Identifikasi Parasitoid dan Predator Kutu Kebul pada Tanaman Murbei (Morus sp)

IDENTIFIKASI PARASITOID DAN PREDATOR KUTU
KEBUL PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp)

LINCAH ANDADARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Identifikasi Parasitoid dan Predator
Kutu Kebul pada Tanaman Murbei (Morus sp) adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009
Lincah Andadari

NIM E451070124

ABSTRACT

LINCAH ANDADARI. Study on The Identification of Parasitoids and Predators of
White fly on Mulberry Plant (Morus sp). Under direction of BAMBANG HERO
SAHARJO and KASNO
Study on The Identification of Parasitoids and Predators of White Fly on Mulberry
Plant was conducted at Bogor, Sukabumi and Tasikmalaya as well as Pati and
Candiroto on sericulture developing centers of West Java and Central Java,
respectively. The main objectives of the study were to confirm the species of white
fly and also to confirm whether there is any parasitoid as well as predator attacking
the pest in all the study sites. To achieve the targeted output of the study the
following methods were conducted. The collected whiteflies from all study sites
were send to entomological laboratory of Bogor Agriculture University, while the
collected parasitoids and predator were send to National Entomological Museum at
Bogor. To proof an insect to be parasitoid of the whitefly, in captive method was
practiced. While to proof an insect to be predator of the fly, the bait method was
practiced. The result of the study showed that white attacking mulberry plant at study
sites is Trialeurodes vaporarium Martin. There are four species parasitoids namely

Ceraphronid, Scelionid, Eucoilid and Eulophid and four species of predacious
Coccinelid namely Serangium spp and Micraspis sp.
Keywords: Morus plant, parasitoid, predator, whitefly

RINGKASAN
LINCAH ANDADARI. Identifikasi Parasitoid dan Predator Kutu Kebul pada
Tanaman Murbei (Morus sp). Dibimbing oleh BAMBANG HERO SAHARJO and
KASNO.
Persuteraan alam merupakan kegiatan agroindustri dengan rangkaian kegiatan
yang meliputi pertanaman murbei, pembibitan ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera,
pengolahan kokon, pemintalan dan pertenunan. Keberhasilan usaha persuteraan alam,
utamanya sangat ditentukan oleh usaha penyediaan daun murbei sebagai pakan ulat
sutera (Bombyx mori L.) dalam jumlah dengan mutu yang baik Kualitas dan kuantitas
daun murbei berpengaruh terhadap pertumbuhan ulat dan sangat menentukan kualitas
dan kuantitas kokon yang dihasilkan. Pada kenyataannya di lapangan, tanaman
murbei (Morus sp.) tidak bebas dari serangan beberapa macam hama, antara lain
hama yang menyerang daun. Konsekuensinya, produksi dan mutu daun menurun dan
akan mempengaruhi kesehatan ulat sutera, sehingga dampaknya akan berpengaruh
terhadap mutu kokon yang dihasilkan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
produksi benang sutera yang dihasilkan. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di

lapangan di lapangan, salah satu jenis hama yang selama ini dinilai penting adalah
kutu kebul. Serangan kutu kebul pada tanaman murbei terjadi secara fluktuatif merata
hampir di semua daerah pengembangan sutera di Jawa dan Sumatera Barat. Serangan
kutu kebul biasanya terjadi dalam musim hujan sampai dengan pertengahan musim
kemarau.
Inventarisasi parasitoid dan predator kutu kebul dilaksanakan pada awal bulan
Agustus tahun 2008 sampai April tahun 2009 pada tanaman murbei di Pati,
Candiroto, Kabandungan Sukabumi, Tasikmalaya dan di kebun Dramaga, Pusat
Penelitian dan Pengembanagn Hutan dan Konsevasi Alam, Bogor. Pengamatan
dengan menggunakan mikroskop dilaksanakan di Laboratorium Sutera alam Ciomas,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konsevasi Alam, Bogor.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik Sampling Acak
Berlapis (SAB) yang sampelnya diperoleh dengan cara sebagai berikut: Populasi
dibagi menjadi populasi yang lebih kecil yang disebut stratum. Stratum pertama
batas luar murbei (non murbei), stratum kedua blok murbei, stratum ketiga
pertengahan blok murbei yang berarti terdapat tiga stratum. Setiap stratum
kemudian diambil sampel secara acak tapi presentatif sama di setiap daerah
percobaan dan dibuat perkiraan untuk mewakili stratum yang bersangkutan (dapat
diketahui rata-rata dan keragaman kutu kebul, parasitoid dan predator dari masingmasing stratum).
Inventarisasi parasitoid dan predator kutu kebul dilaksanakan di lahan murbei

petani di daerah Pati, Candiroto, kabandungan (Sukabumi), Tasikmalaya, dan dua
lokasi di Bogor yaitu Sukamantri serta Dramaga. Waktu pengamatan untuk daerah
Pati dan Candiroto dilakukan pada bulan Agustus dan September tahun 2008,
sedangkan lokasi lain dilaksanakan pada bulan Maret dan April Tahun 2009.
Pengamatan parasitoid, pada setiap blok pengamatan dilakukan pengambilan

sejumlah daun yang menampakkan gejala nimfa terparasit. Pengambilan sampel pada
daun murbei dilakukan secara acak. Tiap tanaman yang terpilih diambil 10 daun yang
menampakkan gejala nimfa terparasit dan setiap blok pengamatan dipilih sepuluh
tanaman sehingga terdapat 120 daun yang berisi kelompok nimfa kutu kebul yang
terparasit. Pengamatan dilakukan dilakuan dengan interval satu minggu setelah
pemasangan sungkup. Daun yang disungkup dipotong dan dibawa ke laboratorium
untuk diamati dibawah mikroskop, parasitoid yang diketemukan kemudian
diidentifikasi sampai tingkat familia. Tingkat parasitisasi ditentukan dengan
menghitung jumlah nimfa yang menunjukkan gejala terpasit dibagi jumlah populasi
kutu kebul yang terdapat di daun ( jumlah keseluruhan dari telur, nimfa normal dan
nimfa terparasit dan pupa).
Pengambilan predator dan pengamatan populasi kutu kebul dilakukan dengan
menggunakan jaring serangga pada tanaman murbei. Penjaringan dilakukan pada pagi
hari sekitar pukul 08.00 sampai 10.00 yang merupakan waktu aktif kutu kebul. Pada

setiap lokasi, pengamatan dilakukan dengan 10 kali ayunan jaring ke kiri dan ke
kanan, pada sepuluh titik dalam setiap stratum yang berarti melakukan 100 ayunan
pada setiap stratum. Uji pemangsaan dilakukan dengan cara memasukkan seekor
serangga yang dianggap predator ke dalam wadah plastik berkasa yang berukuran
diameter 11,6 cm dan tinggi 6,7 cm yang telah berisi lima ekor nimfa kutu kebul
instar 2 atau 3. Sebelum perlakuan, serangga yang dianggap predator dipuasakan
terlebih dahulu selama 12 jam. Pengamatan dilakukan 24 jam kemudian dengan
mengamati jumlah nimfa yang dimakan. Uji pemangsaan ini dilakukan dengan 10
ulangan.
Inventarisasi kutu kebul pada tanaman murbei dan sekitarnya hanya
menemukan satu spesies kutu kebul yaitu Trialeurodes vaporariorum. Hasil tersebut
tidak menunjukkan adanya populasi campuran (mix population) antara beberapa
spesies kutu kebul. Pengambilan contoh pada setiap lokasi (Bogor, Sukabumi,
Tasikmalaya, Candiroto dan Pati) hanya menemukan satu spesies kutu kebul.
Parasitoid yang muncul pada populasi T. vaporariorum, setelah diidentifikasi
termasuk ordo Hymenoptera famili Ceraphronidae, Eucoilidae, Scelionidae dan
Eulophidae. Ke tiga lokasi (Kabandungan, Tasikmalaya dan Sukamantri) tingkat
parasitasi sangat rendah karena keadaan kebun murbei dalam kondisi yang bersih
sehingga ketersediaan nektar sebagai pakan parasitoid tidak ada. Selain itu petani
rutin melakukan pencegahan serangan hama yaitu dengan melakukan penyemprotan

insektisida. Tingkat parasitasi yang relatif rendah di masing-masing lokasi
kemungkinan dipengaruhi oleh cara budidaya tersebut. Tampaknya tingkat
parasitisasi ini dipengaruhi oleh ketersediaan sumber makanan bagi imago parasitoid.
Uji pemangsaan di laboratorium selama 24 jam menunjukkan bahwa ke tiga
spesies Coccinellidae yaitu Serangium sp1, Serangium sp2 dan Serangium sp3 dapat
memangsa nimfa T. vaporariorum rata-rata 4,33 individu nimfa, sedangkan
Micraspis sp dapat memangsa rata-rata 14,6 individu nimfa. Cara pemangsaan

Kata kunci : kutu kebul, murbei, parasitoid, predator, sutera alam

IDENTIFIKASI PARASITOID DAN PREDATOR KUTU
KEBUL PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp)

LINCAH ANDADARI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Silvikultur Tropika


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MSc

PRAKATA
Pertama-tama, penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT,
karena atas taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan belajar di
Program Pascasarjana IPB, serta dapat melaksanakan penelitian dan penulisan karya
kecil berupa tesis ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Prof.Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr selaku
ketua komisi pembimbing dan Ir. Kasno, MSc selaku anggota komisi pembimbing
atas segala bimbingan dan pengarahan sejak rencana penelitian, persiapan penelitian
dan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan tesis. Dr. Ir. Noor Farikhah
Haneda, MSc, selaku dosen penguji luar yang telah hadir pada ujian sidang dan telah
banyak memberikan masukan selama penelitian.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

beserta staf, Fakultas Kehutanan, khususnya Departemen Silvikultur beserta staf
pengajar yang telah memberikan pelayanan akademik selama penulis belajar di IPB.
Kepada Kepala Badan Penelitian Kehutanan yang telah memberi kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam yang telah memberikan beasiswa selama
penulis mengikuti pendidikan, penulis sampaikan terimakasih yang sebanyakbanyaknya.
Terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dr. Mien
Kaomini dan semua staf Laboratorium Disiplin Persuteraan Alam Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan dan Konservasi alam, yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan selama penulis melaksanakan penelitian dan Dr. Sih Kahono dari LIPI
Cibinong serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, semoga
Allah SWT membalas budi baik tersebut.
Penghargaan dan hormat yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada
semua keluarga atas do’a restu dan dorongan moril selama pendidikan berlangsung.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, namun penulis
berharap kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Akhirnya, kepada Yang Maha Kuasalah penulis berserah diri dan bertawakkal
untuk mendapat ridho-Nya


Bogor, Juli 2009

Penulis

RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Tawangmangu, 13 April 1963, dari ayah Ir. Rafiudin
Achlil dan Ibu Yhan Suhermin. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Tahun 1983 penulis lulus SMA PGRI I Bogor dan pada tahun yang sama
penulis masuk ke Universitas Pakuan Bogor, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Jurusan Biologi dan lulus tahun 1989.
Pada akhir tahun 1989 sampai sekarang penulis bekerja sebagai peneliti pada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Sejak tahun 2006
penulis sebagai peneliti madya pada bidang Hasil Hutan Bukan Kayu. Pada tahun
2007 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan pada Program
Silvikultur, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan biaya dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Bogor.

IDENTIFIKASI PARASITOID DAN PREDATOR KUTU
KEBUL PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp)


LINCAH ANDADARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Identifikasi Parasitoid dan Predator
Kutu Kebul pada Tanaman Murbei (Morus sp) adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009
Lincah Andadari
NIM E451070124


ABSTRACT

LINCAH ANDADARI. Study on The Identification of Parasitoids and Predators of
White fly on Mulberry Plant (Morus sp). Under direction of BAMBANG HERO
SAHARJO and KASNO
Study on The Identification of Parasitoids and Predators of White Fly on Mulberry
Plant was conducted at Bogor, Sukabumi and Tasikmalaya as well as Pati and
Candiroto on sericulture developing centers of West Java and Central Java,
respectively. The main objectives of the study were to confirm the species of white
fly and also to confirm whether there is any parasitoid as well as predator attacking
the pest in all the study sites. To achieve the targeted output of the study the
following methods were conducted. The collected whiteflies from all study sites
were send to entomological laboratory of Bogor Agriculture University, while the
collected parasitoids and predator were send to National Entomological Museum at
Bogor. To proof an insect to be parasitoid of the whitefly, in captive method was
practiced. While to proof an insect to be predator of the fly, the bait method was
practiced. The result of the study showed that white attacking mulberry plant at study
sites is Trialeurodes vaporarium Martin. There are four species parasitoids namely
Ceraphronid, Scelionid, Eucoilid and Eulophid and four species of predacious
Coccinelid namely Serangium spp and Micraspis sp.
Keywords: Morus plant, parasitoid, predator, whitefly

RINGKASAN
LINCAH ANDADARI. Identifikasi Parasitoid dan Predator Kutu Kebul pada
Tanaman Murbei (Morus sp). Dibimbing oleh BAMBANG HERO SAHARJO and
KASNO.
Persuteraan alam merupakan kegiatan agroindustri dengan rangkaian kegiatan
yang meliputi pertanaman murbei, pembibitan ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera,
pengolahan kokon, pemintalan dan pertenunan. Keberhasilan usaha persuteraan alam,
utamanya sangat ditentukan oleh usaha penyediaan daun murbei sebagai pakan ulat
sutera (Bombyx mori L.) dalam jumlah dengan mutu yang baik Kualitas dan kuantitas
daun murbei berpengaruh terhadap pertumbuhan ulat dan sangat menentukan kualitas
dan kuantitas kokon yang dihasilkan. Pada kenyataannya di lapangan, tanaman
murbei (Morus sp.) tidak bebas dari serangan beberapa macam hama, antara lain
hama yang menyerang daun. Konsekuensinya, produksi dan mutu daun menurun dan
akan mempengaruhi kesehatan ulat sutera, sehingga dampaknya akan berpengaruh
terhadap mutu kokon yang dihasilkan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
produksi benang sutera yang dihasilkan. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di
lapangan di lapangan, salah satu jenis hama yang selama ini dinilai penting adalah
kutu kebul. Serangan kutu kebul pada tanaman murbei terjadi secara fluktuatif merata
hampir di semua daerah pengembangan sutera di Jawa dan Sumatera Barat. Serangan
kutu kebul biasanya terjadi dalam musim hujan sampai dengan pertengahan musim
kemarau.
Inventarisasi parasitoid dan predator kutu kebul dilaksanakan pada awal bulan
Agustus tahun 2008 sampai April tahun 2009 pada tanaman murbei di Pati,
Candiroto, Kabandungan Sukabumi, Tasikmalaya dan di kebun Dramaga, Pusat
Penelitian dan Pengembanagn Hutan dan Konsevasi Alam, Bogor. Pengamatan
dengan menggunakan mikroskop dilaksanakan di Laboratorium Sutera alam Ciomas,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konsevasi Alam, Bogor.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik Sampling Acak
Berlapis (SAB) yang sampelnya diperoleh dengan cara sebagai berikut: Populasi
dibagi menjadi populasi yang lebih kecil yang disebut stratum. Stratum pertama
batas luar murbei (non murbei), stratum kedua blok murbei, stratum ketiga
pertengahan blok murbei yang berarti terdapat tiga stratum. Setiap stratum
kemudian diambil sampel secara acak tapi presentatif sama di setiap daerah
percobaan dan dibuat perkiraan untuk mewakili stratum yang bersangkutan (dapat
diketahui rata-rata dan keragaman kutu kebul, parasitoid dan predator dari masingmasing stratum).
Inventarisasi parasitoid dan predator kutu kebul dilaksanakan di lahan murbei
petani di daerah Pati, Candiroto, kabandungan (Sukabumi), Tasikmalaya, dan dua
lokasi di Bogor yaitu Sukamantri serta Dramaga. Waktu pengamatan untuk daerah
Pati dan Candiroto dilakukan pada bulan Agustus dan September tahun 2008,
sedangkan lokasi lain dilaksanakan pada bulan Maret dan April Tahun 2009.
Pengamatan parasitoid, pada setiap blok pengamatan dilakukan pengambilan

sejumlah daun yang menampakkan gejala nimfa terparasit. Pengambilan sampel pada
daun murbei dilakukan secara acak. Tiap tanaman yang terpilih diambil 10 daun yang
menampakkan gejala nimfa terparasit dan setiap blok pengamatan dipilih sepuluh
tanaman sehingga terdapat 120 daun yang berisi kelompok nimfa kutu kebul yang
terparasit. Pengamatan dilakukan dilakuan dengan interval satu minggu setelah
pemasangan sungkup. Daun yang disungkup dipotong dan dibawa ke laboratorium
untuk diamati dibawah mikroskop, parasitoid yang diketemukan kemudian
diidentifikasi sampai tingkat familia. Tingkat parasitisasi ditentukan dengan
menghitung jumlah nimfa yang menunjukkan gejala terpasit dibagi jumlah populasi
kutu kebul yang terdapat di daun ( jumlah keseluruhan dari telur, nimfa normal dan
nimfa terparasit dan pupa).
Pengambilan predator dan pengamatan populasi kutu kebul dilakukan dengan
menggunakan jaring serangga pada tanaman murbei. Penjaringan dilakukan pada pagi
hari sekitar pukul 08.00 sampai 10.00 yang merupakan waktu aktif kutu kebul. Pada
setiap lokasi, pengamatan dilakukan dengan 10 kali ayunan jaring ke kiri dan ke
kanan, pada sepuluh titik dalam setiap stratum yang berarti melakukan 100 ayunan
pada setiap stratum. Uji pemangsaan dilakukan dengan cara memasukkan seekor
serangga yang dianggap predator ke dalam wadah plastik berkasa yang berukuran
diameter 11,6 cm dan tinggi 6,7 cm yang telah berisi lima ekor nimfa kutu kebul
instar 2 atau 3. Sebelum perlakuan, serangga yang dianggap predator dipuasakan
terlebih dahulu selama 12 jam. Pengamatan dilakukan 24 jam kemudian dengan
mengamati jumlah nimfa yang dimakan. Uji pemangsaan ini dilakukan dengan 10
ulangan.
Inventarisasi kutu kebul pada tanaman murbei dan sekitarnya hanya
menemukan satu spesies kutu kebul yaitu Trialeurodes vaporariorum. Hasil tersebut
tidak menunjukkan adanya populasi campuran (mix population) antara beberapa
spesies kutu kebul. Pengambilan contoh pada setiap lokasi (Bogor, Sukabumi,
Tasikmalaya, Candiroto dan Pati) hanya menemukan satu spesies kutu kebul.
Parasitoid yang muncul pada populasi T. vaporariorum, setelah diidentifikasi
termasuk ordo Hymenoptera famili Ceraphronidae, Eucoilidae, Scelionidae dan
Eulophidae. Ke tiga lokasi (Kabandungan, Tasikmalaya dan Sukamantri) tingkat
parasitasi sangat rendah karena keadaan kebun murbei dalam kondisi yang bersih
sehingga ketersediaan nektar sebagai pakan parasitoid tidak ada. Selain itu petani
rutin melakukan pencegahan serangan hama yaitu dengan melakukan penyemprotan
insektisida. Tingkat parasitasi yang relatif rendah di masing-masing lokasi
kemungkinan dipengaruhi oleh cara budidaya tersebut. Tampaknya tingkat
parasitisasi ini dipengaruhi oleh ketersediaan sumber makanan bagi imago parasitoid.
Uji pemangsaan di laboratorium selama 24 jam menunjukkan bahwa ke tiga
spesies Coccinellidae yaitu Serangium sp1, Serangium sp2 dan Serangium sp3 dapat
memangsa nimfa T. vaporariorum rata-rata 4,33 individu nimfa, sedangkan
Micraspis sp dapat memangsa rata-rata 14,6 individu nimfa. Cara pemangsaan

Kata kunci : kutu kebul, murbei, parasitoid, predator, sutera alam

IDENTIFIKASI PARASITOID DAN PREDATOR KUTU
KEBUL PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp)

LINCAH ANDADARI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Silvikultur Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MSc

PRAKATA
Pertama-tama, penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT,
karena atas taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan belajar di
Program Pascasarjana IPB, serta dapat melaksanakan penelitian dan penulisan karya
kecil berupa tesis ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Prof.Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr selaku
ketua komisi pembimbing dan Ir. Kasno, MSc selaku anggota komisi pembimbing
atas segala bimbingan dan pengarahan sejak rencana penelitian, persiapan penelitian
dan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan tesis. Dr. Ir. Noor Farikhah
Haneda, MSc, selaku dosen penguji luar yang telah hadir pada ujian sidang dan telah
banyak memberikan masukan selama penelitian.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
beserta staf, Fakultas Kehutanan, khususnya Departemen Silvikultur beserta staf
pengajar yang telah memberikan pelayanan akademik selama penulis belajar di IPB.
Kepada Kepala Badan Penelitian Kehutanan yang telah memberi kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam yang telah memberikan beasiswa selama
penulis mengikuti pendidikan, penulis sampaikan terimakasih yang sebanyakbanyaknya.
Terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dr. Mien
Kaomini dan semua staf Laboratorium Disiplin Persuteraan Alam Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan dan Konservasi alam, yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan selama penulis melaksanakan penelitian dan Dr. Sih Kahono dari LIPI
Cibinong serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, semoga
Allah SWT membalas budi baik tersebut.
Penghargaan dan hormat yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada
semua keluarga atas do’a restu dan dorongan moril selama pendidikan berlangsung.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, namun penulis
berharap kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Akhirnya, kepada Yang Maha Kuasalah penulis berserah diri dan bertawakkal
untuk mendapat ridho-Nya

Bogor, Juli 2009

Penulis

RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Tawangmangu, 13 April 1963, dari ayah Ir. Rafiudin
Achlil dan Ibu Yhan Suhermin. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Tahun 1983 penulis lulus SMA PGRI I Bogor dan pada tahun yang sama
penulis masuk ke Universitas Pakuan Bogor, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Jurusan Biologi dan lulus tahun 1989.
Pada akhir tahun 1989 sampai sekarang penulis bekerja sebagai peneliti pada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Sejak tahun 2006
penulis sebagai peneliti madya pada bidang Hasil Hutan Bukan Kayu. Pada tahun
2007 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan pada Program
Silvikultur, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan biaya dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Bogor.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL

…………………………………………….

vi

DAFTAR GAMBAR …………………………………………….

vii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………..

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang …………………………………………..

1

Rumusan Masalah Penelitian …………………………….

2

Tujuan Penelitian …………………………………………

2

Hipotesis ………………………………………………….

2

Kegunaan Penelitian ………………………………………

2

TINJAUAN PUSTAKA
Pakan ulat sutera (Morus sp) ……………………………..

3

Taksonomi kutu kebul …………………………………….

4

Gejala serangan kutu kebul ……………………………….

4

Musuh alami kutu kebul dan peranannya sebagai
komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT) …………..

5

METODE PENELITIAN
Kerangka pemikiran ………………………………………

8

Lokasi dan waktu .............................................................

9

Prosedur Penelitian ……………………………………….

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ………………………………………………………

14

Pembahasan …………………………………...................

25

SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………..

31

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….

32

LAMPIRAN ………………………………………………………

35

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Kondisi umum lokasi pengamatan ……………………………….

2.

Rata-rata tingkat parasitisasi tanaman murbei pada empat daerah
pengamatan ………………………………………………………

3.

21

Ciri umum predator T. vaporariorum yang tampak secara
langsung …………………………………………………………..

5.

21

Penyebaran parasitoid di empat lokasi pengembangan sutera
selama pengamatan ………………………………………………

4.

14

Penyebaran dan jumlah

23

predator T. vaporariorum yang

tertangkap di enam lokasi pengamatan ……………………………

24

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Kerangka pemikiran inventarisasi parasitoid dan predator kutu

8

kebul pada tanaman murbei …………………………………….
2.

Denah plot percobaan ………………………………………….

10

3.

Tahapan stadia Trialeurodes vaporariorum …………………..

16

4.

Gejala serangan T. vaporariorum pada tanaman murbei ………

16

5.

Perkembangan populasi T. vaporariorum …………………….

17

6.

Ceraphronidae …………………………………………………..

18

7.

Scelionidae………………………………………………………

19

8.

Eucoilidae ………………………………………………………

19

9.

Eulophidae ……………………………………………………….

20

10.

Morfologi nimfa (yang normal dan yang terparasit) ……………

21

11.

Empat predator T. vaporariorum ……………………………….

22

12.

Kemampuan

makan

Coccinellidae

terhadap

nimfa

T.

vaporariorum ……………………………………………………………

24

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1.

Kegiatan penelitian: A) Pengamatan nimfa; B) Sungkup nimfa
yang terparasit; C) Penjaringan serangga; D) Uji pemangsaan...

35

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persuteraan alam merupakan kegiatan agroindustri dengan rangkaian kegiatan
yang meliputi pertanaman murbei, pembibitan ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera,
pengolahan kokon, pemintalan dan pertenunan. Sutera alam yang berupa kokon atau
benang bisa dikategorikan sebagai salah satu komoditi hasil hutan non kayu, jika
sumber pakannya berasal dari tanaman murbei yang ditanam dalam kawasan hutan,
dan tanaman murbei terbukti bisa digunakan sebagai sarana rehabilitasi lahan.
Budidaya ulat sutera, memungkinkan masyarakat pelakunya dapat meningkatkan
pendapatan karena kokon atau benang sutera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Keberhasilan usaha persuteraan alam, utamanya sangat ditentukan oleh usaha
penyediaan daun murbei sebagai pakan ulat sutera (Bombyx mori L.) dalam jumlah
dengan mutu yang baik (Shimizu dan Tajima, 1972). Kualitas dan kuantitas daun
murbei berpengaruh terhadap pertumbuhan ulat dan sangat menentukan kualitas dan
kuantitas kokon yang dihasilkan (Kaomini, 2003). Menurut Ryu (1998) agar tercapai
hasil produksi yang baik, maka ada beberapa macam faktor yang berpengaruh, yaitu :
daun murbei dan tanahnya 38,2%, iklim 37,0%, cara pemeliharaan ulat 9,3%, jenis
telur ulat sutera 4,2%, kualitas telur ulat sutera 3,1% dan faktor lain yang
mempengaruhinya 8,2%.
Pada kenyataannya di lapangan, tanaman murbei (Morus sp.) tidak bebas dari
serangan beberapa macam hama, antara lain hama yang menyerang daun.
Konsekuensinya, produksi dan mutu daun menurun dan akan mempengaruhi
kesehatan ulat sutera, sehingga dampaknya akan berpengaruh terhadap mutu kokon
yang dihasilkan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi benang
sutera yang dihasilkan (Andadari, 2005).
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di lapangan, salah satu jenis hama yang
selama ini dinilai penting adalah kutu kebul. Pengamatan sepintas di laboratorium
dapat mengetahui jenis kutu kebul, yaitu Bemicia tabaci, famili Aleyrodidae yang

merupakan salah satu famili dari ordo Hemiptera yang umumnya dikenal dengan
nama whitefly (Holmer and Gollsby, 2002) atau di Indonesia disebut sebagai “ kutu
kebul”, hal ini disebabkan sayap dan tubuh imago serangga ini tertutup oleh tepung
putih. Serangga ini menghasilkan embun madu seperti halnya kutu putih (Hemiptera:
Pseudococcidae) atau kutu tempurung (Hemiptera: Coccidae), tetapi tidak pernah
didatangi semut. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya duri atau lilin yang
menutupinya (Kalshoven, 1981). Pada umumnya kerugian yang ditimbulkan berkisar
antara 30 dan 100%.
Serangan kutu kebul pada tanaman murbei terjadi secara fluktuatif merata
hampir di semua daerah pengembangan sutera di Jawa dan Sumatera Barat. Serangan
kutu kebul biasanya terjadi dalam musim hujan sampai dengan pertengahan musim
kemarau.

Rumusan Masalah Penelitian
Masalah yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian ini adalah:
1) Apa spesies kutu kebul pada tanaman murbei di daerah pengembangan sutera di
Jawa Barat dan Jawa Tengah
2) Apa spesies parasitoid dan predator kutu kebul pada tanaman murbei
Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi kutu kebul dan mengidentifikasi musuh alami (parasitoid
dan predatornya) yang ditemukan pada tanaman murbei serta mengenali karakter
habitat parasitoid dan predatornya.

Hipotesis
1. Terdapat beberapa spesies kutu kebul pada tanaman murbei
2. Terdapat parasitoid dan predator kutu kebul pada tanaman murbei

Kegunaan Penelitian
Menyediakan informasi (data) dasar untuk pengembangan strategi pengendalian
kutu kebul secara hayati.

TINJAUAN PUSTAKA
Pakan ulat sutera (Morus spp.)

Pakan alami ulat sutera (Bombyx mori L.) yaitu daun murbei (Morus spp.),
penyebarannya sangat luas, dapat tumbuh mulai dari sub tropis sampai dengan
daerah tropis, di dataran rendah ataupun dataran tinggi (Shimizu and Tajima, 1972).
Murbei digolongkan ke dalam: Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae,
Klas: Dicotyledonae, Ordo : Urticalis, Family : Moraceae, Genus: Morus, Spesies:
Morus sp. (Atmosoedarjo et al., 2000)
Daun murbei mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan larva ulat sutera, seperti: air, protein, asam-asam amino, senyawa N
bukan protein, karbohidrat, lemak, mineral serta vitamin. Komponen protein daun
murbei meliputi globulin, prolamin dan albumin; sedangkan asam-asam aminonya
meliputi alanin, valin, leusin, lisin, asam aspartat, glisina, arginina, asam glutamat,
fenilalanina, prolina, oksiprolina, tirosina, sisteina serta sistina. Komponen
karbohidrat seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, dekstrin, pati, maltose dan pektin
(Katsumata, 1975)
Karbohidrat dalam daun murbei merupakan sumber energi, sedangkan protein
terutama dibutuhkan dalam proses sintesa dalam tubuh ulat sutera (Chapman, 1982).
Selain itu protein juga sangat penting dalam pembentukan fibroin yang menyusun
serat sutera (Katsumata, 1975).
Ada berbagai jenis murbei yang dikenal di Indonesia : M. alba, M. nigra, M.
australis, M. cathayana, M. multicaulis. Jenis BNK-1, BNK-2 (persilangan antara
M.

nigra dengan Kokuso) terus dikembangkan untuk daerah Sulawesi Selatan

(Darsidi, 1993). Di daerah Bogor M. muticaulis var. Kokuso dan M. alba var.
Kanva-2 memberikan pertumbuhan yang baik dan produksi tinggi serta tahan
terhadap kondisi kering terlihat dari kecilnya penurunan produksi pada musim
kemarau (Andadari, 2003), di daerah Sukabumi: M. multicaulis, M. cathayana, dan
M. alba (Samsijah, 1992).

Menurut Atmosoedarjo et al., (2000) seperti tanaman pertanian lainnya,
tanaman murbei tidak luput dari serangan hama, antara lain hama yang menyerang
daun terutama hama pucuk yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar air dan
nutrisi pada daun murbei yang berpengaruh negatif terhadap pemeliharaan ulat
sutera, menyebabkan pertumbuhan ulat menjadi lemah karena kurang daya tahannya
terhadap penyakit.
Taksonomi Kutu Kebul

Kutu kebul adalah serangga yang termasuk dalam family Aleyrodidae,
termasuk sub ordo Sternorryhyncha, ordo Hemiptera. Family Aleyrodidae terdiri dari
dua sub Family yaitu Aleurodicinae dan Aleyrodinae (Martin, 1987).
Spesies-spesies dari family Aleyrodidae dapat merupakan hama yang serius
dan menyebabkan penyakit virus pada lebih dari 20 spesies tanaman antara lain
kacang panjang, kacang kedelai, mawar, kapas, kentang dan tomat (Anonimous,
2008). Menurut Kalshoven (1981) identifikasi kutu kebul dilakukan dengan
menggunakan kantong pupa dari kutu kebul tersebut. Selanjutnya Kalshoven (1981)
melaporkan terdapat beberapa spesies kutu kebul yang menjadi hama tanaman di
Indonesia diantaranya Aleurolobus barodensis (Mask), A. citripedus Q & B., A.
woglumi

Ashb.,

Neomaskellia

andropogonis

Corbett.,

Aleurocanthus

spp.,

Dialeurodes spp., Trialeurodes sp., Bemicia tabaci (Genn) dan Aleurodicus
destructor Mark.
Gejala serangan kutu kebul

Gejala yang ditimbulkan pada tanaman yang terserang adalah adanya bercakbercak nekrotik kecil yang terjadi karena luka akibat tusukan stilet. Hal ini akibat
imago dan nimfa merusak sel dan jaringan daun dalam upayanya mengisap cairan
tanaman dan jaringan floem. Pada keadaan populasi tinggi pertumbuhan tanaman
akan terhambat. Ekskresi kutu kebul yang berbentuk embun madu yang melekat pada

permukaan atas daun merangsang tumbuhnya cendawan embun jelaga yang
berwarna hitam, sehingga daun-daun itu semakin hitam dan menghambat proses
pernafasan asimilasi. Pada keadaan populasi tinggi pertumbuhan tanaman akan
terhambat (Pracaya, 2002).
Di Indonesia kutu kebul pertama kali diketahui menyerang tanaman
tembakau di Bojonegoro dan mengakibatkan kerusakan sebesar 30%. Serangga
tersebut tersebar luas di seluruh dunia dan bersifat polyfag. Kebanyakan tanaman
inang kutu kebul termasuk ke dalam family Compositae, Cucurbitae, Crusciferae, dan
Solanaceae. Beberapa jenis gulma, seperti Ageratum (Babadotan), Synedrella,
Eupatorium odoratum, dan Stachytarpheta (jarong) juga merupakan inang dari kutu
kebul yang bisa menjadi reservoir penyakit virus di lahan pertanaman. Di Sumatera
dan Jawa, kutu kebul menularkan penyakit mosaik dan krupuk (Leaf curl) dari gulma
dan tumbuhan liar lainnya ke tanaman tembakau sehingga menimbulkan kerugian
yang cukup besar (Kalshoven, 1981).
Yuliani (2002) melaporkan empat spesies kutu kebul yang ditemukan pada
tanaman tomat, cabai dan kedelai di beberapa lokasi di Bogor, Cianjur dan Sukabumi,
yakni Aleurodicus destructor, Bemicia tabaci, Dialeurodes spp dan Trialeurodes
vaporariorium. Namun konfirmasi dan informasi mengenai kutu kebul pada tanaman
murbei di Indonesia belum ada.

Musuh alami kutu kebul dan peranannya sebagai komponen Pengendalian
Hama Terpadu (PHT)
Pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan cara pengelolaan pertanian
dengan setiap keputusan dan tindakan yang diambil selalu bertujuan meminimalisasi
serangan OPT, sekaligus mengurangi bahaya yang ditimbulkannya terhadap manusia,
tanaman, dan lingkungan. Sistem PHT memanfaatkan semua teknik dan metode yang
cocok (termasuk biologi, genetis, mekanis, fisik, dan kimia) dengan cara seharmoni
mungkin, guna mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah
tingkat yang merugikan secara ekonomis (Anonimous, 2008).

Musuh alami (predator, parasitoid dan patogen) mempunyai potensi besar
dalam menekan populasi hama. Namun keefektifannya di lapangan tergantung pada
jenis hama sasaran dan kondisi habitat, karena masing-masing kelompok musuh
alami itu memiliki kelebihan dan kekurangan (Untung, 2006)
Untung (2006) mengemukakan predator merupakan hewan yang dapat
memangsa hewan lain yang mengakibatkan kematian langsung pada mangsanya.
Selain itu, predator mampu memangsa lebih dari satu individu mangsa (hama) dan
biasanya dapat memangsa berbagai fase perkembangan hama, serta umumnya bersifat
polifag.
Parasitoid merupakan serangga

yang hidup pada atau di dalam tubuh

serangga lain yang merupakan inangnya. Fase perkembangan hidup yang berupa
telur, larva dan pupa berada pada atau di dalam tubuh inang sedangkan imagonya
hidup bebas di luar tubuh serangga inang, memakan nektar dan embun madu.
Serangan parasitoid dapat melemahkan inang dan akhirnya dapat membunuh
inangnya karena parasitoid makan atau menghisap cairan tubuh inangnya. Untuk
dapat menyelesaikan satu siklus kehidupan suatu parasitoid hanya memerlukan satu
serangga inang (Pracaya, 2002).
Parasitoid kutu kebul pada tanaman tomat yang ditemukan di Amerika Selatan
dan di Indonesia, antara lain : Eretmocerus sp., Encarsia formosa, dan E. versicolor
(Hymenoptera : Aphelinidae). Imago betina parasitoid Encarsia sp. meletakkan satu
telur ke dalam tubuh pradewasa kutu kebul. Larva parasitoid merusak bagian dalam
tubuh pradewasa kutu kebul sehingga yang tersisa adalah ekoskeleton inangnya
(Berndt and Rainer, 2008). Serangga pradewasa kutu kebul yang terparasit akan
berubah menjadi berwarna hitam (Naranjo, 2007). Selain parasitoid, predator
Serangium parcesetom (Coleoptera: Coccinellidae) dan cendawan Paecilomyces
farinosus juga diketahui dapat berperan sebagai musuh alami kutu kebul (Pracaya,
2002).
Pada awal perkembangannya, PHT banyak diartikan terbatas sebagai
teknologi pengendali hama yang berusaha memadukan berbagai teknik pengendalian

hama. Setelah itu, konsep PHT terus berkembang karena didorong oleh semakin
meningkatnya kesadaran manusia akan kualitas lingkungan hidup dan pengembangan
konsep pembangunan yang berkelanjutan (Untung, 2006). Pada saat ini, PHT lebih
diarahkan sebagai teknik pengelolaan ekosistim yaitu pengambilan keputusan
pengendalian tidak hanya didasarkan pada kepadatan populasi hama dan
perkembangan tanaman, tetapi juga pada kepadatan populasi musuh alami. Dalam hal
ini jenis dan populasi musuh alami yang dapat mengekang perkembangan populasi
hama perlu diketahui terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pengendalian hama
(Sudarmo, 1990)
Dalam aplikasinya, teknik pengendalian hayati harus sesuai dengan teknik
pengendalian yang lain seperti teknik bercocok tanam dan penggunaan varietas yang
tahan, atau bila memungkinkan teknik bercocok tanam itu perlu dimodifikasi supaya
musuh alami yang digunakan dapat bertahan dan bekerja dengan baik. Disamping itu,
bila pengendalian dengan cara seperti penggunaan senyawa kimia masih diperlukan
maka harus dirubah atau disesuaikan sehingga tidak mengganggu keberadaan musuh
alami (Tarumingkeng, 1992).

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran

Usaha pengendalian yang telah dilakukan selama ini belum mampu mengatasi
serangan hama tersebut, antara lain karena masih kurangnya informasi mengenai
status jenis dan bioekologi kutu kebul pada tanaman murbei. Dengan terbatasnya
informasi terkadang usaha pengendalian belum dapat ditentukan. Selama ini upaya
pengendalian hama tersebut dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
pemangkasan dan penggunaan insektisida. Penggunaan insektisida yang tidak tepat
malah menimbulkan berbagai dampak negatif antara lain residu insektisida pada
tanaman murbei berpengaruh terhadap ulat sutera yang memakannya. Dengan adanya
kepastian jenis kutu kebul, jenis dan karakter habitat parasitoid dan predatornya akan
menyediakan data yang sangat diperlukan untuk pengembangan strategi pengendalian
secara hayati.

PERMASALAHAN

 Tanaman murbei terserang hama
 Produksi dan kualitas daun
menurun

Ulat sutera lemah karena kurang
daya tahan terhadap penyakit

Solusi untuk peningkatan produksi
daun murbei

Penurunan produksi dan kualitas
kokon ulat sutera

Untuk bisa memilih strategi pengendalian
yang tepat, kita harus tahu hama yang
menyerang tanaman murbei

Identifikasi hama, parasitoid
dan predatornya

Identifikasi karakter habitat
(faktor pendukung dan
penghambat)

Gambar 1 Kerangka pemikiran inventarisasi parasitoid dan predator kutu kebul pada
tanaman murbei.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Inventarisasi parasitoid dan predator kutu kebul dilaksanakan di lahan murbei
petani di daerah Pati, Candiroto, Kabandungan (Sukabumi), Tasikmalaya, dan dua
lokasi di Bogor yaitu Sukamantri serta Dramaga. Pengamatan perkembangan
populasi kutu kebul dilaksanakan pada tanaman murbei di kebun Dramaga, Pusat
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. Pengamatan dengan menggunakan
mikroskop dilaksanakan di Laboratorium Sutera Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hutan dan Konservasi Alam Bogor.
Bahan dan Alat Penelitian
Ba ha n d a n a la t ya ng d ig una ka n d a la m p e ne litia n ini a d a la h d a un
ta na ma n murb e i je nis Mo rus a lb a va r Ka nva -2, M. c a tha ya na d a n M.

multic a ulis, a lko ho l 90%, ka ntung p la stik, ka c a p e mb e sa r (ka c a lo up ), ja ring
se ra ng g a , kurung a n se ra ng g a d a n sto p le s ke c il, p e tri d ish, g e la s o b je k, g e la s
p e nutup , mikro sko p mo no kule r, ja rum b e rta ng ka i, p inse t, ta b ung re a ksi,
la b e l, la mp u ne o n d a n la in-la in.

Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Prosedur pengambilan sampel di lapangan adalah sebagai berikut :
Pe ne litia n me ng g una ka n te knik Sa mp ling Ac a k Be rla p is (SAB) ya ng
sa mp e lnya d ip e ro le h d e ng a n c a ra se b a g a i b e rikut:
1. Po p ula si d ib a g i me nja d i p o p ula si ya ng le b ih ke c il ya ng d ise b ut stra tum.
Stra tum p e rta ma b a ta s lua r murb e i (no n murb e i), stra tum ke d ua

b lo k

murb e i, stra tum ke tig a p e rte ng a ha n b lo k murb e i ya ng b e ra rti te rd a p a t
tig a stra tum.
2. Se tia p stra tum ke mud ia n d ia mb il sa mp e l se c a ra a c a k ta p i re p re se nta tif
sa ma d i se tia p d a e ra h p e rc o b a a n d a n d ib ua t p e rkira a n untuk me wa kili

stra tum ya ng b e rsa ng kuta n (d a p a t d ike ta hui ra ta -ra ta d a n ke ra g a ma n
kutu ke b ul, p a ra sito id d a n p re d a to r d a ri ma sing -ma sing stra tum).

PETAK PERC O BAAN

*

*

#

#

*

*

*

#

#

*

*

*

# : Ta na ma n murb e i
*: Ta na ma n no n murb e i

G a mb a r 2 De na h p lo t p e rc o b a a n.

Inventarisasi kutu kebul dan musuh alaminya parasitoid dan predator pada
tanaman murbei
Inventarisasi kutu kebul dan parasitoid, predatornya dilaksanakan di lahan
murbei petani di daerah Pati, Candiroto, Kabandungan (Sukabumi), Tasikmalaya, dan
dua lokasi di Bogor yaitu Sukamantri serta Dramaga. Waktu pengamatan untuk
daerah Pati dan Candiroto dilakukan pada bulan Agustus dan September Tahun 2008,
sedangkan lokasi lain dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei Tahun
2009. Penentuan tanaman yang akan diamati dilakukan pada dua baris tanaman dari

baris pengamatan yang dipilih secara acak dengan sistem undian untuk baris pertama
dan selang lima baris dari baris pertama untuk baris kedua pengamatan. Pengamatan
dilakukan terhadap semua tanaman pada baris pengamatan. Daun tanaman yang
diduga mengandung telur, nimfa, atau pupa kutu kebul dipotong untuk selanjutnya
diidentifikasi dan dihitung di laboratorium.

Perkembangan populasi kutu kebul
Pengamatan kepadatan populasi dilakukan untuk mengetahui jumlah telur,
nimfa, pupa dan imago kutu kebul dan dilaksanakan di Dramaga (Bogor).
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah telur, nimfa, pupa dan imago kutu
kebul pada tanaman contoh.
Pengamatan telur, nimfa, pupa dan kantong pupa dilakukan terhadap 60 daun
murbei dari 5 tanaman contoh untuk setiap blok pengamatan. Pengambilan populasi
dilakukan pada tanaman yang dipilih secara acak. Jumlah tanaman contoh untuk
setiap blok pengamatan ditentukan sebanyak lima tanaman yang mengandung telur,
nimfa dan pupa kutu kebul. Satu tanaman contoh diambil 12 daun yaitu bagian atas,
tengah dan bawah serta masing-masing bagian diambil 4 helai daun arah mata angin,
sehingga dalam satu waktu pengamatan diperoleh 15 tanaman contoh atau 180 helai
daun. Daun yang akan diambil untuk pengamatan dipotong kemudian dimasukkan ke
dalam plastik transparan. Penghitungan populasi telur, nimfa, dan pupa dilakukan di
Laboratorium dengan menggunakan alat hitung tangan dan kaca loup. Menurut Gould
dan Naranjo (1999), pengambilan contoh sebanyak 50 daun per lahan pengamatan
adalah memadai untuk memperoleh ketelitian 0,20 – 0,25 untuk setiap tingkat
perkembangan hidup serangga.
Pengamatan dilakukan setiap 15 hari dimulai saat tanaman murbei 15 hari
setelah pangkas sampai tanaman berumur 75 hari. Pengamatan kepadatan populasi
dilakukan untuk mengetahui jumlah telur, nimfa, pupa dan imago kutu kebul.
Pengamatan parasitoid kutu kebul.
Pengamatan parasitoid meliputi dua parameter yaitu tingkat parasitisasi total
pada tanaman murbei dan penyebaran parasitoid pada empat daerah pengamatan yaitu
Kabandungan (Sukabumi), Tasikmalaya, Sukamantri (Bogor) dan Dramaga (Bogor)
Tingkat parasitisasi total dilakukan dengan cara pengambilan 36 daun yang
menampakkan gejala nimfa terparasit secara acak, kemudian dihitung jumlah telur,

kulit nimfa, nimfa normal dan nimfa terparasit selanjutnya dijumlah dan masingmasing dibuat dalam bentuk persentase.
Penyebaran parasitoid dilakukan dengan dua cara yaitu metode sungkup dan
metoda jaring. Pengamatan dengan metoda jaring dilakukan bersamaan dengan
penjaringan predator.
Pada metode sungkup, pengamatan parasitoid dilakukan dengan pengambilan
sampel dari tanaman murbei. Pada setiap lokasi pengamatan dilakukan pengambilan
sejumlah daun murbei yang menampakkan gejala nimfa terparasit (lampiran gambar
3). Pengambilan sampel pada daun-daun murbei dilakukan secara acak. Setiap lokasi
pengamatan dilakukan pengambilan sampel sebanyak 20 kelompok nimfa yang
berarti 20 sungkup.
Setiap daun murbei yang menampakkan gejala nimfa terparasit kemudian
dibersihkan dari organisme lain dengan cara permukaan daun bagian bawah disapu
dengan kuas kemudian disemprot sehingga yang tertinggal hanya nimfa kutu kebul,
kemudian daun disungkup dengan kain yang halus ( Lampiran 1B) sehingga
parasitoid tidak sempat terbang, seminggu kemudian daun murbei yang disungkup
dipotong, dibawa ke laboratorium untuk diperiksa apabila ditemukan parasitoid
langkah selanjutnya dilakukan identifikasi, dengan kunci yang disusun oleh
McAlpine et al. (1977). Konfirmasi lebih lanjut parasitoid akan diidentifikasi kembali
oleh ahli taksonomi serangga di labaratorium Entomologi Hutan, Departemen
Silvikultur, Fahutan IPB.
Pengamatan predator kutu kebul
Pengamatan predator meliputi dua parameter yaitu jumlah predator yang
tertangkap selama pengamatan pada setiap lokasi dan uji pemangsaan.
Pengambilan predator dilakukan dengan menggunakan jaring serangga pada
tanaman murbei. Penjaringan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 sampai
10.00 yang merupakan waktu aktif kutu kebul. Pada setiap lokasi, pengamatan

dilakukan dengan 10 kali ayunan jaring ke kiri dan ke kanan, pada sepuluh titik
dalam setiap stratum yang berarti melakukan 100 ayunan pada setiap stratum.
Semua serangga yang tertangkap saat penjaringan dimasukkan ke dalam
kurungan serangga berkasa berukuran 32 cm x 32 cm x 32 cm kemudian dibawa ke
laboratorium. Di laboratorium, serangga tersebut dipisah-pisahkan berdasarkan
peranannya. Jika dari hasil penangkapan ditemukan serangga yang dianggap berperan
sebagai predator, maka dilakukan pengujian lanjut berupa uji pemangsaan terhadap
kutu kebul.
Uji pemangsaan dilakukan dengan cara memasukkan seekor serangga yang
dianggap predator ke dalam petri dish yang telah berisi lima ekor nimfa kutu kebul
instar dua atau instar tiga. Sebelum perlakuan, serangga yang dianggap predator
dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam. Pengamatan dilakukan 24 jam kemudian
dengan mengamati jumlah nimfa yang dimakan, apabila nimfa yang dimakan habis 5
maka dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menambah jumlah nimfa, sampai
akhirnya kita dapatkan kemampuan makan yang maksimal. Uji pemangsaan ini
dilakukan dengan 10 ulangan.
Penyebaran dan jumlah predator pada setiap lokasi pengamatan dilakukan
dengan cara penjaringan dalam areal murbei dan luar areal murbei. Kemudian dibawa
ke Laboratorium Sutera, serangga yang sudah diketahui peranannya sebagai predator
dipisah-pisah berdasarkan spesiesnya kemudian dihitung. Konfirmasi lebih lanjut
predator diidentifikasi kembali oleh ahli taksonomi Systematic Entomology,
Graduate School of Agriculture, Hokkaido University, Japan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN

Kondisi Umum Lahan
Tanaman murbei yang terdapat di lahan pengamatan umumnya menggunakan
pola penanaman secara monokultur dan jenis murbei yang ditanam adalah M. alba
var Kanva 2, M. cathayana dan M. multicaulis. Pada saat pengamatan umumnya
umur murbei 45 hari setelah pangkas kecuali di Dramaga, Bogor, yang tanaman
murbeinya terbagi ke dalam beberapa blok pemangkasan. Kondisi lahan di enam
lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kondisi umum ke enam lokasi pengamatan
Karakter lokasi

Pati

Candiroto

Kabandungan,
Sukabumi

Tasikmalaya

Sukamantri,
Bogor

Dramaga, Bogor.

Ketinggian
tempat (m dpl)

80

600

720

550

540

245

Kisaran
(oC)

19-31

21-29

19-26

25-30

25-30

21-29

Kisaran
kelembaban (%)

80-90

80-90

87-92

79-90

80-90

80-90

Curah
hujan
(mm/tahun)

1600-2000

2500-3000

2500-3000

2500-2700

2500-3000

2500-3000

Type
iklim
(menurut
Schmidt
&
Ferguson)

E

A

A

A

A

A

Pola tanam

monokultur

monokultur

monokultur

monokultur

monokultur

monokultur

Gulma

Kurang
bergulma

Kurang
bergulma

Kurang
bergulma

Kurang
bergulma

Kurang
bergulma

Gulma lebat

Pemupukan

Pupuk
kandang dan
NPK

Pupuk
kandang dan
NPK

Pupuk
kandang
NPK

Pupuk
kandang,
mikoriza dan
pupuk lambat
larut

NPK

Pupuk
NPK

Insektisida
kontak dan
sistemik

Insektisida
kontak dan
sistemik

Insektisida
kontak
dan
sistemik

Insektisida
kontak
dan
sistemik