Jaminan Kecelakaan Kerja Jenis-Jenis Perlindungan Tenaga Kerja Dalam Badan Penyelenggaraan

1. Jaminan Kecelakaan Kerja

a. Kepesertaan Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK Peserta program jaminan kecelakaan kerja JKK diklasifikasikan menjadi 2 dua, yaitu peserta pekerja penerima upah dan peserta pekerja bukan penerima upah. Peserta pekerja penerima upah terdiri dari pekerja yang bekerja pada pemberi kerja penyelenggara negara dan pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara. 71 Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja penyelenggara negara meliputi : Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil, Pejabat Negara, Pejabat lainnya yang Tupoksinya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, Pegawai tidak tetap pemerintah. 72 Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara adalah pekerja yang bekerja pada perusahaan. Yang dimaksud dengan perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerjaburuh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain dan usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan atau dalam bentuk lain. 71 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2013 Tetang Tata Cara Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara Dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, Dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial, Pasal 3. 72 Ibid., Pasal 5 ayat 1 Universitas Sumatera Utara Peserta pekerja bukan penerima upah meliputi: 1 pemberi kerja, 2 orang yang berusaha sendiri, yang dimaksud dengan orang yang berusaha sendiri adalah orang yang dalam menjalankan usahanya tidak dibantu dengan orang lain atau bekerja sendiri. Pekerja mandiri pada umumnya melakukan usaha- usaha pada ekonomi informal yang selama ini telah dianggap berjasa sebagai kartu pengaman karena mampu menyerap tenaga kerja yang tidak terserap oleh usaha ekonomi formal, 3 orang yang bekerja atau berusaha dengan sistem bagi hasil atau setoran atau komisi, yang dimaksud dengan sistem bagi hasil atau setoran atau komisi adalah orang yang bekerjasama dengan pihak pemilik modal dengan perjanjian bahwa bagian tertentu dari pendapatan disetorkan pada pemilik modal. Siswa yang magang di perusahaan mempunyai resiko yang sama dengan pekerja yang bekerja di tempat yang sama, oleh karena itu pemberi kerja bertanggung jawab atas resiko yang mungkin dialami oleh siswa magang. Dengan demikian siswa yang melakukan pekerjaan atau magang di perusahaan juga berhak atas manfaat JKK Jamina Kecelakaan Kerja. 73 b. Iuran Bagi Peserta Penerima Upah Dan Siswa Yang Magang Di Perusahaan Iuran jaminan kecelakaan kerja bagi peserta penerima upah dan siswa yang magang di perusahaan dibayar oleh pemberi kerja. besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja yang harus dibayarkan oleh pemberi kerja dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok iuran sesuai dengan tingkat resiko lingkungan 73 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011, Op.Cit., Hal. 87-88 Universitas Sumatera Utara kerja. pengelompokkan iuran tersebut akan disusun oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan. Sedangkan perubahan besar iuran akan diatur dengan Peraturan Presiden. Mengingat iuran program jaminan kecelakaan kerja JKK untuk siswa atau magang oleh pemberi kerja, maka perlu ditetapkan standar upah sebagai dasar dalam penghitungan iuran dan besarnya pembayaran santunan Jaminan Kecelakaan Kerja karena siswa atau magang tidak menerima upah seperti tenaga kerja penerima upah. Dalam memperhitungkan iuran bagi siswa yang magang di perusahaan dan pegawai tidak tetap pemerintah, berlaku ketentuan sebagai berikut : Pertama , siswa yang melakukan pekerjaan atau magang di perusahaan dianggap menerima upah sebesar upah sebulan pekerja yang melakukan pekerjaan yang sama pada perusahaan tempat siswa melakukan pekerjaan atau magang. Kedua, pegawai tidak tetap pemerintah dianggap menerima uoah sebesar honor yang ditetapkan dengan keputusan pejabat pembina kepegawaian pada instansi tempat pegawai tidak tetap bekerja. Dengan demikian upah yang dijadikan dasar untuk penghitungan iuran adalah sebesar honorarium yang diterima oleh pegawai tidak tetap sesuai dengan keputusan yang ditetapkan. Upah sebulan yang dijadikan sebagai dasar perhitungan iuran adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap. Yang dimaksud dengan tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerjaburuh yang dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerjaburuh atau pencapaian prestasi kerja tertentu. Universitas Sumatera Utara c. Iuran Bagi Peserta Bukan Penerima Upah Pekerja bukan penerima upah adalah pemberi kerja bagi dirinya sendiri, oleh karena itu iuran jaminan kecelakaan kerja dibayar oleh peserta yang bersangkutan. Iuran bagi kelompok ini ditetapkan secara nominal yang akan ditinjau setiap 2 dua tahun sekali oleh menteri yang membidangi ketenagakerjaan. Peninjauan nominal iuran setiap 2 dua tahun sekali dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan kewajiban BPJS dalam membayarkan manfaat jaminan kecelakaan kerja. Jaminan Kecelakaan Kerja dalam bentuk santunan uang tunai didasarkan pada upah terakhir yang diterima oleh pekerja. Mengingat iuran JKK bagi peserta bukan penerima upah ditetapkan secara nominal yang akan ditinjau secara berkala, maka yang ditetapkan dalam peraturan ini adalah besar iuran untuk pertama kali. Untuk pertama kali iuran tersebut misalnya ditetapkan sebesar Rp. 25.000,- dua puluh lima ribu rupiah. 74 d. Tata Cara Pembayaran Iuran Bagi Peserta Penerima Upah Dan Siswa Yang Magang Di Perusahaan Pemberi kerja wajib membayar dan menyetor iuran jaminan kecelakaan kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan. Iuran tersebut disetorkan kepada BPJS Ketenagakerjaan setiap bulan paling lambat tanggal 15 lima belas bulan berikutnya dari bulan iuran yang bersangkutan. Ketentuan ini dimaksudkan agar pemberi kerja membayar iuran tepat waktu dan sebagai acuan untuk 74 Chazali H. Situmorang, Op.Cit., hal. 89-91 Universitas Sumatera Utara mengenakan denda bagi pemberi kerja yang membayar iuran melewati tanggal 15 lima belas bulan berikutnya, dengan kata lain menunggak iuran. Demikian juga ketentuan ini memberikan kepastian pemenuhan hak peserta dari BPJS. Denda keterlambatan ditanggung sepenuhnya oleh pemberi kerja dan pembayaran denda dilakukan sekaligus bersama-sama dengan penyetoran iuran bulan berikutnya. Keterlambatan dan denda merupakan piutang BPJS Ketenagakerjaan kepada pemberi kerja. e. Tata Cara Pembayaran Iuran Bagi Peserta Bukan Penerima Upah Pembayaran iuran bagi peserta bukan penerima upah dapat dilakukan langsung kepada kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan setempat atau melalui kelompok pekerja bukan penerima upah. Iuran tersebut tersebut disetorkan kepada BPJS Ketenagakerjaan setiap bulan paling lambat tanggal 15 lima belas bulan berikutnya dari bulan iuran yang bersangkutan. Peserta bukan penerima upah yang tidak membayar iuran selama 6 enam bulan berturut-turut tidak berhak atas manfaat jaminan kecelakaan kerja sampai peserta sebagaimana dimaksud membayar seluruh tunggakan iuran. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendorong kepatuhan peserta untuk membayar iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan dan kepastian peserta mendapatkan manfaat jaminan kecelakaan kerja JKK. Ketentuan lebih Universitas Sumatera Utara lanjut mengenai mekanisme penarikan iuran bagi peserta bukan penerima upah diatur lebih lanjut oleh BPJS Ketenagakerjaan. 75 f. Pelaporan Kecelakaan Kerja Pemberi kerja wajib memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan yang menimpa pekerjanya. Selain itu pemberi kerja juga wajib melaporkan setiap kecelakaan kerja yang menimpa pekerja kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan setempat sebagai laporan kecelakaan kerja tahap I dalam waktu tidak lebih dari 2 dua kali 24 dua puluh empat jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan kerja, dengan mengisi formulir yang akan ditetapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Kecelakaan kerja pada peserta yang bekerja pada penyelenggara negara dilaporkan oleh unit kerja yang membidangi kepegawaian pada instansi tempat peserta bekerja. Kecelakaan kerja pada peserta bukan penerima upah dilaporkan oleh keluarga peserta atau yang mewakili keluarga peserta. Pemberi kerja wajib melaporkan akibat kecelakaan kerja yang menimpa pekerja kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan setempat sebagai laporan kecelakaan kerja tahap II dalam waktu tidak lebih dari 2 dua kali 24 dua puluh empat jam setelah pekerjaburuh tertimpa kecelakaan kerja dengan mengisi formulir 2 75 BPJS Info, Jaminan Kecelakaan Kerja, diakses dari http:www.BPJS.infoprogramJaminan_Kecelakaan_Kerja_JKK_-20, pada tanggal 11 Juni 2014 pukul 18.31 Universitas Sumatera Utara yang akan ditetapkan oelh BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan surat keterangan dokter pemeriksa yang menerangkan: a Keadaan sementara tidak mampu bekerja; b Cacat sebagian untuk selama-lamanya; c Cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental; d Meninggal dunia. Laporan bagi peserta yang bekerja pada penyelenggara negara disampaikan oleh unit kerja yang membidangi kepegawaian pada instansilembaga tempat peserta bekerja. Sedangkan bagi peserta bukan penerima upah laporannya disampaikan oleh keluarga peserta atau yang mewakili keluarga peserta. Laporan kecelakaan kerja juga dapat dilakukan melalui online system. Laporan kecelakaan kerja tahap II yang disampaikan kepada BPJS Ketenagakerjaan berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran manfaat jaminan kecelakaan kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan. Keterangan akibat kecelakaan kerja yang dibuat oleh dokter dimaksudkan sebagai dasar perhitungan dalam pembayaran manfaat jaminan kecelakaan kerja oleh BPJS Ketenagakerjaan. Penyempaian formulir dalam laporan tahap II disertai bukti-bukti yaitu: a Identitas kepesertaan; b Surat keterangan dokter; c Kwitansi biaya pengangkutan dan pengobatan; Universitas Sumatera Utara d Dokumen pendukung lainnya yang diperlukan. Dalam hal bukti-bukti lengkap, BPJS Ketenagakerjaan memberitahukan kepada pemberi kerja selambat-lambatnya tujuh hari sejak laporan kecelakaan kerja tahap II diterima. Pemberi kerja wajib melaporkan penyakit yang timbul yang berhubungan dengan pekerjaan dalam waktu tidak lebih dari 2 dua kali 24 dua puluh empat jam sejak menerima hasil diagnosis dari dokter pemeriksa dengan menggunakan formulir yang akan ditetapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Laporan bagi pekerja yang bekerja pada penyelenggara negara disampaikan oleh unit kerja yang menangani bidang kepegawaian tempat peserta bekerja. Sedangkan bagi peserta bukan penerima upah disampaikan oleh pekerja atau keluarga pekerja atau yang mewakili keluarga pekerja. 76 g. Jenis Manfaat Peserta yang tertimpa kecelakaan kerja berhak atas manfaat kecelakaan kerja berupa: a Penggantian biaya pengangkutan peserta yang mengalami kecelakaan kerja ke rumah sakit dan atau ke rumahnya, termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan; b Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis; 76 Chazali H. Situmorang, Op.Cit., hal 95-96 Universitas Sumatera Utara c Rehabilitasi berupa alat bantu orthese dan atau alat ganti prothese bagi peserta yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat kecelakaan kerja; d Santunan sementara tidak mampu bekerja e Santunan uang tunai yang dibayarkan sekaligus. Kebutuhan medis meliputi: pemeriksaan, pengobatan danatau perawatan selama di rumah sakit, termasuk rawat jalan. Dalam hal biaya perawatan dan pengobatan telah melebihi plafon yang ditentukan, maka pemberi kerja dikenakan iuran biaya. Ketentuan ini dimaksudkan sebagai penegasan bahwa pemberi kerja bertanggung jawab sepenuhnya kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja. Penetapan plafon pembiayaan perawatan dan pengobatan jaminan kecelakaan kerja sesuai dengan filosofi jaminan sosial yang bersifat dasar basic protection. Mekanisme penganggaran iuran biaya bagi peserta yang bekerja pada penyelenggara negara diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri yang membidangi keuangan. Santunan sementara tidak mampu bekerja diberikan kepada pekerja yang karena tertimpa kecelakaan kerja untuk sementara waktu tidak dapat melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan. Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja perlu waktu yang cukup lama untuk pemulihan kesehatannya agar dapat bekerja kembali seperti semula. Pemberiaan santunan sementara tidak mampu bekerja dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan pekerja sementara menunggu pemulihan kesehatan pekerja Universitas Sumatera Utara yang bersangkutan hingga kembali dapat melakukan pekerja yang biasa dilakukan dengan baik. Santunan uang tunai yang dibayarkan sekaligus diberikan sesuai dengan tingkat kecacatan yang ditetapkan oleh dokter yang memeriksa atau dokter penasehat. Peserta yang tertimpa kecelakaan kerja akan menerima salah satu dari bentuk santunan berikut: a Santunan cacat total tetap, diberikan jika peserta mengalami cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan. b Santunan cacat total sebagian, jika peserta mengalami cacat jasmani danatau rohani yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak mampu lagi melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan dengan baik, namun masih bisa melakukan pekerjaan lain yang lebih ringan. c Santunan cacat kekurangan fungsi, diberikan jika peserta mengalami cacat jasmani danatau rohani yang tidak mengakibatkan yang bersangkutan terganggu dalam melaksanakan pekerjaan yang biasa dilakukan. d Santunan kematian apabila meninggal dunia. 77

2. Jaminan Kematian

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

1 50 107

Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

2 53 141

Analisis Terhadap Status Hukum Dan Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Outsourcing Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

11 248 141

Kepesertaan Perusahaan Dan Tenaga Kerja Dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja Pada PT. Jamsostek Cabang Medan Tahun 2006

0 28 8

Perlindungan Hak Kreditor Dengan Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

0 10 149

Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Tertanggung Dalam Pelaksanaan Klaim Asuransi Kebakaran (Studi Pada PT. Asuransi Bintang, Tbk Cabang Medan Dan PT. Asuransi Parolamas Cabang Medan)

1 28 159

Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Dalam Hal Teradi Pemutusan Hubungan Kerja Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

0 4 26

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERASURANSIAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI INDONESIA - Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 20

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN - Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

0 0 18

Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

0 0 11