Bandung Fashion Center Arsitektur Post-Modern

(1)

TEMA

ARSITEKTUR

POST MODERN

LAPORAN PERANCANGAN AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER VIII TAHUN 2009 – 2010

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

Geri Leofan Wijaya

1.04.06.009

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2010


(2)

ABSTRAK

Bandung Fahion Center ini dirancang sebagai perwujudan representasi kota Bandung sebagai kota kreatif, khususnya dalam bidang fashion.

Bandung Fashion Center ini dirancang untuk mengumpulkan para desainer yang ada di Bandung dan membuat tempat yang dikhususkan untuk acara fashion show.

Bandung Fashion Center berlokasi di Jl. Setiabudhi ini diharapkan dapat dijangkau oleh masyarakat kota Bandung khususnya menengah ke atas yang perduli akan perkembangan fashion di Bandung. Dengan luas total lahan 11.500 m2 yang dimanfaatkan adalah sebesar 40%, selebihnya site plan lebih difokuskan pada penataan penghijauan.

Tema yang diterapkan pada desain Bandung Fashion Center adalah “Arsitektur Post-Modern”. Sesuai dengan filosofi fashion yang berubah dengan cepat dan merupakan kulit kedua dari tubuh manusia, tema Arsitektur Post-Modern merupakan pilihan yang tepat dalam menerapkan konsep – konsep perancangan Bandung Fashion Center. Secara rinci menerapkan bangunan anti modern yang tidak hanya memperhatikan bangunan secara fungsional semata, namun memperhatikan ekspresi sekaligus keindahan pada bangunan, dengan harapan dapat melahirkan simbol baru yang merupakan simbol fashion di kota Bandung.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis pajatkan kehadirat Illahi Robi, atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Bandung Fashion Center”. Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang pendidikan sarjana pada Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa saran, bimbingan serta dorongan, sehingga terselesaikanya laporan tugas akhir ini. Oleh sebab itu penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ukun Sastraprawira, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Ir. Dhini Dewiyanti Tantarto., MT., selaku Ketua Jurusan Arsitektur Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Ilhamdaniah., ST., MT., Msc., selaku koordinator tugas akhir, yang telah memberikan bantuan dan pengarahan didalam tugas akhir.

5. Ibu Ir. Wanita Subadra Abioso., MT., selaku dosen pembimbing tugas akhir, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan tulus dan penuh kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

6. Bapak Salmon P Martana., ST., MT., selaku dosen wali angkatan 2006 dan selaku dosen kemahasiswaan.


(4)

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Teknik Arsitektur Unikom, atas bimbingannya dan jerih payahnya dalam mengajar selama ini. 8. Keluargaku Papa, Mama, Teh Wilsa, Teh Hilda, Teh Wilma, Bi

Nani, mak Boto, A Roby, A Rian, Alm Nenek, kedua Alm kakek, dan keponakanku Kalula, penulis mengucapkan terimakasih atas dukungannya dan dorongannya selama ini.

9. Teman yang satu bimbingan tugas akhir, Edi Juandi yang satu seperjuangan di tugas akhir ini.

10. Teman-teman tugas akhir, Rifky, Asrial, Nurul, Acie, Dina, Leander, Ulil, Aripin, dan Fikri atas bantuannya dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini dan motivasinya.

11. Teman –teman Arsitektur 2006

12. Adik- adik HIMARS yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Semoga segala jasa yang menyertai penyusunan laporan tugas akhir ini memperoleh berkah dan Karunia-Nya. Amin.

Bandung, Juli 2010


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR PUSTAKA... vi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Landasan Teori ... 3

1.4.1 Pengertian Fashion Center ... 3

1.4.2 Sejarah Fashion ... 3

1.5 Peraturan Daerah Kota Bandung, Tentang Pusat Perbelanjaan... 7

1.5.1 Pasal 15, Klasifikasi Toko Modern ... 7

1.5.2 Pasal 26, Tentang Aturan Luasan Bangunan. ... 8

1.5.3 Pasal 34, Tentang Waktu Pelayanan. ... 9

1.6 Kerangka Berfikir. ... 10


(6)

BAB II ... 12

Data Umum ... 12

2.1 Nama-nama Designer Indonesia ... 12

2.2 Nama-nama Butik dan Desiner di Bandung ... 13

2.3 Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) ... 13

2.3.1 Sejarah APPMI ... 13

2.3.2 Visi & Misi APPMI ... 14

2.3.3 Tujuan APPMI ... 14

2.3.4 Perkembangan Keanggotaan ... 15

BAB III ... 17

Elaborasi Tema ... 17

3.1 Penjelasan Tema ... 17

3.2 Arsitek Post-Modern ... 20

3.3 Studi Banding Kasus ... 21

3.3.1 Prada New York Epicenter ... 21

3.3.2 Mall Kelapa Gading ... 23

3.3.3 Esmod Jakarta International Fashion University Group ... 26

3.4 Studi Banding Tema ... 29

3.4.1 Piazza D’italia ... 29

3.4.2 The Palace Of Abraxas ... 31


(7)

BAB IV ... 36

ANALISIS ... 36

4.1 Deskripsi Proyek ... 36

4.1.1 Justifikasi Lokasi... 37

4.2 Pendalaman Tema ... 40

4.2.1 Ciri – Ciri Fashion ... 40

4.2.2 Ciri – Ciri Post Modern ... 41

4.2.3 Studi Banding Kasus (Bandung Fashion Center) ... 42

4.3 Kebutuhan Ruang ... 44

4.4 Analisis Tapak ... 45

4.4.1 Sirkulasi ... 45

4.4.2 Security ... 46

4.4.3 Pola Vegetasi ... 46

4.4.4 Kawasan Sekitar... 47

4.5 Programming ... 48

BAB V ... 53

KONSEP PERANCANGAN ... 53

5.1 Konsep Perancangan ... 53

5.1.1 Konsep yang dibuat ada beberapa elemen ... 53

5.1.2 Sirkulasi Ruang ... 53

5.1.3 Penerapan Secondary Skin ... 54


(8)

5.1.5 Penataan Site Plan ... 55

5.1.6 Interior ... 56

5.1.7 Warna ... 56

5.2 Aktivitas Bangunan ... 57

5.3 Hirarki Ruang ... 57

5.4 Pembagian Fungsi ... 58

5.5 Pola Vegetasi... 58

5.6 Pola Parkir ... 59

5.7 Interior Restaurant ... 59

5.8 Interior Boutique ... 60


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Allo Katherina,book revew : The Fashion of Architecture

Yulianto Sumalyo, Arsitektur Modern akhir abad XIX dan abad XX, Yogyakarta : Gajah mada University Press, 1997

Jencks Charles, The Language Of Post-Modern Architecture, The Fourth Edition : Rizzoli International Publication.INC, 1984

RTRW kota Bandung, Rencana Pengaturan KDB Dan KLB Maksimum Ruddell Reed,JR., Plan layout, Richard D Irwin,INC. Homewood., III, 1961 tugas analisa MT.Pengantar Real Estate

bandung hotels, tourism, travel, West Java Indonesia

http://www.wikipedia.org/sejarahfashion

http://www.wikipedia.org/nama-nama designer indonesia

http://www.indonesianfashiondesigners.com/activities_appmi.html

http://www.google.co.id/firefox/ prada epicenter/prada ny_view outside.htm http://hoteldijakarta.com/wp-content/uploads/2008/08/mkg-hotel-hotels-di-in-jakarta.jpg

http://www.malkelapagading.com/themall_i.asp http://www.esmodjakarta.com/home.php

http://kosmo.vivanews.com/news/read/14156gelar_sarjana__kini_bisa_ditempu h_di_esmod

http://www.esmodjakarta.com/about.php http://www.facebook.com/


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Geri Leofan Wijaya

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 3 Agustus 1987

Agama : Islam

Alamat : Jl Elang No.52/75 RT.03 RW.01 Kode Pos 40184

No Telepon : Rumah (022) 6038117 HP 087822167417

Email : geri_chuckbass@yahoo.com

Data Pendidikan

 2006 – 2010 : UNIKOM Jurusan Teknik Arsitektur Tugas Akhir : Bandung Fashion Center

 2002 – 2005 : SMA Angkasa Bandung

 1999 – 2002 : SMP Angkasa Bandung

 1993 – 1999 : SD YWKA

Pengalaman Organisasi

 Bendahara HIMARS Arsitektur UNIKOM

Karya Ilmiah

 Program Kreativitas Mahasiswa (Kategori Kewirausahaan)


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fashion merupakan benda-benda dan atribut yang dipakai manusia untuk mengidentifikasikan dirinya secara khusus dan kelompok sosialnya sebagai satu kesatuan dirinya dengan pikiran-pikiran atau pernyataan citra diri pribadi ataupun yang sifatnya komunal. Benda-benda tersebut bisa berarti gaya pakaian, rambut, kendaraan, atau apa saja yang dipandang sebagai identitas setiap diri pribadi atau kelompok. Fashion merupakan bagian terpenting dari gaya hidup suatu masyarakat.

Kebudayaan di perkotaan merupakan kebudayaan yang tumbuh dari interpretasi dan pengkomunikasian berbagai hal yang

dirasakan serta dialami oleh penghuni sebuah kota.

Kecenderungan masyarakat kota yang serba-sibuk dan

berintelektualitas tinggi akan menyebabkan aspek visual menjadi penting di dalam kehidupan kota, di mana hal ini juga berdampak terhadap pencitraan visual dari masing-masing individu, yang seringkali dicerminkan oleh style (gaya).

Kecepatan penyampaian informasi, perdagangan bebas, dan pola pikir kapitalis yang sangat mempengaruhi cara pandang manusia dalam mempersepsikan keadaan sekitarnya membuat masyarakat untuk terus mencari gaya / style baru, dalam hal ini termasuk gaya

berpakaian. Dari beberapa teori tersebut, maka tidak

mengherankan bahwa Indonesia sebagai sebuah negara

berkembang yang banyak terpengaruh oleh budaya kapital memiliki beberapa kota yang kini telah menjadi kota dengan industri fashion

yang cukup pesat hingga dapat mempengaruhi perekonomian dan gaya hidup masyarakat setempat.


(12)

Bandung merupakan sebuah kota yang terkenal sebagai kota dengan potensi industri kreatif yang sangat besar, khususnya dalam industri fashion. Tersedianya fasilitas wisata belanja produk tekstil maupun busana siap pakai dalam jumlah yang cukup banyak menciptakan citra kota mode sebagai salah satu citra kota Bandung.

Tujuan utama dari pendirian Fashion center di Bandung secara umum adalah sebagai sentra dari kegiatan kreatif perancangan

fashion desain, sarana apresiasi, rekreasi dan pemasaran fashion

industri di Indonesia, serta untuk menciptakan dan

menumbuhkembangkan suasana yang mendukung tumbuhnya kreativitas dan apresiasi terhadap karya fashion desain dengan lebih maksimal sehingga menjadi sentra dan perantara yang baik antara praktisi dan desainer fashion lokal maupun mancanegara dengan pelaku fashion industri lokal dan masyarakat umum.

1.2 Maksud

 Membuat bangunan untuk para penggemar fashion.

 Mengembangkan dunia fashion di kota Bandung.

 Diharapkan dapat menjadi icon kota Bandung sebagai kota

fashion.

 Membuat pendatang merasa nyaman dalam mengunjungi

tempat perbelanjaan beserta fasilitas penunjangnya.

1.3 Tujuan

 Masyarakat dapat mempelajari semua hal tentang fashion.

 Diharapkan dapat meningkatkan perekonomian kota Bandung.

 Dapat meningkatkan daya tarik wisatawan di luar kota Bandung.

 Dapat mempermudah orang untuk berbelanja barang-barang dari luar negeri yang dapat dibeli di dalam negeri.


(13)

1.4 Landasan Teori

1.4.1 Pengertian Fashion Center

1.4.2 Sejarah Fashion

Fashion dalam Sastra transatlantik abad-19 yang dapat mencerminkan perkembangan mode. Penulis buku Inggris Charles Dickens menuliskan pentingnya penjahit wanita dan perannya dalam masyarakat Inggris, serta ide-idenya seputar wanita dalam novelnya Little Dorrit. Dickens "Catatan Amerika yang menggambarkan sebuah keindahan mode kedua negara Amerika dan Inggris, dengan pendapatnya mengenai pakaian wanita Amerika. Richardson Leander penulis Amerika, The Dark City:

Cockneys membandingkan lebih lanjut hubungan antara fashion

Amerika di New York dan Boston dengan orang-orang di London. Kritiknya mengenai kecenderungan perempuan Amerika untuk meniru fashion Inggris mencerminkan ide mode sebagai pasar industri. Majalah Amerika, Godey's Lady's Book, ditulis oleh Sarah

Fashion center adalah suatu tempat yang menjadi pangkal segala kegiatan yang berhubungan dengan gaya atau trend yang dapat diterima oleh masyarakat setempat.

 Menurut Book Review : The Fashion of Architecture, oleh Katherina Allo, menyatakan bahwa fashion center adalah sebuah wadah tempat untuk para pelaku yang terkait dapat bekerjasama, berkoordinasi dengan baik dan dapat mencapai pasar dengan baik pula. Hal tersebut melibatkan pemasaran, promosi, perancang, pengembang desainer, dan pihak terkait seperti model para produsen dalam bidang textile, penjahit, dan lain sebagainya.

 Bandung fashion center adalah pusat kegiatan yang

berhubungan dengan dunia mode meliputi aspek promosi, penjualan, pendidikan, serta rekreasi yang terletak di kota Bandung.


(14)

Josepha Hale menghubungkan abad-19, fashion sebagai cerminan dari nilai-nilai moral pada masa itu. Ratu Victoria memuji gaya

pakaian tahun 1868 menunjukkan pemahamannya gaun

perempuan mencerminkan moralitas orang Inggris.

Pentingnya mode abad-19 muncul dalam berbagai karya sastra lain. Beberapa pertanyaan oleh Oscar Wilde, serta Hawei Mary's Art of Decoration (1881) dan Art of Dress (1878) mendorong perempuan untuk berpakaian dengan cara yang lebih indah dan menyenangkan yang terinspirasi oleh alam. Pada tahun 1880, pentingnya estetisisme lebih terinspirasi penulis dan berprestasi di bidang seni, akhirnya mengarah pada pengakuan peningkatan gaya estetika mode di dunia Barat. Selain estetisisme, beberapa gerakan reformasi, seperti gerakan Amerika dimulai oleh Reformasi

Dress National Association pada tahun 1856 berusaha untuk membuat pakaian wanita lebih nyaman dan lebih praktis.

Teknologi dan Fashion Ketika abad-19 berlangsung, terus

memajukan teknologi komunikasi dan memperbolehkan untuk meningkatkan produksi tekstil, khususnya di Amerika. Pembeli Amerika yang dikenal sebagai agen belanja perjalanan ke Paris dan dapat kembali ke Amerika dengan pakaian yang seharusnya didapat bagi perempuan Amerika untuk sendiri. Meningkatnya kemampuan untuk bepergian di abad-19 diijinkan untuk fashion

Inggris dan Perancis harus dilihat di Amerika. Ketika ekonomi Amerika tumbuh dengan perluasan pasar seperti kapas dan bulu industri, banyak perhatian khusus yang jatuh pada konsumen. Sepanjang awal abad ke-20, hampir semua mode berasal dari Paris, dan ke tingkat yang lebih rendah di London. Majalah fesyen

dari negara lain dikirim editor ke Paris fashion show. Departemen toko dikirim pembeli kepada Paris menunjukkan, di mana mereka membeli pakaian untuk meniru ( dan terang-terangan mencuri dan


(15)

memotong garis gaya rincian orang lain). Keduanya dibuat untuk mengukur salon dan departemen Paris tren terbaru, yang diadaptasi ke toko-toko tentang gaya hidup dan buku pelanggan sasaran mereka.

Sekitar awal abad kedua puluh gaya fashion majalah mulai memasukkan foto-foto dan bahkan menjadi lebih berpengaruh pada masa lalu. Di kota-kota di seluruh dunia majalah-majalah ini sangat dicari dan memiliki efek mendalam pada selera publik. Talent

ilustrator di antara mereka Paulus Iribe, Georges Lepape, Erté, dan George Barbier fashion yang menarik untuk dipublikasi, yang mencakup perkembangan terbaru di dunia fashion dan kecantikan. Mungkin yang paling terkenal dari majalah ini adalah La Gazette du bon ton yang didirikan pada tahun 1912 oleh Lucien Vogel dan diterbitkan secara teratur sampai 1925.

Estetika fashion ketika abad-19 berlangsung, pentingnya pakaian

dengan berpakaian indah dan menyenangkan yang

didokumentasikan oleh penulis abad-19. Pada akhir 1870-an, mode di Amerika dan Inggris baik masyarakat melihat pergeseran dari korset, padding, dan rok untuk kain yang mengungkap bentuk tubuh wanita, sebuah trend yang dicatat oleh novelis Inggris Wilke Collins.

Pakaian yang dikenakan oleh para perempuan modis dari 'Belle Epoque' (zaman yang disebut oleh Perancis) yang sangat mirip dengan yang dipakai pada masa kejayaan perintis mode Charles Worth. Pada akhir abad kesembilan belas, cakrawala industri

fashion pada umumnya telah diperluas, sebagian disebabkan oleh perjalanan dan kebebasan gaya hidup wanita kaya yang mulai mengadopsi dari pakaian praktis mereka. Namun, mode Epoque Belle masih dipertahankan dengan detail, kain, bentuk jam pasir gaya tahun 1800-an. Saat ini, tidak ada wanita modis yang bisa


(16)

membuat baju atau pakaian sendiri tanpa bantuan dari pihak ketiga. Yang selalu membutuhkan perubahan radikal, yang sekarang penting untuk kelangsungan hidup pada mode saat ini, masih benar-benar belum terpikirkan.

Menjelang akhir dekade ketidak jelasan mode secara bertahap menjadi agak lebih lurus dan ramping, sebagian karena Paulus Poiret berpinggang ramping tinggi, pendek mengitari garis pakaian.

Maison Redfern yang merupakan rumah mode pertama perempuan yang menawarkan setelan yang disesuaikan berdasarkan secara langsung pada rekan pria dan sangat praktis dan elegan garmen segera menjadi bagian yang tak terpisahkan dari lemari pakaian bagi setiap wanita yang berpakaian rapi. Bagian yang tak terpisahkan dari pakaian wanita adalah desainer topi. Topi yang

Fashionable pada waktu itu, baik yang kecil maupun yang menutupi di atas kepala, atau besar dan lebar, dihias dengan pita, bunga, bahkan bulu. Payung masih digunakan sebagai aksesori dekoratif dan di musim panas mereka dengan renda.

( Gambar 1.1 : Sketsa desainer untuk pakaian topi dan renda)

Selama awal tahun 1910-an mode yang tidak jelas menjadi lebih jelas. Ketika Russes Balet dilakukan diSyahrazad, Paris pada tahun 1910, sebuah kegemaran untuk Orientalisme terjadi. The modiste Paulus Poiret adalah salah satu dari desainer pertama untuk


(17)

menerjemahkan mode ini ke dunia fashion. Poiret's klien sekaligus ditransformasikan menjadi gadis yang mengalir warna dan geisha yang eksotis dengan kimono.

( Gambar 1.2 : Gadis geisha menggunakan kimono)

Paulus Poiret juga merancang pakaian pertama yang perempuan bisa memakai tanpa bantuan seorang pembantu. The Art Deco

gerakan mulai muncul pada saat ini dan pengaruhnya tampak jelas dalam desain. Hal ini juga dicatat bahwa sesungguhnya pertama

fashion show yang diselenggarakan selama periode ini, oleh wanita pertama model Jeanne Paquin, yang juga adalah model Paris pertama untuk membuka cabang luar negeri di London, Buenos Aires, dan Madrid.

1.5 Peraturan Daerah Kota Bandung, No: 02 Tahun 2009, Tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.

1.5.1 Pasal 15, Klasifikasi Toko Modern 1. Luas gerai, sebagai berikut:

a. Mini market kurang dari 400 m2 (empat ratus meter persegi);

b. Supermarket 400 m2 (empat ratus meter persegi) sampai dengan 5.000 m2 (lima ribumeter persegi);

c. Departement Store, diatas 400 m2 (empat ratus meter persegi);


(18)

d. Perkulakan, diatas 5.000 m2 (lima ribu meter persegi). 2. Sistem penjualan dan jenis barang dagangan sebagai berikut :

a. Minimarket, supermarket dan hypermarket menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya;

b. Departement Store menjual secara eceran barang konsumsi utamanya produk sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat usia konsumen; dan

c. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.

1.5.2 Pasal 26, Tentang Aturan Luasan Bangunan

(1) Pusat perbelanjaan dengan luas lantai lebih besar dari 2000 m2 (dua ribu meter persegi)diwajibkan menyediakan ruang tempat bagi usaha kecil dan usaha informal minimal 10%(sepuluh persen) dari luas lantai efektif bangunan dan tidak dapat diganti dalan bentuklain.

(2) Toko modern yang tidak berada di pusat perbelanjaan dengan luas lantai lebih dari 2000 m2 (dua ribu meter persegi) diwajibkan menyediakan ruang tempat usaha bagi usaha kecildan usaha informal.

(3) Penyediaan ruang tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Ditetapkan dalam rencana tata letak bangunan pada awal proses perizinan; dan

b. Pembebanan sewa lahan atau ruang desepakati oleh pihak manajemen, pelaku usaha kecil dan usaha informal yang difasilitasi oleh pemerintah daerah;

(4) Pengelola Toko Modern wajib memasarkan produk usaha kecil setempat dan produk unggulan daerah.


(19)

(5) Pelaksanaan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (4) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

1.5.3 Pasal 34, Tentang Waktu Pelayanan

(1) Waktu pelayaan Pusat Perbelanjaan dan/toko Modern dimulai pukul 10.00 sampai dengan pukul 22.00 WIB.

(2) Untuk hari bear keagamaan, Libur Nasional atau hari tertentu lainnya Walikota dapat menetapkan waktu pelayanan melampaui pukul 22.00 WIB.

(3) Untuk penyelenggaraan usaha Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern yang waktu pelayanannya diluar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wajib memiliki izin khusus.

(4) Izin khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) datur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.


(20)

(21)

1.7 Sistematika Pembahasan

Sebagai penjelasan strukturisasi, penulis dalam membuat laporan terlebih dahulu membuat sistematika pembahasan.

BAB I Pendahuluan

Pada bab I, memuat tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lingkup perancangan, masalah perancangan, metoda pendekatan, kerangka berfikir dalam perancangan Bandung Fashion Center serta sistematika dari laporan tugas akhir.

BAB II Data Awal

Pada bab II, memuat penjelasan mengenai data – data yang mendukung di dalam perancangan.

BAB III Elaborasi Tema

Pada bab III, memuat tentang pengertian tema, hubungan tema dengan rancangan proyek yang dikerjakan yaitu menyangkut fungsi dan bentuknya serta studi banding terhadap kasus yang sejenis.

BAB IV Analisis

Pada bab IV, memuat tentang analisis fungsi bangunan dan analisis terhadap kondisi lingkungan.

BAB V Konsep Perancangan

Pada bab V, memuat proses perencanaan dan perancangan bangunan mulai dari konsep dasar, rencana tapak (landscape), rencana fungsi bangunan

utama dan fungsi fasilitas pendukung serta

penyelesaian ruang luar dan sistem utilitasnya baik bangunan maupun landscape.


(22)

BAB II

DATA UMUM

2.1 Nama-nama Designer Indonesia

Desainer-desainer Indonesia merupakan suatu kebanggain

Indonesia dalam bidang fashion, khususnya desainer-desainner yang melestarikan budaya Indonesia, seperti kebaya, kain dan pakaian tradisional lainnya. Berikut ini merupakan desainer-desainer yang terkenal di Indonesia :

 Adjie Notonegoro

 Anne Avantie

 Arantxa Adi

 Biyan Wanaatmadja

 Carmanita

 Didi Budiardjo

 Edward Hutabarat

 Ghea S. Panggabean

 Harry Darsono

 Itang Yunasz

 Ivan Gunawan

 Kanaya Tabitha

 Kunang Andries

 Marga Alam

 Nelwan Anwar

 Non Kawilarang

 Obin

 Oscar Lawalatta

 Peter Sie

 Prayudi

 Poppy Darsono

 Resnha Sapto

 Samuel Wattimena

 Sebastian Gunawan

 Tri Handoko


(23)

2.2 Nama-nama Butik dan Desiner di Bandung

Nama butik/ nama pemilik/ nama

designer Alamat

Dydy Fashion Designer Jln. Cilentah no. 51 Kancar Buah Batu

Tatum Boutique Jl Lombok no. 15 Bandung

Eddy P Chandra Jl. Windu no. 17.Bandung

Altalia Butik Bandung Indah Plaza Lt. 3, Bandung Badjoe Butik Jl. Sindang Sirna No. 67, BandunG

Bebe Butik Jl. Talaga Bodas No. 55, Bandung

Beleza Butik Jl. Ir.H Juanda No. 131, Bandung Best Boutique Jl. Lengkong Kecil No. 74, Bandung

Blue Moon Butique Jl. Jend. Sudirman No. 75, Bandung Carla Boutique Jl. Jamaika No. 41 A, Bandung Celcius Butik Jl. Naripan No. 82, Bandung

Chalisa Boutique Jl. Rajamantri Tengah II/1, Bandung Fan Italian Butik Jl. Terusan Martanegara No. 9, Bandung

Feri Butik Jl. Ciateul No. 160, Bandung

Fiesta Butik Jl. Guntur Sari Wetan No. 11, Bandung

2.3 Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) 2.3.1 Sejarah APPMI

APPMI adalah singkatan dari Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia, berdiri pada tanggal 22 Juli 1993 dengan berkantor di Kantor Taman E3.3, Unit C8, Jl. Mega Kuningan Lot 86-87, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta 12950. APPMI terwujud berdasarkan prakarsa dari Ibu Poppy Dharsono, didukung oleh beberapa tokoh mode senior : Bapak Peter Sie, Bapak Iwan Tirta, Ibu Pia Alisjahbana, Bapak Harry Darsono, bertempat di Hotel Borobudur – Jakarta, tepatnya 22 Juli 1993.


(24)

2.3.2 Visi & Misi APPMI

Perancang yang berkarya untuk bangsa dalam industri mode Indonesia, dan membina, mengangkat dan mengembangkan citra fesyen Indonesia.

2.3.3 Tujuan APPMI

Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia mempunyai tujuan :

a. Menghimpun Perancang Pengusaha Mode Indonesia kedalam satu wadah atau asosiasi guna membaktikan diri kepada nusa, bangsa dan negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

b. Merancang, mengembangkan dan membina dunia mode untuk dapat dimanfaatkan bagi pembangunan bangsa dan negara Indonesia.

c. Memelihara kepentingan dan persatuan yang erat antara para anggota asosiasi perancang pengusaha mode Indonesia.

d. Meningkatkan serta mengembangkan pengetahuan dan

kemampuan para perancang mode Indonesia pada umumnya dan anggota asosiasi perancang pengusaha mode Indonesia pada khususnya.

e. Menciptakan dan mengembangkan iklim usaha yang

memungkinkan keikutsertaan yang seluas – luasnya bagi perancang mode sehingga mereka dapat berperanserta efektif dalam pembangunan nasional.


(25)

Sejak tahun 2003, APPMI telah memfokuskan setiap anggotanya didalam mengembangkan usaha mode terbagi dalam kategori besar :

1. Kategori Private, adalah anggota yang merancang dan

menggeluti usahanya pada pesanan perorangan dengan mutu bahan rancangan yang prima dikerjakan “made to order’

2. Kategori Ready to Wear, adalah anggota yang merancang dan menggeluti usaha siap pakai dengan produk massal.

3. Kategori Ekspor, adalah anggota yang merancang dan menggeluti usahanya dengan koleksi khusus ekspor.

4. Kategori Muslim, adalah anggota yang merancang dan menggeluti usahanya khusus busana muslim.

2.3.4 Perkembangan Keanggotaan

Saat ini, APPMI memiliki anggota kurang lebih 147 perancang yang terdiri dari para perancang senior maupun perancang–perancang muda berbakat lainnya, yang tersebar di wilayah Jakarta,Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Bali, Sumatera Barat, Kalimantan Barat dimana hampir keseluruhan anggota tersebut bergerak pada usaha eceran dengan memiliki beberapa outlet yang tersebar di beberapa dept.store terkemuka di Indonesia.Bisnis retail yang digelutinya adalah berupa koleksi busana muslim, kantor, malam, batik, bordirdan kebaya. Jadi setiap perancang memiliki kekhususan masing-masing pada setiap hasil karyanya.

Dalam perkembangannya, APPMI sangat dibutuhkan oleh beberapa daerah di Indonesia guna mengangkat keberadaan perancang- perancang daerah yang sangat berpotensi, serta menggiatkan pengrajin tekstil dan aksesoris di daerah. Atas


(26)

permohonan dari beberapa perancang daerah pada masa lalu untuk dibentuk Pengurus Cabang, maka dengan segala potensi yang telah diamati oleh Badan Pengurus Pusat APPMI, terbentuklah Badan Pengurus Cabangcabang dibawah ini :

1. BPD APPMI Jawa Barat Diketuai oleh : Bapak Deden Siswanto 2. BPD APPMI Yogyakarta Diketuai oleh : Ibu Ninik Darmawan 3. BPD APPMI Jawa Tengah Diketuai oleh : Ibu Inge Chu 4. BPD APPMI Bali Diketuai oleh : Bapak Ali Charisma

5. BPD APPMI Somatera Barat Diketuai oleh : Ibu. EN. Shirikie 6. BPD APPMI Kalimantan Barat Diketuai oleh : Bapak Adhyadma 7. BPD APPMI Jawa Timur Diketuai oleh : Bapak Denny Djoewardi 8. BPD APPMI DKI Jakarta Diketuai oleh : Ibu Anne Rufaidah


(27)

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1 Penjelasan Tema

Tema yang diterapkan adalah “Arsitektur Post-Modern” yang merupakan suatu satu kesatuan dengan dunia fashion. Arsitektur

post-modern adalah percampuran antara tradisional dengan non-tradisional, gabungan antara modern dengan klasik. Dua ciri pokok

post-modern adalah anti rasional dan neo-sculptural.

Menurut Sumalyo Yulianto, penulis buku Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dab Abad XX,1997,. Menyatakan bahwa post-modern

adalah istilah untuk menyebut suatu massa atau zaman dipakai untuk menguraikan bentuk budaya dari suatu titik pandang yang berlawanan atau pengganti istilah modernisme. Menurut Charles Jencks arsitektur post-modern dapat dibagi-bagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

A. Sintaksis : dalam semiologi, ‘sintaksis’ berarti cara atau teknik penyusunan kata-kata hingga membentuk sebuah kalimat yang bermakna. Dalam arsitektur, penyusunan kalimat dalam ilmu bahasa tersebut analog dengan penyusunan komponen-komponen bangunan (pintu, jendela, tangga, atap, kolom, dinding dan sebagainya) secara tepat

sehingga mampu menghasilkan penampilan visual

bangunan yang bermakna.

B. Semantik : unsur ini menentukan gambaran yang tercipta dalam ingatan seseorang manakala mendengar serangkaian kata atau kalima yang diucapkan oleh orang lain. Dalam hal ini Charles Jencks berpendapat bahwa sejak dulu sebetulnya masyarakat sudah memiliki prototype-prototype


(28)

bangunan yang berkaitan dengan penggunaannnya, sehingga hal ini sangat membantu terhadap pemahaman tentang apa yang akan dikomunikasikan bangunan terhadap lingkungan sekitarnya.

C. Metafora : yang dimaksud dengan metafora disini adalah hadirnya suatu arti kiasan dari ‘kalimat’ yang dihasilkan setelah kata-kata dirangkaikan.

Metafora dapat dilakukan bilamana :

a. Berusaha untuk memindah rujukkan dari satu subyek ke subyek yang lain.

b. Berusaha untuk ‘melihat’ sebuah subyek sebagaimana jika subyek itu berupa subyek yang lain.

c. Memindahkan pusat perhatian kita dari satu hal ke hal lain (area of concentration or one inquiry) dengan suatu harapan bahwa dengan jalan memperbandingkan / memikirkan lebih jauh kita dapat menemukan cara lain. Berdasarkan analogi bahasa seperti diatas, Charles Jencks menguraikan adanya perkembangan arsitektur yang menyimpang dari fungsionalisme arsitektur Modern. Ada enam aliran yang diajukan oleh Jencks yaitu :

1. Historicism

Historicism adalah merupakan aliran arsitektur post- modern

yang paling awal munculnya. Penganut aliran ini ingin tetap menampilkan komponen-komponen bangunan yang berasal dari komponen-komponen klasik tetapi ditampilkan dengan penyelesaian yang modern, misalnya bentuk klasik yang dulunya menggunakan bahan dari kayu diganti dengan bahan beton tetapi diberikan ornamen, produk dari aliran post-modern (historicism) ini yang paling berhasil terdapat di Jepang dan


(29)

Italia. Suatu tradisi meniru model yang historical seperi fasade

suatu bangunan dibentuk seperti temple.

2. Straight Revitalism

Pengikut aliran ini sulit menghilangkan langgam yang sudah mendarah daging dalam masyarakat, misalnya renaissance, gothic, roman, dll. Produk-produk aliran ini cenderung memiliki tingkat eklektikisme yang sangat tinggi. tanpa perubahan, mengulangi mentah – mentah gaya sebelum fungsionalisme.

3. Neo Vernacular

Produk-produk bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernacular, melainkan menampilkan

karya-karya baru. sedangkan unsur-unsur vernacular hanya

digunakan dalam penampilan visual bangunan, unsur-unsur yang sering dipakai adalah : pemakaian atap miring, batu bata sebagai elemen, susunan masa yang indah. Mendapatkan unsur-unsur baru seperti yang ada pada bangunan setempat Percampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern tetapi masih didominasi oleh unsur setempat.

4. Urbanist

Pembaruan kota dengan bentuk-bentuk khusus yang sudah dikenal masyarakat. Mempunyai dua ciri khusus yaitu :

a. Ad–hoc : Penambahan komponen baru pada suatu

perancangan yang sedang dalam proses

pengembangannya tanpa memikirkan posisi dan lokasi yang tepat.

b. Kontekstual : Berusaha melayani aspirasi ideal masyarakat, desainnya mengikuti lingkungan sekitarnya.


(30)

5. Metaphor / Metaphysics

Karya-karya rancangannya mengambil bentuk-bentuk alam yang fungsional dan mempunyai tanda-tanda atau symbol

tertentu. Untuk itu pilihan mereka umumnya berupa referensi yang tersamar, sehingga tidak telihat kejanggalannya.

6. Post Modern Space

Difokuskan pada rancangan spatial interpenetration , dimana dua atau lebih ruang yang berlainan dapat digabung secara

overlapping dan saling bertemu, sehingga menghasilkan aliran ruang yang menerus. Yang unik secara histories bersifat irrasional dan transformasional dalam kaitan terhadap keseluruhan bangunan. Pendukung aliran ini mencoba untuk mendefinisikan ruang lebih dari sekedar ruang abstrak dan menghasilkan arti ganda, keaneka ragaman dan kejutan.

Dengan interpenetrasi dan pelapisan ruang akan menghasilkan ruang yang misterius , kompleks, dan penuh kejutan.

3.2 Arsitek Post-Modern

Historicism : Aero Saarinen, Phillip Johnson, Robert Venturi, Kisho Kurokawa, Kyonori Kikutake.

 Straight Revivalism : Aldo Rossi, Monta Mozuna, Ricardo Bofill, Mario Botta.

Neo Vernacular : Darbourne & Darke, Joseph Esherick, Aldo Van Eyck.

Urbanist : Lucien Kroll, Leon Krier, James Stirling.

Metaphor / Metaphysics : Stanley Tigerman, Antonio Gaudi, Mimoru Takeyama.

Post Modern Space : Peter Eisenman, Robert Stern, Charles Moore, Kohn, Pederson-Fox.


(31)

3.3 Studi Banding Kasus

Studi banding kasus yang di bahas adalah Prada New York Epicenter, Mall Kelapa Gading, Esmod Jakarta, International Fashion University Group , tempat – tempat ini merupakan suatu

lokasi yang mempengaruhi dunia fashion, khususnya dalam

pemahaman dunia fashion, yang dapat di aplikasikan ke dalam desain. Bangunan tersebut dapat di jadikan referensi untuk pengajuan desain Bandung Fashon Center.

3.3.1 Prada New York Epicenter

Prada New York Episenter adalah butik eksklusif, ruang publik, sebuah galeri, ruang pertunjukan, dan sebuah laboratorium, dan perbelanjaan, New York Prada Episenter dapat dikatakan sebagai bentuk aktivitas publik, dan strategi untuk mengagaskan setiap pendatang.

Proyek :

Prada Epicenter in New York Prada Epicenter di New York

Klien:

Prada (IPI USA Corp.) Tahun:

2000 commission Status:

Built

Type:

Retail

Location:

575 Broadway, New York Site:

Groundfloor and basement of the former Broadway Guggenheim Groundfloor

Program:


(32)

Associate Architect: ARO

Structure:

Leslie E. Robertson Associates (LERA)

( Gambar 1.3 : Ground floor Prada New York Epicenter)

( Gambar 1.4 : Lower Level Prada New York Epicenter )

(Gambar 1.5 :Isometri Prada New York Epicenter)


(33)

(Gambar 1.6 : Facade dari Prada New York Epicenter) (Gambar 1.7:Interior)

(Gambar 1.8 :Interior pada kassa ) (Gambar 1.9 : Tangga yang memanjang)

3.3.2 Mall Kelapa Gading

3.3.2 A. Sejarah Perkembangan

Mall Kelapa Gading berdiri pada tahun 1990 dan dikenal dengan nama Plaza Kelapa Gading. Luas awal mall ini hanya sebesar

32.000 m2 dengan Diamond Departement Store dan

Supermarket sebagai tenan utama. Seiring dengan tumbuhnya permintaan, pada tahun 1995 Mall Kelapa Gading diperluas dengan phase 2 yang menambahkan 40.000 m2 sehingga luasnya menjadi 72.000 m2. Jumlah tenan pada saat itu sebanyak 250 tenant.


(34)

(Gambar 2.0 : Fasade Mall Kelapa Gading)

Pada 10 April 2003, Mall Kelapa Gading 3 dibuka untuk masyarakat. Dengan luas 130.000 m², Mall Kelapa Gading menjadi salah satu pusat pembelanjaan paling mewah di Jakarta. Dengan lebih dari 600 toko, Mall Kelapa Gading bisa melengkapi kebutuhan sehari-hari.

3.3.2 B. Renovasi Interior

Pada tahun 2007 dan 2008, Mall Kelapa Gading melakukan perubahan terhadap beberapa tampilan interior serta tenant

utamanya. Farmers 99 Market menggantikan posisi tenant Diamond Supermarket dan StarDepartment Store menggantikan posisi Diamond Department Store. Mall Kelapa Gading juga membuka phase 5 nya dengan beberapa tenant ternama seperti

Best Denki, Duck King, Sushi Tei, Burger King dan tampilan baru dari The Catwalk. Pada September 2008, Fashion Hub dibuka dengan gaya dan tampilan baru yang lebih modern. Selain area

food court food temptation, Mall Kelapa Gading juga menghadirkan food court baru di Mall Kelapa Gading 1 dengan nama Food Sensation.


(35)

3.3.2 C. Zona Khusus

Mall ini mempunyai beberapa zona khusus yang memiliki keseragaman usaha penyewanya.

Zona khusus memiliki bagian-bagian diantaranya adalah:

a. The New Catwalk area yang menghimpun butik desainer

Indonesia ternama dan kriya buatan Indonesia yang dilengkapi konsep departement store.

b. Kids Safari area bagi teenagers yang berjiwa dinamis

c. Gourmet Walk merupakan zona yang berisikan kafe dan

restoran.

d. Food Temptation food court terbesar di Indonesia seluas

6.000 m2 dengan kapasitas 2300 kursi

e. Food Sensation merupakan food court yang memiliki

kekhasan kuliner dari seluruh Nusantara yang telah menjadi pilihan favorit.

f. Fashion Hub merupakan zona yang diperuntukkan bagi

remaja dan orang muda.

( Gambar 2.1:Sirkulasi Fashion Hub)

g. Gourmet Walk merupakan zona yang berisikan kafe dan

restoran denagn selera Asia dan Eropa.

h. Eat&Eat Food Market menghadirkan konsep pasar tempo

dulu, dengan dekorasi dan pernak-pernik yang sangat unik dengan beragam makanan khas dari berbagai daerah dan berbagai pilihan m mulai dari makanan Indonesia, Cina peranakan Indonesia, Malaysia dan Singapura.


(36)

3.3.2 D. The Catwalk Fashion Galery

Area belanja eksklusif dengan 32 butik dari para perancang busana papan atas Indonesia. Prodak yang di tawarkan lebih banyak prodak-prodak nusantara, seperti batik, kebaya dll. Sehngga dapat di katakan bahwa kawasan ini merupakan kawasan yang melestarikan budaya dalam negeri, minat orang yang datang berkunjung tidak hanya masyarakat sekitar, namun masyarakat luarkota bahkan luar negeri datang berkunjung untuk melihat barang – barang yang dirancang khusus oleh perancang busana terkenal asal Indonesia.

(Gambar 2.2:Entrance The Catwalk Fashion Galery)

3.3.3 ESMOD Jakarta International Fashion University Group

ESMOD merupakan sekolah mode bertaraf internasional berpusat di Paris. Cabang-cabang di Paris antara lain terdapat di Lyon, Bordeaux, Rennes, dan Roubaix. Selain itu juga terdapat di lebih dari 22 negara lain termasukIndonesia. Bagi siswa ESMOD setelah mengikuti tiga tahun masa pendidikan, dapat memperoleh akses langsung ke berbagai profesi dalam dunia mode dan tekstil. Lulusan ESMOD dominasi digunakan pada perushaan-perusahaan garmen dan tekstil yang merupakan industri non migas terbesar di dunia.


(37)

(Gambar 2.3 : Fasade ESMOD)

(Sumber: http://www.esmodjakarta.com/about.php) 3.3.3 A. Sejarah Didirikannya ESMOD Di Jakarta

Sejarah didirikannya ESMOD di Jakarta dimulai pada 6 September 1996. Pendiri sekolah mode ini adalah Hartini Hartato yang menjabat sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Desain Indonesia. Program pendidikan yang ditawarkan antara lain program Diploma Internasional, Fashion Desaign, dan Pattern Making teknologi tekstil, seni dan sejarah fashion, fashion marketing, dan Computer Aided Design.Yang pendidikannya bisa diselesaikan selama tiga tahun.

3.3.3 B. 21 Cabang ESMOD Di Dunia

 Brazil – Sao Paolo

 China – Beijing

 Germany – Berlin, Munich

 Indonesia – Jakarta

 Japan – Tokyo, Osaka

 Korea – Seoul

 Lebanon – Beirut

 Norway – Oslo

 Syria – Damascus

 Tunisia – Tunis, Sousse

 Russia – Moscow

 United Emirates Arab – Dubai


(38)

3.1.3. C.Ruangan Dan Fasilitas Di ESMOD Jakarta

(Gambar 2.4 :Fasilitas ESMOD Jakarta) (Sumber: http://www.esmodjakarta.com/about.php)


(39)

Charles Moore merancang Piazza d’Italia pada tahun 1975 sampai 1980, yang merupakan sebuah taman atau di sebut ruang terbuka dalam rangka renovasi kawasan kumuh di New Orleans Amerika Serikat, yang ditujukan untuk para imigran Italia yang mendominasi daerah tersebut. Proyek ini terletak dalam lingkungan modern, selain berfungsi sebagai ruang terbuka juga berfungsi sosial bagi masyarakat keturunan Eropa khususnya Italia.

(Gambar2.5 : Piazza D’italia,Charles Moore)

3.4 Studi Banding Tema

Studi banding yang dilakukan adalah pembahasan mengena bangunan – bangunan yang memiliki ciri dan merupakan suatu sejarah lahirnya arsitektur post-modern, sehingga bangunan – bangunan yang diambil adalah banguan – bangunan luar negeri yang memiliki historis khususnya pada zaman arsitektur post-modern. Bangunan – bangunan yang diambil adalah banguan Piazza d’Italia karya Charles Moore, banguan The Palace of Abraxas karya Richardo Bofil, dan bangunan The Portland (Public Services Building) karya Michael Graves. Bangunan – banguan tersebut merupakan suatu icon yang mewakili zaman arsitektur

post-modern.


(40)

Denahnya berupa lingkaran, diperkuat dengan garis-garis melingkar pada lantai dengan warna dari bahan. Pada tengah taman dibuat model tanah Italia yang berbentuk seperti sepaatu tinggi, di kelilingi kolam menggambarkan laut Mediterania. Titik puast lingkaran dalah pulau Sisilia di ujung dari “sepatu Italia” yang melambangkan masyarakat Sisilia, mayoritas imigran Italia di sana. Dengan pola mengikuti bentuk lingkaran terdapat sebuah kuil Romawi kecil dengan kolom-kolom dari lima orde termansyur Italia :

dorique, ionique, corinthien, toscan dan composite. Kolom- kolom tadi terletak dalam susunan garis bagian dari lingkaran (convec)

mendukung potongan –potongan architrave lengkap dengan

molding Romawi. Di kiri-kanan dari semacam pintu gerbang kuil terdapat architrave cukup lebar yang ditulis kalimat – kalimat yang

mengingatkan pada sejarah Italia. Unsur modern Art-Deco

dimasukan dalam beberapa kepala kolom disela-sela kolom – kolom Italia tersebut.

(Gambar 2.6:SitePlan Piazza D’italia,Charles Moore ) (Sumber:http://www.wikipedia.org/ Piazza D’italia )


(41)

Bentuk – bentuk klasik dan sedikit aspek modern digabung dengan unsur modern kontenporer dalam warna, yang didominasi oleh warna – warna. Dengan mengetengahkan unsur- unsur historis, bentuk – bentuk yang langsung menyentuh tanah Italia lengkap dengan “Laut Mediterania”, Piazza d’Italia betul – betul merupakan contoh sangat representatif dari post-modern menghubungkan masa lalu, sekarang dan akan datang. Piazza d’Italia menjadi bentuk pelopor post-modern dan banyak memberikan inspirasi konsepsual dalam perkembangan arsitektur.

(Gambar 2.7:Lighting Piazza D’italia,Charles Moore) (Sumber:http://www.wikipedia.org/ Piazza D’italia )

3.4.2 The Palace Of Abraxas

The Palace Of Abraxas dibangun pada tahun 1978 sampai 1983 adalah sebuah apartement modern di Marne-La- Valée, sebuah kota baru dipinggiran timur kota Paris, namun pengambilan unsur – unsur arsitektur kuno Romawi, Yunani, Renaissance, dan lain – lain sangat menonjol. Pengambilan unsur – unsur kuno tersebut membuat kesan dan hubungan dengan masa ribuan tahun lalu menjadi kembali terasa, sebagai salah satu ciri dari arsitektur post-modern, perancangnya adalah Richardo Bofill kelahiran Barcelona


(42)

Spanyol. Apartement ini terdiri dari dua unit dengan bentuk dan tata letak yang unik., yang satu denahnya bagian dari sisi tengah lingkaran, yang lain berupa blok di tengah bawah kosong seperti

Arc De Triomphe.

(Gambar 2.7:Fasade The Palace Of Abraxas, Richardo Bofill) (Sumber:http://www.wikipedia.org/ The Palace Of Abraxas )

Unit yang melengkung setengah lingkaran tersebut, pada halaman bawahnya dibentuk taman berteras – teras mengikuti lingkarannya makin ketengah makin rendah, seperti teater pada zaman Romawi maupun Yunani. Bentuk dari kedua unit dengan taman seperti

teater terbuka tersebut

membuat apartemen di

pinggir-an Kota Paris ini

sering disebut “Arc De

Triomphe, Palais et Teatre”.

Berbagai teori dan

pan-dangan arsitektur Modern

fungsionalisme diabaikan da-lam perancangan apartement.

(Gambar 2.8:Sketsa The Palace Of Abraxas) (Sumber:http://www.wikipedia.org/ The Palace Of Abraxas )


(43)

Di sudut – sudut dan di sisi luar unit setengah lingkaran terdapat konstruksi silindris, di dalamnya untuk saluran-saluran mekanilkal dan tangga tetapi dari luar terbentuk menjadi sepert sebuah kolom Yunani Dorik sangat besar. Pada unit yang seperti Arc De Triomphe terdapat plaster dan kolom bercorak Romawi . bagian atas dari apartement berlantai sepuluh ini terdapat balkon, balustradenya siberi alur – alur seolah – olah seperti kepala dari kolom Yunani. Jendela dengan kaca pada bagian dalam apartemen yang setengah lingkaran., membentuk bagian dari silinder menerus dari bawah hingga balkon, dari luar terlihat seperti kolom dari kaca, selang – seling dengan jendela berangka. Pada atapnya yang datar dibuat halaman dengan rumput.

(Gambar 2.9:Foto Suasana The Palace Of Abraxas) (Sumber:http://www.wikipedia.org/ The Palace Of Abraxas )

3.4.3 The Portland (Public Services Building)

The Portland (Public Services Building) di buat oleh arsitek yang bernama Michael Graves arsitek dari Amerika Serikat, setelah

memenangkan sayembara , dia merancang Public Service Building

pada tahun 1980 sampai 1982 di Portland, Oregon. Arsitekturnya

menjadi pelopor dan banyak memberi inspirasi pada


(44)

sederhana seperti kotak atau blok, ada yang mengatakan seperti sebuah kado natal raksasa, bahkan ada yang mengatakan seperti dadu.

(Gambar 3.0: The Portland, Michael Graves)

(Sumber:http://www.wikipedia.org/ Public Services Building )

Unsur arsitektur kuno yang menonjol dalam gedung Public service

ini, menghubungkan dengan masa lau antara lain berupa sebuah patung wanita dikenal pada abad XIX bernama “Portlandia”, personifikasi dari semangat, kebijakan, dan keteguhan moral dari warga negara dalam perdagangan. Kotak seperti dadu bagian utama dari “The Portland” terletak di atas unit di bawahnya seolah – olah pada sebuah tumpuan berwarna biru kehijauan, kontras dengan warna di atasnya yang coklat susu cerah. Unit ini sedikit lebih lebar dari tumpuannya, berkolom – kmolm besar dan berat memberikan kesan seperti arsitektur kuno Oriental Mesir. Dalam perkembangan arsitektur, warna dan ornamen menjadi bagian penting karena menjadi tanda dan simbol dari suatu zaman. Tidak adanya ornamen dalam arsitektur Modern Fungsionalisme, juga menunjukan suatu zaman. Demikian pula kembali adanya ornamen pada arsitektur post-modern, merupakan tanda zaman kejenuhan terhadap modernisme yang anti dekor menjadi anti fungsionalisme dan purisme pada zaman De Stijl. Selain adanya dekor menonjol


(45)

non fungsional dari patung “Portlandia”, warna – warni kontras dan mencolok sangat dominan dalam gedung ini seperti susu coklat, coklat tua, dan warna gelap dari kaca.

(Gambar 3.1:Fasade The Portland)

(Sumber:http://www.wikipedia.org/ Public Services Building )

Di bagian atas atau atapnya yang datar terdapat konstruksi seperti rumah – rumahan kecil mirip dengan kuil kuno dari Artemis-Yunani beratap piramid dan pelana. Bentuk – bentuk geometris sederhana, seperti kotak – kotak, segitiga, garis – garis non fungsional terlihat naif, menjad bagian dari ciri arsitektur Post-Modern, banyak menghias bagian luar dari gedung “The Portland”.


(46)

BAB IV

ANALISIS

4.1 Deskripsi Proyek

 Jl. Setiabudi

 Kelurahan Pasteur

 Kecamatan Sukajadi

 Luas lahan : 11.500m2

 KDB : 40 %


(47)

4.1.1 Justifikasi Lokasi

1. Memenuhi kriteria sebagai lokasi pusat perbelanjaan , antara lain:

Kriteria tapak Analisa

Ketersediaan tenaga listrik

Daerah Setiabudi merupakan daerah elit, sehingga di lokasi ini sudah tersedia listrik.

Iklim Di kawasan ini beriklim tropis dengan di sepanjang jalannya terdapat pohon, sehingga cenderung sejuk.

Ketersediaan air Di kawasan ini banyak terdapat kolam renang, yang dapat di pastikan tersedianya air, dan kawasan Setia budi merupakan kawasan Bandung atas/ Bandung Utara

Sekolah dan perguruan tinggi

Dikawasan Setiabudi, sudah banyak terdapat perguruan tinggi, seperti UNPAS, UPI, dan NHAI

Peraturan setempat

Peratuarn setempat yang harus dilakukan adalah tidak melewati batas KDB dan KLB yang sudah di tentukan, karena kawasan Bandung Utara merupakan kawasan resapan air tanah.


(48)

Dekat dengan penginapan (hotel,

apartement)

Di kawasan ini terdapat beberapa hotel seperti Hotel dan

Apartement Setiabudi, Hotel Sany Rossa, dll

Peribadatan Di sekitar kawasan terdapat Mesjid dan Gereja Rekreasi

Di daerah Setiabudi ada beberapa lokasi rekreasi seperti

Water boom Karang Setra, Kolam renang Budisari, dan wisata alam di Lembang dan Bosscha.

Perumahan

Perumahan yang terdapat di daerah ini merupakan perumahan menengah keatas (perumahan elit) Perlindungan

terhadap kebakaran

Karena kawasan yang di pilih berada pada jalan utama, maka akan miudah di lalui mobil pemadam kebakaran.


(49)

Sikap masyarakat

Karena di daerah elit sehingga, masyarakat sekitar cenderung tidak di permasalahkan, dan bangunan – bangunan pusat perbelanjaan yang lain masih berdiri sampai sekarang.

(Sumber : Ruddell Reed,JR., Plan layout, Richard D Irwin,1961) (Tabel 1.0:Justifikasi Tapak)

2. Daerah yang merupakan kawasan menengah ke atas :

Kenyataan yang ada real estate yang berkembang dikawasan Bandung Utara sekarang adalah perumahan mewah sebagai contoh The Green Ciumbuluit Town House dengan luas lahan 8.350m2. Sebagai asumsi untuk rumah mewahnya sendiri, sebagai berikut:

 Perumahan mewah : ± 140 m2, dengan harga

±Rp 1.000.000.000,00

 Perumahan menengah :±96 m2, dengan harga

±Rp 500.000.000,00

 Perumahan sederhana : ±36m2, dengan harga

±Rp 120.000.000,00

 Perumahan sangat sederhana : ±21m2, dengan harga

±Rp 84.000.000,00 Prosentase lahan yang dapat dijual : 60 % , 5.010m2

Untuk ruang terbuka : 40%, 3.340m2 Perhitungan Analisis :

 Perumahan mewah : ± 36 unit :

Rp 36.000.000.000,00

 Perumahan menengah : ± 52 unit :


(50)

 Perumahan sederhana : ± 139 unit :

Rp 16.680.000.000,00

 Perumahan sangat sederhana : ± 239 unit :

Rp 20.076.000.000,00

(Sumber : tugas analisa MT.Pengantar Real Estate)

4.2 Pendalaman Tema 4.2.1 Ciri – Ciri Fashion

Fashion bukan merupakan kebutuhan berpakaian namun merupakan suatu gaya hidup masyarakat saat ini. Contoh: Masyarakat modern, penggunaan/ pembelian pakaian dilakukan bila sesuai kebutuhan.Namun fashion, merupakan suatu gaya hidup yang melampaui dari kebutuhan hidup semata.

 Dapat malahirkan desain baru pada pakaian. Contoh: Gaun dengan bahan dasar sirip ikan, karya Yohanes Bridal

Fashion dapat mengikuti budaya berpakaian, dan desain pakaian mengikuti iklim sekitar. Contoh: Pakaian musim panas, pakaian musim dingin

 Desain pakaian dan stye dapat berubah kapan saja tergantung tren berpakaian.

Chart Harga Perumahan

perum ah m ew ah

perum ah m enengah

perum ahan sederhana

perum hanangat sederhana


(51)

 Desain pakaian harus disesuaikan dengan lingkungan sekitar, baik dari iklim maupun budaya daerah tersebut. Contoh: Untuk pernikahan adat sunda, menggunakan kebaya.

Fashion merupakan cara menginvestasikan aspek-aspek tertentu dalam kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial atau simbolik; Tegasnya, gaya hidup adalah cara bermain dengan identitas.

 Budaya tubuh atau budaya cita rasa yang merupakan ciri gaya hidup post-modern itu dapat diamati dari sudut pandang penampakan luar (surfaces). Contohnya: Warna dan gaya rambut, cara berpakaian, kendaraan yang dipakai atau makanan yang dikonsumsi dapat mengidentifikasikan seseorang dengan suatu ikon budaya cita rasa tertentu.

Fashion menekankan pada dekorasi, permukaan sensual, dan gaya dengan mengorbankan isi, anti identitas seksual, berlebihan, spesial, dan glamour.

4.2.2 Ciri – Ciri Post-Modern

Post-modern sebagai fashion sesaat, perubahan desainnya tidak dapat diduga jangka waktunya.

 Ruang dan waktu merupakan dunia simulasional atau disebut

dengan budaya post-modern. Post-modern merupakan

kecenderungan melakukan perayaan-perayaan gaya hidup tertentudan terjadi pengaburan pembedaan gaya konvensional dimana ekstravagansa tingkat tinggi berlangsung terus bersama budaya tubuh. Contoh: apresiasi terhadap opera dan musik klasik bergandengan erat dengan kegandrungan akan disko dan balap mobil.

 Dapat melahirkan simbol – simbol baru pada bangunan,

khususnya fasade Contohnya: Wisma BNI 46 merupakan


(52)

yang menyerupai topi dengan warna metal yang merupakan bangunan tertinggi di Indonesia.

 Desain fasade percampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern tetapi masih didominasi oleh unsur setempat. (Neo Vernacular) Contohnya: Piazza d'Italia merupakan sebuah ruang terbuka dalam rangka renovasi kawasan kumuh di New Orleans Amerika Serikat, ditujukan untuk para imigran Italia yang mendominasi di daerah tersebut.

 Pembangkitan kembali langgam neo-klasik ke dalam bangunan. Contohnya: The Palace of Abraxas, Desain bangunan modern dengan pengambilan unsur – unsur arsitektur kuno Romawi, Yunani, Renaissance.

 Pemahaman tentang apa yang akan dikomunikasikan bangunan

terhadap lingkungan sekitarnya (Semantik)

Post-modern mengutamakan dekoratif fasade, keindahan, unsur material yang gemerlap (glamour),dan anti kemapanan.

4.2.3 Studi Banding Kasus (Bandung Fashion Center)

Prada New York

Epicenter

Mall Kelapa Gading Esmod Jakarta,

International Fashion University Group Alasan Pemilihan Studi Banding

Bangunan ini adalah yang memiliki butik eksklusif, ruang publik, galeri, ruang pertunjukan (fashion show), laboratorium, dan perbelanjaan.

Mall Kelapa Gading, dari survey yang dapat diambil adalah zona the catwalk fashion galery yang merupakan Area belanja eksklusif dengan 32 butik para perancang Indonesia.

Pada bangunan ini adalah sekolah mode bertaraf internasional yang berpusat di Paris.


(53)

(Tabel 1.1: Studi Banding Kasus)

Manfaat yang dapat diambil

Pola sirkulasi pada bangunan ini dapat menjadi inspirasi, dengan mengkonsepkan sirkulasi seperti catwalk yang lurus dan display yang dibuat eksklusif dengan penataan ruang publik yang mengutamakan kenyamanan.

Banguan yang akan di desain adalah bangunan

fashion center yang

merupakan suatu kumpulan para desainer terkenal yang khususnya berada di Bandung , sehingga the catwalk fashion galery

dapat di jadikan contioh penggabungan para desainer yang menjadin satukesatuan dalam desain interior.

Fasilitas pada Bandung Fashion Center yang akan didesain memiliki fasilitas kursus manjahit, kursus merancang, dll. Sehingga Esmod dapat dijadikan contoh sebagai sekolah yang bertaraf internasional, yang dapat diambil seperti fasilitas yang ada, ruang-ruang yang mendukung, dan acara yang akan dilaksanakan oleh sekolah fashion.

Fasilitas Bagunan

 Butik eksklusif

 Ruang publik

 Galeri

 Ruang pertunjukan

 Laboratorium

 Perbelanjaan

The Catwalk Bridal World Fashion Hub Gourmet Walk Food Temptation Kids Safari

Internet room Multifunction room Library

Book store Computer Lab Textile Lab  Batik

Fashion Design Class Pattern Design Class Marketing Merchandising Workshop


(54)

4.3 Kebutuhan Ruang

1. Plaza 2. Entrance

3. Penerima

4. Runway Room : Lobby

Hall Pagelaran

Side Entrance  Toilet

Backstage  R.Kontrol

 R.Sound system  R.Lighting

5. Area Komersial :

Boutique  Rumah Mode

 Toko Buku

 Toilet

 Salon &Spa

 R.Karyawan 6. Area Service :

Entrance Service Foyer

 Studio Produksi

 Kantor Pengelola

Loading/Unloading

7. Galery :

Lobby Galery Galery Tetap

Galery Temporer

 Administrasi


(55)

 Gudang

 Toilet 8. Amenities :

Restaurant Lounge  Bar

 Cafe

 Toilet 4.4 Analisis Tapak 4.4.1 Sirkulasi

Issu :

 Kemacetan pada jalan Setia budi pada waktu pagi hari dan sore hari, dikarenakan merupakan kawasan yang dekat daerah kampus.

 Pada saat hari libur (weekend) jalan ini selalu macet karena banyak wisatawan dari luar kota Bandung datang untuk berlibur di daerah lembang dan sekitarnya.

 Pada jam kerja dan hari biasa, jalan di kawasan ini tidak terlalu macet, dan cenderung sepi oleh kendaraan bermotor.


(56)

Solusi :

 Dengan membuat kawasan menjadi ramai, merupakan suatu solusi yang dapat di aplikasikan.

 Di kawasan ini merupakan kawasan yang menguntungkan di gunakan untuk kawasan pusat perbelanjaan, karena di kawasan sekitar ada beberapa daerah untuk berbelanja, dan ke arah atasnya terdapat banyak sekali rekreasi alam, dan rekreasi air.

 Membuat lahan parkir di dalam gedung dengan kapasitas yang besar dan jalur sirkulasi yang mudah dijalani oleh pengendara kendaraan bermotor, agar tidak menyebabkan kemacetan di depan bangunan, seperti pada pusat perbelanjaan BIP, IP, dll

 Membuat tempat drop off, untuk angkutan umum, khususnya taxi.

4.4.2 Security

Issu :

 Lokasi tapak tidak dekat dengan kawasan yang rawan kejahatan seperti terminal dan halte bis.

 Daerah kawasan sekitar merupakan kawasan yang ramai,

sehingga tingkat kejahatan di kawasan sekitar kurang.

 Di dekat kawasan terdapat kantor polisi agar mempermudah orang untuk meminta bantuan.

Solusi :

 Untuk mengantisipasi kejahatan, di sekitar kawasan, memiliki kemanan yang ketat, seperti CCTV, dll.

4.4.3 Pola Vegetasi

Issu :

 Daerah ini merupakan kawasan Bandung Utara, yang masih banyak pepohonan, sehingga udara di daerah sekitar relatif sejuk.


(57)

 Ada beberapa pedestrian yang pohonnya sudah di tebang dan tidak di tanam kembali.

 Karena daerah Bandung Utara yang merupakan kawasan

resapan air tanah.

( Gambar 3.4:Pola Vegetasi Jalan Setia Budhi)

Solusi :

 Dengan banyaknya pepohonan di kawasan sekitar, dapat di manfaatkan, agar dapat menguarangi kebisingan di kawasan sekitar.

 Pepohonan di kawasan sekitar dapat dimanfaatkan untuk taman dan untuk kesejukan di kawasan agar kawasan sekitar lokasi tidak gersang dan dapat mempertahankan ke asrian lingkungan.

 Karena daerah Bandung Utara merupakan kawasan resapan air

tanah, maka pepohonan yang ada di kawasan sudah pasti harus di pelihara, dan harus dilindungi agar kawasan Bandung Timur dan lainnya tidak terjadi banjir.

4.4.4 Kawasan Sekitar Issu :

 Dikawasan sekitar banyak terdapat fasilitas, seperti Hotel,

Apartement, Universitas, Area komersial, Restoran, Wisata alam, Permukiman, Kolam renang, dll


(58)

(Gambar 3.5:Rumah Mode) (Gambar 3.6:Villa Isola) (Gambar 3.7:Boscha)

Solusi :

 Kawasan sekitar lokasi yang merupakan area komersial dan area pendidikan, merupakan aset abgi lokasi, sehingga pendatang dapat banyak melewati kawasn ini.

 Dapat di pastikan bahwa kasan ini merupakan kawasan yang menguntungkan bila membuat area komersial, dan merupakan area elit, di harapkan bangsa pasar yang di dapat akan tercapai.


(1)

(Tabel 1.1: Studi Banding Kasus)

Manfaat yang dapat diambil

Pola sirkulasi pada bangunan ini dapat menjadi inspirasi, dengan mengkonsepkan sirkulasi seperti catwalk yang lurus dan display yang dibuat eksklusif dengan penataan ruang publik yang mengutamakan kenyamanan.

Banguan yang akan di desain adalah bangunan

fashion center yang

merupakan suatu kumpulan para desainer terkenal yang khususnya berada di Bandung , sehingga the catwalk fashion galery

dapat di jadikan contioh penggabungan para desainer yang menjadin satukesatuan dalam desain interior.

Fasilitas pada Bandung Fashion Center yang akan didesain memiliki fasilitas kursus manjahit, kursus merancang, dll. Sehingga Esmod dapat dijadikan contoh sebagai sekolah yang bertaraf internasional, yang dapat diambil seperti fasilitas yang ada, ruang-ruang yang mendukung, dan acara yang akan dilaksanakan oleh sekolah fashion.

Fasilitas Bagunan

 Butik eksklusif

 Ruang publik

 Galeri

 Ruang pertunjukan

 Laboratorium

 Perbelanjaan

The Catwalk Bridal World Fashion Hub Gourmet Walk Food Temptation Kids Safari

Internet room Multifunction room Library

Book store Computer Lab Textile Lab  Batik

Fashion Design Class Pattern Design Class Marketing Merchandising Workshop


(2)

4.3 Kebutuhan Ruang 1. Plaza

2. Entrance

3. Penerima

4. Runway Room :

Lobby

Hall Pagelaran

Side Entrance

 Toilet

Backstage

 R.Kontrol

 R.Sound system

 R.Lighting

5. Area Komersial :  Boutique

 Rumah Mode

 Toko Buku

 Toilet

 Salon &Spa

 R.Karyawan

6. Area Service :

Entrance Service

Foyer

 Studio Produksi

 Kantor Pengelola

Loading/Unloading

7. Galery :

Lobby Galery

Galery Tetap  Galery Temporer

 Administrasi


(3)

 Gudang

 Toilet

8. Amenities :  Restaurant

Lounge

 Bar

 Cafe

 Toilet

4.4 Analisis Tapak 4.4.1 Sirkulasi

Issu :

 Kemacetan pada jalan Setia budi pada waktu pagi hari dan sore

hari, dikarenakan merupakan kawasan yang dekat daerah kampus.

 Pada saat hari libur (weekend) jalan ini selalu macet karena

banyak wisatawan dari luar kota Bandung datang untuk berlibur di daerah lembang dan sekitarnya.

 Pada jam kerja dan hari biasa, jalan di kawasan ini tidak terlalu

macet, dan cenderung sepi oleh kendaraan bermotor.


(4)

Solusi :

 Dengan membuat kawasan menjadi ramai, merupakan suatu

solusi yang dapat di aplikasikan.

 Di kawasan ini merupakan kawasan yang menguntungkan di

gunakan untuk kawasan pusat perbelanjaan, karena di kawasan sekitar ada beberapa daerah untuk berbelanja, dan ke arah atasnya terdapat banyak sekali rekreasi alam, dan rekreasi air.

 Membuat lahan parkir di dalam gedung dengan kapasitas yang

besar dan jalur sirkulasi yang mudah dijalani oleh pengendara kendaraan bermotor, agar tidak menyebabkan kemacetan di depan bangunan, seperti pada pusat perbelanjaan BIP, IP, dll

 Membuat tempat drop off, untuk angkutan umum, khususnya

taxi.

4.4.2 Security Issu :

 Lokasi tapak tidak dekat dengan kawasan yang rawan kejahatan

seperti terminal dan halte bis.

 Daerah kawasan sekitar merupakan kawasan yang ramai,

sehingga tingkat kejahatan di kawasan sekitar kurang.

 Di dekat kawasan terdapat kantor polisi agar mempermudah

orang untuk meminta bantuan. Solusi :

 Untuk mengantisipasi kejahatan, di sekitar kawasan, memiliki

kemanan yang ketat, seperti CCTV, dll.

4.4.3 Pola Vegetasi Issu :

 Daerah ini merupakan kawasan Bandung Utara, yang masih

banyak pepohonan, sehingga udara di daerah sekitar relatif sejuk.


(5)

 Ada beberapa pedestrian yang pohonnya sudah di tebang dan tidak di tanam kembali.

 Karena daerah Bandung Utara yang merupakan kawasan

resapan air tanah.

( Gambar 3.4:Pola Vegetasi Jalan Setia Budhi)

Solusi :

 Dengan banyaknya pepohonan di kawasan sekitar, dapat di

manfaatkan, agar dapat menguarangi kebisingan di kawasan sekitar.

 Pepohonan di kawasan sekitar dapat dimanfaatkan untuk taman

dan untuk kesejukan di kawasan agar kawasan sekitar lokasi tidak gersang dan dapat mempertahankan ke asrian lingkungan.

 Karena daerah Bandung Utara merupakan kawasan resapan air

tanah, maka pepohonan yang ada di kawasan sudah pasti harus di pelihara, dan harus dilindungi agar kawasan Bandung Timur dan lainnya tidak terjadi banjir.

4.4.4 Kawasan Sekitar

Issu :

 Dikawasan sekitar banyak terdapat fasilitas, seperti Hotel,

Apartement, Universitas, Area komersial, Restoran, Wisata alam, Permukiman, Kolam renang, dll


(6)

(Gambar 3.5:Rumah Mode) (Gambar 3.6:Villa Isola) (Gambar 3.7:Boscha)

Solusi :

 Kawasan sekitar lokasi yang merupakan area komersial dan

area pendidikan, merupakan aset abgi lokasi, sehingga pendatang dapat banyak melewati kawasn ini.

 Dapat di pastikan bahwa kasan ini merupakan kawasan yang

menguntungkan bila membuat area komersial, dan merupakan area elit, di harapkan bangsa pasar yang di dapat akan tercapai.