EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN

(1)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN

MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN

Mahasiswa : Novitasari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0853023039 Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Noor Fadiawati, M.Si. Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. NIP. 196608241991112001 NIP 196608241991112002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si.


(2)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Noor Fadiawati, M. Si ______________

Sekretaris : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Ila Rosilawati, M. Si. ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(3)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN

Oleh NOVITASARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik model pembelajaran problem solving pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang efektif dalam meningkatkan keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 1 Batanghari kelas XI IPA1 Tahun Ajaran 2011-2012. Penelitian ini menggunakan metode Pre-Experimental dengan one-group pretest-posttest design. Efektivitas model pembelajaran problem solving diukur berdasarkan nilai n-gain.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai n-gain keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan yaitu : 0,39 dan 0,72. Dapat disimpul-kan bahwa pembelajaran problem solving pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan efektif dalam meningkatkan keterampilan memberikan alasan dengan kriteria sedang. Pembelajaran problem solving pada materi kelarutan dan hasil


(4)

Novitasari kali kelarutan efektif dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi

kesimpulan dengan kriteria tinggi.

Kata kunci: pembelajaran problem solving, keterampilan memberikan alasan, dan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan.


(5)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN

Oleh

NOVITASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(6)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN

(Skripsi)

Oleh NOVITASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(7)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 23 2. Diagram rata-rata nilai pretest dan posttest keterampilan memberikan alasan

dan mengidentifikasi kesimpulan ... 26 3. Diagram rata-rata n-gain keterampilan memberikan alasan dan


(8)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8

B. Model Pembelajaran Problem Solving ... 10

C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 13

D. Kerangka Pemikiran ... 17

E. Anggapan Dasar…... 18

F. Hipotesis Penelitian ... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Subyek Penelitian ... 20

B. Jenis dan Sumber Data ... 20


(9)

vi

D. Variabel Penelitian ... 21

E. Instrumen Penelitian ... 21

F. Pelaksanaan Penelitian ... 22

G. Analisis Data Penelitian ... 23

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 26

B. Pembahasan ... 28

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 39

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus dan Sistem Penilaian ... 41

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 57

3. Lembar Kerja Siswa ... 94

4. Kisi-kisi Soal ... 130

5. Soal Pretest dan Posttest ... 131

6. Rubrik Penskoran ... 133

7. Lembar Penilaian Afektif Siswa ... 144

8. Data Skor Pretest, Posttest, Gain dan n-gain ... 152

9. Perhitungan dan Analisis Data Penelitian ... 154


(10)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keterampilan berpikir kritis ... 14 2. Desain penelitian ... 20 3. Klasifikasi gain ... 24 4. Data rata-rata nilai pretest dan posttest keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan ... 26


(11)

M O T T O

“…Untuk mengetahui Anda ada kemajuan atau tidak, cukup melihat perubahan watak diri Anda, keluasan wawasan Anda, dan pengembangan kemurahan hati Anda. Itulah kemajuan dan

tingkat Anda sesungguhnya.” (Guru Ching Hai)

“ kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa berpengetahuan dengan pengetahuan

orang lain.” (Michel De Montaigne)

“Belajarlah mensyukuri apa yang telah diberikan ALLAH kepada kita, karena itu yang terbaik untuk kita”


(12)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, November 2012

Novitasari


(13)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan

tulisan ini kepada:

Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang

yang melimpah, selalu mendoakanku, memberiku materi dan membesarkanku dengan sepuh hati. Terimakasih, untuk smua

yang bapak dan ibu berikan padaku…semoga Allah SWT berkenan membalas semua jasa dan pengorbananmu.

Adikku tersayang,...Terima kasih buat semangatyang telah kau

berikan.


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batanghari, Lampung Timur pada tanggal 15 November 1989 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tumirin dan Ibu Siti Juariyah.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 2 Telogorejo pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP N 1 Batanghari Lampung Timur pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Batanghari Lampung Timur pada tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Kimia FKIP Unila. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif menjadi anggota Divisi Pendidikan HIMASAKTA tahun 2009-2010. Pada Juli 2011 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Suka Maju Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Way Tenong.


(15)

iii SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dalam Meningkatkan Keterampilan Memberikan Alasan dan Mengidentifikasi Kesimpulan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas

Lampung. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Pembimbing I atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Penguji yang telah memberikan saran dan


(16)

iv

6. Seluruh staff dan dosen di Jurusan PMIPA khususnya di Program Studi Pendidikan Kimia Unila.

7. Bapak Drs. Sudigdo, M.Si, selaku kepala Sekolah SMA N 1 Batanghari, Bapak Abdi Simatupang, S.Pd, selaku guru mitra atas kerja sama dan bimbingannya. 8. Bapak dan Ibuku yang selalu memperjuangkan segalanya baik material maupun

spiritual untuk keberhasilan anaknya dan adikku yang selalu memberikan semangat.

9. Untuk teman seperjuanganku Yuliana, Sulis Setyowati, Pitri Yunia.

10. Untuk teman seperjuanganku dalam mengerjakan skirpsi Ria Marthandila dan Nurma Elisa terima kasaih buat masukan-masukan yang kalian berikan.

11. Mbak Wanti, Mbak Wulan, Mbak Eva, dan teman-teman kosan dania putri yang selalu memberiku semangat dan keceriaan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khusus-nya dan pembaca pada umumkhusus-nya.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis,


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan penge-tahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih men-dalam tentang alam sekitar (BSNP, 2006).

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan di-kembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah


(18)

2

ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat (BSNP, 2006).

Salah satu tujuan pembelajran kimia adalah menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat beberapa aspek yang perlu dibenahi salah satunya adalah proses belajar mengajar. Saat ini pendidikan di Indonesia memiliki banyak kelemahan pada berbagai sisi. Salah satu kelemahan pendidikan Indonesia adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Pada pembelajaran ini siswa cenderung hanya bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksi-kan oleh guru, tanpa berusaha sendiri untuk memikirdiinstruksi-kan apa yang sebaiknya dilakudiinstruksi-kan untuk mencapai tujuan belajarnya. Mereka tidak dapat menjadi seorang pelajar mandiri yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada dengan pengetahuan yang

dimilikinya (BNSP, 2006).

Hal ini diperkuat dari hasil wawancara yang telah dilakukan di SMAN 1 Batanghari, diperoleh informasi bahwa pembelajaran kimia yang digunakan adalah pembelajaran konvensional. Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah yang menekankan siswa pada materi tetapi tidak menghubungkannya dengan dunia nyata. Pembelajaran kimia seolah-olah hanya sebatas terjadi di dalam sekolah tanpa adanya keterkaitan dengan lingkungan di sekitar mereka. Pembelajaran dikelas juga cenderung hafalan sehingga siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Pem-belajaran dengan metode ceramah ini menyebabkan kurang terlatihnya keterampilan


(19)

3

berpikir kritis siswa. Trilling dan Hood (1999) dalam Atika (2011) menambahkan pada abad 21 diperlukan SDM dengan kualitas tinggi yang memiliki keahlian, yaitu mampu bekerja sama, berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil, memahami berbagai budaya, mampu berkomunikasi, dan mampu belajar sepanjang hayat (life long learning). Upaya yang tepat untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan bermutu tinggi adalah melalui pendidikan yang berkualitas.

Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat memacu dan meningkatkan ke-terampilan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran problem solving. Model problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya, pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan banyak sekali masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan materi ini, antara lain pembuatan garam dapur (NaCl) dan penghilangan kesadahan. Dengan adanya masalah yang dihadapkan kepada siswa dalam pembelajaran ini, siswa diharuskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipote-sis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, dan merumuskan kesimpulan. Pada tahapan problem solving terdapat fase menguji kebenaran jawaban sementara dari masalah, pada fase ini, siswa mencari data atau keterangan yang dapat diunakan untuk memecahkan masalah. Pada fase ini siswa harus cakap menelaah dan membahas data hasil pengamatan, menghitung dan menghubungkan, serta memiliki keterampilan dalam mengambil keputusan untuk memecahkan masalah. Siswa dituntut agar mampu


(20)

meng-4

hubungkan jawaban dari masalah yang ada dengan kemampuan yang telah mereka miliki. Pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, misalnya pada pembahasan pengaruh ion senama, siswa dituntut agar mampu menjelaskan “mengapa saat ditambah -kan ion senama kedalam suatu reaksi kesetimbangan, reaksi kesetimbangan tersebut akan bergeser atau berubah”. Kemampuan menghubungkan ini mampu melatih ke-terampilan berpikir kritis siswa, terutama keke-terampilan memberikan alasan. Pada fase menarik kesimpulan, siswa memiliki kebebasan untuk mengolah semua informasi yang mereka dapatkan dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang mereka miliki, proses ini membawa siswa untuk mengembangkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan.

Hasil penelitian Purwani (2009), yang dilakukan pada siswa SMA kelas X di SMA Negeri 1 Jombang, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem solving memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkat-kan kemampuan berpikir pada materi konsep mol. Kemudian hasil penelitian Atika (2011), yang dilakukan pada siswa SMA kelas XI IPA di SMA negeri 9 Bandar

Lampung, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajar-an problem solving dapat meninggkatkpembelajar-an keterampilpembelajar-an berpikir kritis pada materi ke-setimbangan kimia.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul : “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dalam Meningkatkan Keterampilan Memberikan Alasan dan Mengidentifikasi Kesimpulan


(21)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran problem Solving pada materi kelarut-an dkelarut-an hasil kali kelarutkelarut-an dalam meningkatkkelarut-an keterampilkelarut-an memberikkelarut-an alaskelarut-an? 2. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran problem Solving pada materi

kelarut-an dkelarut-an hasil kali kelarutkelarut-an dalam meningkatkkelarut-an keterampilkelarut-an mengidentifikasi kesimpulan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang ingin di capai adalah: 1. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran Problem Solving pada materi

ke-larutan dan hasil kali keke-larutan dalam meningkatkan keterampilan memberikan alasan 2. Mendeskripsikan efektifitas model pembelajaran Problem Solving pada materi

ke-larutan dan hasil kali keke-larutan dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Siswa

Melalui model Problem Solving dapat dilatihkan kemampuan berpikir kritis siswa terutama pada keterampilan memberikan alasan dan keterampilan mengidentifikasi


(22)

6

kesimpulan sehingga meningkatkan pemahaman siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Guru

Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan produktif bagi guru.

3. Sekolah

Penerapan model problem solving dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Efektivitas model pembelajaran problem solving diukur berdasarkan nilai n-gain. 2. Model problem solving yang digunakan pada penelitian ini adalah model problem

solving menurut Depdiknas yaitu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Langkah-langkah model problem solving menurut Depdiknas adalah (a) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf

kemampuannya. (b) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. (c) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. (d) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. (e) Menarik kesimpulan (Depdiknas, 2008).


(23)

7

3. Keterampilan berpikir kritis yang akan diteliti adalah keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan.

4. Siswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Batanghari Lampung Timur, Tahun Pelajaran 2011/2012.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto dalam Atika, 2011).

Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan men-transformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Septiana, 2012).

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pemaduan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian stuktur kognitif


(25)

9

terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

Prespektif kognitif-konstruktivis, yang menjadi landasan pembelajaran problem solving, banyak meminjam pendapat Piaget (1954,1963). Prespektif ini mengatakan, seperti yang dikatakan Piaget, bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodivikasi pengetahuan sebelumnya. Keyakinan Piaget ini berbeda dengan keyakinan Vygotsky dalam beberapa hal penting.

Bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau kulturalnya, Vygotsky menekankan pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar. Salah satu ide kunci yang berasal dari minat Vygotsky pada aspek sosial pembelajaran adalah konsepnya tentang zone of proximal development. Menurut Vygotsky, pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda yakni tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual, menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan ke-mampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu. Individu juga memiliki tingkat perkembangan potensial, yang oleh Vygotsky didefinisikan sebagai tingkat yang dapat difungsikan


(26)

10

atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang lebih maju. Zona yang terletak diantara kedua tingkat

perkembangan inilah yang disebutnya sebagai zone of proximal development (Arends dalam Septiana, 2012).

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar;

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir;

5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan 6. Guru adalah fasilitator.

B. Problem Solving

Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut (Rofiana, 2005).

Pemecahan masalah (problem solving) adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan infor-masi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses


(27)

11

pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006).

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang dike-mukakan oleh Hudojo (2001), yaitu sebagai berikut:

1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.

3. Potensi intelektual siswa meningkat.

4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

5. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Langkah-langkah problem solving menurut Depdiknas (2008) sebagai berikut : a. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh

dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode – metode seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.


(28)

12

e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Meminjam pendapat Bruner bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberi suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula untuk memecahkan masalah-masalah serupa. Karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik (Trianto, 2010).

Kelebihan dan kekurangan problem solving menurut Dzamarah dan Zain (2002) adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan model pembelajaran problem solving

a. Pembelajaran ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa

secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan model pembelajaran problem solving

a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berfikir siswa, tingting-kat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering

memerlu-kan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pel-ajaran lain

c. mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan


(29)

13

permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

C. Keterampilan Berpikir Kritis

Salah satu kecakapan hidup yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir kritis. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama dalam memecahkan maslah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Mengajarkan keterampilan berpikir dan memadukannya dengan materi pembelajaran dapat membantu para siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif secara efektif. Menurut Ennis (1996:54): Critical thingking is reasonable, reflective thingking that is focused on deciding what to believe or do.

Ennis (1985) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Menurut Ennis (1985) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut

(advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas indikator tersebut adalah:

1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen.


(30)

14

4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber.

5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10. Mengidentifikasi asumsi.

11. Memutuskan suatu tindakan. 12. Berinteraksi dengan orang lain.

Tabel 1. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis

No Kelompok Indikator Sub Indikator

1 Memberikan penjelasan sederhana

Memfokuskan pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan

kemungkinan jawaban c. Menjaga kondisi berpikir

Menganalisis argumen

a. Mengidentifikasi kesimpulan

b. Mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi

kalimat-kalimat bukan bukan pertanyaan

d. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan e. Melihat struktur dari

suatu argumen f. Membuat ringkasan Bertanya dan

menjawab pertanyaan

a. Menyebutkan contoh b. Mengapa? Apa ide

utamamu? Apa yang anda maksud..? Apa yang membuat perbedaan....? 2 Membangun keterampilan dasar Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan kemenarikan konflik c. Mempertimbangkan


(31)

15

No Kelompok Indikator Sub Indikator

kesesuaian sumber d. Mempertimbangkan reputasi e. Mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat f. Mempertimbangkan resiko untuk reputasi g. Kemampuan untuk

memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati.

Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi

a. Melibatkan sedikit dugaan

b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan. c. Melaporkan hasil

observasi

d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti

yang benar

f. Menggunakan akses yang baik

g. Menggunakan teknologi h. Mempertanggungjawaban

hasil observasi.

3 Menyimpulkan

Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

a. Siklus logika-Euler b. Mengkondisikan logika c. Menyatakan tafsiran Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

a. Mengemukakan hal yang umum

b. Mengemukakan

kesimpulan dan hipotesis

Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

a. Membuat dan menentukan hasil

pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta b. Membuat dan

menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat c. Menerapkan konsep yang Lanjutan tabel 1


(32)

16

No Kelompok Indikator Sub Indikator

dapat diterima d. Membuat dan

menentukan hasil pertimbangan keseimbangan masalah. 4 Memberikan penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi

a. Membuat bentuk definisi(sinonim, klasifikasi, rentang ekivalen, rasional, contoh, bukan contoh) b. Strategi membuat definisi c. Membuat isi definisi. Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

a. Penjelasan bukan pernyataan

b. Mengkonstruksi argumen

5 Mengatur strategi dan taktik

Menentukan suatu tindakan

a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin c. Merumuskan solusi

alternatif

d. Menentukan tindakan sementara

e. Mengulang kembali f. Mengamati penerapannya

Berinteraksi denganorang lain

a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi

logika

c. Menggunakan strategi retorika

d. Menunjukkan posisi, orasi, atau tulisan

Dalam penelitian ini indikator yang dikembangkan adalah menganalisis argumen, khususnya keterampilan mengidentifikasi kesimpulan dan indikator mempertimbang-kan kredibilitas sumber, khususnya kemampuan memberimempertimbang-kan alasan.


(33)

17

D. Kerangka Pemikiran

Untuk melatih keterampilan berpikir kritis siswa, diperlukan model pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat memacu dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran problem solving. Problem solving adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah.

Problem solving terdiri atas lima tahap. Tahap yang pertama adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. Pada tahap kedua siswa mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Pada tahap ketiga, dari data atau keterangan yang telah diperoleh, siswa menetapkan jawaban sementara dari masalah yang ada. Tahap empat siswa diminta menguji kebenaran jawaban sementara, pada tahap ini siswa diminta untuk menguji kebenaran jawaban sementara dari masalah. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya sehingga siswa lebih aktif dalam proses belajar. Pada tahap ini siswa akan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana. Proses mencari tahu pertanyaan-pertanyaan tersebut melatih keterampilan berpikir kritis siswa salah satunya keterampilan memberikan alasan. Pada tahap lima siswa diminta untuk menarik kesimpulan dari pemecahan masalah tersebut. Pada tahap dua, tiga, empat, dan lima ini terjadi proses akomodasi yaitu penyesuaian stuktur kognitif


(34)

18

terhadap situasi baru. Siswa akan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana sehingga terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari, begitu seterus-nya sehingga terjadi kesetimbangan antara struktur kognitif dengan penge-tahuan yang baru (ekuilibrasi). Hal ini menunjukkan bahwa siswa harus berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah yang ada. Sehingga dapat disimpulkan model pembelajaran problem solving dapat mengingkatkan keterampilan berpikir kritis siswa khususnya kemampuan untuk memberikan alasan dan keterampilan mengidentifikasi

kesimpulan.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswi kelas XI IPA1 semester genap SMA Negeri 1 Batanghari Lampung Timur tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi subyek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama.

2. Perbedaan pemahaman keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan terjadi karena perlakuan yang diberikan dalam proses pembelajaran. 3. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan

memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batanghari Lampung Timur tahun pelajaran 2011/2012 pada subyek penelitian diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.


(35)

19

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

Model pembelajaran problem solving pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan efektif dalam meningkatkan keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan.


(36)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Batanghari Lampung Timur tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 31 siswa.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterap-kan (posttest) kepada siswa. Sedangditerap-kan sumber data adalah siswa kelas IX IPA1. C. Desain dan Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental, dan menggunakan desain one-group pretest-posttest yaitu ada pemberian tes awal sebelum diberi per-lakuan dan tes akhir setelah diberi perper-lakuan dalam satu kelompok yang sama. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2. Desain penelitian Pretes Perlakuan Postes O1 X O2 (Sugiyono, 2010)


(37)

21

Dengan keterangan O1 adalah nilai pretes sebelum diberikan perlakuan, O2 adalah nilai postes setelah diberikan perlakuan. X adalah perlakuan yang berupa pem-belajaran problem solving.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran problem solving. Sebagai variabel terikat adalah ke-mampuan untuk memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan siswa kelas XI IPA1 SMAN 1 Batanghari Lampung Timur.

E. Instrumen dan Validitas penelitian

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah :

a. LKS kimia yang menggunakan model problem solving materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sejumlah 5 LKS

b. Soal pretest dan postest yang berjumlah 6 soal essay yang mewakili keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan.

2. Validitas Instrumen

Validitas pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur. Pengujian kevalidan isi pada penelitian ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan


(38)

22

penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. dan Ibu Dra.Chansyanah Diawati, M. Si. Sebagai Pembimbing penelitian untuk memvalidasinya

F. Pelaksaan Penelitian

1. Tahap prapenelitian

a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian ke sekolah.

b. Meminta izin kepada wakil kepala kurikulum sekolah SMA N 1 Batanghari Lampung Timur dan menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat. c. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang

keadaan sekolah, data siswa, jadwal dan sarana prasarana di sekolah.

d. Menentukan kelas yang akan dijadikan subyek penelitian yaitu kelas XI IPA1. e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi

yang diteliti yaitu materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

f. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan model pembelajaran problem solving


(39)

23

2. Tahap penelitian a. Melakukan pretest.

b. Melaksanakan pembelajaran pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sesuai dengan model pembelajaran problem solving.

c. Melakukan posttest.

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan dibawah ini :

Gambar 1. Alur Penelitian

G.Teknik Analisis Data

1. Nilai Akhir

Nilai akhir pretest atau postest dituliskan sebagai berikut: Nilai akhir = ∑ skor yang diperoleh siswaskor maksimum × Observasi Penyusunan

instrumen Pretes

Treatment (pembelajaran problem solving)

Postes

Analisis data Kesimpulan


(40)

24

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung Gain.

2. Gain ternormalisasi

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran model problem solving dalam

meningkatkan keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan, maka dilakukan analisis skor n-gain. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan skor pretest dan posttest keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan. N-gain dirumuskan sebagai berikut:

n − gain = S o Ma i u I a − S o � � �S o �� � −S o � � �

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake (Meltzer, 2002) seperti terdapat pada tabel berikut :

Tabel 3. Klasifikasi gain ( g )

Besarnya g Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

Berdasarkan klasifikasi Hake diatas, jika nilai N-gain >0,7; maka dikatakan model pembelajaran problem solving efektif meningkatkan keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan dengan kriteria tinggi. Jika nilai N-gain 0,3<g≤0,7; maka dikatakan model pembelajaran problem solving efektif meningkatkan keteram-pilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan dengan kriteria sedang. Jika nilai N-gain ≤0,3, maka dikatakan model pembelajaran problem solving efektif


(41)

25

meningkatkan keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan dengan kriteria rendah.


(42)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Model pembelajaran Problem Solving efektif dalam meningkatkan

keterampilan memberikan alasan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan SMA Negeri 1 Batanghari dengan kriteria sedang.

2. Model pembelajaran Problem Solving efektf dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan SMA Negeri 1 Batanghari dengan kriteria tinggi.

B. saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa : 1. LKS berbasis Problem Solving sebagai media pembelajaran perlu upaya

pengembangan yang lebih baik dan menarik karena keduanya mampu menunjang proses pembelajaran.

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa hendaknya membuat perencanaan dan skenario pembelajaran dengan matang sehingga pembelajaran lebih efektif dan maksimal.


(43)

40

3. Model pembelajararan Problem Solving dapat dipakai sebagai model pembe-lajaran bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar dan disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Atika, Y. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi

Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis. Skripsi. FKIP. Unila. Bandar Lampung.

Bell, G. M. E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Djamarah, S.B dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Depdiknas. 2008. Rambu – Rambu Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB). Depdiknas. Jakarta.

Ennis, R. 1985. Critical Thinking. Prentice Hall, Inc. New Jersey.

Hidayati, M. 2006. Model Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kalor dan Perpindahannya Pada Siswa MTsN 1 Tanjung Karang. (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA Universitas Negeri Malang. 9 Juli 2001.

Johari, J.M.C. dkk. 2006. Kimia untuk SMA dan MA kelas XI. Esis.Jakarta. Meltzer, D. E. 2002. The Relationship between Mathematic Preparation and

Conceptual Learning Gain in Physics : A Possible ” Hidden Variable” In Diagnostic Pretest Score [Online], Tersedia :


(45)

[1 Maret 2012].

Purba, M. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Erlangga.Jakarta.

Purwani, Endah dan Martini. 2009. Implementasi Hasil-Hasil Penelitian untuk Peningkatan Profesionalisme di Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia (Prosiding). Unesa University Press. Surabaya.

Rofiana, S. 2005. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas X-4 Semester Genap MAN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Septiana, C. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran problem solving pada Materi Asam-Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Memprediksi pada Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi Pustaka. Jakarta.


(1)

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung Gain.

2. Gain ternormalisasi

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran model problem solving dalam

meningkatkan keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan, maka dilakukan analisis skor n-gain. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan skor pretest dan posttest keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan. N-gain dirumuskan sebagai berikut:

n − gain = S o Ma i u I a − S o � � �S o �� � −S o � � �

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake (Meltzer, 2002) seperti terdapat pada tabel berikut :

Tabel 3. Klasifikasi gain ( g )

Besarnya g Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

Berdasarkan klasifikasi Hake diatas, jika nilai N-gain >0,7; maka dikatakan model pembelajaran problem solving efektif meningkatkan keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan dengan kriteria tinggi. Jika nilai N-gain 0,3<g≤0,7; maka dikatakan model pembelajaran problem solving efektif meningkatkan keteram-pilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan dengan kriteria sedang. Jika nilai N-gain ≤0,3, maka dikatakan model pembelajaran problem solving efektif


(2)

25

meningkatkan keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan dengan kriteria rendah.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Model pembelajaran Problem Solving efektif dalam meningkatkan

keterampilan memberikan alasan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan SMA Negeri 1 Batanghari dengan kriteria sedang.

2. Model pembelajaran Problem Solving efektf dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan SMA Negeri 1 Batanghari dengan kriteria tinggi.

B. saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa : 1. LKS berbasis Problem Solving sebagai media pembelajaran perlu upaya

pengembangan yang lebih baik dan menarik karena keduanya mampu menunjang proses pembelajaran.

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa hendaknya membuat perencanaan dan skenario pembelajaran dengan matang sehingga pembelajaran lebih efektif dan maksimal.


(4)

40

3. Model pembelajararan Problem Solving dapat dipakai sebagai model pembe-lajaran bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar dan disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Atika, Y. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis.

Skripsi. FKIP. Unila. Bandar Lampung.

Bell, G. M. E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Djamarah, S.B dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Depdiknas. 2008. Rambu – Rambu Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB). Depdiknas. Jakarta.

Ennis, R. 1985. Critical Thinking. Prentice Hall, Inc. New Jersey.

Hidayati, M. 2006. Model Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kalor dan Perpindahannya Pada Siswa MTsN 1 Tanjung Karang. (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA Universitas Negeri Malang. 9 Juli 2001.

Johari, J.M.C. dkk. 2006. Kimia untuk SMA dan MA kelas XI. Esis.Jakarta. Meltzer, D. E. 2002. The Relationship between Mathematic Preparation and

Conceptual Learning Gain in Physics : A Possible ” Hidden Variable” In

Diagnostic Pretest Score [Online], Tersedia :


(6)

[1 Maret 2012].

Purba, M. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Erlangga.Jakarta.

Purwani, Endah dan Martini. 2009. Implementasi Hasil-Hasil Penelitian untuk Peningkatan Profesionalisme di Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia (Prosiding). Unesa University Press. Surabaya.

Rofiana, S. 2005. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas X-4 Semester Genap MAN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Septiana, C. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran problem solving pada Materi Asam-Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Memprediksi pada Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi Pustaka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN BERPENDAPAT PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

1 26 50

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGEMUKAKAN HIPOTESIS DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

0 12 51

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAPORKAN HASIL OBSERVASI DAN MEMBERIKAN ALASAN PADA MATERI KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN

1 11 42

EFEKTIVTAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENDEFINISIKAN DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

2 9 50

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYATAKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT DAN NEGASI

0 10 41

Analisis Keterampilan Memprediksi dan Mengkomunikasikan Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

0 7 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CORE DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

11 101 131

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

0 5 45

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBANTUAN BUKU SAKU PADA HASIL BELAJAR KIMIA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA SMAN 1 AMBARAWA

0 38 237

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

1 2 28