Biosentesis Senyawa Alkaloida Senyawa Alkaloida

Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala Myristica fragrans Houtt, 2010. 18 - Strychinine James.B.H.1965. Dari klasifikasi diatas dapat disimpulkan bahwa belum ada keseragaman dalam pengklasifikasian senyawa alkaloida. Sistem klasifikasi alkaloida dapat dikelompokkan sebagai berikut : Banyak usaha untuk mengklasifikasi alkaloida. Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima, menurut Hegnauer, alkaloida dikelompokkan sebagai :

1. Alkaloida sesungguhnya merupakan kelompok alkaloida yang bersifat racun,

memiliki aktivitas psikologis yang luas, bersifat basa; mengandung atom nitrogen pada cincin heterosikliknya dan diturunkan dari prekursor asam amino. Contohnya ; kolkhisin, asam aristolokhat.

2. Protoalkaloida merupakan amina yang relatif sederhana dimana pada cincin

heterosikliknya tidak mengandung atom nitrogen. Contoh; meskalin, ephedrin.

3. Pseudoalkaloida merupakan alkaloida yang tidak diturunkan dari prekursor asam

amino, bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelas ini, yaitu alkaloida steroidal contoh konessin dan alkaloida purin contoh kaffein Sastrohamidjoo.1996.

2.2.3. Biosentesis Senyawa Alkaloida

Prekusor alkaloida yang paling umum adalah asam amino, meskipun sebenarnya, biosintesis alkaloida lebih rumit. Secara kimia, alkaloida merupakan suatu golongan heterogen. Ia berkisar dari senyawa sederhana seperti koniin yaitu alkaloida utama. Conium maculatum, sampai ke struktur pentasiklik seperti strikhnina yaitu racun kulit strychnos. Amina tumbuhan misalnya meskalina dan basa purina dan pirimidina misalnya kafeina kadang-kadang digolongkan sebagai alkaloida dalam arti umum Manito,1992. Banyak alkaloida bersifat terpenoida dan beberapa diantaranya misalnya solanina, alkaloida-steroida kentang, Solanum tuberosum sebaiknya ditinjau dari segi biosintesis sebagai terpenoida termodifikasi. Yang lainnya terutama berupa senyawa aromatik misalnya kolkhisina, alkaloida-tropolon umbi yang mengandung gugus basa sebagai gugus rantai samping. Nama alkaloida sering kali diturunkan dari sumber tumbuhan penghasilnya, misalnya alkaloida Atropa atau alkaloida tropana dan sebagainya Harbone,1978. Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala Myristica fragrans Houtt, 2010. 19 2.3. Identifiksi, Isolasi dan Pemurnian Senyawa Alkaloida 2.3.1. Identifikasi Senyawa Alkaloida Metode yang banyak digunakan untuk mendeteksi tanaman yang mengandung alkaloida yaitu prosedur Wall, yang meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan kering yang direfluks dengan etanol 80 . Kumpulan filtrat diuapkan, residunya dilarutkan dengan air, disaring kemudian diasamkan dengan HCl 1 .Lalu diuji dengan pereaksi Meyer atau dengan silikotungstat. Bila hasil positif, larutan tersebut dibasakan dan diekstraski dengan pelarut organik dan diekstraksi kembali kedalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi alkaloida berarti tanaman ini mengandung alkaloida. Fasa berair juga halus diteliti untuk menentukan adanya alkaloida kuartener. Sebagai basa, alkaloida biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut alkaloida yang bersifat asam encer HCL 1M atau asam asetat 10 yang kemudian diendapkan dalam amonium pekat. Pemisahan pendahuluan demikian dari bahan tumbuhan lainnya dapat diulangi atau pemurnian selanjutnya dilaksanakan dengan ekstraksi pelarut. Adanya alkaloida pada ekstrak nisbi kasar yang kemudian dapat diuji dengan menggunakan berbagai pereaksi alkalida Harbone,1987.

2.3.2. Isolasi Senyawa Alkaloida

Ekstraksi jaringan tumbuhan daun, bunga, buah, kulit dan akar yang telah dikeringkan dan dihaluskan secara maserasi dengan asam asetat 5 sampai pH 2 15-20 bagian, lalu saring ekstrak itu. Panaskan sampai 70 C dan tambahkan amonia pekat tetes demi tetes sampai pH 10-12. Aduk ekstrak, didiamkan hingga terbentuk endapan lalu saring, larutan bening dibuang. Endapan dicuci dengan NH 4 OH 1 dan aduk lagi. Kumpulkan, keringkan dan timbang alkaloida kasar yang diperoleh. Alkaloida yang diperoleh direkristalisasi berulang-ulang dengan metanol mendidih hingga diperoleh kristal murni Harbone, J.B. 1987 .

2.3.3. Pemurnian Senyawa Alkaloida

Ekstrak alkaloida kompleks yang masih kotor dipisahkan menjadi komponen- komponennya. Sejumlah metode konvensional dipakai untuk memurnikan campuran alkaloida, hal ini tergantung pada campuran alkaloida yang diperoleh.