Analisis Hubungan Profit Margin Dan Metode Arus Biaya Persediaan Dengan Market Value ( Studi Kasus Pada Industri Barang Konsumsi Dan Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei )

(1)

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STRATA-1 MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN PROFIT MARGIN DAN METODE ARUS BIAYA PERSEDIAAN DENGAN

MARKET VALUE

( Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI )

SKRIPSI

OLEH

MANAHAN FEBRIYANTO NAPITUPULU 060502062

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

i

Manahan Febriyanto Napitupulu (2011): Analisis Hubungan Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value (Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI). Dr. Muslich Lutfi, SE, MBA (Pembimbing), Dr.Endang Sulistya Rini,SE,M.Si (Ketua Program Studi Manajemen), Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME (Penguji I), Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI. Hipotesis dari penelitian ini adalah Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap Market Value pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis korelasi.Populasi penelitian adalah Industri Barang Konsumsi dan Inudstri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 dengan pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive

Sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positip (tidak erat) dan signifikan antara variabel Profit Margin dan variabel Market Value,dan terdapat hubungan yang positip (tidak erat) dan tidak signifikan antara variabel Metode Arus Biaya Persediaan dengan variabel Market Value.


(3)

ii

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas segala kasih, berkat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Anakisis Hubungan Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value (Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis: Bapak Drs. Hasiholan Napitupulu,BA dan Ibu Tumiur br Sianturi yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi, nasihat, bantuan material serta doa kepada penulis.

Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini telah banyak mendapat bimbingan, nasihat, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr.Isfenti Sadalia,SE,ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dr.Endang Sulistya Rini,SE,M.Si selaku ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(4)

iii

sabar dalam memberikan banyak bimbingan, arahan, saran, kritik dalam penulisan skripsi ini

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini

6. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi sebagai dosen penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini

7. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si., selaku dosen wali yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.

8. Pegawai Fakultas Ekonomi khususnya untuk segala jasanya selama masa perkuliahan: Bang Jum, Kak Dani, Kak Vina dan Kak Tatiek.

9. Kakak penulis, Rosmaline br Napitupulu,Amd, Ruth Hastuti br Napitupulu AMd(+) dan abang penulis, Poltak Parlindungan Napitupulu, SE, Freddy Parsaoran Napitupulu, SE.

10. Teman-teman kampus penulis : Boy, Toman, Januar, Andri, Rudi, Salman, Elwin dan lainnya.

11. Teman-teman kos “Rejoice Camp, Susuk V no.25”, buat dukungannya.

12. Saudara-saudara penulis di pelayanan : KPA Yehuda (Kak Irma LH, Ranap, Yenni, Fernandoli), KPA NaCl (adik Maria, adik Edi, adik Sihar, adik Marreta), juga saudara-saudara sepelayanan yang lain di KMKS, KMBI dan GpdI Alfa Omega yang tidak dapat disebutkan satu persatu, buat doa, semangat, motivasi, dan nasihatnya.

13. Orang-orang yang kenal dengan penulis yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Terimakasih untuk semangat, dorongan, nasihat dan doanya.


(5)

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STRATA-1 MEDAN

ANALISIS HUBUNGAN PROFIT MARGIN DAN METODE ARUS BIAYA PERSEDIAAN DENGAN

MARKET VALUE

( Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI )

SKRIPSI

OLEH

MANAHAN FEBRIYANTO NAPITUPULU 060502062

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(6)

ii

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas segala kasih, berkat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Anakisis Hubungan Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value (Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis: Bapak Drs. Hasiholan Napitupulu,BA dan Ibu Tumiur br Sianturi yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi, nasihat, bantuan material serta doa kepada penulis.

Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini telah banyak mendapat bimbingan, nasihat, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr.Isfenti Sadalia,SE,ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dr.Endang Sulistya Rini,SE,M.Si selaku ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(7)

iii

sabar dalam memberikan banyak bimbingan, arahan, saran, kritik dalam penulisan skripsi ini

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini

6. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi sebagai dosen penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini

7. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si., selaku dosen wali yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.

8. Pegawai Fakultas Ekonomi khususnya untuk segala jasanya selama masa perkuliahan: Bang Jum, Kak Dani, Kak Vina dan Kak Tatiek.

9. Kakak penulis, Rosmaline br Napitupulu,Amd, Ruth Hastuti br Napitupulu AMd(+) dan abang penulis, Poltak Parlindungan Napitupulu, SE, Freddy Parsaoran Napitupulu, SE.

10. Teman-teman kampus penulis : Boy, Toman, Januar, Andri, Rudi, Salman, Elwin dan lainnya.

11. Teman-teman kos “Rejoice Camp, Susuk V no.25”, buat dukungannya.

12. Saudara-saudara penulis di pelayanan : KPA Yehuda (Kak Irma LH, Ranap, Yenni, Fernandoli), KPA NaCl (adik Maria, adik Edi, adik Sihar, adik Marreta), juga saudara-saudara sepelayanan yang lain di KMKS, KMBI dan GpdI Alfa Omega yang tidak dapat disebutkan satu persatu, buat doa, semangat, motivasi, dan nasihatnya.

13. Orang-orang yang kenal dengan penulis yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Terimakasih untuk semangat, dorongan, nasihat dan doanya.


(8)

iv

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis selanjutnya. Semoga Tuhan selalu membimbing dan menyertai setiap langkah kita. Amin.

Medan, Desember 2010 Penulis


(9)

iv

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis selanjutnya. Semoga Tuhan selalu membimbing dan menyertai setiap langkah kita. Amin.

Medan, Desember 2010 Penulis


(10)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 8

C. Kerangka Konseptual ... 8

D. Hipotesis... 11

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1. Tujuan Penelitian ... 11

2. Manfaat Penelitian ... 11

F. Metodologi Penelitian ... 12

1. Batasan Operasional... 12

2. Defenisi Operasional Variabel ... 12

3. Populasi dan Sampel ... 14

4. Teknik Pengumpulan Data ... 17

5. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

6. Jenis Data ... 17

7. Metode Analisis Data ... 17

A. Metode Analisis Deskriptif ... 17

B. Metode Analisis Korelasi ... 18


(11)

vi

B. Market Value ... 20

Indeks Harga Saham ... 24

C. Profit Margin ... 26

D. Metode Arus Biaya Persediaan ... 28

1. Pengertian Metode Arus Biaya Persediaan ... 28

2. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First in First Out/FIFO) ... 30

3. Metode Rata-rata Tertimbang (Weight Average Method) ... ... 32

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 34

B. Gambaran Umum Perusahaan Barang Konsumsi dan Perusahaan Dasar dan Kimia .... 39

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 46

B. Analisis Korelasi ... 53

Korelasi Parsial ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN


(12)

vii

Tabel 1.1 Perbandingan Profit Margin dan Market Value ... 7

Tabel 1.2 Prosedur Pemilihan Sampel ... 15

Tabel 1.3 Sampel Perusahaan Barang Konsumsi ... 16

Tabel 1.4 Sampel Perusahaan Dasar dan Kimia ... 16

Tabel 1.5 Tabel Hubungan Antar Variabel ... 18

Tabel 3.1 Profil Perusahaan Barang Konsumsi ... 41

Tabel 3.2 Profil Perusahaan Dasar dan Kimia ... 43

Tabel 4.1 Profit Margin Industri Barang Konsumsi di BEI tahun 2007-2009 ... 46

Tabel 4.2 Profit Margin Industri Dasar dan Kimia di BEI tahun 2007-2009 ... 47

Tabel 4.3 Metode Arus Biaya Persediaan Industri Barang Konsumsi di BEI tahun 2007-2009 ... 48

Tabel 4.4 Metode Arus Biaya Persediaan Industri Dasar dan Kimia di BEI tahun 2007-2009 ... 49

Tabel 4.5 Market Value Industri Barang Konsumsi di BEI tahun 2007-2009 ... 50

Tabel 4.6 Market Value Industri Dasar dan Kimia di BEI tahun 2007-2009 ... 51

Tabel 4.7 Tabel Hubungan Antar Variabel ... 53

Tabel 4.8 Korelasi Parsial LnPM dan LnMV dengan Variabel Kontrol MET ... 54


(13)

viii


(14)

i

Manahan Febriyanto Napitupulu (2011): Analisis Hubungan Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value (Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI). Dr. Muslich Lutfi, SE, MBA (Pembimbing), Dr.Endang Sulistya Rini,SE,M.Si (Ketua Program Studi Manajemen), Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME (Penguji I), Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI. Hipotesis dari penelitian ini adalah Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap Market Value pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis korelasi.Populasi penelitian adalah Industri Barang Konsumsi dan Inudstri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 dengan pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positip (tidak erat) dan signifikan antara variabel Profit Margin dan variabel Market Value,dan terdapat hubungan yang positip (tidak erat) dan tidak signifikan antara variabel Metode Arus Biaya Persediaan dengan variabel Market Value.


(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan berbeda dengan badan usaha. Badan usaha berkaitan dengan organisasi yang kegiatannya bertujuan mencari laba, sedangkan perusahaan berkaitan dengan tempat/hal kegiatan yang dilakukan oleh badan usaha tersebut. Perusahaan industri adalah perusahaan yang mengolah suatu bahan menjadi produk tertentu (produksi) untuk dijual. Jadi industri barang konsumsi adalah industri yang terdiri dari perusahaan yang menghasilkan produk/output berupa barang yang akan dihabiskan/dikonsumsi oleh konsumennya. Sedangkan Industri dasar dan kimia adalah industri yang terdiri dari perusahaan yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang nantinya akan diolah lagi menjadi barang jadi (Nafarin, 2004:51).

Industri barang konsumsi dipilih karena memiliki konsumen yang tinggi yang akan mendorong perkembangan industri ini. Dengan konsumen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari peningkatan harga sahamnya. Investor menyukai perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang tinggi, karena perusahaan seperti ini akan menghasilkan return yang tinggi. Bahkan saat krisis sekalipun industri ini mendapat peluang untuk terus berkembang, karena mampu memenuhi selera konsumen yang semakin beragam dan memiliki pasar yang begitu luas. Industri barang konsumsi (makanan dan minuman) juga erat kaitannya dengan kebutuhan pokok manusia. Sementara industri dasar dan kimia juga memiliki keterkaitan dengan industri barang konsumsi dan memiliki karakteristik konsumen yang cukup tinggi, terutama Pulp dan Kertas,Kayu dan Pengolahannya, juga Plastik


(16)

profit margin, dan metode arus biaya persediaan yang mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.

Market value adalah nilai yang mencerminkan kondisi perusahaan dilihat dari kondisi ekuitas perusahaan di pasar yang tercermin dalam harga saham biasa dan jumlah lembar saham yang dikeluarkan perusahaan. Market value suatu perusahaan menyajikan suatu nilai yang melekat pada perusahaan,dan mencerminkan nilai pasarnya. Jika pertimbangan harga di pasar bursa (market price) merupakan suatu kesepakatan marginal, maka harga saham berhak dikatakan dapat mewakili market value (Lubis, 2008:125).

Market value adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa yang ditentukan oleh pelaku pasar. Market value ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Market value merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham. Market value yang tinggi di satu sisi akan mencerminkan kenaikan laba bagi perusahaan.

Laba yang diperoleh perusahaan dipakai untuk keputusan investasi dan operasi. Untuk keputusan investasi, investor lebih menyukai perusahaan yang melaporkan laba yang lebih besar (dengan asumsi besaran perusahaan sama dan berada dalam satu industri). Ini bermakna bahwa perbedaan dalam laba mencerminkan perbedaan kinerja perusahaan yang sesungguhnya dan bukan semata-mata karena perbedaan artifisial sebagai akibat pemilihan teknik-teknik akuntansi. Penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap profit margin perusahaan yang akan direspon oleh investor. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan


(17)

perhitungan laba bersih perusahaan yang tercantum dalam laporan laba rugi. Respon investor biasanya berupa keinginan investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham perusahaan. Kenaikan harga saham perusahaan mencerminkan market value perusahaan, sehingga profit margin berpengaruh terhadap market value perusahaan.

Profit margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang diperoleh dari selisih antara penjulan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dibagi dengan penjualan bersih. Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu dan juga menilai kemampuan manajemen perusahaan untuk mengontrol berbagai pengeluaran yang langsung digunakan dalam menghasilkan penjualan yaitu pengeluaran untuk pembelian bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik Margin laba kotor (gross profit margin) merupakan ukuran yang paling tepat untuk melihat profitabilitas. Perubahan kecil dalam rasio ini akan mengindikasikan pergerakan yang cukup besar dalam profitabilitas. Dengan demikian profit margin yang tinggi sangat diinginkan karena mengindikasikan laba yang dihasilkan melebihi harga pokok penjualan (Darmadji dan Fakhruddin, 2004:85).

Tingginya tingkat kompetisi yang terjadi di dalam sebuah industrilah yang menyebabkan tinggi rendahnya profit margin. Semakin banyak perusahaan di dalam industri maka semakin sedikit pangsa pasar yang didapatkan. Sebaliknya semakin sedikit perusahaan di dalam sebuah industri maka semakin banyak pangsa pasar yang didapatkan sehingga akan semakin besar profit margin yang dihasilkan. Selain itu, jika perusahaan yang memiliki profit margin lebih tinggi dari perusahaan sejenis, mengindikasikan posisi perusahaan yang kuat dimata konsumen,sehingga hal ini akan


(18)

mendorong perusahaan untuk meningkatkan investasinya pada bagian yang dapat meningkatkan profit margin, seperti investasi pada persediaan perusahaan .

Penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap profit margin perusahaan. Besar kecilnya

profit margin juga akan mempengaruhi perhitungan laba bersih perusahaan yang tercantum dalam laporan laba rugi. Berkenaan dengan laporan laba rugi perusahaan, manajer melihat laba stabil sebagai aliran earning yang lebih stabil atau earning yang rendah akan mendorong penilaian yang lebih rendah bagi perusahaan. Metode perhitungan persediaan yang seharusnya dilaporkan merupakan metode yang menghasilkan angka-angka laba yang mempunyai hubungan paling dekat dengan harga-harga surat berharga yaitu metode yang paling konsisten dengan informasi yang dihasilkan dalam suatu harga-harga saham yang efisien .

Persediaan itu sendiri merupakan sejumlah bahan atau barang yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa barang jadi, bahan mentah, maupun barang dalam proses yang disediakan untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan guna memenuhi permintaan konsumen setiap waktu. Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi, penjualan secara lancar, persediaan barang mentah dan barang dalam proses diperlukan untuk menjamin kelancaran proses produksi, sedangkan barang jadi harus selalu tersedia sebagai “buffer stock“ agar memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan yang timbul. Persediaan merupakan salah satu unsur penting dalam suatu perusahaan yang bergerak dibidang penjualan barang dagang, karena begitu pentingnya persediaan, maka perusahaan harus merencanakan dan menerapkan suatu metode arus biaya persediaan. Kandungan informasi dalam laporan keuangan perusahaan dipengaruhi oleh metode arus biaya persediaan yang diterapkan perusahaan. Metode arus biaya persediaan yang berbeda akan mempunyai pengaruh


(19)

yang berbeda terhadap kandungan informasi laporan keuangan. Metode arus biaya persediaan yang diizinkan dan sesuai dengan Undang-Undang adalah metode FIFO dan metode rata-rata tertimbang ).

Metode persediaan FIFO adalah metode dimana perlu ada pemisahan antara produk dalam proses awal dengan produk yang dibuat pada periode sekarang. Diasumsikan bahwa produk awal merupakan produk yang masuk pertama kedalam proses produksi dan diselesaikan lebih dulu sebelum mulai mengerjakan produk periode sekarang. Dengan demikian, produk yang ditransfer ke departemen berikutnya terdiri atas produk awal barang dalam proses yang sudah selesai dan produk yang baru dikerjakan dan selesai pada periode berjalan. Jika terdapat persediaan barang dalam proses akhir maka hampir dapat dipastikan bahwa produk tersebut merupakan bagian dari produk yang dikerjakan periode sekarang yang belum selesai. Asumsi arus persediaan yang melandasi metode FIFO paling erat berkaitan dengan arus fisis yang sesungguhnya dari pos-pos persediaan di kebanyakan usaha. Pendekatan dengan metode FIFO juga menghindarkan kerusakan,keusangan,dan hal lain yang seperti itu (Hariadi, 2002:164).

Metode rata-rata tertimbang adalah metode perhitungan persediaan dimana harga pokok persediaan barang dalam proses awal ditambahkan dengan biaya yang terjadi pada periode sekarang dan dibagi dengan unit equivalent untuk menghitung harga pokok produk per unit rata-rata. Dalam metode ini, unit equivalent produksi departemen merupakan penjumlahan unit produk jadi dengan unit equivalent dalam persediaan barang dalam proses akhir ( Hariadi, 2002:163 ).

Dari metode perhitungan persediaan yang ada (FIFO atau rata-rata), perusahaan akan memilih metode yang akan memenuhi keinginan para investor dalam kaitannya dengan market value perusahaan, yaitu metode yang berdampak pada


(20)

tingkat return yang diharapkan investor atau pemilik perusahaan. Tujuan utama perusahaan umumnya bukanlah memaksimumkan profit, akan tetapi memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan (maximization wealth of stockholders). Perusahaan akan memilih metode arus biaya persediaan yang akan memaksimumkan kemakmuran pemilik.

Berdasarkan studi pendahuluan pada laporan keuangan industri barang konsumsi, dan industri dasar dan kimia, diketahui terdapat beberapa perusahaan yang memiliki profit margin yang tinggi namun menghasilkan market value yang masih rendah, dan sebaliknya terdapat beberapa perusahaan yang memiliki profit margin

rendah tetapi menghasilkan market value yang tinggi. Hal ini dapat diketahui dari angka rasio yang berbanding terbalik antara profit margin dengan metode arus biaya persediaan.

Studi pendahuluan pada laporan keuangan tahun 2007-2009 yang tersedia dari 42 perusahaan pada kedua industri ini menunjukkan bahwa sebanyak 8 perusahaan dengan variasi profit margin rendah dan sedang menghasilkan market value yang tinggi, dan sebanyak 5 perusahaan dengan profit margin yang tinggi menghasilkan variasi market value rendah dan sedang.


(21)

Tabel 1.1

Perbandingan Profit Margin dan Market Value Kode

Perusahaan

Profit Margin Margin Value

2007 2008 2009 2007 2008 2009

ADES -0,002 -0,29 0,35 118486250 1136484375 683785041 DLTA 0,52 0,42 0,45 2452500 14633333 32558333 INDF 0,23 0,23 0,27 52852470542 50180146125 50180146125 MERK 0,58 0,56 0,58 84155833 10916666 41335833 MLBI 0,45 0,48 0,52 12293333 40549166 107960000 MYOR 0,22 0,19 0,23 489565083 116512333 651506208

SCPI 0,48 0,50 0,39 1173750 1402083 4293333

APLI 0,10 0,11 0,16 162014100 27624266 107524416 BTON 0,14 0,17 0,16 2554733 12411433 1948125 BUDI 0,15 0,14 0,14 9678924925 1971726317 182194691 IGAR 0,11 0,09 0,13 1068896342 250304716 117184733

LION 0,39 0,42 0,45 5134583 1059166 587500

SIPD 0,09 0,09 0,07 9769593300 599016358 3030744867 Sumber :

Motivasi yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai analisis hubungan profit margin dan metode arus biaya persediaan dengan market value adalah untuk melihat sejauh mana hubungan antara variabel profit margin

dengan market value dan variabel metode arus biaya persediaan dengan variabel


(22)

Berdasarkan uraian dan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan

Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan dengan Market Value (Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI) ”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hubungan antara Profit Margin dengan Market Value Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2009?

2. Bagaimanakah hubungan antara Metode Arus Biaya Persediaan dengan

Market Value Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2009?

C. Kerangka Konseptual

Market Value adalah harga jual dari investor satu dengan investor lainnya. Harga Terjadi setelah saham dicatat di Bursa. Harga pasar merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham. Market value sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran (Lubis, 2008:60).


(23)

Profit margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang diperoleh dari selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih.

Profit margin memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual.

Profit margin merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan, dan merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan harganya (Horne dan Wachowicz, 2001:22).

Metode persediaan FIFO adalah metode dimana perlu ada pemisahan antara produk dalam proses awal dengan produk yang dibuat pada periode sekarang. Diasumsikan bahwa produk awal merupakan produk yang masuk pertama kedalam proses produksi dan diselesaikan lebih dulu sebelum mulai mengerjakan produk periode sekarang. Dengan demikian, produk yang ditransfer ke departemen berikutnya terdiri atas produk awal barang dalam proses yang sudah selesai dan produk yang baru dikerjakan dan selesai pada periode berjalan.Sedangkan Metode rata-rata tertimbang adalah metode perhitungan persediaan dimana harga pokok persediaan barang dalam proses awal ditambahkan dengan biaya yang terjadi pada periode sekarang dan dibagi dengan unit equivalent untuk menghitung harga pokok produk per unit rata-rata. Dalam metode ini, unit equivalent produksi departemen merupakan penjumlahan unit produk jadi dengan unit equivalent dalam persediaan barang dalam proses akhir (Hariadi, 2002:164).

Konflik kepentingan antara manajer dan pemilik dapat timbul ketika perusahaan harus memilih metode arus persediaan mana yang harus diterapkan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan hasil ekonomi yang diharapkan antara manajer, pemilik dan pemerintah. Sehingga manajemen dalam mengambil kebijakan pemilihan metode arus biaya persediaan, pasti akan mempertimbangkan hal-hal yang dapat mendukung nilai perusahaan Alasan perusahaan dalam memilih metode arus biaya


(24)

persediaan adalah untuk memenuhi keinginan para investor dalam kaitannya dengan

market value perusahaan, sehingga dalam memilih metode tersebut selayaknya berdampak pada tingkat return yang diharapkan investor Penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap profit margin perusahaan. Besar kecilnya profit margin juga akan mempengaruhi tingkat market value perusahaan.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka variabel yang berhubungan dengan market value digunakan dalam penelitian ini yaitu Profit Margin, dan Metode Arus Biaya Persediaan. Kerangka konseptual dapat digambarkan :

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Profit Margin

(X1)

Metode Arus Biaya Persediaan

( X2 )

Profit Margin naik

( X1 ) Market Value naik( Y )

Profit Margin

turun( X1 ) Market Value turun( Y )

Market Value ( Y )


(25)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2005:5).

Fungsi dari hipotesis adalah untuk mengarahkan peneliti agar sesuai dengan apa yang kita harapkan. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi hipotesis dalam penulisan ini adalah :

1. H1 : Profit Margin memiliki hubungan yang positip dan signifikan dengan

Market Value perusahaan barang konsumsi dan perusahaan-perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.

2. H2 : Metode Arus Biaya Persediaan memiliki hubungan yang erat dan signifikan dengan Market Value perusahaan-perusahaan barang konsumsi dan perusahaan-perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan profit margin dan metode arus biaya persediaan dengan

market value industri barang konsumsi dan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat bermanfaat menambah pengetahuan serta dapat memberikan informasi sebagai referensi atau perbandingan bagi peneliti lain dalam


(26)

penelitian mengenai Profit Margin, dan Metode Arus Biaya Persediaan, serta Market Value pada ruang lingkup dan kajian yang lebih luas.

b. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam bidang keuangan terutama dalam memahami seberapa besar hubungan Profit Margin, dan Metode Arus Biaya Persediaan terhadap Market Value pada perusahaan-perusahaan barang konsumsi dan perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia.

F. Metodologi Penelitian 1. Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Bebas (Independent Variabel) yang terdiri dari Profit Margin dan Metode arus Biaya Persediaan.

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel) yaitu Market Value.

b. Industri yang menjadi sampel penelitian adalah Industri Barang Konsumsi dan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI selama tahun 2007-2009.

2. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi Operasional Variabel dalam penelitian ini, sebagai berikut : a. Variabel Terikat ( Dependent Variabel ) (Y)

Market Value adalah harga jual dari investor satu dengan investor lainnya. Harga Terjadi setelah saham dicatat di Bursa. Harga pasar merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham. Market value sangat


(27)

dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran (Lubis, 2008:60 ).

Market value yang diambil sebagai data adalah harga penutupan akhir dikalikan dengan jumlah saham yang beredar untuk dirata-rata dalam satu periode.

Market value diukur dengan menggunakan rumus :

MV = Ln of ( harga pasar per lembar saham x jumlah lembar saham yang beredar )

Dimana :

MV : nilai pasar perusahaan dalam 1 periode tertentu

Harga pasar saham : harga penutupan (closing price) pada tanggal pelaporan Saham beredar : jumlah saham beredar pada periode tersebut

Nilai pasar menunjukkan keadaan perusahaan berdasarkan persepsi investor yang teraktualisasi dalam harga saham. Secara garis besar nilai pasar perusahaan merupakan harga seluruh saham yang beredar .

Harga pasar merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukkan fluktuasi dari harga saham. Harga saham adalah harga penutupan (closing price) pada tanggal pelaporan. Jumlah lembar saham yang beredar adalah jumlah lembar saham beredar yang dilaporkan dalam laporan keuangan 2007-2009.

b. Variabel Bebas (Independent Variabel) (X)

Profit margin (X1 )

Profit margin memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual. Profit margin merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan,serta merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan harganya (Horne dan Wachowicz,


(28)

2001:224). Profit margin merupakan rasio laba kotor (penjualan bersih – harga pokok penjualan) terhadap penjualan bersih yang tersaji dalam laporan laba rugi tahun 2007-2009.

Profit Margin =

ersih PenjualanB

ualan aPokokPenj H

ersih

PenjualanB − arg

b. Metode Arus Biaya Persediaan (X2 )

Metode arus biaya persediaan merupakan metode yang digunakan perusahaan selama tahun pengamatan. Variabel ini merupakan variabel dummy dimana ada dua pilihan metode, yaitu metode rata-rata dan metode FIFO .

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003:103). Populasi dalam penelitian ini adalah Industri barang konsumsi dan industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009, yang berjumlah 73 perusahaan. Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Kuncoro, 2003 :103). Penarikan jumlah sampel dengan menggunakan Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005:78). Sampel adalah perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Perusahaan barang konsumsi, dan perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2009, mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk tahun 2007-2009, serta tidak pernah dihentikan perdagangannya (di-suspend).

b. Perusahaan yang hanya menggunakan satu metode, apakah metode FIFO atau metode rata-rata untuk semua persediaannya


(29)

c. Perusahaan tidak melakukan perubahan metode selama tahun pengamatan.Jika pada tahun pengamatan perusahaan melakukan perubahan metode, maka pada tahun tersebut tidak dapat mencirikan apakah perusahaan tersebut menggunakan metode persediaan FIFO atau tidak.

Berdasarkan kriteria tersebut diatas, diperoleh sampel sebagai berikut :

Tabel 1.2

Prosedur Pemilihan Sampel

KRITERIA PENENTUAN SAMPEL JUMLAH

Jumlah perusahaan barang konsumsi dan perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009

73 Jumlah perusahaan yang tidak masuk kriteria :

Perusahaan yang tidak lengkap laporan keuangannya 28

(31) Perusahaan barang konsumsi yang termasuk sampel 22

Perusahaan dasar dan kimia yang termasuk sampel 20

Jumlah keseluruhan sampel 42

Sumber :

Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, diperoleh populasi sasaran sebanyak 42 perusahaan dari populasi yang berjumlah 73 perusahaan, dimana seluruh perusahaan mempublikasikan laporan keuangan untuk tahun 2007-2009, tidak pernah di-suspend, menggunakan satu metode untuk menghitung persediaannya, dan tidak melakukan perubahan metode persediaan selama tahun pengamatan.


(30)

Berikut ini adalah perusahaan yang menjadi sampel sekaligus objek dalam penelitian ini :

Tabel 1.3

Sampel Perusahaan Barang Konsumsi

No Kode Nama Perusahaan No Kode Nama Perusahaan 1 ADES Ades Waters Indonesia

Tbk

12 MERK Merck Tbk 2 AQUA Aqua Golden Mississippi

Tbk

13

MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 3 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 14 MRAT Mustika Ratu Tbk 4 DLTA Delta Djakarta Tbk 15 MYOR Mayora Indah Tbk 5 HMSP HM Sampoerna Tbk 16 PYFA Pyridam Farma Tbk

6 INAF Indofarma Tbk 17

SCPI Schering Plough Indonesia Tbk 7 INDF Indofood Sukses Makmur

Tbk

18

SKLT Sekar Laut Tbk 8 KICI Kedaung Indah Can Tbk 19 STTP Siantar Top Tbk 9 KDSI Kedawung Setia Industrial

Tbk

20

TCID Mandom Indonesia Tbk

10 KLBF Kalbe Farma Tbk 21 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 11 LMPI Langgeng Makmur

Industri Tbk

22

UNVR Unilever Indonesia Tbk

Sumber

Tabel 1.4

Sampel Perusahaan Dasar dan Kimia

No Kode Nama Perusahaan No Kode Nama Perusahaan 1

AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk

11

JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk

2 APLI Asiaplast Industries Tbk 12 LION Lion Metal Works Tbk 3 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 13 LMSH Lionmesh Prima Tbk 4 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 14 MAIN Malindo Feedmill Tbk 5 DYNA Dynaplast Tbk 15 MLIA Mulia Industrindo Tbk 6

EKAD Ekadharma Internasional Tbk

16

PICO Pelangi Indah Canindo Tbk

7

FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 17 SAIP Surabaya Agung Industry P. Tbk 8 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk 18 SIPD Sierad Produce Tbk 9

INAI Indal Aluminium Industry Tbk

19

SRSN Indo Acidatama Tbk 10

ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk

20

TRST Trias Sentosa Tbk Sumber


(31)

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengmpulkan data pendukung berupa jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di BEI melalui situs

www.finance.yahoo.com b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yaitu dimulai pada bulan Mei 2010 – Desember 2010.

6. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder yaitu berasal dari publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, berbagai hasil penelitian, dan buku referensi, jurnal-jurnal, majalah-majalah, laporan keuangan industri barang konsumsi dan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2009.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik.

A. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.


(32)

B. Metode Analisis Korelasi Korelasi Parsial

Korelasi parsial antara dua variabel adalah suatu korelasi yang menihilkan akibat dari variabel ketiga atau sejumlah variabel-variabel lain terhadap dua variabel yang sedang dikorelasikan, untuk melakukan perhitungan korelasi parsial. Oleh karena itu korelasi parsial mengeluarkan pengaruh variabel kontrol (Situmorang,et al, 2008:52-53).

Korelasi yang positip menunjukkan hubungan dimana jika variabel yang satu mengalami kenaikan, maka variabel lainnya juga mengalami hal yang sama. Korelasi yang negatip menunjukkan hubungan dimana jika variabel yang satu naik, maka variabel yang lain akan mengalami penurunan.

Untuk melihat keeratan hubungan antara variabel dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.5

Tabel Hubungan Antar Variabel

Nilai Interpretasi

0.0 – 0.19 Sangat Tidak Erat

0.2 – 0.39 Tidak Erat

0.4 – 0.59 Cukup Erat

0.6 – 0.79 Erat

0.8 – 0.99 Sangat Erat


(33)

19

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Ika Ratna Sari (2007) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Profit Margin, dan Metode Arus Biaya Persediaan terhadap Market Value pada industri barang konsumsi yang terdaftar di BEJ tahun 2004-2005”.Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh profit margin, dan metode arus biaya persediaan terhadap market value industri barang konsumsi. Hasil Penelitian ini membuktikan terdapat pengaruh yang signifikan antara profit margin, dan metode arus biaya persediaan terhadap market value.

Elma (2009) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Economic Value Added dan Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaan manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Periode penelitian yang dilakukan ialah tahun 2005 sampai dengan 2008. Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan mengetahui dampak

economic value added dan profit margin terhadap harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profit margin mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, dengan kata lain naiknya profit margin akan menyebabkan naiknya harga saham perusahaan.


(34)

B. Market Value

Market Value (Nilai Pasar) adalah harga jual dari investor satu dengan investor lainnya. Harga Terjadi setelah saham dicatat di Bursa. Harga pasar merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham. Market value sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran (Lubis, 2008:60).

Perbedaan harga saham hanya terjadi bila pasar saham adalah efisien semi kuat secara keputusan yaitu investor dapat merespon secara tepat atas informasi yang tersedia secara penuh di pasar modal. Perbedaan harga saham antara perusahaan yang bertumbuh dan tidak bertumbuh sesuai dengan salah satu dasar pembentukan harga saham yang yakin bahwa harga saham terjadi karena aliran laba atau kas masa depan yang dinilai sekarang Perusahaan yang tidak bertumbuh mempunyai kebijakan pendanaan yang bertolak belakang dengan perusahaan yang bertumbuh, sehingga hal ini menjadi informasi yang bersifat negatif bagi investor.

Pengetahuan mengenai nilai pasar dapat digunakan untuk mengetahui saham- saham mana yang murah, tepat nilai atau mahal. Jika nilai pasar lebih kecil dari nilai intrinsik, ini menunjukan bahwa nilai saham bersangkutan lebih kecil dari yang seharusnya dibayar (undervalued), jadi layak untuk dibeli. Sebaliknya nilai pasar yang lebih besar dari nilai intrinsik menunjukan bahwa saham bersangkutan dijual dengan harga yang mahal ( overvalued) ( Lubis, 2008:65 ).


(35)

Berkaitan dengan bursa saham, bahwa nilai pasar merupakan harga pasar riil dan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham perusahaan pada pasar yang sedang berlangsung atau sudah tutup, berdasarkan bursa utama. Nilai pasar menunjukan keadaan perusahaan berdasarkan persepsi investor yang teraktualisasi melalui harga saham. Secara garis besar nilai pasar perusahaan merupakan harga seluruh saham yang beredar (closing price).

Dapat disimpulkan, market value adalah harga saham yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham perusahaan pada pasar yang sedang berlangsung atau sudah tutup, yang didasarkan pada bursa utama oleh pelaku pasar sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham, sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham dimana harga saham sekarang mencerminkan sepenuhnya informasi pada masa lampau, informasi yang dipublikasikan dan informasi yang tidak dipublikasikan.

Harga saham merupakan komponen utama pembentuk market value. Harga saham biasanya cenderung fluktuatif (berubah-ubah). Menurut Suad Husnan (2007: 65), Fluktuasi harga saham dapat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :

a. Laba per lembar saham yang diharapkan (projecting earning per share).

Pemodal yang bijaksana akan tetap mempertahankan kepemilikan sahamnya, apabila saham yang dimiliki tersebut memberikan keuntungan yang layak baginya. Keuntungan yang layak ini dapat dilihat dari laba per lembar saham secara umum yaitu laba bersih pada periode tertentu dibagi dengan jumlah saham yang beredar pada periode tersebut.


(36)

b. Arus waktu penerimaan laba (timing of the earning stream)

Waktu penerimaan laba sangat mempengaruhi fluktuasi harga saham. Seorang pemodal yang memperoleh laba sekarang dengan pemodal yang menerima laba di masa yang akan datang berbeda nilainya bila diukur dengan present value. Dalam memilih proyek investasi terbaik, tergantung pada proyek investasi mana yang dapat memberikan tambahan nilai yang terbesar bagi laba yang akan diterima. Jadi waktu adalah alasan yang penting untuk memusatkan kekayaan yang dalam hal ini diukur dari waktu penerimaan laba karena pemilihan saham.

c. Risiko dari laba yang diharapkan (riskness of the projecting earning)

Harga saham juga dipengaruhi oleh resiko dari laba yang telah direncanakan atau yang diharapkan sebelumnya. Semakin besar jaminan kepastian, investor akan memberikan nilai tinggi terhadap harga saham yang bersangkutan.

d. Penggunaan hutang (use of debt)

Hutang merupakan sumber dana dari luar perusahaan yang harus dilunasi pada suatu waktu di masa yang akan datang dengan disertai kewajiban untuk membayar bunga. Banyak perusahaan yang menjadi bangkrut karena penggunaan hutang yang berlebihan. Semakin besar penggunaan hutang maka akan semakin besar pula ancaman kebangkrutan yang mungkin menimpa perusahaan.

e. Kebijakan deviden (deviden policy)

Kebijakan pembayaran deviden memiliki pengaruh terhadap harga sahamnya. Kebijakan manajemen dalam memutuskan besarnya laba yang dibagikan sebagai deviden dan besarnya laba yang ditahan untuk perkembangan usaha perusahaan atau diinvestasikan kembali (deviden policy) akan mempengaruhi pertimbangan investor dalam memutuskan keputusan investasinya yang mungkin akan meningkatkan atau menurunkan harga saham. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila


(37)

market value yang dimilikinya meningkat. Dengan demikian total kemakmuran pemegang saham dapat diukur dengan menilai peningkatan total kepemilikan saham dikalikan dengan market value per lembar saham. Semakin tinggi market value berarti kemakmuran pemegang saham meningkat.

Market value dapat diukur dengan mengalikan jumlah saham beredar dengan harga saham penutupan pada hari ke-t. Berdasarkan besarnya jumlah saham yang beredar dan harga saham, dapat dilihat ukuran suatu perusahaan. Semakin banyak jumlah saham yang beredar dan semakin tingginya harga saham menunjukan semakin besar ukuran sebuah perusahaan.

Adapun untuk penyelesaian nilai market value ditunjukan dalam persamaan sebagi berikut :

MV = Ln of (harga pasar per lembar saham x jumlah lembar saham yang beredar) Keterangan :

MV : nilai pasar perusahaan dalam periode tertentu Harga pasar saham : harga penutupan (closing price) periode tersebut Saham beredar : jumlah saham beredar dalam periode tersebut

Nilai pasar menunjukkan keadaan perusahaan berdasarkan persepsi investor yang teraktualisasi dalam harga saham. Secara garis besar nilai pasar perusahaan merupakan harga seluruh saham yang beredar (closing price).

Harga pasar merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukkan fluktuasi dari harga saham. Harga saham adalah harga penutupan (closing price) pada tanggal pelaporan. Jumlah lembar saham yang beredar adalah jumlah lembar saham beredar yang dilaporkan dalam laporan keuangan.


(38)

Tujuan dari manajemen keuangan adalah bukan memaksimumkan profit melainkan memakmurkan kekayaan para pemegang saham melalui maksimalisasi nilai perusahaan. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Sementara itu harga saham yang terbentuk dalam pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham (earning per share), rasio laba terhadap laba per lembar saham, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaa

Indeks Harga Saham

Bagi mereka yang aktif dalam proses jual beli saham, maka informasi seputar pergerakan Indeks Harga Saham merupakan informasi vital. Dengan mengetahui posisi indeks, maka investor dapat memperkirakan apa yang sebaiknya dilakukan terhadap saham-saham yang dimilikinya, apakah menjual, membeli atau menahan saham tersebut. Informasi tentang posisi dan perkembangan indeks dapat ditemukan pada surat kabar, radio, maupun berita-berita televise (Darmadji dan Fakhruddin, 2004:160).

Indeks Harga Saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar sedang aktif atau lesu.

Ada 5 fungsi indeks, antara lain : 1. Sebagai indikator tren pasar

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan

3 Sebagai tolok ukur ( benchmark ) kinerja suatu portofolio 4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.


(39)

Ada beberapa jenis Indeks Harga Saham di Bursa Efek Indonesia, antara lain :

1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan, jasa, dan manufaktur.

3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.

4. Indeks LQ-45, yaitu indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan dengan mengacu pada 2 variabel, yaitu likuiditas perdagangan, dan kapitalisasi pasar.

5. Indeks Syariah atau JII ( Jakarta Islamic Indeks), merupakan indeks yang terdiri dari 30 saham, yang mengakomodasi syariah investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan pada Syariah Islam.

6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI, yaitu kelompok papan utama dan papan pengembangan. (Darmadji dan Fakhruddin ; 2004:167).


(40)

C. Profit Margin

Profit margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang diperoleh dari selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih.

Profit margin memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual.

Profit margin merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan, serta merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan harganya (Horne danWachowicz,2001:224).

Profit margin merupakan nilai sisa dari jumlah dana telah dibayarkan untuk biaya operasional perusahaan. Jadi, bila sebuah perusahaan ingin meningkatkan profit margin-nya, yang harus dilakukan adalah mengendalikan sedemikian rupa biaya-biaya yang ditimbulkan dari kegiatan operasional perusahaan. Sehingga dengan semakin tingginya profit margin berarti semakin tinggi juga ROE yang dihasilkan (Horne danWachowicz,2001:226).

Selain itu, profit margin juga berarti sebuah gambaran kompetisi yang terjadi di industri perusahaan. Dalam industri yang kompetitif seperti sektor retail, perusahaan-perusahaan cenderung untuk memiliki profit margin yang rendah. Hal ini jauh berbeda dengan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di dalam industri yang cenderung monopolistik.

Tinggi rendahnya profit margin dipengaruhi oleh kompetisi yang terjadi di dalam sebuah industri. Semakin banyak perusahaan di dalam industri maka semakin sedikit pangsa pasar yang didapatkan. Sebaliknya semakin sedikit perusahaan di dalam sebuah industri maka semakin banyak pangsa pasar yang didapatkan sehingga akan semakin besar profit margin yang dihasilkan. Selain itu jika perusahaan yang memiliki profit margin lebih tinggi dari perusahaan sejenis, mengindikasikan posisi perusahaan yang kuat dimata konsumen, dan efisiensi pengelolaan biaya.


(41)

Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan profit margin perusahaan. Besar kecilnya profit margin juga akan mempengaruhi perhitungan laba bersih perusahaan yang tercantum dalam laporan laba rugi. Respon investor biasanya berupa keinginan investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham perusahaan. Kenaikan harga saham perusahaan mencerminkan market value perusahaan, sehingga

profit margin berpengaruh terhadap market value perusahaan.

Profit Margin dapat diperbesar, yaitu dengan meningkatkan net operating income dan atau net sales. Semakinnet operating income pada net sales yang tetap, atau semakin kecil net sales pada net operating income tetap maka semakin besar profit margin. Lantas tambahan net operating income yang lebih besar daripada tambahan net sales pun mampu memperbesar profit margin. Net operating income

terikat oleh income dari sales dan operating expense. Dengan jumlah operating expense tertentu profit margin diperbesar dengan memperbesar sales atau dengan sales tertentu profit margin dapat diperbesar dengan menekan operating expense. (Skousen,2008:102).

Sehingga profit margin dapat diperbesar dengan cara menambah operating expense dimana tambahan sales lebih besar daripadanya atau menekan operating expense lebih besar dari penekanan terhadap income dari sales. Sales semakin besar dari karena peningkatan harga pada volume tetap atau meningkat pada harga tetap. Meskipun volume sales berkurang pada saat tertentu tetapi karena disertai berkurangnya operating expense yang lebih besar maka profit margin pun semakin besar


(42)

D. Metode Arus Biaya Persediaan

1. Pengertian Metode Arus Biaya Persediaan

Persediaan merupakan sejumlah bahan atau barang yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa barang jadi, bahan mentah, maupun barang dalam proses yang disediakan untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan guna memenuhi permintaan konsumen setiap waktu. Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi, penjualan secara lancar, persediaan barang mentah dan barang dalam proses diperlukan untuk menjamin kelancaran proses produksi, sedangkan barang jadi harus selalu tersedia sebagai “buffer stock“ agar memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan yang timbul. Beberapa masalah keputusan persediaan dapat diselesaikan dengan menggunakan kriteria ekonomis, satu syarat mutlak terpenting adalah membuat struktur biaya. Struktur biaya ini memuat biaya persediaan, biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang disebabkan oleh adanya persediaan. Biaya persediaan ini di dalam perusahaan secara umum dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

1. Biaya Pembelian, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, jumlahnya tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga per unit barang.

2. Biaya Pengadaan, merupakan biaya yang berhubungan dengan pembelian barang yang terdiri dari biaya pemesanan, apabila barang yang diperlukan berasal dari luar perusahaan.

3. Biaya Penyimpanan, merupakan semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan menyimpan barang dalam periode waktu tertentu, biaya ini diwujudkan dalam bentuk prosentase nilai rupiah per unit waktu.


(43)

4. Biaya Kekurangan Persediaan, merupakan konsekuensi ekonomis yang disebabkan oleh adanya kehabisan persediaan (Atmaja, 2005:88 ).

Seluruh barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan (baik secara fisik ada atau tidak di perusahaan tersebut), termasuk dalam persediaan ketika suatu persediaan diambil. Ini memerlukan pemeriksaan seluruh dokumen-dokumen pengiriman dan mengidentifikasi seluruh pengiriman barang dagangan yang keluar. Menentukan kuantitas barang di tangan harus dilakukan sedikitnya oleh dua orang, dan orang ketiga harus memeriksa ketepatan dari perhitungan tersebut (terutama jika barang-barang yang mempunyai nilai moneter yang tinggi). Ketika menentukan harga pokok penjualan, seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya dimasukkan dalam harga pembelian (Atmaja, 2005:102 ).

Tujuan utama dari penilaian persediaan digunakan untuk proses penandingan antara pendapatan dan biaya. Proses penandingan ini dilakukan dalam menentukan besarnya biaya dari barang yang tersedia untuk dijual, untuk kemudian dikurangi dengan pendapatan pada periode berjalan, sehingga dari proses penandingan ini akan diperoleh besarnya laba perusahaan (Annisa,2003:83).

Penilaian persediaan mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kelayakan hasil usaha dan posisi keuangan suatu perusahaan. Persediaan dinyatakan sebesar harga pokok atau perolehan dengan memperhitungkan seluruh biaya-biaya untuk memperoleh nilai yang wajar yang berati persediaan yang ada didalam perusahaan sesuai dengan yang diperhitungkan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada nilai perolehannya, yakni nilai pembelian persediaan tersebut setelah ditambah dengan biaya- biaya yang terkait didalamnya sampai dengan persediaan untuk digunakan atau dijual.


(44)

Jadi metode arus biaya persediaan adalah kebijaksanaan pengukuran yang digunakan sebagai media kontrak antara economic agent yang berkaitan dengan persediaan yang mempengaruhi laporan keuangan dimana pemilihan metode arus biaya persediaan harus mempertimbangkan nilai-nilai yang dapat mendukung nilai perusahaan yang disesuaikan dengan karakteristik perusahaan.

2. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First-in, First-out / FIFO )

Metode FIFO (First In First Out) pertama kali dikenal dalam akuntansi keuangan sebagai salah satu metode dalam penilaian persediaan barang. Harga yang digunakan sebagai dasar dalam menilai persediaan barang dapat memakai harga lama atau harga baru. Pada metode FIFO, persediaan barang yang dikeluarkan untuk produksi atau dijual, nilainya didasarkan pada harga menurut urutan yang pertama masuk. Jadi, untuk penilaian pada persediaan barang yang tersisa, berarti harganya didasarkan pada harga baru atau harga menurut urutan yang terakhir.

Dalam metode masuk pertama keluar pertama (FIFO), perlu ada pemisahan antara produk dalam proses awal dengan produk yang dibuat pada periode sekarang. Diasumsikan bahwa produk awal merupakan produk yang masuk pertama kedalam proses produksi dan diselesaikan lebih dulu sebelum mulai mengerjakan produk periode sekarang. Dengan demikian, produk yang ditransfer ke departemen berikutnya terdiri atas produk awal barang dalam proses yang sudah selesai dan produk yang baru dikerjakan dan selesai pada periode berjalan. Jika terdapat persediaan barang dalam proses akhir maka hampir dapat dipastikan bahwa produk tersebut merupakan bagian dari produk yang dikerjakan periode sekarang yang belum selesai (Hariadi, 2002:163).


(45)

Dalam sistem biaya proses, akuntan menentukan biaya yang ditransfer keluar dan jumlah yang tersisa dalam persediaan untuk setiap departemen. Untuk banyak proses produksi, bahan ditambahkan pada awal produksi dan unit-unit yang telah diproduksi dipindahkan melalui proses produksi dengan metode masuk pertama keluar pertama ( FIFO ). Artinya, unit pertama yang memasuki proses produksi adalah unit pertama yang diselesaikan pertama.

Kebanyakan produsen pengguna biaya proses memiliki lebih dari satu departemen. Kita mengasumsikan bahwa semua bahan yang digunakan dalam departemen ditambahkan pada awal proses, dan biaya konversi (tenaga kerja langsung dan overhead pabrik) terjadi dalam proses tersebut. Tujuannya adalah untuk menentukan harga pokok unit yang telah selesai dan penilaian persediaan akhir.

Harga pokok unit ini dihitung dengan menggunakan empat langkah : 1. Menentukan unit yang akan dibebankan biaya.

2. Menghitung unit ekuivalen produksi. 3. Menentukan biaya per unit ekuivalen.

4.Mengalokasikan biaya untuk ditransfer dan unit yang selesai sebagian. (Niswonger,et al, 2004 : 191)

Adapun tujuan dari metode FIFO ini adalah:

1. Merupakan penggabungan semua unsure laba pada saat penjualan, dimana

gain dan loss yang timbul dari perubahan-perubahan harga yang dianggap tidak dapat dipisahkan dari income yang merupakan hasil dari keputusan manajerial dalam kegiatan normal perusahaan.

2. Untuk menyajikan persediaan akhir di dalam neraca berdasarkan harga yang paling akhir


(46)

3. Untuk melakukan matching atau current cost dengan revenue dan pelaporan secara terpisah antara gain dan loss yang disebabkan oleh perubahan harga (Horngren,2002:88).

Metode FIFO merupakan metode yang paling luas digunakan dalam penilaian persediaan. Metode FIFO seringkali tidak nampak secara langsung pada aliran fisik dari barang tersebut karena pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan barangnya. Dengan demikian meode FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang. Dalam metode FIFO, biaya yang digunakan untuk membeli barang pertama kali akan dikenali sebagai Cost of Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan harga dari stok barang dari transaksi yang terdahulu.

Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang terjual karena pesanan adalah barang yang mereka beli. Oleh karenanya, barang-barang yang dibeli pertama kali adalah barang-barang pertama yang dijual dan barang-barang sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan untuk biaya akhir. Karenanya, untuk penentuan pendapatan, biaya-biaya sebelumnya dicocokkan dengan pendapatan dan biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian laporan neraca. Metode ini konsisten dengan arus biaya aktual, sejak pemilik barang dagang mencoba untuk menjual persediaan lama pertama kali.

3. Metode Rata-rata Tertimbang (Weight Average Method)

Metode rata-rata tertimbang, pada dasarnya harga pokok persediaan barang dalam proses awal ditambahkan dengan biaya yang terjadi pada periode sekarang dan dibagi dengan unit equivalent untuk menghitung harga pokok produk per unit rata-rata ( Hariadi, 2002:163 ).


(47)

Penilaian persediaan menurut metode ini adalah bahwa persediaan yang dibebankan pada periode berjalan atau nilai persediaan pada akhir periode merupakan nilai yang dirata-ratakan dari saldo awal dan pembelian-pembelian pada periode tersebut. Metode rata-rata tertimbang adalah netral ditinjau dari persediaan dan harga pokok penjualan dan harga pokok produksi, pada umumnya harga pokok penjualan dan harga pokok produksi serta laba akan jatuh diantara ekstrim-ekstrim FIFO dan LIFO.

Pendekatan biaya rata-rata dapat didukung sebagai suatu pendekatan yang realistik dan menyelaraskan arus fisik barang, khususnya jika unit-unit persediaan yang identik ternyata tercampur baur. Metode ini memberikan harga pokok yang sama untuk barang serupa yang memiliki kegunaan yang sama dan tidak memberi peluang terjadinya manipulasi laba. Keterbatasan metode ini yaitu nilai persediaan yang selalu mengandung unsur biaya yang paling dini, dan nilai persediaan yang dapat jauh berbeda dengan nilai periode berjalan jika terjadi kenaikan atau penurunan harga secara drastis.

Biaya produksi yang dikeluarkan untuk membiayai beberapa produk secara bersama-sama dinamakan dengan biaya gabungan (joint cost). Biaya gabungan ini akan menjadi tidak sesuai kalau hanya dibebankan pada satu jenis produk saja, padahal biaya tersebut dinikmati secara bersama-sama. Dengan demikian biaya gabungan ini harus dialokasikan kesemua produk yang ada berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Namun, terdapat perbedaan dengan adanya pembobotan yang diberikan pada setiap produk yang mencerminkan posisi kepentingan perusahaan terhadap produk-produk tersebut (Skousen,2008:108).


(48)

34

BAB III

GAMBARAN PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indomesia yang stabil.

Bursa Efek Indonesia berawal dari berdirinya Bursa Efek di Batavia, yang dikenal sebagai Jakarta pada saat ini, oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda, dan sekuritas lainnya.

Perkembangan Bursa Efek di Batavia sangat pesat, sehingga mendorong pemerintah Belanda membuka Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya gejolak politik di Eropa awal tahun 1939. Bursa Efek di Jakarta pun akhirnya ditutup juga akibat terjadinya perang dunia ke dua tahun 1942, sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di Indonesia.

Pasar modal di Indonesia kembali digiatkan dengan dibukanya kembali Bursa Efek di Jakarta pada tanggal 3 Juni 1952. Pada tahun 1958 kegiatan Bursa Efek di Jakarta kembali dihentikan karena adanya inflasi dan resesi ekonomi. Hal ini tak berlangsung lama sebab Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali dan akhirnya mengalami kebangkitan pada tahun 1970. Kebangkitan ini disertai dengan


(49)

dibentuknya Tim Uang dan Pasar Modal, disusul tahun 1976 berdirinya BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) serta berdirinya perusahaan dan investasi PT Danareksa. Kebangkitan ini didukung dengan diresmikannya aktivitas perdagangan di Bursa Efek Jakarta oleh Presiden Soeharto pada tahun 1977.

Pemerintah mengeluarkan Paket Deregulasi Desember 1987 dan Desember 1988 tentang diperbolehkannya swastanisasi Bursa Efek. Paket deregulasi ini kemudian mendorong Bursa Efek Jakarta berubah menjadi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 13 Juli 1992. Pada tahun itu juga BAPEPAM yang awalnya Badan Pelasksana Pasar Modal berubah menjadi Badan pengawas pasar modal.

Bursa Efek Jakarta berkembang dengan pesat sehingga kegiatannya semakin ramai dan kompleks. Hal ini menyebabkan sistem perdagangan manual yang selama ini dilakukan di Bursa Efek Jakarta tidak lagi memadai. Pada tanggal 22 Mei 1995 diterapkanlah suatu sistem otomatis yang dinamakan JATS (Jakarta Automatic Trading System). Sistem yang baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi lebh besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang adil dan transparan dibandingkan dengan sistem perdagangan manual.

Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) kemudian bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007. Penggabungan kedua bursa ini diharapkan dapat menciptakan kondisi perekonomian Indonesia yang lebih baik.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :

1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.


(50)

3. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

4. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

5. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II. 6. 1952 : Bursaa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar

Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukaman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.DR.Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan : Obligasi Pemerintah RI (1950).

7. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

8. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

9. 10 agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

10.1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

11.1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.


(51)

12.1988 – 1990 : Paket deregulasi di bidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas Bursa terlihat meningkat.

13.2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

14.14 Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positip bagi pertumbuhan pasar modal.

15.16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya..

16.13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

17.22 Mei 1995 : Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

18.10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang – Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang – Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

19.1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

20.2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

21.2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

22. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).


(52)

Struktur Organisai Bursa Efek Indonesia : 1. Dewan Komisaris BEI

a. I Nyoman Tjager (Komisaris Utama) b. Johnny Darmawan (Komisaris)

c. Chaeruddin Berlian (Komisaris) d. Felix Oentoeng Soebagjo (Komisaris)

e. Mustofa (Komisaris)

2. Dewan Direksi BEI

a. Ito Warsito (Direktur Utama)

b. Eddy Sugito (Direktur Penilaian Perusahaan) c. Wan Wei Yiong (Direktur Perdagangan)

d. Uriep Budhi Prasetyo (Direktur Pengawasan Transaksi) e. Friderica Widyasari Dewi (Direktur Pengembangan)

f. Adikin Basirun (Direktur Teknologi Informasi)

g. Supandi (Direktur Keuangan dan SDM)

3. Kepala Divisi/Kepala Satuan BEI a. Direktorat Utama

1) Irmawati Amran (Sekretaris Perusahaan)

2) Dewi Arum (Divisi Hukum)

3) Widodo (Satuan Pemeriksa Internal)

b. Direktorat Penilaian Perusahaan

1) I Gede Nyoman (Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Rill) 2) Umi Kulsum (Divisi Penialaian Perusahaan Sektor Jasa) 3) Saptono Adi (Divisi Penilaian Sektor Perusahaan Surat Utang)


(53)

c. Direktorat Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa 1) Andre PJ Tolle (Divisi Perdagangan Saham) 2) Erna Dewayani (Divisi Perdagangan Surat Utang) 3) Andi Sudhana (Divisi Keanggotaan dan Partisipan) d. Direktorat Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan

1) Hamdi Haasyarbaini (Divisi Pengawasan Transaksi) 2) Kristian S Manulang (Divisi Kepatuhan Anggota Bursa) e. Direktorat Pengembangan

1) Kandi Sofia S. Dahlan (Divisi Riset)

2) Hari Purnomo (Divisi Pengembangan Usaha) 3) Isharsaya (Divisi Pemasaran)

4) Edison Hulu (Chief Economist)

f. Direktorat Teknologi Informasi dan Manajemen Resiko

1) Yohanes Liauw (Divisi Operasional Teknologi Informasi) 2) Didit Agung Laksono (Divisi Pengembangan Solusi Bisnis) 3) Mohammad Mukhlis (Divisi Manajemen Resiko)

g. Direktorat Keuangan dan Sumber Daya Manusia 1) Yohanes A. (Divisi Keuangan)

2) Mirna Kurniawati (Divisi Sumber Daya Manusia)

B. Gambaran Umum Perusahaan Barang Konsumsi dan Perusahaan Dasar dan Kimia

Perusahaan Barang Konsumsi adalah perusahaan yang menghasilkan produk/output berupa barang yang akan dihabiskan/dikonsumsi oleh konsumennya, Sedangkan Industri dasar dan kimia adalah industri yang terdiri dari perusahaan yang


(54)

menghasilkan bahan-bahan dasar yang nantinya akan diolah lagi menjadi barang jadi. Perusahaan Barang Konsumsi terdiri dari beberapa subsektor perusahaan, yaitu :

a. Makanan dan Minuman b. Rokok

c. Farmasi

d. Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga e. Peralatan Rumah Tangga

Perusahaan Dasar dan Kimia terdiri dari beberapa subsektor perusahaan, yaitu : a. Keramik, Perselen, dan Kaca

b. Logam dan Sejenisnya c. Kimia

d. Plastik dan Kemasan e. Pakan Ternak

f. Kayu dan Pengolahannya g. Pulp dan Kertas


(55)

Tabel 3.1

Profil Perusahaan Barang Konsumsi

No Kode Perusahaan Tanggal Berdiri

Tanggal

Listing Jenis 1 ADES

Akasha Wira

International Tbk 6 Mar 1985 13 Juni 1994

Makanan dan Minuman 2 AQUA

Aqua Golden

Mississippi Tbk 23 Feb 1973 01 Mar 1990

Makanan dan Minuman 3 BATI Bati Indonesia

Tbk 09 Des 1987 21 Mar 2002

Rokok 4 CEKA

Cahaya Kalbar

Tbk 03 Feb 1968 09 Jul 1996

Makanan dan Minuman 5 DAVO

Davomas Abadi

Tbk 14 Mar 1968 22 Des 1994

Makanan dan Minuman 6 DLTA

Delta Djakarta

Tbk 15 Jun 1970 30 Jan 1989

Makanan dan Minuman 7 DVLA Darya – Varia

Laboratoria Tbk 05 Feb 1976 11 Nov 1994

Farmasi 8 HMSP HM Sampoerna

Tbk 27 Mar 1905 15 Agu 1990

Rokok 9 INAF Indofarma Tbk 02 Jan 1996 17 Apr 2001 Farmasi 10 INDF

Indofood Sukses

Makmur Tbk 14 Agu 1990 14 Jul 1994

Makanan dan Minuman 11 KDSI

Kedawung Setia

Industrial Tbk 09 Jan 1973 29 Jul 1996

Peralatan Rumah Tangga 12 KICI

Kedaung Indah

Can Tbk 11 Jan 1974 28 Okt 1993

Peralatan Rumah Tangga 13 LMPI

Langgeng

Makmur Industri Tbk

30 Nov 1972 17 Okt 1994

Peralatan Rumah Tangga 14 MERK Merck Tbk 14 Okt 1970 23 Jul 1981 Farmasi 15

MLBI

Multi Bintang

Indonesia Tbk 03 Jun 1929 15 Des 1981

Makanan dan Minuman 16 MRAT Mustika Ratu Tbk

14 Mar 1978 27 Jul 1995

Kosmetik dan Barang Keperluan RT


(56)

17 MYOR Mayora Indah Tbk

17 Feb 1977 04 Jul 1990

Makanan dan Minuman 18 PROD Sera Lee Body

Care Tbk

06 Sep 1985 27 Des 1996

Kosmetik dan Barang Keperluan RT

19 PSDN Prasidha Aneka

Niaga Tbk 16 Apr 1974 18 Okt 1994

Makanan dan Minuman 20 PYFA Pyridam Farma

Tbk 27 Nov 1976 16 Okt 2001

Farmasi 21 SCPI Schering Plough

Indonesia Tbk 01 Nov 1972 08 Jun 1990

Farmasi 22 SKBM Sekar Bumi Tbk

14 Nov 1981 24 Jul 1990

Makanan dan Minuman 23 SKLT Sekar Laut Tbk

19 Jul 1976 08 Sep 1993

Makanan dan Minuman 24 SQBI Bristol – Myers

Squibb Indonesia 08 Jul 1970 29 Mar 1983

Farmasi 25 STTP Siantar Top Tbk

12 Mei 1987 16 Des 1996

Makanan dan Minuman 26 TCID Mandom

Indonesia Tbk

05 Nov 1969 30 Sep 1993

Kosmetik dan Barang Keperluan RT

27 ULTJ Ultra Jaya Milk

Tbk 02 Nov 1971 02 Jul 1990

Makanan dan Minuman 29 UNVR Unilever

Indonesia Tbk

05 Des 1933 11 Jan 1982

Kosmetik dan Barang Keperluan RT


(57)

Tabel 3.2

Profil Perusahaan Dasar dan Kimia

No Kode Perusahaan Tanggal

Berdiri Tanggal Listing Jenis 1 AKKU

Aneka Kemasindo Utama Tbk

05 Apr 2001 01 Nov 2004

Plastik dan Kemasan 2 AKPI Argha Karya

Prima Inds.Tbk 07 Mar 1980 18 Des 1992

Plastik dan Kemasan 3 ALMI Alumindo Light

Metal Inds.Tbk 26 Jun 1978 02 Jan 1997

Logam dan Sejenisnya 4 AMFG

Asahimas Flat

Glass Tbk 07 Okt 1971 08 Nov 1995

Keramik, Porselen,da n Kaca 5 ARNA

Arwana Citra

Mulia Tbk 22 Feb 1993 17 Jul 2001

Keramik, Porselen,da n Kaca 6 APLI Asiaplast

Industries Tbk 25 Apr 1995 21 Agu 2002

Plastik dan Kemasan 7 BRNA Berlina Tbk 18 Agu 1969 06 Nov 1989 Plastik dan

Kemasan 8 BTON Betonjaya

Manunggal Tbk 27 Feb 1995 18 Jul 2001

Logam dan Sejenisnya 9 BUDI Budi Acid Jaya

Tbk 15 Jan 1979 08 Mei 1995

Kimia 10 CTBN Citra Tubindo

Tbk 23 Agu 1983 28 Nov 1989

Logam dan Sejenisnya 11 DPNS Duta Pertiwi

Nusantara Tbk 18 Mar 1982 08 Agu 1990

Kimia 12 DSUC Daya Sakti

Unggul Corp.Tbk 20 Nov 1987 10 Des 1990

Kayu&Peng olahannya 13 DYNA Dynaplast Tbk

16 Nov 1959 05 Agu 1991 Plastik dan Kemasan 14 EKAD Ekadharma

Internasional Tbk 27 Nov 1981 14 Agu 1990

Plastik dan Kemasan 15 ETWA Eterindo

Wahanatama Tbk 11 Jun 1993 16 Mei 1997

Kimia 16 FASW Fajar Surya

Wisesa Tbk 13 Jun 1987 19 Des 1994

Pulp dan Kertas 17 FPNI Titan Kimia

Nusantara Tbk 09 Des 1987 21 Mar 2002

Plastik dan Kemasan 18 IGAR Kageo Igar Jaya

Tbk 30 Okt 1975 05 Nov 1990

Plastik dan Kemasan 19 IKAI Intikeramik

Alamasri Inds.Tbk

26 Jun 1991 04 Jun 1997

Keramik, Porselen,da n Kaca


(1)

LAMPIRAN

Tabel Perhitungan Profit Margin,Metode Arus Biaya Persediaan, dan

Market Value

A. Perusahaan Barang Konsumsi

No Nama Tahun Metode Persediaan

Metode Persediaan

(MET)

PM MV Ln

MV

1 ADES 2007 FIFO 1 -0,002 118486250 18,59

2 ADES 2008 FIFO 1 -0,29 1136484375 20,85

3 ADES 2009 FIFO 1 0,35 683785041 20,34

4 AQUA 2007 FIFO 1 0,06 2158333 14,58

5 AQUA 2008 FIFO 1 0,05 10806708 16,19

6 AQUA 2009 FIFO 1 0,06 60586666 17,91

7 CEKA 2007 rata-rata 0 0,11 46928916 17,66 8 CEKA 2008 rata-rata 0 0,11 498748000 20,02 9 CEKA 2009 rata-rata 0 0,11 89553000 18,31 10 DLTA 2007 rata-rata 0 0,52 2452500 14,71 11 DLTA 2008 rata-rata 0 0,42 14633333 16,49 12 DLTA 2009 rata-rata 0 0,45 32558333 17,29 13 HMSP 2007 rata-rata 0 0,29 580709583 20,17 14 HMSP 2008 rata-rata 0 0,28 166001666 18,29 15 HMSP 2009 rata-rata 0 0,28 577439583 20,17

16 INAF 2007 FIFO 1 0,22 1805237350 21,31

17 INAF 2008 FIFO 1 0,22 21813583 16,89

18 INAF 2009 FIFO 1 0,27 1110307517 20,82

19 INDF 2007 FIFO 1 0,23 52852470542 24,69

20 INDF 2008 FIFO 1 0,23 50180146125 24,63


(2)

22 KICI 2007 rata-rata 0 -0,005 104425 11,55

23 KICI 2008 rata-rata 0 0,17 60350 11,00

24 KICI 2009 rata-rata 0 0,14 20358 9,92

25 KDSI 2007 rata-rata 0 0,10 170457891 18,95 26 KDSI 2008 rata-rata 0 0,10 242146808 19,30 27 KDSI 2009 rata-rata 0 0,12 27512591 17,13 28 KLBF 2007 rata-rata 0 0,50 23181798750 23,86 29 KLBF 2008 rata-rata 0 0,48 10209078125 23,04 30 KLBF 2009 rata-rata 0 0,49 17366921917 23,57 31 LMPI 2007 rata-rata 0 0,16 43214891 17,58 32 LMPI 2008 rata-rata 0 0,18 98327816 18,40 33 LMPI 2009 rata-rata 0 0,16 299659700 19,51 34 MERK 2007 rata-rata 0 0,58 84155833 18,24 35 MERK 2008 rata-rata 0 0,56 10916666 16,20 36 MERK 2009 rata-rata 0 0,58 41335833 17,53 37 MLBI 2007 rata-rata 0 0,45 12293333 16,32 38 MLBI 2008 rata-rata 0 0,48 40549166 17,51 39 MLBI 2009 rata-rata 0 0,52 107960000 18,49

40 MRAT 2007 FIFO 1 0,55 232489000 19,26

41 MRAT 2008 FIFO 1 0,55 42886375 17,57

42 MRAT 2009 FIFO 1 0,56 1381166783 21,04

43 MYOR 2007 rata-rata 0 0,22 489565083 20,00 44 MYOR 2008 rata-rata 0 0,19 116512333 18,57 45 MYOR 2009 rata-rata 0 0,23 651506208 20,29 46 PYFA 2007 rata-rata 0 0,64 282390958 19,45 47 PYFA 2008 rata-rata 0 0,65 6854216 15,74 48 PYFA 2009 rata-rata 0 0,63 378569500 19,75

49 SCPI 2007 FIFO 1 0,48 1173750 13,97

50 SCPI 2008 FIFO 1 0,50 1402083 14,15

51 SCPI 2009 FIFO 1 0,39 4293333 15,27

52 SKLT 2007 rata-rata 0 0,17 125616 11,74


(3)

54 SKLT 2009 rata-rata 0 0,18 291208 12,58 55 STTP 2007 rata-rata 0 0,14 10671916 16,18 56 STTP 2008 rata-rata 0 0,14 3324125 15,01 57 STTP 2009 rata-rata 0 0,16 7241333 15,79 58 TCID 2007 rata-rata 0 0,39 50797500 17,74 59 TCID 2008 rata-rata 0 0,36 12103333 16,30 60 TCID 2009 rata-rata 0 0,36 106301250 18,48

61 ULTJ 2007 FIFO 1 0,28 170706916 18,95

62 ULTJ 2008 FIFO 1 0,19 349145291 19,67

63 ULTJ 2009 FIFO 1 0,26 10287833 16,14

64 UNVR 2007 rata-rata 0 0,50 15476852083 23,46 65 UNVR 2008 rata-rata 0 0,48 11751910833 23,18 66 UNVR 2009 rata-rata 0 0,49 17104520000 23,56


(4)

B. Perusahaan Dasar dan Kimia

No Nama Tahun Metode Persediaan

Metode Persediaan

(MET)

PM MV Ln

MV

1 AKKU 2007 rata-rata 0 0,25 47035241 17,66 2 AKKU 2008 rata-rata 0 0,19 15748075 16,57 3 AKKU 2009 rata-rata 0 0,23 27884833 17,14 4 APLI 2007 rata-rata 0 0,10 162014100 18,90 5 APLI 2008 rata-rata 0 0,11 27624266 17,13 6 APLI 2009 rata-rata 0 0,16 107524416 18,49

7 BTON 2007 rata-rata 0 0,14 2554733 14,75

8 BTON 2008 rata-rata 0 0,17 12411433 16,33

9 BTON 2009 rata-rata 0 0,16 1948125 14,48

10 BUDI 2007 rata-rata 0 0,15 9678924925 22,99 11 BUDI 2008 rata-rata 0 0,14 1971726317 21,40 12 BUDI 2009 rata-rata 0 0,14 182194691 19,02 13 DYNA 2007 rata-rata 0 0,13 289340500 19,48 14 DYNA 2008 rata-rata 0 0,13 11653666 16,27 15 DYNA 2009 rata-rata 0 0,18 30800333 17,24

16 EKAD 2007 FIFO 1 0,17 80840216 18,20

17 EKAD 2008 FIFO 1 0,18 20265191 16,82

18 EKAD 2009 FIFO 1 0,26 285865925 19,47

19 FASW 2007 rata-rata 0 0,20 2506887583 21,64 20 FASW 2008 rata-rata 0 0,16 916305500 20,63 21 FASW 2009 rata-rata 0 0,19 63785166 17,97 22 IGAR 2007 rata-rata 0 0,11 1068896342 20,78 23 IGAR 2008 rata-rata 0 0,09 250304716 19,33 24 IGAR 2009 rata-rata 0 0,13 117184733 18,57 25 INAI 2007 rata-rata 0 0,16 173160691 18,96


(5)

26 INAI 2008 rata-rata 0 0,14 176853633 18,99 27 INAI 2009 rata-rata 0 0,17 913045383 20,63 28 ITMG 2007 rata-rata 0 0,26 2175466667 21,50 29 ITMG 2008 rata-rata 0 0,36 57435957917 24,77 30 ITMG 2009 rata-rata 0 0,37 54623309583 24,72 31 JKSW 2007 rata-rata 0 0,07 126106450 18,65 32 JKSW 2008 rata-rata 0 0,10 23595650 16,97 33 JKSW 2009 rata-rata 0 0,09 3478633 15,06 34 LION 2007 rata-rata 0 0,39 5134583 15,45 35 LION 2008 rata-rata 0 0,42 1059166 13,87

36 LION 2009 rata-rata 0 0,45 587500 13,28

37 LMSH 2007 FIFO 1 0,12 569250 13,25

38 LMSH 2008 FIFO 1 0,13 890833 13,69

39 LMSH 2009 FIFO 1 0,07 498333 13,11

40 MAIN 2007 FIFO 1 0,09 118141666 18,58

41 MAIN 2008 FIFO 1 0,09 119598083 18,59

42 MAIN 2009 FIFO 1 0,12 15755333 16,57

43 MLIA 2007 rata-rata 0 0,12 580231258 20,17 44 MLIA 2008 rata-rata 0 0,18 117464875 18,58 45 MLIA 2009 rata-rata 0 0,16 12657083 16,35 46 PICO 2007 rata-rata 0 0,15 16974041 16,64 47 PICO 2008 rata-rata 0 0,12 2295375 14,64

48 PICO 2009 rata-rata 0 0,14 199800 12,20

49 SAIP 2007 rata-rata 0 -0,006 9882458 16,10

50 SAIP 2008 rata-rata 0 0,03 195958 12,18

51 SAIP 2009 rata-rata 0 0,02 146308 11,89

52 SIPD 2007 rata-rata 0 0,09 9769593300 23,00 53 SIPD 2008 rata-rata 0 0,09 599016358 20,21 54 SIPD 2009 rata-rata 0 0,07 3030744867 21,83 55 SRSN 2007 rata-rata 0 0,31 4926875792 22,31 56 SRSN 2008 rata-rata 0 0,36 277887716 19,44


(6)

57 SRSN 2009 rata-rata 0 0,25 835420708 20,54 58 TRST 2007 rata-rata 0 0,12 1488591017 21,12 59 TRST 2008 rata-rata 0 0,14 1032527225 20,75 60 TRST 2009 rata-rata 0 0,16 29962475 17,21


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

63 376 83

Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 140 99

Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield, dan Market to Book Ratio Terhadap Stock Return Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 56 82

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA) Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011 - 2012

0 73 84

Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, dan Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di Bei Tahun 2009-2011

0 67 84

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN METODE ARUS BIAYA PERSEDIAAN DAN GROSS PROFIT MARGIN TERHADAP MARKET VALUE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTED DI BURSA EFEK INDONESIA

0 29 8

ANALISIS PENGARUH PROFIT MARGIN DAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN TERHADAP MARKET VALUE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BEI.

0 4 30

Analisis Pengaruh Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan terhadap Market Value.

0 0 1

Analisis Pengaruh Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan terhadap Market Value.

1 2 84

PENGARUH PERPUTARAN KAS, NET PROFIT MARGIN, DAN RECEIVABLES TURNOVER TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI

0 0 10