 1 1 6 0 1 1 0 1 0 0 1 4 1 1 1 0 0 1 0 1 5

43 J 27 IRT SD 1 0 1 0 1 1 1 1 6 0 0 0 1 0 1 1 1 4 0 0 1 1 0 1 0 0 3

44 L 25 WIRASWASTA SMP 0 1 0 0 0 1 1 1 4 1 1 0 1 1 0 0 1 5 0 1 1 1 1 1 1 1 7 45 S 22 P. SWASTA SMA 1 1 1 0 0 0 0 0 3 1 1 1 1 0 0 0 0 4 1 1 1 1 0 1 1 0 6

46 ME 29 IRT SMP 0 1 1 0 1 1 1 1 6 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 1 1 0 1 1 1 5

47 IK 19 IRT SMP 1 1 1 0 0 1 0 0 4 0 0 0 0 1 1 0 0 2 1 1 1 0 0 1 0 1 5


(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Erni Febrina Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 23 Februari 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Nama Ayah : Muchlis Siregar

Nama Ibu : Erlinda Pohan

Anak ke : 3 dari 4 bersaudara

Alamat : Jln. Denai Rawa I Lr.Sedar No.33 Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1996-1997 : TK BUSTHANUL ATHFAL MEDAN

Tahun 1997-2003 : SD MUHAMMADIYAH 08 MEDAN

Tahun 2003-2006 : MTS NEGERI 2 MEDAN

Tahun2006-2009 : SMA NEGERI 5 MEDAN

Tahun 2009-2012 : PRODI KEBIDANAN DELI HUSADA DELITUA