Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
oleh kelakuan orang, sedang ancaman pidananya ditujukan pada orang yang menimbulkan kejahatan.
26
a. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Menurut doktrin, unsur-unsur delik terdiri atas unsur subjektif dan unsur objektif.
27
Terhadap unsur-unsur tersebut dapat diutarakan sebagai berikut.
28
1 Unsur Subjektif
Unsur subjektif adalah unsur yang berasal dari dalam diri pelaku. Unsur- unsur subjektif daripada perbuatan dapat berupa kesalahan schuld dan dapat
dipertanggungjawabkan toerekeningsvatbaarheid.
29
Asas hukum pidana menyatakan “tiada hukuman tanpa kesalahan” An act does not make a person
guilty unless the mind is guilty or actus non facit reum nisi mens sit rea.
30
Kesalahan yang dimaksud di sini adalah kesalahan yang diakibatkan oleh kesengajaan intentionopzetdolus dan kealpaan negligence or schuld. Pada
umumnya para pakar telah menyetujui bahwa “kesengajaan” terdiri atas 3 tiga bentuk, yakni:
31
a kesengajaan sebagai maksud oogmerk;
b kesengajaan dengan keinsafan pasti opzet als zekerheidsbewustzijn;
26
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan Ke-II, Jakarta, Bina Aksara, 1984, hal. 54
27
Leden Marpaung, Unsur-Unsur Perbuatan yang Dapat Dihukum Delik, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hal. 6-7 selanjutnya disebut buku II
28
Leden Marpaung buku I, op. cit., hal. 9-10
29
Satochid Kartanegara, op.cit., hal. 86. Lihat juga P.A.F. Lamintang buku I, op. cit., hal. 193
30
D. Schaffmeister et al, dalam J.F. Sahetapy ed, Hukum Pidana, Edisi Pertama Cetakan Ke-I, Yogyakarta, Liberty, 1995, hal. 1. Lihat juga Moeljatno, op. cit., hal. 23
31
Moeljatno, op. cit., hal. 172-173. Lihat juga Leden Marpaung buku I, op. cit., hal. 15
Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
c kesengajaan dengan keinsafan akan kemungkinan dolus eventualis.
Kealpaan adalah bentuk kesalahan yang lebih ringan dari kesengajaan. Kealpaan terdiri atas dua bentuk, yakni: tak berhati-hati dan dapat menduga akibat
perbuatan itu. Seseorang dapat dikatakan mampu bertanggung jawab apabila dalam diri
orang itu memenuhi tiga syarat, yaitu:
32
a Keadaan jiwa orang itu adalah sedemikian rupa, sehingga ia dapat mengerti
akan nilai perbuatannya dan karena juga mengerti akan nilai dari akibat perbuatannya itu.
b Keadaan jiwa orang itu sedemikian rupa, sehingga ia dapat menentukan
kehendaknya terhadap perbuatan yang ia lakukan. c
Orang itu harus sadar perbuatan mana yang dilarang dan perbuatan mana yang tidak dilarang oleh undang-undang.
2 Unsur Objektif
Unsur objektif merupakan unsur dari luar diri pelaku yang terdiri atas:
33
a Perbuatan handeling manusia, berupa:
i. act, yakni perbuatan aktif atau perbuatan positif;
ii. omission, yakni perbuatan pasif atau perbuatan negatif, yaitu perbuatan
yang mendiamkan atau membiarkan. b
Akibat resultgevolg perbuatan manusia
32
Satochid Kartanegara, op. cit., hal. 242. Lihat juga Tongat, Hukum Pidana Materil, Edisi Pertama, Cetakan Ke-1, UMM Press, Malang, 2002, hal. 5
33
Ibid., hal. 84-87. Lihat juga ibid., hal. 4
Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Akibat tersebut membahayakan atau merusak, bahkan menghilangkan kepentingan-kepentingan yang dipertahankan oleh hukum, misalnya nyawa,
badan, kemerdekaan, hak milik, kehormatan, dan sebagainya. c
Keadaan-keadaan circumstancesomstandigheid Pada umumnya, keadaan tersebut dibedakan antara lain:
34
i. keadaan pada saat perbuatan dilakukan;
ii. keadaan setelah perbuatan dilakukan.
d Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum
Sifat dapat dihukum berkenaan dengan alasan-alasan yang membebaskan si pelaku dari hukuman. Adapun sifat melawan hukum adalah apabila perbuatan
itu bertentangan dengan hukum, yakni berkenaan dengan larangan atau perintah.
35
Adami Chazawi membedakan unsur-unsur tindak pidana ke dalam dua sudut pandang, yakni: 1 dari sudut teoritis dan 2 dari sudut undang-undang.
Teoritis maksudnya berdasarkan pendapat para ahli hukum yang tercermin pada bunyi rumusannya. Sedangkan sudut undang-undang adalah bagaimana kenyataan
Semua unsur delik tersebut merupakan satu kesatuan. Salah satu unsur saja tidak terbukti, bisa menyebabkan terdakwa dibebaskan pengadilan.
34
P.A.F. Lamintang buku I, op. cit., hal. 187-189. Dijelaskan juga bahwa menurut Pompe, keadaan ini terbagi atas keadaan-keadaan penyerta begeleidende omstandigheden dan
keadaan-keadaan yang dating kemudian nakomende omstandigheden. Begeleidende
omstandigheden atau keadaan-keadaan yang menyertai sesuatu tindakan itu dalam beberapa rumusan delik disebutkan beberapa syarat tertentu, yaitu misalnya:
a. bahwa cara melakukan sesuatu tindak pidana atau sarana yang digunakan untuk melakukan
tindak pidana tersebut haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu; b.
bahwa subjek maupun objek dari sesuatu tindak pidana itu haruslah mempunyai sifat-sifat tertentu; dan
c. bahwa waktu dan tempat dilakukannya sesuatu tindak pidana itu haruslah sesuai dengan syarat-
syarat tertentu.
35
Ibid., hal. 27. Lihat juga Leden Marpaung buku I, op. cit., hal. 10
Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang ada.
36
1 Unsur Tindak Pidana Menurut Beberapa Teoritisi
Menurut Moeljatno, unsur tindak pidana adalah:
37
a perbuatan;
b yang dilarang oleh aturan hukum;
c ancaman pidana bagi yang melanggar larangan.
Berdasarkan pendapat sarjana yang menganut paham dualisme tersebut tidak ada perbedaan mengenai unsur-unsur tindak pidana. Uraian di atas
menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut tidak menyangkut diri si pembuat atau dipidananya pembuat, semata-mata mengenai perbuatannya. Berbeda halnya
dengan pendapat penganut paham monoisme seperti berikut ini. Menurut Jonkers unsur-unsur tindak pidana adalah:
38
a perbuatan yang;
b melawan hukum yang berhubungan dengan;
c kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat;
d dipertanggungjawabkan.
36
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana bagian I Stelsel Pidana, Teori-teori Pemidanaan, dan Batas Berlakunya Hukum Pidana, Edisi Pertama, Cetakan Ke-I, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 78 selanjutnya disebut buku I
37
D. Schaffmeister et al, dalam J.F. Sahetapy ed, op. cit., hal. 27. Dijelaskan juga bahwa menurut R. Tresna, tindak pidana terdiri dari unsur-unsur, yakni: perbuatanrangkaian
perbuatan manusia; yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; dan diadakan tindakan penghukuman. Sedangkan menurut bunyi batasan yang dibuat oleh Vos, dapat ditarik
unsur-unsur tindak pidana adalah: kelakuan manusia; diancam dengan pidana; dan dalam peraturan perundang-undangan. Lihat juga Moeljatno, op. cit., hal. 54
38
Ibid., hal. 81. Dijelaskan juga bahwa menurut Schravendijk unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut: kelakuan orang yang; bertentangan dengan keinsyafan hukum; diancam dengan
hukuman; dilakukan oleh orang yang dapat; dipersalahkankesalahan.
Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Walaupun rincian tersebut berbeda-beda, namun pada hakekatnya ada persamaannya yakni tidak memisahkan antara unsur-unsur mengenai
perbuatannya dengan unsur yang mengenai diri orangnya. Mahmud Mulyadi merangkum kesimpulan yang dibuat oleh Moeljatno
mengenai unsur-unsur atau elemen-elemen yang harus ada dalam suatu perbuatan pidana, yaitu:
39
a Kelakuan dan akibat dapat disamakan dengan perbuatan;
b Hal atau keadaan yang menyertai perbuatan;
c Keadaan tambahan yang memberatkan pidana;
d Unsur melawan hukum yang objektif; dan
e Unsur melawan hukum yang subjektif.
2 Unsur Rumusan Tindak Pidana Dalam Undang-Undang
Buku II KUHP memuat rumusan-rumusan perihal tindak pidana tertentu yang masuk dalam kelompok kejahatan dan Buku III adalah pelanggaran.
Berdasarkan rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP tersebut, maka dapat diketahui adanya 8 delapan unsur tindak pidana, yaitu:
40
a Unsur tingkah laku
Tingkah laku adalah unsur mutlak tindak pidana. Tingkah laku dalam tindak pidana terdiri dari tingkah laku aktif atau positif handelen, juga dapat
disebut perbuatan materiil materieel feit dan tingkah laku pasif atau negatif
39
Mahmud Mulyadi, Proses Pembuktian dan Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Lingkungan Hidup tesis, Program Pascasarjana USU, 2001, hal. 49-50
40
Adami Chazawi buku I, op. cit., hal. 81-82
Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
nalaten. Dilihat dari syarat penyelesaian tindak pidananya, maka tingkah laku dibedakan menjadi 2 macam, yakni 1 tingkah laku sebagai syarat penyelesaian
tindak pidana, 2 tingkah laku yang harus mengandung akibat sebagai syarat penyelesaian tindak pidana.
41
b Unsur melawan hukum
Melawan hukum adalah suatu sifat tercelanya atau terlarangnya dari suatu perbuatan, yang sifat tercela mana dapat bersumber pada undang-undang
melawan hukum formilformelle wederrechtelijk dan dapat bersumber pada masyarakat melawan hukum materiilmaterieel wederrechtelijk.
42
Dari sudut undang-undang, suatu perbuatan tidaklah mempunyai sifat melawan hukum
sebelum perbuatan itu diberi sifat terlarang wederrechtelijk dengan memuatnya sebagai dilarang dalam peraturan perundang-undangan, artinya sifat terlarang itu
disebabkan atau bersumber pada dimuatnya dalam peraturan perundang- undangan.
43
D. Schaffmeister et al. membedakan sifat melawan hukum itu menjadi empat bentuk, yaitu:
44
1 Sifat melawan hukum umum
Sifat ini diartikan sebagai syarat umum untuk dapat dipidana yang tersebut dalam rumusan pengertian perbuatan pidana, yaitu suatu rumusan delik,
bersifat melawan hukum dan dapat dicela.
41
Ibid. halaman 83-85
42
A. Fuad Usfa dan Tongat, op. cit. hal. 70. Lihat juga Indriyanto Seno Adji, Korupsi, Kebijakan Aparatur Negara dan Hukum Pidana, Edisi Pertama, Cetakan Ke-II, CV. Diadit Media,
Jakarta, 2007, hal. 133
43
S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Alumni- Ahaem-Petehaem, Jakarta, hal. 141
44
D. Schaffmeister et al, op. cit., hal. 39
Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
2 Sifat melawan hukum khusus
Sifat ini tercantum secara tertulis dalam rumusan delik yang merupakan syarat tertulis untuk dapat dipidana. Sifat ini juga dinamakan “sifat melawan hukum
faset”. 3
Sifat melawan hukum formal Sifat ini berarti, semua bagian yang tertulis dari rumusan delik telah dipenuhi
yaitu memenuhi semua syarat tertulis untuk dapat dipidana. 4
Sifat Melawan hukum materil Berarti melanggar atau membahayakan kepentingan hukum yang hendak
dilindungi oleh pembentuk undang-undang dalam rumusan delik tertentu. c
Unsur kesalahan Kesalahan schuld adalah unsur mengenai keadaan atau gambaran batin
orang sebelum atau pada saat memulai perbuatan, karena itu unsur ini selalu melekat pada diri pelaku dan bersifat subjektif. Kesalahan dalam hukum pidana
adalah berhubungan dengan pertanggungan jawab, atau mengandung beban pertanggungan jawab pidana, yang terdiri dari kesengajaan dolus atau opzet dan
kelalaian culpa.
45
Kesengajaan adalah orang yang menghendaki dan orang yang mengetahui sehingga kesengajaan itu ada dua, yakni kesengajaan berupa kehendak dan
kesengajaan berupa pengetahuan yang diketahui.
46
45
A. Fuad Usfa dan Tongat, op. cit., hal. 77-78
46
Sudarto, Hukum Pidana I, Penerbit Yayasan Sudarto, Semarang, 1991, hal. 102-105 selanjutnya disebut buku I. Lihat juga A. Zainal Abidin Farid, op. cit., hal. 282-285
Menurut teori kehendak, kesengajaan adalah kehendak yang ditujukan untuk melakukan perbuatan, artinya
Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
untuk mewujudkan perbuatan itu memang telah dikehendaki sebelum seseorang itu sungguh-sungguh berbuat. Menurut teori pengetahuan, kesengajaan adalah
mengenai segala apa yang ia ketahui tentang perbuatan yang akan dilakukan dan beserta akibatnya. Tidaklah mungkin menghendaki atas segala sesuatu yang tidak
diketahui.
47
Kelalaian culpa sering juga disebut dengan tidak sengaja, lawan dari kesengajaan opzettelijk atau dolus atau sering juga disebut dengan schuld dalam
arti sempit. Unsur kesalahan dan melawan hukum merupakan unsur subjektif sedangkan selebihnya merupakan unsur objektif.
48
d Unsur akibat konstitutif
Unsur akibat konstitutif ini terdapat pada: 1 tindak pidana materiil materieel delicten atau tindak pidana di mana akibat menjadi syarat selesainya
tindak pidana, 2 tindak pidana yang mengandung unsur akibat sebagai syarat pemberat pidana, dan 3 tindak pidana di mana akibat merupakan syarat
dipidananya pembuat.
49
e Unsur keadaan yang menyertai
Unsur keadaan yang menyertai adalah unsur tindak pidana yang berupa semua keadaan yang ada dan berlaku dalam mana perbuatan dilakukan. Unsur
keadaan yang menyertai ini dalam kenyataan rumusan tindak pidana dapat:
50
1 mengenai cara melakukan perbuatan; 2 mengenai cara untuk dapatnya dilakukan perbuatan; 3 mengenai objek tindak pidana; 4 mengenai subjek
47
A. Fuad Usfa dan Tongat, op. cit., hal. 79
48
Adami Chazawi buku I, op. cit., hal. 93
49
Ibid., hal. 103
50
Ibid., hal. 106
Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
tindak pidana; 5 mengenai tempat dilakukannya tindak pidana; dan 6 mengenai waktu dilakukannya tindak pidana.
f Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana
Unsur ini hanya terdapat pada tindak pidana aduan. Tindak pidana aduan adalah tindak pidana yang hanya dapat dituntut pidana jika adanya pengaduan dari
yang berhak mengadu.
51
g Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana
Unsur ini adalah berupa alasan untuk diperberatnya pidana. Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana dapat terletak pada bermacam-macam,
yakni:
52
1 pada akibat yang timbul setelah perbuatan dilakukan, misalnya luka berat atau
kematian. 2
pada objek tindak pidananya, misalnya pada anggota keluarga, pejabat yang sedang menjalankan tugasnya, terhadap orang yang bekerja padanya.
3 pada cara melakukan perbuatan, misalnya dengan tulisan, gambar,
memberikan bahan berbahaya bagi nyawa atau kesehatan, dan sebagainya. 4
pada subjek hukum tindak pidana, misalnya dokter, bidan, juru obat. 5
pada waktu dilakukannya tindak pidana, misalnya belum lewat 2 tahun. 6
pada berulangnya perbuatan, misalnya pencarian atau kebiasaan. h
Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana adalah berupa unsur
keadaan-keadaan tertentu yang timbul setelah perbuatan dilakukan, yang
51
Ibid., hal. 108
52
Ibid., hal. 110
Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara BerlanjutStudi Kasus No. 1636Pid.B2006PN-MDN dan No. 354PID2006PT-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
menentukan untuk dapat dipidananya perbuatan. Nilai bahayanya bagi kepentingan hukum dari perbuatan itu adalah terletak pada timbulnya unsur syarat
tambahan, bukan semata-mata pada perbuatan.
53
b. Jenis Tindak Pidana