Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perusahaan yang semakin cepat akan memacu perusahaan untuk mengembangkan usaha. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa, dagang dan industri harus meningkatkan produktivitas dan menghasilkan barang dan jasa. Untuk mencapai tujuan dan mengembangkan usahanya, dibutuhkan faktor-faktor produksi yang berupa: tenaga kerja, modal maupun aktiva tetap. Aktiva tetap mempunyai peranan yang cukup besar dalam kegiatan perusahaan. Pengeluaran biaya setelah perolehan awal aktiva tetap dapat dicatat sebagai beban dan ada yang menambah masa manfaat atau nilai aktiva tetap. Aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara dibeli tunai, mencicil, dibeli dengan saham, dibangun sendiri, hadiah dan pertukaran. Aktiva tetap harus disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia. Penyajiannya sebesar biaya perolehan yang terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN masukan dan setiap biaya yang dikeluarkan secara langsung berhubungan dengan perolehan Aktiva tetap sampai ke kondisi yang membuat aktiva tetap tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan perusahaan, setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian. Universitas Sumatera Utara Perlakuan akuntansi aktiva tetap yang tepat dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan sangat dibutuhkan untuk menghindari salah saji dalam laporan keuangan. Aktiva tetap merupakan salah satu unsur neraca yang mempunyai nilai yang material. Dalam laporan laba rugi biaya penyusutan juga memberikan kontribusi biaya yang cukup besar. Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 16 2009:2 aktiva tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode. Pengeluaran setelah perolehan awal dapat diakui sebagai beban saat terjadi, menambah masa manfaat atau nilai aktiva tetap. Metode penyusutan berdasarkan SAK yaitu metode garis lurus, metode saldo menurun dan metode jumlah unit. Suatu aktiva tetap dilepaskan atau ditarik dari penggunaannya karena tidak ada masa manfaat aktiva tetap, ditukar dengan aktiva tetap lain atau dijual. Aslina Manurung 2005 melakukan penelitian tentang penerapan PSAK No. 16 PSAK No. 17 atas aktiva tetap, hasil penelitian tersebut adalah penggolongan, penyusutan dan penyajian aktiva tetap di neraca telah sesuai dengan PSAK No. 16 PSAK No. 17. Hanya saja dalam penentuan pengeluaran selama masa manfaat aktiva tetap, perusahaan belum membuat batasan - batasan yang jelas antara pengeluaran modal dengan pengeluaran biaya. Penelitian lain yang berhubungan dengan aktiva tetap dilakukan oleh Hafizah 2007. Hasil penelitian tersebut adalah penggolongan, pembelian dan penyajian aktiva tetap dineraca telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Universitas Sumatera Utara Penyusutan menggunakan metode garis lurus, kriteria pengeluaran modal dan pendapatan berdasarkan jaminan life time. PT Betami adalah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan, yang dalam kegiatan sehari-hari membutuhkan aktiva tetap untuk kegiatan operasional. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksud untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun. Aktiva tetap yang digunakan PT Betami seperti tanaman baru, tanaman belum menghasilkan, tanaman menghasilkan, kendaraan, alat berat, mesin dan instalasi, gedung meja kerja, kursi kerja, komputer, alat elektronik dan lain-lain. Aktiva tetap tanaman menghasilkan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Penerapan metode penyusutan yang berbeda pada tanaman menghasilkan akan memberikan pengaruh yang berbeda pula bagi perusahaan karena mempengaruhi nilai bersih aktiva tetap dan mempengaruhi laba perusahaan. Penyajian Aktiva tetap tanaman menghasilkan di Neraca mempunyai kotribusi yang sangat besar. Hal ini perlu menjadi perhatian manajemen dalam menerapkan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 terhadap aktiva tetap tanaman menghasilkan dan menetapkan metode depresiasi yang sesuai sehingga tidak menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana penerapan akuntansi terhadap Aktiva tetap tanaman menghasilkan di PT Betami telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, sehingga penulis memilih judul “Perlakuan Akuntansi Terhadap Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan dan Penerapan Metode Depresiasi Pada PT Betami”.

B. Perumusan Masalah