9 Soxletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur
40-50°C. d.
Dekok Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama 30 menit dan
temperatur sampai titik didih air. Menurut Syamsuni 2006, infusa adalah ekstraksi simplisia nabati dengan
air pada suhu 90
o
C selama 15 menit.
2.3 Gel
Gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel yang mempunyai massa terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase
misalnya Gel Aluminium Hidroksida. Gel sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai
magma misalnya Magma Bentonit Ditjen POM, 1995.
2.3.1 Keuntungan sediaan gel
Beberapa keuntungan sediaan gel Voigt, 1994 adalah sebagai berikut: - Kemampuan penyebarannya baik pada kulit
- Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
10 - Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
- Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik - Pelepasan obatnya baik
2.3.2 Komponen dalam sediaan gel
Kandungan sediaan gel yang digunakan yaitu:
2.3.2.1 Aqupec HV-505
Aqupec HV-505 merupakan golongan karbomer yang digunakan sebagai gelling agent. Aqupec HV-505 berbentuk serbuk berwarna putih, bersifat
higroskopis, tidak berbau dan tidak berasa. Konsentrasi yang digunakan sebagai gelling agent yaitu 0,5 – 2,0 Rowe, dkk., 2009.
2.3.2.2 Trietanolamin
Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening, tidak berwarna sampai kuning pucat dan memiliki bau amoniak yang lemah, bersifat sangat
higroskopis, dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air, metanol, dan aseton. Trietanolamin digunakan sebagai bahan pengemulsi dengan konsentrasi
2 - 4, menambah kebasaan, dan sebagai humektan Rowe, dkk., 2009. 2.3.2.3 Gliserin
Gliserin pada umumnya digunakan sebagai humektan dan emolien. Gliserin memiliki ciri-ciri: larutan jernih, tidak bewarna, tidak berbau, kental,
mempunyai rasa manis. Gliserin digunakan sebagai pembawa gel 5 – 15, sebagai humektan 30 Rowe, dkk., 2009.
2.3.2.4 Propilen glikol
Propilen glikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa dalam pembuatan sediaan farmasi. Propilen glikol merupakan cairan jernih, tidak
11 berwarna, manis, kental dan hampir tidak berbau. Propilen glikol larut dalam
gliserin, air, alkohol, aseton, klorofom. Propilen glikol digunakan sebagai humektan
≈15 Rowe, dkk., 2009.
2.3.2.5 Metil paraben
Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air,
dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 80
°
C. Penggunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,02 - 0,3 sebagai antimikroba, efektif pada pH 4 - 8 Rowe, dkk., 2009.
2.4 Jamur
2.4.1 Uraian jamur
Jamur merupakan suatu mikroorganisme eukariotik yang mempunyai ciri- ciri spesifik yaitu mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak mempunyai
klorofil, dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual, beberapa jamur mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen-filamen dan sebagian lagi
bersifat uniseluler Fardiaz, 1992. Jamur memerlukan kondisi kelembapan yang tinggi, persediaan bahan
organik dan oksigen untuk pertumbuhannya. Semua fungi memperoleh zat gizi organiknya dengan absorpsi. Jamur mendapat zat gizinya dari berbagai sumber.
Sebagian besar jamur adalah parasit yaitu mendapatkan nutrisi dengan menyerap zat gizi dari badan pejamu hidup, sebagian jamur adalah saprofit yaitu
mendapatkan nutrisi dengan menyerap zat gizi dari materi organik mati, dan ada jamur yang mutualis yaitu dapat menyerap zat gizi dari pejamu, tetapi juga
menguntungkan pejamu Bresnick, 2003.
12 Lingkungan yang hangat dan lembab mempercepat pertumbuhan jamur.
Jamur tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang mengandung banyak gula dengan tekanan osmotik tinggi dan kondisi asam yang tidak menguntungkan
bagi pertumbuhan bakteri. Jamur tumbuh dalam kisaran temperatur yang luas, dengan temperatur optimal berkisar antara 22–30
o
C. Spesies jamur patogenik mempunyai temperatur pertumbuhan optimal lebih tinggi, yaitu berkisar antara
30–37
o
C. Beberapa jamur mampu hidup pada temperatur 0
o
C sehingga menyebabkan kerusakan produk yang disimpan pada penyimpanan dingin
Pratiwi, 2008.
2.4.2 Reproduksi jamur
Jamur terdiri dari thallus yang tersusun dari filamen bercabang yang disebut hifa dan kumpulan dari hifa disebut miselium. Hifa tumbuh dari spora
yang melakukan germinasi membentuk suatu tuba germ yang akan tumbuh terus membentuk filament yang panjang dan bercabang, kemudian seterusnya akan
membentuk masa hifa yang disebut miselium Pratiwi, 2008. Jamur bereproduksi baik secara aseksual dengan pembelahan,
pembentukan tunas atau spora, maupun secara seksual dengan peleburan inti dari kedua induknya. Pada pembelahan, sel akan membagi diri membentuk dua sel
yang sama besar, sedangkan pada pertunasan budding, sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel induk. Spora jamur dibentuk dari hifa udara atau hifa
aerial hypae, dan spora jamur dapat berupa spora seksual ataupun spora aseksual. Spora aseksual dibentuk oleh hifa dari satu individu jamur. Bila spora aseksual
bergerminasi, spora tersebut akan menjadi jamur yang secara genetik identik
13 dengan induknya. Spora seksual dihasilkan dari dua inti dengan tipe seks yang
berlawanan dari satu spesies jamur yang sama Pratiwi, 2008.
2.4.3 Sistematika Microsporum canis