Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia – Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGAWASAN PADA PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA –

MEDAN

Oleh :

NAMA : MERDA LISTANA L. MALAU

NIM : 030503149

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperolah Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“ Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan “

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 16 November 2007 Yang Membuat Pernyataan

Merda Listana L Malau NIM : 030503149


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas kasih, berkat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Adapun skripsi ini berjudul :

“Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penyajiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Skripsi ini penulis persembahkan terutama untuk kedua orang tua penulis tercinta, ayahanda S. Malau dan bunda A. Sitanggang. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, semangat, bimbingan, doa, dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, yaitu kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak sdan Bapak Drs. Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc., Ak selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syamsul Lubis, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku dosen pembanding/penguji yang telah banyak memberikan kritik dan sarannya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak., selaku dosen wali penulis yang telah memberi banyak nasehat dan arahan pada penulis selama masa perkuliahan. 6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Akuntansi yang

memberikan banyak ilmu dan bimbingan pada penulis selama perkuliahan. 7. Bapak Ahmad Nasoha selaku Manajer HRD PT Coca Cola Bottling Indonesia

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan riset di perusahaan tersebut.

8. Amangboru Raksa Pangaribuan, Kak Riska dan Ibu Fadillah Nasution serta seluruh staf PT Coca Cola Bottling Indonesia–Medan yang telah membantu penulis selama melakukan riset di perusahaan dan memberikan data yang dibutuhkan.

9. Untuk adik-adikku tersayang : Indah Malau, Vina Malau, Vani Malau, dan Linggom Malau yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.


(5)

10.Untuk Inangtua Darlin, Amangboru dan Namboru Bobsi, Bapatua dan Inangtua Pedo, Amangboru dan Namboru Bommen, Uda dan Inanguda Rois, Uda dan Inanguda Gabe. Tak lupa untuk K’Roma, K’Elis dan B’Herpa, serta semua uda, namboru, kakak, abang, adik, pariban, sepupu yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk dukungan dan doanya.GBU all.

11.Teristimewa untuk yang terkasih Alfred Rolando O. Sinaga. Terima kasih buat dukungannya kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

12.Sahabat-sahabat terdekatku : Yosua, “mbak” Yosie, SH, anggota tiga kurcaci Lala, SE dan Ibeth “baby” SE, Muti, SE, Etenk, SE, Dee, dan Titine, SE. yang selalu ada untuk berbagi suka dan duka. Terima kasih untuk persahabatan indah yang kita jalin selama empat tahun ini. Untuk teman – teman Aksi’03 : Muel, Heru, Iyos, Andi, “mak” Dora, “mak” Riris, Erika, Putri, SE.,Omeh, Fenny, Yanne,SE., Y’beth, Sariasih, Sri L, Mano, Okto, Amister, Edwin serta teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih buat kenangan manis dan keceriaan yang pernah kita lalui bersama

13.Kakak-kakak dan adik-adik Aksi ’02, ’04, dan ’06 : K’Uci, K’Dewi, K’Zui, K’Ferly, Tumpal, Mangindang, Jo, Okta, Acong, dan Ari

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Medan,16 November 2007 Penulis

Merda Listana L. Malau NIM : 030503149


(6)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengapa terjadi penyimpangan biaya produksi dan apakah anggaran biaya produksi pada PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan sebagai alat pengawasan telah berfungsi dengan baik.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner. Metode penganalisaan data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang mengumpulkan, menyusun, menginterprestasikan dan menganalisis data untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Hasil analisis data ini kemudian dibandingkan dengan dasar teori yang terkait dengan masalah yang dibahas atau diteliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan metode top down dalam penyusunan anggaran setiap tahunnya. Tidak ada batas yang dianggap material atau signifikan dalam menilai setiap penyimpangan yang terjadi, namun tergantung kepada kondisi perekonomian pada saat itu, apakah penyimpangan tersebut wajar atau tidak. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan telah berfungsi dengan baik.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

ABSTRAK ……… v

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……….………... ix

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR TAMPILAN ……… xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ..……….…….. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...….. 4

D. Kerangka Konseptual ……….………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Karakteristik Anggaran 1. Pengertian Anggaran ………. 7

2. Karakteristik Anggaran ………. 9

B. Tujuan, Manfaat dan Kelemahan Anggaran 1. Tujuan Anggaran ……… 9

2. Manfaat Anggaran ……… 10

3. Kelemahan Anggaran ……….. 10 C. Fungsi, Jenis, dan Proses Penyusunan Anggaran


(8)

1. Fungsi Anggaran ………... 11

2. Jenis – Jenis Anggaran ………. 12

3. Proses Penyusunan Anggaran ……….. 14

D. Anggaran Biaya Produksi 1. Pengertian Biaya Produksi ……… 18

2. Unsur – Unsur Biaya Produksi ………. 18

3. Pengertian Anggaran Biaya Produksi …………..……. 21

E. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Pengawasan …….. 27

F. Penyimpangan Biaya Produksi ………... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian …...………. 35

B. Jenis Data ….………..…… 35

C. Teknik Pengumpulan Data ………. 35

D. Metode Analisis Data ………. 36

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian ………. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan ………... 37

2. Struktur Organisasi Perusahaan ………. 41

3. Kegiatan Operasional Perusahaan ………. 48

4. Unsur – Unsur Biaya Produksi ……….. 50

5. Jenis – Jenis Anggaran Pada Perusahaan ……….. 53


(9)

7. Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan ….. 59

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Proses Penyusunan Anggaran Biaya Produksi ………. 65

2. Peranan Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan ……….….. 67

3. Analisis Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi …... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 77

B. Saran ………... 79

DAFTAR PUSTAKA ………...………..… 81


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 2.1 Contoh Anggaran Kuantitas Produksi .………. 23 Tabel 2.2 Contoh Anggaran Biaya Produksi ………...……….. 24 Tabel 2.3 Contoh Anggaran Biaya Produksi...………...……… 24 Tabel 2.4 Contoh Laporan Realisasi Biaya Produksi ……..….. 25 Tabel 4.1 Anggaran Produksi dan Realisasi Tahun 2003 …….. 60 Tabel 4.2 Anggaran Produksi dan Realisasi Tahun 2004 …….. 61 Tabel 4.3 Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi

Tahun 2003 ………... 61 Tabel 4.2 Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ………..………... 6


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran 1 Struktur Organisasi ………... 82 Lampiran 2 Daftar Pertanyaan ………. 83 Lampiran 3 Kuesioner ……….. 87


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan dunia usaha pada umumnya, banyak perusahaan yang berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar. Sehubungan dengan perkembangan perusahaan tersebut, maka kegiatan – kegiatan yang ada dalam perusahaan menjadi bertambah banyak, baik jenis kegiatan maupun volume kegiatan yang dilaksanakan. Jika perusahaan berkembang menjadi besar atau perusahaan yang didirikan dengan skala perusahaan besar, maka perencanaan dan pengawasan kegiatan yang dilaksanakan haruslah memadai dengan besarnya perusahaan tersebut. Kegiatan – kegiatan yang ada di dalam perusahaan semacam ini akan merupakan kegiatan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kegagalan pelaksanaan salah satu kegiatan akan mempunyai akibat terhadap kegiatan lain di dalam suatu bagian, atau bahkan dengan bagian yang lain di dalam perusahaan. Dengan demikian, maka perencanaan dan pengawasan dalam perusahaan tersebut harus dilaksanakan dengan sebaik – baiknya dan secara terpadu. Dengan diharapkan pemborosan dapat dicegah atau setidak-tidaknya dapat dikurangi dari periode-periode sebelumnya.

Untuk menjawab tantangan dalam perusahaan, maka dewasa ini lazim dipergunakan anggaran sebagai sistem perencanaan, koordinasi dan pengawasan dalam perusahaan. Anggaran sebagai suatu sistem nampaknya cukup memadai untuk dipergunakan sebagai alat perencanaan, koordinasi dan pengawasan dari


(14)

seluruh kegiatan perusahaan. Dengan mempergunakan anggaran, perusahaan akan dapat menyusun perencanaan dengan lebih baik sehingga koordinasi dan pengawasan yang dilakukan dapat memadai pula.

Anggaran merupakan kumpulan berbagai informasi yang diharapkan akan dapat dicapai di masa yang akan datang dalam suatu periode tertentu. Anggaran dibutuhkan manajemen untuk merencanakan semua aktivitas dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Selain sebagai alat perencanaan, anggaran juga mempunyai arti yang sangat penting dalam pengkoordinasian kegiatan. Dengan adanya koordinasi diharapkan kerja sama yang baik dari seluruh bagian untuk mencapai tujuan bersama.

Perencanaan terhadap anggaran harus disertai dengan pengawasan. Pengawasan bukan lagi dianggap sebagai tekanan dan unsur paksaan tetapi rasa tanggung jawab terhadap tujuan yang hendak dicapai untuk kepentingan dan kehidupan bersama. Pengawasan sangat berfungsi bagi manajemen untuk mengetahui bahwa aktivitas yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan dapat berjalan seperti direncanakan. Pengawasan juga dimaksudkan untuk menilai sampai sejauh mana efisiensi telah dicapai dalam melaksanakan kegiatan. Dengan demikian, perencanaan merupakan salah satu unsur sistem pengawasan.

Penyusunan anggaran biaya produksi yang baik akan menunjang kegiatan produksi perusahaan sehari – hari yang nantinya akan menunjang seluruh kegiatan perusahaan. Demikian pula, pengawasan biaya produksi sebagai suatu fungsi memperbandingkan biaya produksi yang sebenarnya dengan anggaran biaya


(15)

produksi. Dengan adanya perbandingan tersebut dapat dievaluasi apakah telah terjadi penyimpangan baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.

Penyimpangan biaya yang terjadi, baik itu yang bersifat menguntungkan/merugikan perusahaan perlu dianalisis supaya lebih informatif dan akurat dalam pemakaiannya. Analisis ini perlu untuk meneliti dimana penyimpangan itu terjadi, apa penyebabnya dan siapa saja yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut. Lebih lanjut hasil analisis ini dapat digunakan pihak manajemen sebagai dasar untuk melakukan tindakan perbaikan dan juga sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan-keputusan yang relevan.

PT. Coca Cola Bottling Indonesia – Medan merupakan sebuah perusahaan pembotolan yang bergerak dalam bidang minuman ringan (soft drink). Adapun minuman yang diproduksi adalah Coca Cola, Sprite, Fanta, Frestea, dan Hi-C. Seperti yang kita ketahui, penjualan produk-produk ini sampai pada daerah yang terpencil sekalipun. Ini menggambarkan bahwasanya penjualan merupakan hal yang sangat berpengaruh pada pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan penghematan biaya produksi agar laba yang nantinya diperoleh perusahaan akan maksimal.

Dari hasil pengamatan, penulis menjumpai adanya perbedaaan/varian yang cukup signifikan antara pos-pos biaya produksi dengan realisasinya untuk periode 2003 dan 2004.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana peranan anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan pada perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, penulis memilih judul “Analisis Anggaran Biaya


(16)

Produksi Sebagai Alat Pengawasan pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia – Medan.”

2. Batasan dan Perumusan Masalah a. Batasan Masalah

Karena banyaknya produk yang dihasilkan oleh PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan, maka penulis membatasi permasalahan pada produk Coca Cola kemasan botol dengan ukuran 6,5 OZ atau ukuran 193 ml.

b. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perusahaan menyusun anggaran biaya produksinya dan apakah anggaran biaya produksi pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia – Medan sebagai alat pengawasan telah berfungsi dengan baik?

2. Mengapa terjadi penyimpangan antara anggaran dengan realisasi biaya produksi?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan menyusun anggaran biaya produksinya dan apakah anggaran biaya produksi pada PT. Coca Cola


(17)

Bottling Indonesia – Medan sebagai alat pengawasan telah berfungsi dengan baik.

2. Untuk mengetahui mengapa terjadi penyimpangan antara anggaran dengan realisasi biaya produksi..

b. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan tentang peranan anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan.

2. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi dalam menentukan dan menerapkan kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam anggaran perusahaan. 3. Bagi mahasiswa lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam


(18)

4. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual adalah sebagai berikut : Gambar 1.1

Kerangka Konseptual

REALISASI BIAYA PRODUKSI ANGGARAN

BIAYA PRODUKSI

KESIMPULAN ANALISA VARIANS PRODUKSI PT COCA COLA

BOTTLING INDONESIA - MEDAN


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Karakteristik Anggaran 1. Pengertian Anggaran

Kata anggaran (budget) sudah sering kita dengar dalam kegiatan sehari – hari. Ada yang memahaminya sebagai target, ada yang mengatakan penghasilan atau biaya yang diproyeksikan atau diharapkan, dan yang lainnya.

Anggaran juga didefinisikan secara beraneka ragam oleh para ahli. Setiap definisi memberikan penekanan yang berbeda – beda, hal itu disebabkan karena mereka melihat dari sudut pandang yang berbeda pula.

Definisi anggaran menurut M. Nafarin (2004:12) : “Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu.”

Sedangkan definisi anggaran menurut Henry Simamora (1999:190) : “ Anggaran (budget) adalah suatu rencana rinci yang memperlihatkan bagaimana sumber-sumber daya diharapkan akan diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu.”

Dari definisi – definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa anggaran mencakup unsur – unsur sebagai berikut :


(20)

a. Rencana.

Anggaran merupakan suatu rencana karena merupakan suatu penentuan terlebih dahulu aktivitas atau kegiatan yang akan datang. Dengan adanya rencana, maka perusahaan akan berjalan terarah menuju ke sasaran yang telah ditetapkan.

b. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan.

Anggaran harus mencakup seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian yang ada dalam perusahaan. Hal ini mengingat bahwa anggaran adalah suatu rencana yang dijadikan pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan.

c. Dinyatakan dalam unit moneter.

Anggaran dinyatakan dalam unit moneter, mengingat kegiatan perusahaan yang beraneka ragam sering memiliki satuan unit yang berbeda – beda. Dengan satuan unit yang sama maka seluruh kegiatan perusahaan akan dapat dihitung, dianalisis dan kemudian dapat disusun perencanaan terpadu yang memadai bagi perusahaan yang bersangkutan.

d. Jangka waktu tertentu yang akan datang.

Anggaran perusahaan disusun untuk berbagai jangka waktu, misalnya per minggu, per bulan, per triwulan, per semester, per tahun, atau jangka waktu lebih dari satu tahun. Hal ini sesuai dengan kebutuhan pihak manajemen dan kesepakatan yang ada dalam perusahaan tersebut.


(21)

e. Sumber daya.

Perusahaan harus membuat perencanaan mengenai sumber daya yang diperlukan dan yang tersedia, agar rencana operasi dapat direalisasikan dengan baik.

2. Karakteristik Anggaran

Menurut Mulyadi (2001:490) anggaran mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.

2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.

4. Usulan anggaran direview dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran.

5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu.

6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

B. Tujuan, Manfaat dan Kelemahan Anggaran

Anggaran diperlukan karena ada tujuan dan manfaatnya. Menurut M. Nafarin (2004:15) ada beberapa tujuan dan manfaat anggaran yang dijelaskan sebagai berikut

1. Tujuan Anggaran

Tujuan disusunnya anggaran, antara lain :

1. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.


(22)

3. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat memudahkan pengawasan.

4. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

5. Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat

6. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.

2. Manfaat Anggaran

Anggaran mempunyai banyak manfaat, antara lain :

1. Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama

2. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai 3. Dapat memotivasi pegawai

4. Menimbulkan rasa tanggung jawab pada pegawai

5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu

6. Sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan seefisien mungkin

7. Alat pendidikan bagi para manajer.

3. 3. Kelemahan Anggaran

Anggaran selain mempunyai banyak manfaat, juga memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan anggaran menurut M. Nafarin (2004:15) antara lain :

1. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan asumsi, sehingga mengandung unsur ketidakpastian

2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap (komprehensif) dan akurat

3. Pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat menggerutu dan menentang, sehingga pelaksanaan anggaran dapat menjadi kurang efektif.


(23)

C. Fungsi, Jenis, dan Proses Penyusunan Anggaran 1. Fungsi Anggaran

Pada umumnya, anggaran mempunyai tiga fungsi utama, yaitu : a. Sebagai alat perencanaan.

Anggaran merupakan salah satu alat perencanaan karena anggaran yang ditetapkan terlebih dahulu adalah rencana laba keuangan secara formal dalam angka- angka yang mendetail sehingga dalam peranannya sebagai alat perencanaan, anggaran dapat dijadikan sebagai suatu arah pencapaian tujuan karena perencanaan yang disusun mempengaruhi organisasi dalam pelaksanaan rencana dan menjamin pengendalian rencana dapat dicapai.

b. Sebagai alat pengkoordinasian kerja

Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja agar semua bagian yang terdapat dalam perusahaan dapat saling mendukung, saling bekerja sama dengan baik untuk menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin.

c. Sebagai alat pengawasan kerja.

Fungsi ini dilakukan dengan tujuan memantau pelaksanaan anggaran dan menemukan penyimpangan anggaran yang direalisasikan dengan membandingkan budget dengan realisasi dan mencari jalan keluarnya.


(24)

2. Jenis – Jenis Anggaran

Jenis anggaran ada berbagai macam, hal itu sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan dalam melakukan kegiatan. Jenis - jenis anggaran dapat dikelompokkan dari berbagai sudut pandang sebagai berikut :

1. Menurut dasar penyusunan anggaran

a. Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat – tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda.

b. Anggaran Tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu.

2. Menurut cara penyusunannya

a. Anggaran Periodik, yaitu anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, umunya satu tahun, yang disusun setiap akhir periode anggaran.

b. Anggaran Kontinu, yaitu anggaran yang dibuat untuk memperbaiki anggaran yang telah dibuat, misalnya tiap bulan diadakan perbaikan, sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan. 3. Menurut jangka waktu

a. Anggaran Jangka Pendek (anggaran taktis), yaitu anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun.


(25)

b. Anggaran Jangka Panjang (anggaran strategis), yaitu anggaran yang dibuat dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggran jangka pendek. 4. Menurut bidangnya

a. Anggaran Operasional, yaitu anggaran untuk menyusun anggaran laporan laba rugi. Anggaran operasional terdiri dari :

• Anggaran Penjualan

• Anggaran Biaya Pabrik yang terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik.

• Anggaran Beban Usaha • Anggaran Laporan Laba Rugi.

b. Anggaran Keuangan, yaitu anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Anggaran keuangan terdiri dari :

1. Anggaran Kas 2. Anggaran Piutang 3. Anggaran Persediaan 4. Anggaran Utang 5. Anggaran Neraca


(26)

5. Menurut kemampuan menyusun

a. Anggaran Komprehensif merupakan rangkaian dari berbagai macam anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap.

b. Anggaran Parsial merupakan anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja.

6. Menurut fungsinya

a. Anggaran Apropriasi, yaitu anggaran yang dibentuk bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain.

b. Anggaran Kinerja, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi (perusahaan) misalnya untuk menilai apakah biaya/beban yang dikeluarkan oleh masing – masing aktivitas tidak melampaui batas.

3. Proses Penyusunan Anggaran

Suatu anggaran disusun untuk mencoba menjawab dan memperkirakan apa-apa saja yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hal ini merupakan bagian dari fungsi perencanaan, karena merupakan proyeksi ke depan dan dijabarkan dalam bentuk angka – angka. Untuk itu sangat dibutuhkan persiapan penyusunan anggaran yang matang, tajam dan teliti.


(27)

Untuk menyusun anggaran perusahaan dapat menggunakan berbagai metode yang lazim digunakan. Pilihan metode ini sangat tergantung pada kondisi dan keinginan manajemen perusahaan yang bersangkutan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:83) “Proses penyusunan anggaran adalah tahap kegiatan yang dilakukan dalam anggaran sehingga tersusun dan menjadi pegangan manajemen dalam kegiatan operasionalnya.”

Penyusunan anggaran dalam suatu perusahaan biasanya dikoordinasi oleh satu lembaga yang bertugas menyusun anggaran yang dinamakan Komite Anggaran. Komite Anggaran beranggotakan manajer divisi dan manajer lainnya yang melaksanakan fungsi-fungsi pokok kegiatan suatu perusahaan dan memberikan arahan kerja penyusunan anggaran.

Komite Anggaran pada umumnya berada langsung di bawah direksi. Sebabnya yang utama adalah karena baik dalam penyusunannya maupun dalam pelaksanaannya anggaran perlu melibatkan personalia dari berbagai bagian. Dengan menempatkan Komite Anggaran secara langsung di bawahnya, maka anggaran yang tersusun nantinya akan memperoleh dukungan secara penuh dari semua bagian yang ada dalam perusahaan sehingga anggaran benar-benar akan merupakan alat bagi manajemen untuk menggerakkan serta mengarahkan kegiatan-kegiatan seluruh bagian.

Secara rinci,menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:87-88) tugas dari Komite Anggaran adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan keputusan tentang kebijaksanaan umum yang akan ditempuh di masa yang akan datang


(28)

b. Komite anggaran bertugas menyusun dan menyempurnakan semua prosedur yang berkaitan dengan masalah anggaran yang menjadi pedoman bagi divisi-divisi lain

c. Komite budget bertugas menyelesaikan anggaran tahunan

d. Meminta atau menerima seta mereview anggaran masing-masing departemen

e. Melakukan saran atau perbaikan anggaran departemen f. Menyetujui atau mensahkan budget atau revisi anggaran

g. Untuk pelaksanaan anggaran maka komite ini juga bertugas mengikuti dan melihat penerapan anggaran, dan hal ini yang menyangkut rencana pelaksanaan anggaran dan untuk membicarakan beberapa hal yang menyangkut penyimpangan dari anggaran

h. Pada akhir tahun, Komite ini bertugas juga menyelesaikan revisi dan penyesuaian anggaran dan mempersiapkan rekomendasi dalam penyusunan anggaran tahun berikutnya.

i. Komite ini pada akhir tahun anggaran akan membahas beberapa hal tentang anggaran yang belum rampung pada tahun lalu dan menyelesaikan anggaran yang lalu dan bila mungkin mengangkat kembali ke anggaran tahun berikutnya.

j. Menerima analisis dan laporan tentang pelaksanaan anggaran.

k. Komite anggaran bertugas untuk melakukan perbaikan secara terus menerus konsep anggaran komprehensif ini.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2001:83) proses penyusunan anggaran dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut :

a. Ditinjau dari siapa yang membuatnya.

Ditinjau dari siapa yang membuatnya, maka penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara :

1. Otoriter atau Top Down

Dalam metode ini anggaran disusun dan ditatapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan dalam penyusunannya. Bawahan tidak diminta keikutsertaannya dalam menyusun anggaran. Metode ini ada baiknya jika karyawan tidak mampu menyusun anggaran atau dianggap akan terlalu lama dan tidak tepat jika diserahkan kepada bawahan. Hal ini bisa terjadi dalam perusahaan yang karyawannya tidak memiliki keahlian cukup untuk menyusun anggaran. Atasan bisa saja menggunakan konsultan atau tim khusus untuk menyusunnya.

2. Demokrasi atau Bottom Up

Dalam metode ini anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai ke atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang akan dicapainya di masa yang akan datang. Metode ini tepat digunakan jika


(29)

karyawan sudah memiliki kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses lama dan berlarut. 3. Campuran atau Top Down dan Bottom Up

Metode ini adalah campuran dari kedua metode di atas. Disini perusahaan menyusun anggaran dengan memulainya dari atas dan kemudian selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan. Jadi ada pedoman dari atasan atau pimpinan dan dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan pengarahan atasan.

b. Ditinjau dari segi mana memulai menyusun anggaran

Ditinjau dari segi mana memulai menyusun anggaran, proses penyusunan anggaran terdiri dari :

1. A Priori

Dalam metode ini dalam menyusun budget dimulai dari penetapan angka laba yang diinginkan oleh perusahaan atau pemilik. Setelah laba ditetapkan maka semua pos yang berkaitan dengan upaya mencapai laba ini baru dihitung dan direncanakan kemudian.

Keuntungan metode ini adalah : karena laba ditetapkan terlebih dahulu maka bagian lain yang terlibat dalam penciptaan laba ini diharapkan akan termotivasi untuk mencapai laba yang ditetapkan itu. Sedangkan kerugiannya adalah cara ini seolah tidak memperdulikan bagian – bagian yang lain, sehingga dapat menimbulkan sikap apatis, stress, frustasi.

2. A Posteriori

Dalam metode ini laba merupakan hasil akhir dari penetapan rencana kegiatan seperti penjualan atau produksi. Dalam hal ini misalnya didahului dengan menetapkan angka penjualan, pembelian, biaya dan lain sebagainya. Dari masing –masing bagian diberi kesempatan untuk menyampaikan anggarannya dan laba yang diharapkan dan setelah semua diperhitungkan maka akan dapat diketahui angka laba.

Keuntungan metode ini adalah : anggaran menjadi lebih akurat, karena semua bagian terlibat. Biasanya bagian – bagian inilah yang lebih tahu batas kemampuan mereka. Kerugian mungkin dalam prosesnya yang lebih lama dan mungkin tidak memenuhi keinginan pemilik.

3. Pragmatis

Dalam metode ini anggaran ditetapkan berdasarkan pengalaman masa lalu. Penetapan anggaran ini dilakukan secara ilmiah berdasarkan standar yang dihitung secara ilmiah pula atau berdasarkan pengalaman – pengalaman tahun – tahun sebelumnya. Metode ini lebih realistis jika kita lihat pengalaman yang lalu tetapi kurang melihat peluang masa depan.


(30)

D. Anggaran Biaya Produksi 1. Pengertian Biaya Produksi

Setiap perusahaan tanpa melihat sifat kegiatannya apakah perusahaan atau non perusahaan selalu mempunyai keterkaitan dengan biaya. Dalam proses produksinya, perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya dari mulai pembuatan sampai menghasilkan barang jadi yang siap dijual. Biaya-biaya secara umum dapat diklasifikasikan menurut fungsinya yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi hanya terdapat dalam perusahaan industri. Sebabnya ialah karena kegiatan perusahaan industri bersifat lebih luas yaitu mencakup semua fungsi usaha produksi, pemasaran dan administrasi.

M. Nafarin (2004:383) mengemukakan biaya produksi sebagai berikut : “Biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik periode sekarang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah dengan persediaan barang dalam proses awal.”

2. Unsur –Unsur Biaya Produksi

Dalam melakukan kegiatan produksi, terdapat unsur – unsur produksi yang menjadi biaya produksi. Terdapat tiga komponen di dalam unsur biaya produksi yaitu

a. Bahan Baku

Bahan baku merupakan salah satu komponen utama di dalam pembentukan produk. Ketiadaan bahan baku akan menimbulkan terhentinya proses produksi. Dengan demikian kehadiran bahan baku di dalam perusahaan


(31)

mutlak diperlukan. Bersama–sama bahan baku, dikenal pula bahan lain namun tidak disebut sebagai bahan baku. Bahan – bahan ini lazim disebut sebagai bahan penunjang atau bahan penolong, atau sering disebut dengan bahan pembantu.

b. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung merupakan salah satu dari tiga komponen pembentuk harga pokok produksi di samping biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik. Sebagaimana halnya di dalam bahan baku, sehubungan dengan pelaksanaan proses produksi di dalam suatu perusahaan akan dipisahkan adanya pengertian tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Hal ini perlu untuk mendapatkan perhatian karena tidak seluruh tenaga kerja yang ada di dalam perusahaan akan dapat dikategorikan ke dalam tenaga kerja langsung. Contoh tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses produksi antara lain pada pabrik tegel, tenaga kerja langsungnya adalah karyawan pencetak tegel sedangkan contoh karyawan tidak langsungnya adalah para pengawas, karyawan administrasi dan lainnya. Tenaga kerja langsung di dalam perusahaan akan direncanakan kegiatannya melalui anggaran tenaga kerja langsung sedangkan tenaga kerja tidak langsung akan masuk ke dalam anggaran biaya overhead.

c. Overhead

Biaya overhead merupakan komponen yang ketiga di dalam pembentukan biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead ini terdiri dari beraneka ragam macam dan jenisnya. Oleh karena itu, maka tidak jarang timbul kesulitan dalam membebankan masing – masing biaya ini ke dalam perhitungan harga pokok produksi. Kesulitan untuk membebankan


(32)

biaya overhead pabrik ke dalam masing-masing produk perusahaan ini juga disebabkan karena sebagian besar dari biaya overhead ini merupakan biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan. Beberapa jenis biaya yang termasuk di dalam biaya overhead pabrik ini antara lain :

• Bahan Pembantu

Untuk menyelesaikan proses produksi sehingga produk perusahaan dapat mempunyai kualitas yang baik diperlukan bahan pembantu. Besarnya kebutuhan bahan pembantu ini akan bergantung kepada jumlah dan jenis produk akhir yang memerlukannya yang diproses dalam suatu tahun anggaran. • Tenaga Kerja Tidak Langsung

Di samping tenaga kerja langsung untuk penyelesaian proses produksi di dalam pabrik diperlukan pula tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja tidak langsung ini akan berfungsi melancarkan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan. Meskipun tenaga kerja tidak langsung ini terlibat langsung di dalam penyelesaian produk, namun kehadirannya di dalam pabrik sangat diperlukan. Contoh tenaga kerja tidak langsung antara lain para pengawas (mandor), tenaga administrasi pabrik, tenaga pemeliharaan pabrik, dan sebagainya.

• Biaya Pemeliharaan Gedung Pabrik

Gedung pabrik yang digunakan untuk proses produksi akan memerlukan biaya pemeliharaan sehingga gedung tersebut dapat dipergunakan dengan baik dan dalam jangka waktu yang panjang.


(33)

Mesin dan peralatan mesin yang ada di dalam perusahaan perlu dipelihara dengan baik. Pemeliharaan dapat dibagi atas dua yaitu pencegahan dan perbaikan kerusakan. Keduanya memerlukan biaya agar produksi dapat berjalan dengan lancar.

• Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan juga termasuk di dalam perhitungan biaya produksi. Penyusutan dapat berupa penyusutan gedung pabrik, biaya penyusutan mesin dan peralatan produksi.

• Biaya – biaya lain yang juga termasuk dalam overhead adalah biaya asuransi gedung dan peralatan produksi, biaya listrik dan biaya bahan bakar.

3. Pengertian Anggaran Biaya Produksi

Ada banyak definisi dari anggaran biaya produksi. Tetapi semuanya menunjukkan karakteristik yang hampir mirip. Anggaran merupakan rencana biaya produksi yang akan terjadi untuk tahun yang akan datang. Anggaran biaya produksi meliputi rencana tentang kualitas barang yang akan diproduksi, jumlah serta waktu kapan produksi tersebut dilakukan.

Anggaran biaya produksi meliputi : a. Anggaran Biaya Bahan Baku

Merupakan anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan mentah langsung untuk proses produksi selama periode yang akan datang. Dengan diketahuinya kuantitas produksi dan standar bahan langsung, maka penyusunan anggaran bahan langsung dapat


(34)

dilakukan dengan mudah. Dari anggaran biaya bahan baku dapat disusun anggaran pembelian bahan untuk memenuhi kebutuhan produksi dan persediaan selama periode yang akan datang. Anggaran biaya bahan baku dapat dihitung dengan cara:

Rencana Pemakaian Bahan Baku x Standar Harga Bahan Baku

b. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Anggaran biaya tenaga kerja merencanakan kebutuhan tentang biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Anggaran biaya tenaga kerja langsung dapat dihitung dengan cara :

Jam Kerja Standar x Standar Tarif Upah

c. Anggaran Biaya Overhead

Anggaran ini merencanakan secara lebih terperinci mengenai beban biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan datang.

Biaya Overhead Tetap + ( Rencana Produksi x Tarif Overhead Variabel )

Contoh anggaran biaya produksi

Anggaran kuantitas produksi PT.ABC adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 PT ABC

Anggaran Kuantitas Produksi

Ketera ngan Janu ari Febr uari Mar et Apri l

Mei Juni Juli Agu stus Sept emb er Okto ber Nov emb er Dese mbe r Unit 3900 4200 3700 3300 2800 3800 4200 3100 2800 4000 3000 2000


(35)

Biaya produksi per unit sejumlah Rp.3500 terdiri dari :

- Biaya bahan baku : 2 kg karet @ Rp 500 = Rp 1000 - Biaya upah langsung : 2 jam @ Rp 1000 = Rp 2000 - Biaya produksi tidak langsung = Rp 500 Jumlah biaya produksi/unit Rp 3500

Maka anggaran biaya produksi PT ABC dapat disusun sebagai berikut :

Tabel 2.2 PT ABC

Anggaran Biaya Produksi (dalam 000 Rp)

Ketera ngan Janu ari Febr uari Mar et Apri l

Mei Juni Juli Agu stus Sept emb er Okto ber Nov emb er Dese mbe r Unit 3900 4200 3700 3300 2800 3800 4200 3100 2800 4000 3000 2000 HPP /

unit

3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 Jumlah 1365 0 1470 0 1295 0 1155 0 9800 1330 0 1470 0 1080 0 9800 1400 0 1050 0 7000 Tabel 2.3 PT ABC

Anggaran Biaya Produksi (dalam 000 Rp)

Keter angan

Unit Bahan Baku Standar Bahan Baku Anggar an Bahan Baku Upah Langsung Standar Upah Langsung Anggaran Upah Langsung Overhead Standar Overhead Angg aran Overh ead Jumlah Janua ri

3900 1000 3900 2000 7800 500 1650 13650 Febru

ari

4200 1000 4200 2000 8400 500 2100 14700 Maret 3700 1000 3700 2000 7400 500 1850 12950 April 3300 1000 3300 2000 6600 500 1650 11550 Mei 2800 1000 2800 2000 5600 500 1400 9800


(36)

Juni 3800 1000 3800 2000 7600 500 1900 13300 Juli 4200 1000 4200 2000 8400 500 2100 14700 Agust

us

3100 1000 3100 2000 6200 500 1550 10850 Septe

mber

2800 1000 2800 2000 5600 500 1400 9800 Oktob

er

4000 1000 4000 2000 8000 500 2000 14000 Nove

mber

3000 1000 3000 2000 6000 500 1500 10500 Dese

mber

2000 1000 2000 2000 4000 500 1000 7000 Contoh Laporan Realisasi Biaya Produksi

Table 2.4 PT ABC

Laporan Realisasi Biaya Produksi

Anggaran Aktual Varian

Unit yang diproduksi

2400 3000 600 (M)

Biaya bahan baku langsung

Rp 624.000 Rp 927.300 Rp 303.300 (TM)

Biaya tenaga kerja langsung

Rp 288.000 Rp 360.000 Rp 72.000 (TM)

Overhead:

Variabel Rp 288.000 Rp 340.000 Rp 52.000 (TM)

Tetap Rp 320.000 Rp 320.000 0

Total Rp 1.520.000 Rp 1.947.300 Rp 427.300 (TM)

Keterangan :

M = Menguntungkan TM = Tidak Menguntungkan


(37)

Dari contoh laporan realisasi biaya produksi di atas maka dapat dianalisis penyebab terjadinya penyimpangan tersebut, sebagai berikut :

1. Unit yang diproduksi mengalami kenaikan 600 unit dari yang dianggarkan sebelumya yaitu 2400 unit. Hal itu berarti penyimpangan yang menguntungkan. Penyimpangan tersebut disebabkan kenaikan aktivitas penjualan, sehingga produksi naik melebihi tingkat yang direncanakan.

2. Menurut laporan di atas, penyimpangan yang tidak menguntungkan muncul untuk bahan baku langsung sebesar Rp 303.300, tenaga kerja langsung sebesar Rp 72.000, dan overhead variabel sebesar Rp 52.000. karena bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel merupakan biaya variabel maka penyimpangan yang terjadi disebabkan oleh kenaikan produksi melebihi dari yang direncanakan. Jika produksi naik maka bahan baku yang diperlukan juga bertambah. Tenaga kerja juga harus ditambah agar permintaan produksi terpenuhi tepat waktu. Begitu juga dengan overhead variabel yang berkaitan dengan produksi akan ikut meningkat.

Perusahaan yang telah menggunakan sistem penganggaran, akan mengembangkan standar untuk membentu dalam penyusunan anggran, menilai prestasi kerja, menghasilkan harga pokok produksi dan menghemat biaya pembukuan.

Standar dapat dikatakan sebagai suatu hal yang mutlak diperlukan dalam menyusun anggaran. Hal itu disebabkan standar dan anggaran sama-sama mempunyai tujuan yang sama, yaitu pengendalian manajerial. Penyusunan


(38)

anggaran tanpa biaya standar tidak akan memungkinkan dalam mencapai sistem pengendalian anggaran yang sebenarnya.

E. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Pengawasan

Sebelum membahas peranan anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan dalam suatu perusahaan, ada baiknya kita membahas pengertian dari pengawasan itu sendiri.

Menurut Hansen dan Mowen (2001:714) : “ Kontrol (pengendalian) adalah proses menetapkan standar, menerima umpan balik dari kinerja aktual, dan melakukan tindakan perbaikan ketika kinerja aktual bergeser secara signifikan dari kinerja yang direncanakan.”

Pengawasan didefinisikan oleh Glenn A. Welsch sebagai :

“Pengawasan adalah tidakan untuk menjamin pencapaian rencana dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.”

Dari kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan yang dilakukan pimpinban perusahaan dimaksudkan untuk lebih menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Dengan demikian apa yang telah ditentukan di dalam perencanaan seperti rencana, anggaran, program dan yang lainnya benar-benar dilaksanakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengawasan juga bertujuan untuk meminimalkan kesalahan atau kekeliruan yang mungkin terjadi.


(39)

1. Menyusun standar 2. Menilai prestasi

3. Membandingkan prestasi dengan standar 4. Menilai dan menyesuaikan dengan situasi

Anggaran merupakan salah satu alat yabng sering digunakan sebagai alat pengawasan, karena jika anggaran disusun dengan baik maka akan mempermudah penilaian tingkat efisiensi setiap pekerjaan.

Menurut M. Nafarin (2004:21), anggaran merupakan alat pengendalian atau pengawasan (controlling).

Oleh sebab itu, pengawasan terhadap biaya produksi sangat dibutuhkan untuk menilai apakah setiap kegiatan perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pengawasan berarti melakukan evaluasi (menilai) atas pelaksanaan pekerjaan, dengan cara :

̇ Membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran)

̇ Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (jika ada penyimpangan yang merugikan)

Pada perusahaan industri, pengawasan diarahkan pada unsur – unsur biaya produksi yang terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi tidak langsung (biaya overhead). Melalui pengawasan ini diharapkan pemborosan biaya dapat dicegah atau setidak – tidaknya dapat dikurangi dari periode-periode sebelumnya.

Alat yang tepat bagi manajemen untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap biaya produksi adalah berdasarkan perencanaan yang teliti, dimana


(40)

perencanaan tersebut disusun dalam bentuk anggaran. Melalui anggaran ini diharapkan manajemen mengetahui apakah biaya yang sebenarnya sesuai, di atas atau di bawah anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan melalui anggaran biaya produksi dapat juga dilakukan dengan adanya biaya standar.

Menurut Henry Simamora (2000:636) : “ Biaya standar (standar cost) adalah ukuran yang ditentukan sebelumnya secar tepat menyangkut berapa biaya seharusnya dalam kondisi tertentu”

Langkah-langkah yang diambil dalam menetapkan biaya standar :

1. Melakukan inventarisasi dari pengalaman-pengalaman yang akan datang. Dalam hal ini berarti harus meneliti biaya yang sesungguhnya terjadi di masa lalu.

2. Menanyakan rencana pimpinan pada masa yang akan datang. Hal ini perlu pula diketahui bahwa setiap perubahan kebijaksanaan pimpinan akan secara otomatis dapat mempengaruhi rencana biaya pada masa yang akan datang.

3. Ramalkan perubahan harga pada masa yang akan datang. Pekerjaan ini adalah merupakan pekerjaan yang paling sulit. Hal ini disebabkan karena perubahan harga yang merupakan salah satu faktor ekstern perusahaan.

Standar akan menjadi dasar dalam melakukan perbandingan dengan realisasi untuk mengetahui penyimpangan (varian). Penyimpangan (varian) yang terjadi dapat dianalisis dengan cara membandingkan anggaran biaya produksi dengan realisasinya pada perusahaan.


(41)

Menurut Sofyan Safri Harahap (2001:101), penyimpangan realisasi dari anggaran dapat disebabkan oleh :

1. Kesalahan budget

2. Kesalahan akuntansi klasifikasi / pencatatan 3. Kesalahan operasi

Penyimpangan ini harus dianalisis penyebabnya. Pada umumnya perusahaan telah menetapkan ukuran yang harus dilakukan investigasi dan mana yang tidak. Analisa penyimpangan (varian) dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk :

1. Mengetahui prestasi pusat pertanggungjawaban

2. Mengetahui siapa yang akan diberikan penghargaan atau sanksi

3. Sebagai bahan pengalaman untuk perbaikan operasi selanjutnya. Siapa yang akan dicontoh dan siapa yang tidak perlu dibantu mengatasi

unfavorable

4. Untuk melihat pos-pos biaya yang perlu mendapat lampu kuning 5. Menjadi “early warning system” atas manajemen biaya dan hasil 6. Sebagai bahan kemungkinan revisi budget

Mekanisme anggaran sebagai alat pengawasan dapat dicapai dengan cara : 1. Mendesain format anggaran yang sesuai dengan format akuntansi 2. Menyusun sebelum dilaksanakannya kegiatan operasi

3. Membandingkan antara anggaran dengan hasil realisasi dan menghitung penyimpangan (varian)


(42)

4. Menjadikan penyimpangan sebagai dasar investigasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab penyimpangan tersebut

5. Menjadikan hasil investigasi untuk menilai prestasi bagian dan memperbaiki serta menyempurnakan anggaran berikutnya.

F. Penyimpangan Biaya Produksi

Apabila terdapat perbedaaan antara biaya yang terealisasi dengan anggaran yang ditetapkan sebelumnya berarti terjadi penyimpangan biaya. Penyimpangan tersebut dapat bersifat menguntungkan atau merugikan perusahaan.

Setiap penyimpangan yang terjadi pada unsur-unsur biaya produksi yaitu biaya bahan baku langsung, biaya upah langsung dan biaya overhead, baik yang menguntungkan maupun merugikan perlu diselidiki dan dianalisis. Sebab bila terdapat penyimpangan yang menguntungkan belum tentu itu efisien, mungkin saja ini terjadi akibat penetapan harga standar yang terlalu rendah. Analisis ini perlu untuk meneliti dimana penyimpangan itu terjadi, apa penyebabnya dan siapa saja yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut. Lebih lanjut hasil analisis ini dapat digunakan pihak manajemen sebagai dasar untuk melakukan tindakan perbaikan dan juga sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan – keputusan yang relevan.

Penyimpangan antara anggaran dan realisasi disebut dengan varians. Menurut Welsch et.al (2000:498) dalam mengevaluasi varians untuk mengetahui penyebab terjadinya, kemungkinan berikut perlu untuk dipertimbangkan yaitu :


(43)

2. Varians disebabkan oleh kesalahan pelaporan. Sasaran yang direncanakan atau dianggarkan dan data aktual yang disediakan oleh departemen akuntansi harus diperiksa kebenarannya.

3. Varians disebabkan oleh keputusan khusus manajemen. Varians jenis ini harus diidentifikasi, sekali diidentifikasi, biasanya tidak memerlukan penelitian lebih lanjut karena bila keputusan telah dibuat maka telah disadari adanya varians dari rencana.

4. Varians yang berasal dari faktor yang tidak dapat dikendalikan.

5. Varians yang tidak diketahui penyebabnya harus menjadi perhatian utama dan harus diselidiki secara teliti. Dengan kata lain, manajer harus memberikan perhatian khusus kepada varians yang “membutuhkan penjelasan”. Ini adalah perkecualian yang memerlukan penelitian lebih lanjut.

Ada banyak cara untuk mempelajari atau menyelidiki varians untuk menentukan sebab yang mendasarinya. Ada beberapa pendekatan utama menurut Welsch et.al (2000:498) :

̇ Pertemuan dengan manajer pusat tanggung jawab dan penyelia dan karyawan lainnya dalam pusat tanggung jawab yang terlibat.

̇ Analisis situasi kerja termasuk arus kerja, koordinasi aktivitas, keefektifan penyeliaan dan keadaan umum lainnya.

̇ Pengamatan langsung

̇ Penyelidikan di tempat oleh manajer lini ̇ Penyelidikan oleh kelompok staf

̇ Pemeriksaan intern ̇ Penelitian khusus ̇ Analisis varians

Analisa varians mencakup analisis matematis dari dua perangkat data untuk mendapatkan pendalaman penyebab terjadinya suatu varians. Analisis varians mempunyai aplikasi yang sangat luas. Menurut Welsch et. Al (2000:498) analisis varians sering diaplikasikan dalam situasi sebagai berikut :

1. Penyelidikan varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku dan hasil aktual dari periode sebelumnya. Periode sebelumnya dianggap dasar.

2. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan biaya standar

3. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan yang tercermin dalam rencana laba.


(44)

Dalam menilai penyimpangan anggaran biaya produksi dan realisasi maka dilakukan analisis varians terhadap masing-masing unsur biaya produksi yaitu bahan, tenaga kerja langsung, dan overhead.

Penyimpangan biaya produksi dapat terbagi atas : a. Penyimpangan Biaya Bahan Baku, terdiri dari

• Penyimpangan Harga Bahan Baku, dengan rumus perhitungannya :

Selisih Harga Bahan = (Harga Bahan Sesungguhnya/unit – Harga Bahan Standar/unit) x Kuantitas Pemakaian Aktual.

• Penyimpangan Kuantitas Bahan Baku, dengan rumus perhitungannya :

Selisih Kuantitas Bahan Baku = (Kuantitas Pemakaian Aktual/unit – Kuantitas Pemakaian Standar/unit) x Harga Bahan Standar/unit.

b. Penyimpangan Upah Langsung, terdiri dari :

• Penyimpangan Tarif Upah Langsung, dengan rumus perhitungannya :

Selisih Tarif Upah = (Tarif Upah Aktual – Tarif Upah Standar) x Jam Kerja Aktual

• Penyimpangan Efisiensi Waktu, dengan rumus perhitungannya :

Selisih Efisiensi/Waktu = (Jam Kerja Aktual – Jam Kerja Standar) x Tarif Upah Standar

c. Penyimpangan Biaya Tidak Langsung, terdiri dari :


(45)

• Penyimpangan Terkendali

Selisih Overhead = Overhead Aktual – Anggaran menurut menurut Jam Kerja Standar yang dioperasikan

• Penyimpangan Volume

Selisih Overhead = Anggaran Overhead menurut Jam Kerja Standar – Biaya Standar Overhead

2. Metode Tiga Selisih

• Penyimpangan Pembelanjaan

Selisih Overhead = Overhead Aktual – Anggaran Overhead menurut Jam Kerja Aktual

• Penyimpangan Kapasitas

Selisih Overhead = Anggaran Overhead menurut Jam Kerja Aktual – ( Jam Kerja Aktual x Tarif Overhead Standar )

• Penyimpangan Efisiensi

Selisih Overhead = ( Jam Kerja Aktual – Jam Kerja Standar ) x Tarif Overhead Standar.

3. Metode Empat Selisih

Sama dengan metode tiga selisih, hanya bedanya ada pada penyimpangan efisiensi, dimana dalam metode empat selisih penyimpangan efisiensi dipisahkan menjadi 2 yaitu penyimpangan efisiensi variabel dan penyimpangan efisiensi tetap.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara

sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari :

1. Data Primer, berupa data yang belum diolah yang diperoleh secara langsung dari perusahaan. Dalam hal ini, data diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner.

2. Data Sekunder, berupa data pendukung yang telah diolah yang diperoleh dari perusahaan seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan laporan biaya produksi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, terdiri dari :

1. Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui Tanya jawab dengan responden, dalam hal ini bagian akuntansi dan keuangan.


(47)

2. Kuesioner, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada bagian akuntansi dan keuangan untuk dijawab.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah :

Metode Deskriptif yaitu metode yang mengumpulkan, menyusun, menginterprestasikan dan menganalisa data untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Hasil analisis data ini kemudian dibandingkan dengan dasar teori yang terkait dengan masalah yang dibahas atau diteliti.

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2007 dan dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia – Medan, Jl. Medan – Belawan km 14, Martubung, Medan.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

B. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Perjalanan sejarah dan perkembangan minuman Coca Cola ini sangat menarik untuk dikaji. Karena bukan hanya mengandung nilai-nilai historis yang dalam juga mengandung makna dan pengetahuan tentang perjalanan usaha yang merentang ke segala penjuru dunia.

Minuman Coca Cola saat ini sudah berumur lebih dari satu abad atau tepatnya 117 tahun. Beredar dari 155 negara di dunia dan jumlah produksi per hari sekitar 450 juta botol. Bermula dari seorang ahli farmasi DR. John Styth Pamberton yang menemukan ramuan khusus berupa bahan baku dasar yang pada tanggal 8 mei 1886 di kota Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Ramuan inilah yang setelah dicampur dengan gula murni dan air steril diberi nama Coca Cola oleh Frank M. Robinson seorang rekan usaha merangkap sebagai akuntan. Setahun kemudian barulah Coca Cola dijual untuk pertama kali melalui Jacob’s Pharmacy di kota yang sama. Spanduk yang bercat minyak dengan tulisan “Drink

Coca Cola” dipasang di depan perusahaan Jacob’s Pharmacy.Ternyata minuman

ini sangat disukai dan laris sehingga penjualannyapun makin menyebar. Minuman ini dikemas dalam guci besar dan indah yang ditempatkan pada lokasi strategis di perkantoran, pasar, taman, rekreasi, hotel, restoran, dan sebagainya. Coca Cola


(49)

melaju terus menembus batas Negara dan waktu memasuki millennium ketiga dengan menyandang predikat “Brand of Century”

Sebelum meninggal pada tahun 1888, DR. Pamberton mewariskan penemuannya kepada seorang manajer ulung Asa Candler. Empat tahun kemudian Asa Candler mendirikan perusahaan dengan nama “The Coca Cola Company” di kota yang sama. Ide cemerlang datang kemudian dari Joseph Biedenharm yang mencoba mengemas minuman tersebut ke dalam botol. Ide seorang pemilik toko di Missisipi itu kemudian disambut oleh pengusaha Tennessee dengan mendirikan pabrik minuman Coca Cola yang kali pertama di dunia pada tahun 1899. Pabrik ini membeli Concentrate atau bahan baku dasar dari The Coca Cola Company, kemudian mengolahnya dengan air steril, gula murni, gas CO2 sehingga menjadi minuman yang siap disajikan dalam botol.

Inilah awal dari suatu sistem dagang yang untuk dalam sejarah perdagangan dunia yang disebut Franchised System (sistem waralaba). Sistem waralaba ini adalah suatu kerjasama saling menguntungkan antara dua perusahaan (The Coca Cola Company dan Pabrik Minuman) yang sama sekali terpisah modal kepemilikan dan manajemennya. Sistem dagang yang sama berlaku untuk seluruh usaha Coca Cola di seluruh dunia yang meliputi di 200 negara dengan tingkat konsumsi lebih dari 1 miliar sajian minuman setiap hari. Pada akhir millennium kedua, tercatat 16 miliar peti atau 384 miliar sajian produk Coca Cola dikonsumsi masyarakat dunia.


(50)

Coca Cola di Indonesia

Coca Cola hadir di Indonesia pada tahun 1927 ketika De Nederland Mineral Water Fabriek (Pabrik Air Mineral Hindia Belanda) membotolkannya kali pertama di Batavia. Produksi Coca Cola lumpuh pada jaman penjajahan jepang (1942 – 1945). Namun setelah kemerdekaan Indonesia, pabrik tersebut beroperasi kembali di bawah nama The Indonesian Bottles Ltd. NV (IBL) dengan status perusahaan nasional. Pada tahun 1971 dengan pertambahan partner usaha dan modal IBL menjalin kerjasama dengan tiga perusahaan Jepang yaitu : Mitsui & Co. Ltd, Mitsui Toatsu Chemical Inc. dan Mikuni Coca Cola Bottling Co., membentuk pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia dengan nama baru PT Djaya Beverages Bottling Company (DBBC).

Sampai saat ini, ada 11 pabrik pembotolan Coca Cola di Indonesia. Sebelas pabrik tersebut berlokasi di : Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Bali, Lampung, Padang, Medan, Banjarmasin, Makassar, dan Menado.

Coca Cola di Medan

Di Medan pabrik Coca Cola terletak di Jalan K.L. Yos Sudarso Km. 14 Medan – Belawan, kelurahan Martubung, kecamatan Medan Labuhan dan menempati areal seluas 48.700 M2. Pabrik pembotolan Coca Cola di Medan mulai dirintis pada tahun 1972 oleh PT Brasseries D’el Indonesie, perusahaan PMA Prancis. Produk andalan perusahaan ini sebenarnya Bir. Coca Cola, Sprite, dan Fanta merupakan produk sampingan. Pada tahun 1980 PT Brasseries D’el Indonesie diambil alih oleh PT Multi Bintang Indonesia yang juga produsen Bir


(51)

terkenal di Indonesia. Karena ingin berkonsentrasi pada produk utama Bir, PT Multi Bintang Indonesia merelokasi pabriknya ke Tangerang dan menjual pabrik pembotolan di Coca Cola Medan kepada PT Pan Java Bottling Company. Akuisisi dilakukan pada tanggal 2 Mei 1994.

PT Coca Cola Pan Java Unit Medan mendistribusikan produknya kepada distribusi tunggal yaitu PT Coca Cola Kendalisodo yang berada dalam satu kantor dengan PT Coca Cola Pan Java. Untuk kemudian PT Coca Cola Kendalisodo Unit Medan mendistribusikannya kepada pelanggan. Karena perkembangan perusahaan begitu cepat, pada tahun 1992 perusahaan ini melakukan kerjasama dengan Coca Cola Amatil Limited, Australia (CCA), satu grup perusahaan pembotolan Coca Cola terkemuka di kawasan Asia Pasifik dan Eropa Timur yang berkantor di Sidney, Australia dan sejak itu PT Pan Java Bottling Company berubah namanya menjadi PT Coca Cola Pan Java. Untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing, pada tanggal 1 Januari 2000 kesepuluh perusahaan pembotolan dan distribusi Coca Cola yang berada di bawah bendera perusahaan Coca Cola Amatil Limited, Australia berubah namanya menjadi PT Coca Cola Bottling untuk perusahaan pembotolan dan PT Coca Cola Amatil Indonesia untuk perusahaan distribusi. The Coca Cola Company merupakan perusahaan asing yang paling berhasil beroperasi di Asia karena keunikan produk dan sistem pemasaran serta pemahamannya terhadap pasar dan budaya lokal yang didukung oleh sekitar 9.000 karyawan, melayani lebih dari 400.000 pelanggan di seluruh Nusantara.


(52)

Sampai saat ini PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit medan telah cukup berhasil dalam menghasilkan dan mengkombinasikan serta memodifikasikan produknya dan hasil produksinya telah tersebar secara luas di berbagai daerah.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien. Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses akan membuat organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi.

Struktur organisasi merupakan kesatuan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk proses managerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi di dalam praktek penyelenggaraan organisasi dan manajemen. Struktur organisasi bagi suatu perusahaan adalah sangat penting sebagai alat untuk menyusun fungsi-fungsi dan departemen-departemen serta posisi organisasi secara keseluruhan. Hal ini akan memudahkan pelaksanaan pekerjaan, dimana setiap individu dalam organisasi perusahaan akan mengetahui dengan jelas batas-batas wewenangnya dan kepada siapa ia bertanggung jawab.

Setiap organisasi umumnya mempergunakan struktur yang berbeda-beda satu dengan lainnya sesuai dengan kebutuhan orang tersebut untuk menjalankan roda organisasi. PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan membuat struktur organisasi yang merupakan landasan kerja bagi seluruh karyawan yang ada dalam


(53)

perusahaan. Struktur organisasi yang dimiliki dan dijalankan adalah struktur organisasi garis dan staf (Line and Staff Organization). Dalam struktur organisasi garis dan staf ini dikenal satu komando. Dimana masing- masing bawahan wajib melaksanakan instruksi dan bertanggung jawab langsung kepada atasan sesuai dengan instruksi yang diterimanya. Dengan kata lain tiap-tiap pekerjaan dikenal satu pimpinan yang langsung membawahinya sedangkan staf bekerja dan memberikan saran-saran kepada manajer.

Selanjutnya diuraikan pembagian tugas masing-masing sebagai berikut : 1. General Manager

Sebagai puncak pimpinan di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan memiliki wewenang sebagai perencana, pengorganisasian dan pemberi nilai menyeluruh terhadap aktivitas perusahaan demi pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.

Tugas :

− Menentukan dan merumuskan kebijaksanaan utama dalam usaha pencapaian tujuan umum perusahaan.

− Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang didelegasikan pada manajer-manajer dan menjalin hubungan baik dengan mereka.

− Membuat peraturan – peraturan intern pada perusahaan yang tidak bertentangan dengan undang-undang yang ditetapkan.

2. Secretary Tugas :


(54)

− Mempersiapkan dan menghadiri rapat dan membuat waktu pertemuan distribusi

− Menyelenggarakan surat menyurat yang berhubungan dengan perusahaan − Menyusun dan menyiapkan rapat General Manager

− Menetapkan sistem file sehingga bila dibutuhkan informasi bisa ditemukan tepat pada waktunya.

− Mencatat surat – surat atau fax yang masuk dan keluar

− Mengatur tamu yang datang dari daerah maupun luar negeri, seperti akomodasi, transportasi.

3. General Sales & Marketing Manager Tugas :

− Mengawasi pelaksanaan penjualan dan program pemasaran yang diperintahkan untuk menjamin pencapaian salah satu objektifitas perusahaan dalam bentuk volume penjualan, pertumbuhan penjualan, dan pangsa pasar menurut batas anggaran

− Mengembangkan dan memelihara hubungan dengan langganan lama dengan baik sehingga akan memberikan kepuasan bagi pelanggan

− Mengembangkan penciptaan program pengadaan produk baru, mengawasinya dan mengadakan penilaian terhadap kemajuan/hasil produk baru tersebut.

4. Purchasing Manager Tugas :


(55)

− Menjamin semua permintaan pembelian yang telah disetujui, ditindaklanjuti sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pemakai

− Menjamin semua pembelian yang telah diterbitkan sesuai dengan harga penawaran yang disetujui bagian keuangan.

− Menjamin semua pembelian harus dilengkapi dengan paling sedikit 3 penawaran dari 3 supplier yang berbeda kepemilikan sahamnya dan bukan satu grup perusahaan (untuk menghindari monopoli)

− Menjamin semua transaksi yang bersifat urgent yang telah disetujui General Manager sebelum diproses.

− Memberikan informasi secara terbuka tentang jenis dan spesifikasi barang yang akan dibeli sebelum pemakaian dilakukan.

5. Finance Manager

Bertujuan untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan yang berkaitan dengan objektifitas perusahaan dalam hal keuangan, serta mengumpulkan data-data keuangan perusahaan sesuai dengan pelaksanaan kegiatan persiapan untuk mempersatukan atau menggabungkannya ke dalam analisa laporan keuangan.

Tugas :

− Membantu pencapaian sasaran keuangan perusahaan dengan mempersiapkan laporan keuangan yang terkonsolidasi secara tepat waktu − Membantu General Manager mengumpulkan atau menyusun data untuk


(56)

− Membuat analisa-analisa keuangan untuk mendukung proses pengambilan keputusan

− Mengamankan harta milik perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi intern control

− Mengembangkan dan mendukung kebutuhan sarana dan prasarana informasi bagi departeman lain

− Menetapkan kredit limit dan jangka waktu penagihan serta penjualan yang harus dilakukan secara tunai.

− Mengembangkan serta membuat dan meng – up date prosedur-prosedur yang sedang dilaksanakan yang kemudian meminta General Manager untuk menyetujuinya.

6. Business Information System Manager Tugas :

− Menyusun strategi perusahaan dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi perusahaan dengan menggunakan sistem dan teknologi informasi

− Bertanggung jawab terhadap perawatan jaringan komputer dan sistem komunikasi

− Bertanggung jawab kepada General Manager

7. Technical Operation Manager Tugas :


(57)

− Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pada bagian teknik dan produksi

− Merencanakan serta mengatur produksi perusahaan agar sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan

− Membuat laporan produksi secara periodic mengenai pemakaian bahan baku

8. Human Resources and Development Manager Tugas :

− Merencanakan dan mengorganisir semua sumber daya manusia dan program pengembangan

− Membantu General Manager dalam melaksanakan undang-undang tenaga kerja dan peraturan pemerintah serta menjalankan kebijaksanaan perusahaan dalam manajemen sumber daya.

− Mendukung pencapaian tujuan perusahaan dengan mengusahakan sebuah lingkungan kerja dimana semua pekerja dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan hasil yang memuaskan

− Menciptakan keamanan bagi perusahaan dan mengawasi berbagai situasi dan melibatkan pimpinan pekerja di dalam kegiatan yang berkaitan dengan kekuasaan hukum dan pergerakan politik

9. Cold Drink Equipment Manager Tugas :


(58)

− Meneliti, memeriksa dan menganalisa mutu produk baik bahan baku maupun produk jadi apakah sesuai dengan spesifikasi dan standar yang telah ditetapkan dan bertanggung jawab kepada General Manager.

10. Production Manager Tugas :

− Memimpin dan mengkoordinir kegiatan-kegiatan dalam bidang pengolahanh air, pembuatan sirup, pembotolan, pengoperasian dan perawatan mesin yang dikelolanya, memberi input untuk rencana penyusunan budget tahunan, menyusun program kerja semua seksi-seksinya dan meletakkan dasar-dasar koordinasi di antara operator-operator, mengevaluasi keadaan bulan lalu dari tiap-tiap seksi di bawahnya dan bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager.

11. Engineering Manager Tugas :

− Memonitor dan mengontrol aktivitas yang berhubungan dengan keteknikan untuk meyakinkan agar target volume produksi dapat tercapai dan bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager

12. Water and Syrup Supervisor Tugas :

− Menyimpan, menerima dan mengeluarkan bahan-bahan yang diminta oleh setiap departemen dan bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager


(59)

Tugas :

− Memonitor dan mengontrol aktivitas yang berhubungan dengan pembotolan dan perlengkapan yang diperlukan untuk meyakinkan agar target produksi dapat dicapai dan bertanggung jawab kepada Production Manager.

3. Kegiatan Operasional Perusahaan

PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan merupakan suatu perusahaan pabrikasi dalam bidang industri pembotolan minuman ringan tanpa alkohol. Perusahaan minuman bebas alkohol ini merupakan perusahaan terdepan dalam pasar minuman global terutama di Asia, karena keunikan produk dan sistem pemasaran, serta pemahamannya terhadap pasar dan budaya lokal. Hasil produksi PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan terdiri dari Coca Cola, Fanta, Sprite, Frestea,dan Hi-C, yang dibuat dari bahan baku yang terpilih dikemas secara higienis dengan berbagai – bagai ukuran seperti kemasan botol, kaleng, plastic PET (Poly Ethylene Therephlate).

Produk Coca Cola jenis kaleng (scanning) dan jumbo (PET) diproduksi hanya di Semarang dan Padang. Coca Cola Bottling Indonesia Sumatera Bagian Utara menyediakan Promix, yaitu tabung yang berisi sirup Coca Cola yang digunakan oleh pelanggan khusus yang memiliki mesin pencampur Coca Cola seperti : California Fried Chicken, New York Fried Chicken, Pizza Hut dan Dunkin Donuts.


(60)

Minuman ringan tanpa alcohol seperti Coca Cola, Sprite, Fanta dibuat dari bahan baku yang terpilih, dikemas secara higienis dalam kemasan botol, kaleng,dan PET. Proses pengolahan minuman ringan Coca Cola dilakukan dalam satu departemen produksi yang terdiri dari bagian-bagian dimana beberapa kegiatan dilaksanakan hampir bersamaan. Proses produksi pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengolahan air

Pada proses pengolahan air, air yang dipompa dari sumur bor perusahaan akan dipompakan ke tangki reaksi, untuk mereaksikan dengan bahan – bahan kimia seperti kaporit, kalsium klorida, kapur dan ferro sulfat. Kemudian air tersebut berturut-turut dialirkan ke pressure tank, sand filter dan carbon filter hingga diperoleh air bermutu tinggi (steril).

Pembuatan sirup

Pada proses pembuatan sirup gula murni dilakukan dengan air olahan bermutu tinggi dan dipanaskan serta diaduk sampai campuran menjadi homogen, kemudian disaring dengan alat penyaring khusus sehingga menjadi simple sirup. Concentrate, bahan baku dasar dicampur dengan larutan gula murni (simple sirup) sehingga menjadi final sirup. Pada setiap tahapan proses, mutu dari larutan diperiksa di bagian Quality Assurance untuk memastikan mutu yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.


(61)

Melalui pipa-pipa stainless steel, sirup dialihkan ke tempat pencampuran dimana sirup tersebut dicampur dengan air bermutu tinggi. Di unit pencampuran ini, pelarutan tersebut dibebaskan dari kelebihan udara dan gas-gas asing yang larut dalam air (dearasi) kemudian CO2 dilarutkan dengan perbandingan yang telah ditentukan. Di bagian pencampuran ini, “beverage” atau minuman ringan diperiksa lagi mutunya sebelum dibotolkan. Setelah minuman dianggap memenuhi standar mutu oleh bagian Quality Assurance, barulah minuman tersebut dibotolkan dan diedarkan ke pasar.

Mesin Produksi

Pada mesin produksi terdapat dua kegiatan, yaitu pencucian botol yang dilakukan oleh mesin pencuci botol (washer) dan proses pengisian botol. Setelah botol dicuci bersih kemudian diantarkan oleh rel berjalan ke mesin filter untuk diisi dan sekaligus dilakukan penutupan dan kode tanggal.

4. Unsur – Unsur Biaya Produksi

PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan memproduksi berbagai jenis minuman ringan melalui satu departemen produksi yang dibagi atas beberapa tahapan. Dimana proses produksi diselesaikan dalam satu hari dan dilakukan secara bersamaan untuk menghasilkan minuman ringan tersebut. Adapun unsur-unsur biaya produksi pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan adalah :


(62)

Dalam proses produksi yang dilakukan oleh PT Coca Cola Bottling Indonesia - Medan, bahan baku yang dipergunakan adalah :

1) Concentrate yaitu bahan baku dasar yang dibeli dari PT Coca Cola

Bottling Indonesia yang merupakan perwakilan dari The Coca Cola Company yang berpusat di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.

2) Sugar (gula murni) dengan mutu prima berasal dari dalam dan luar negeri.

3) Air dengan mutu tinggi yang dipompa dari kedalaman antara 80 sampai dengan 100 meter di bawah tanah untuk kemudian dijernihkan dan diolah sebelum dipergunakan.

4) CO2, yaitu zat penyegar dan penghambat pertumbuhan bakteri dengan kemurnian tidak kurang dari 99,96%

Dalam memperoleh bahan baku yang dibutuhkan perusahaan tidak mengalami kesulitan karena cukup tersedia dari para pemasok tetap.

b. Direct Labour

Biaya upah langsung merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi, yaitu upah tanaga kerja yang bekerja pada pengolahan air, pembuatan sirup dan mesin produksi. Biaya upah langsung terdiri dari upah pokok yang dibayar berdasarkan bulanan, upah lembur dan biaya lain yang berhubungan dengan tenaga kerja langsung. Untuk jam kerja langsung ditetapkan oleh perusahaan selama 7 jam per hari.


(63)

Biaya ini adalah biaya yang tidak secara langsung dibebankan kepada suatu hasil produksi tertentu yang sulit diidentifikasi secara langsung kepada produksi yang dihasilkan. Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia, biaya tidak langsung dibagi atas biaya tidak langsung yang bersifat tetap dan biaya tidak langsung yang bersifat variable. Adapun rincian biaya tersebut adalah :

1) Indirect Personal Expense (IPE) terdiri dari :

i. Labour, terdiri dari : Ordinary

Overtime Others ii. Depreciation

iii. Repair and Maintenance

2) Variable Material Expense (VME), terdiri dari :

i. Utilities, terdiri dari : Electricity

Water Fuel

ii. Chemical, berupa Propylene Glycol, CaCl2, NaOCL, H2SO4, 96%

Causatic Soda Flakes.

5. Jenis-Jenis Anggaran Pada Perusahaan

Jenis anggaran yang disusun oleh PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan adalah didasarkan atas keperluan dan kebutuhan perusahaan. Pada


(64)

dasarnya hampir semua jenis anggaran ada pada perusahaan ini. Anggaran tersebut antara lain :

a. Menurut dasar penyusunan anggaran, anggaran yang digunakan pada PT Coca Cola Bottling Indonesia cabang Medan ini adalah anggaran variable, dimana anggaran disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda.

b. Menurut cara penyusunannya, anggaran yang digunakan adalah anggaran periodik, dimana anggaran disusun untuk satu periode tertentu, umumnya satu tahun, yang disusun setiap akhir periode anggaran. Perusahaan menyusun anggaran setiap tahun, karena perusahaan menganggap tidak efektif jika anggaran disusun setiap bulan.

c. Menurut jangka waktunya, anggaran yang disusun merupakan anggaran jangka pendek, yaitu anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun.

d. Menurut bidangnya, semua anggaran baik anggaran operasional maupun anggaran keuangan terdapat dalam perusahaan ini. Anggaran operasional terdiri dari : anggaran penjualan, anggaran biaya pabrik, anggaran beban usaha, dan anggaran laporan laba rugi. Sedangkan anggaran keuangan terdiri dari : anggaran kas, piutang, persediaan, utang, dan neraca.

e. Menurut kemampuan menyusunnya, anggaran yang digunakan adalah anggaran komprehensif, yang merupakan perpaduan dari anggaran operasional


(65)

dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap. Dalam menyusun anggaran terdapat acuan yang digunakan.

f. Sedangkan menurut fungsinya, jenis anggaran yang digunakan yaitu anggaran kinerja, dimana anggaran disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi misalnya untuk melihat apakah biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas.

Atau secara ringkas jenis-jenis anggaran yang terdapat dalam perusahaan ini terdiri dari :

1. Anggaran Penjualan 2. Anggaran Produksi

3. Anggaran Biaya Produksi, terdiri dari : o Direct Material :

• Concentrate • Sugar

• CO2

• Water • Crown • Closure

o Direct Labor : Labor & Labor on Cost • Ordinary

• Overtime • Redundancy • Incentive


(66)

• Meals • Extra meals • Medicals

• Bonus (incl. provision) • THR (incl. provision) • Temporary labor • Pension fund • ASTEK

• Other provision

• Other labors/allowance Employee related • Allowance of goods • Gift to employee • Uniform

• Conference • Training • Traveling

• Other employee related o IPE (Indirect Personal Expense) :

• Freight in/out • Depreciation

• Repair and maintenance •


(67)

• Computer • Motor vehicle • Vending machine

• Plant and equipment – others • Insurance

• Special service • Outside professional • Financial transaction • Finance cost

• Provision others • Materials and supplies o VME (Variable Manufacturing Expense) :

• Manufacturing variance • Stock revaluation • Materials and supplies • Freight in/out

• Repair and maintenance • Utilities

• Electricity • Water • Others


(68)

6. Proses Penyusunan Anggaran Biaya Produksi

Proses yang ditetapkan PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan dalam menyusun anggaran biaya produksi adalah sebagai berikut :

• Anggaran terlebih dahulu disusun dan ditetapkan sendiri oleh manajer tingkat atas tanpa keterlibatan bawahannya. Format anggaran disusun setiap tahunnya dengan menggunakan biaya standar dan juga dengan memperhatikan realisasi anggaran pada tahun sebelumnya. Setelah format selesai, anggaran berupa draft ini kemudian diserahkan ke kantor pusat yang berada di Jakarta.

• Di kantor pusat anggaran tersebut diterima dan diserahkan kepada pimpinan tertinggi untuk diperiksa dan kemudian disetujui. Setelah disetujui, draft anggaran tersebut dikembalikan ke PT Coca Cola Bottling Indonesia yang berlokasi di Medan sebagai operation. Kemudian anggaran yang telah disetujui tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi karyawan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.

Adapun landasan yang digunakan untuk menyusun anggaran dalam perusahaan adalah :

• Realisasi anggaran tahun lalu

• Perkiraan mengenai situasi perekonomian di masa mendatang • Perkiraan mengenai pangsa pasar yang ada

Secara teknis penyusunan anggaran biaya produksi dapat dilihat sebagai berikut :

Ü DIRECT MATERIAL • Concentrate


(69)

• Sugar

• CO2 • Water • Crown • Closure

TOTAL DIRECT MATERIAL

Ü DIRECT LABOUR • Ordinary

• Overtime • Others

Ü IPE

• Labour − Ordinary − Overtime − Others • Depreciation • R & M • Others

Ü VME

• Utilities − Electricity − Water − Others


(70)

• Chemicals • Others

IPE & VME BOTTLER COST

7. Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan

Kontrol merupakan fungsi pengendalian dan peraturan, standar pembanding dan pengawasan. Sebagai suatu konsep, tujuan penerapan mekanisme pengawasan sebagai alat manajemen tidak lain agar setiap perencanaan dapat dilaksanakan atau berjalan sesuai dengan yang ditentukan dan mencapai tujuan atau hasil sesuai dengan yang direncanakan.

Peranan anggaran biaya produksi sebagai alat pengawasan pada perusahaan ini diwujudkan dengan cara :

1. Membandingkan anggaran biaya produksi yang telah ditetapkan (standar) dengan realisasi (aktual) biaya produksi pada periode yang bersangkutan

2. Melakukan tindakan perbaikan bila dipandang perlu, Apabila terjadi penyimpangan yang merugikan dan mempertahankannya Apabila terjadi penyimpangan yang menguntungkan pada periode mendatang. Berikut data anggaran produksi dan biaya produksi serta realisasinya pada tahun 2003 dan 2004 untuk produk Coca Cola ukuran 6.5 OZ atau 193 ml :

Tabel 4.1

PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan Anggaran Produksi dan Realisasi Tahun 2003


(1)

(2)

KUESIONER I. STRUKTUR ORGANISASI

1. Apakah terdapat bagan organisasi yang secara jelas memuat garis wewenang dan tanggung jawab setiap jenis kerja?

A. Ada, lengkap B. Ada, tetapi kurang lengkap C. Tidak ada 2. Apakah terdapat job description secara tertulis yang lengkap dengan perincian

instruksi ( job instruction ) manual untuk setiap job / pekerjaan?

A. Ada dan lengkap B. Ada C. Tidak ada

3. Apakah terdapat job description yang jelas menunjukkan hubungan-hubungan supervisor, hubungan fungsional dan hubungan pelaporan?

A. Ada dan lengkap B. Ada C. Tidak ada

II. PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN

4. Apakah dalam perencanaan anggaran produksi, manajemen melaksanakan analisis atas informasi masa lalu dan lingkungan eksternal?

A. Ya dan dianggap penting B. Ya, tetapi kurang penting C. Tidak

5. Apakah dalam penyusunan anggaran, perencanaan strategis dibutuhkan sebagai dasar pertimbangan yang penting?

A. Ya dan penting

B. Ya dan kurang penting C. Tidak

6. Apakah tujuan organisasi dan rencana jangka panjang selalu dikomunikasikan dengan jelas kepada manajer divisi dan manajemen di bawahnya?

A. Ya dan jelas

B. Ya, tetapi kurang jelas C. Kadang-kadang

7. Apakah dalam setiap bagian / departemen terdapat pengkoordiniran dan pengawasan kegiatan?

A. Ya dan terbukti baik B. Ya, tetapi kurang berfungsi C. Tidak ada

8. Apakah setiap unit kerja dilibatkan dalam upaya memperoleh masukan dalam penyusunan anggaran?

A. Ya dan perlu

B. Ya, tetapi kurang perlu C. Tidak perlu

9. Apakah manajer setiap divisi dan manajer departemen menyusun dan mengkoordinir penyusunan anggaran untuk bagian organisasi di bawahnya? A. Ya dan perlu


(3)

C.

10. Apakah terdapat bagian atau komite anggaran yang menandatangani proses penyusunan anggaran?

A. Ada dan berfungsi baik B. Ada, namun kurang berfungsi C. Tidak ada

11. Apakah yang menangani penyusunan anggaran selalu menerima usulan anggaran dari tiap divisi atau tiap departemen?

A. Ya

B. Kadang-kadang C. Tidak

12. Apakah yang menangani penyusunan anggaran senantiasa menyarankan revisi terhadap usulan anggaran setiap divisi agar sesuai dengan atau mendukung tujuan organisasi?

A. Ya, selalu

B. Ya, kadang-kadang C. Tidak

13. Apakah setiap divisi menganggap perlu untuk melakukan revisi atas usulan anggarannya?

A. Ya, perlu

B. Ya, kadang-kadang C. Tidak

14. Apakah sering dilakukan revisi kembali terhadap anggaran perusahaan sebelum disahkan oleh manajemen perusahaan?

A. Ya, perlu

B. Ya, kadang-kadang C. Tidak

15. Apakah revisi usulan anggaran dirakit menjadi anggaran perusahaan oleh penyusun anggaran dengan mengikutsertakan setiap divisi?

A. Ya, perlu

B. Ya, kadang-kadang C. Tidak

16. Apakah anggaran yang telah disahkan tersebut didistribusikan kepada setiap divisi dan bagian organisasi di bawahnya dan dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan?

A. Ya dan berfungsi baik B. Ya, kurang berfungsi C. Tidak

III. PELAKSANAAN ANGGARAN

17. Apakah dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan anggaran terdapat suatu aturan atau perintah kerja?

A. Ya dan berfungsi baik B. Ya, kurang berfungsi C. Tidak


(4)

18. Apakah terdapat suatu standar tertentu untuk memotivasi para pelaksana di dalam melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan organisasi?

A. Ya dan berfungsi baik B. Ya, kurang berfungsi C. Tidak

19. Apakah dilakukan pencatatan akuntansi untuk setiap transaksi atau kejadian sehingga dapat memberikan informasi mengenai realisasi anggaran?

A. Ada, lengkap

B. Ada, tetapi kurang lengkap C. Tidak ada

20. Apakah terdapat penggolongan rekening yang sama antara anggaran dengan realisasi yang akan dicatat oleh akuntan sehingga antara anggaran dan realisasi dapat diperbandingkan?

A. Ada, lengkap

B. Ada, tetapi kurang lengkap C. Tidak ada

21. Apakah laporan anggaran tersebut disusun dan disajikan dengan akurat dan tepat waktu?

A. Ya

B. Kadang-kadang C. Tidak

22. Apakah selalu dilakukan pelaporan atas pelaksanaan anggaran dalam bentuk perbandingan antara anggaran dan realisasinya?

A. Ya

B. Kadang-kadang C. Tidak

23. Apakah laporan yang disajikan dibuat sesuai dengan tingkat pertanggungjawaban dari bagian atas individu di dalam perusahaan?

A. Ya dan jelas

B. Ya, tetapi tidak jelas C. Tidak

24. Apakah dalam realisasinya, perusahaan dapat mencapai hasil yang telah ditetapkan dalam anggaran?

A. Ya, selalu B. Kadang-kadang C. Hampir tidak pernah IV. EVALUASI

25. Apakah selalu dilakukan pengamatan dan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi?

A. Ya

B. Kadang-kadang C. Tidak

26. Apakah selalu dilakukan analisis lebih lanjut terhadap penyebab terjadinya penyimpangan yang tidak menguntungkan?


(5)

B.

C. Tidak

27. Apakah tindakan perbaikan senantiasa dilakukan terhadap penyimpangan yang tidak menguntungkan tersebut?

A. Ya

B. Ya, kadang-kadang C. Tidak

28. Apakah hasil evaluasi terhadap laporan anggaran tersebut mempengaruhi manajemen dan perencanaan periode yang akan datang?

A. Ya dan penting

B. Ya, tetapi tidak penting C. Tidak

29. Apakah hasil dari evaluasi terhadap laporan anggaran tersebut merupakan dasar yang penting untuk menilai prestasi kerja?

A. Ya dan penting

B. Ya, tetapi tidak penting C. Tidak

30. Apakah besarnya jumlah biaya yang ditetapkan dalam suatu tahun anggaran lebih rendah atau menurun dari tahun sebelumnya?

A. Ya

B. Ya, kadang-kadang C. Tidak


(6)