Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Kerangka Teori 1. Teori Desentralisasi Fiskal

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam penetapan APBD di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014? C.Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Menganalisis pola penetapan anggaran dan mendeskripsikan dinamika hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam Penetapan APBD di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.”

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik bagi peneliti maupun orang lain. Terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan yang baru bagi peneliti serta manfaat dalam mengembangkan kemampuan berfikir peneliti untuk menulis suatu karya ilmiah. Universitas Sumatera Utara 2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan tentang hubungan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Sumatera Utara dalam Penetapan APBD 3. Penelitian ini kiranya dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta menjadi referensi bagi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. E. Kerangka Teori E.1. Teori Desentralisasi Fiskal Menurut UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 1 ayat 7 dan UU No 33 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat 8, “Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Pengertian desentralisasi berbeda dengan otonomi. Dalam desentralisasi harus ada pendistribusian wewenang atau kekuasaan dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah. Sedangkan otonomi berarti adanya kebebasan menjalankan atau melaksanakan sesuatu oleh sebuah Universitas Sumatera Utara unit politik atau bagian wilayahteritori dalam kaitannya dalam masyarakat politik atau negara. Jika dikaitkan dengan sistem hubungan keuangan pusat dan daerah, maka pengertian otonomi dan desentralisasi saling berkaitan dan tampak lebih jelas. Oleh sebab itu, di dalam setiap pendistribusian fungsi dan kewenangan power dari tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah harus disertai dan diikuti dengan distribusi pembiayaan dan keuangan yang memadai. Desentralisasi fiskal adalah suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan publik, sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan 4 Desentralisasi fiskal merupakan salah satu bentuk dan komponen utama dalam desentralisasi. Kebijakan desentralisasi fiskal banyak dipergunakan negara- negara sedang berkembang untuk menghindari ketidakefektifan dan ketidak- . Distribusi anggaran yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN dialokasikan kepada daerah-daerah dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD untuk membiayai kebutuhan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 4 Juli Panglima, Saragih., Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Jakarta : 2003 Ghalia Indonesia Hal 83 Universitas Sumatera Utara efisienan pemerintahan, ketidak-stabilan ekonomi makro, dan ketidak-cukupan pertumbuhan ekonomi Bahl mengemukakan bahwa dalam melaksanakan desentralisasi fiskal, prinsip rules money should follow function merupakan salah satu prinsip yang harus diperhatikan dan dilaksanakan. Artinya, setiap pelimpahan wewenang pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan tersebut. 5 Ebel menjelaskan bahwa desentralisasi fiskal terkait dengan masalah: 6 1. pembagian peran dan tanggung jawab antar jenjang pemerintahan 2. transfer antar jenjang pemerintahan 3. penguatan sistem pendapatan daerah atau perumusan sistem pelayanan publik di daerah 4. swastanisasi perusahaan milik pemerintah terkadang menyangkut tanggung jawab pemerintah daerah 5.penyediaan jaring pengaman sosial. 5 Bahl, Roy W. Implementation Rules for Fiscal Decentralization. Public Budgeting and Finance 1999 Hal 95 6 Ebel, Robert. The Economic of Fiscal Decentralization. World Bank Paper. World Bank. New York.2000 Hal 42 Universitas Sumatera Utara E.2 Teori Pembagian kekuasaan Pembagian kekuasaan dalam suatu negara tidak terlepas dari sistem politik yang ada dianut negara tersebut. Dalam negara yang menganut sistem politik tirani kekuasaan hanya berpusat pada satu tangan, sedangkan negara yang menganut sistem politik Demokrasi kekuasaan dibagi kedalam beberapa lembaga negara. Pemikiran tentang pembagian kekuasaan ini dikemukakan pertama kali oleh filosof Inggris, John Locke 1623-1704 melalui bukunya yang berjudul “ Two Treatises on Civil Goverment” yang memberikan penjelasan nyata tentang bagaimana kekuasaan didalam negara itu harus dibagi untuk mencegah absolutisme. Pada dasarnya didalam perspektif pembagian kekuasaan distribution of power ini John Locke mengiginkan pembagian kekuasaan tersebut dalam artian sebagai sebuah konsistensi dalam perlindungan terhadap hak-hak rakyat dari kesewenang-wenangan penguasa. 7 7 Samsul Wahidin, Dimensi Kekuasaan Negara Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2007 Hal 16 Pemikiran pembagian kekuasaan John Locke dikembangkan oleh filosof Perancis Montesquieu 1685-1755 melalui bukunya “L’Espirit de Lois” The Spirit of La. Montesquieu tidak hanya berbicara dalam pembagian kekuasaan distribution power melainkan spesifik pemisahan kekuasaan saparation of power . Universitas Sumatera Utara Konsep trias politica yang dicetuskan Montesquieu dimaksudkan agar tidak ada kekuasaan yang satu tumpang tindih dengan kekuasaan lainnya. Kekuasaan yang dimaksud 8 8 Anthonius Sitepu, Teori-Teori Politik. Yogyakarta : Graha Ilmu 2012 Hal 69 ; 1. Kekuasaan Legislatif, sebagai pembuat Undang-Undang UU yang nantinya dijadikan sebagai patokan untuk berinteraksi baik secara kelembagaan ataupun individual di dalam negara. 2. Kekuasaan Eksekutif, sebagai pelaksana Undang-Undang UU yang memiliki kekuasaanuntuk melaksanakan penerapan Undang-Undang UU tersebut kepada pihak-pihak yang harus melaksanakannya 3. Kekuasaan Yudikatif, sebagai lembaga peradilan yang menjadi pilar yang menegakkan Undang-Undang UU serta mengadili yang melanggar Undang- Undang UU dengansegala konsekuensinya. E.3 Teori Anggaran Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis; yang meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit kesatuan moneter dan berlaku untuk jangka waktu periode tertentu yang akan datang. Unsur-Unsur yang terdapat yang terdapat dalam anggaran, meliputi ; 1. Rencana, suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan diwaktu yang akan datang. 2. Meliputi seluruh kegiatan lembaga, yaitu mencakup semua kegiatan yang Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh semua bagian yang ada dilembaga tersebut. 3. Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit kesatuan yang dapat diterapkan pada berbagai berbagai kegiatan lembaga yang beraneka ragam. 4. Jangka waktu yang akan datang, yang menunjukkan bahwa berlakunya anggaran untuk masa yang akan datang. Beberapa alasan pentingnya anggaran ; 1. Anggaran merupakan alat terpenting bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 2. Anggaran diperlukan karena adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang senantiasa berkembang sedangkan ketersediaan sumber daya sangat terbatas. 3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat. Berdasarkan pentingnya anggaran diatas dengan demikian fungsi anggaran yaitu 9 9 Hadriyanus Suharyanto. Anggaran Berbasis Kinerja. Pop up design : Yogyakarta. 2005 Hal 5-7 ; a. Alat perencanaan Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan untuk mencapai tujuan negara, yang berisikan rencan-rencana kegiatan ataupun program yang akan dilaksanakan, rencana biaya yang akan dilkeluarkan dan hasil yang akan dicapai. Universitas Sumatera Utara b. Alat pengendalian Anggaran berfungsi sebagai media yang penting untuk menghubungkan antara proses pelaksanaan dan perencanaan. Anggaran memberikan rambu-rambu sekaligus kerangka yang mengendalikan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan pemerintah agar dapat dipertanggung-jawabkan kepada publik. c. Alat Kebijakan fiskal Anggaran digunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk menstabilkan perekonomian dan menstabilkan ekonomi. anggaran pemerintah yang memuat arah kebijakan fiskal pemerintah, dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi yang digunakan untuk mendorong, memfasilitasi dan mengkoordinasikan ke ekonomi masyarakat. d. Alat politik Anggaran merupakan salah satu betuk komitmen lembaga eksekutif dan kesepakatan lembaga legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu, penyusunan anggaran membutuhkan kemampuan politik, maupun koalisi, keahlian bernegosiasi dan pemahaman tertentu mengelola keuangan publik. Hal ini didasarkan pada logika dan kenyataan bahwa kegagalan pelaksanaan anggaran dapat menjatuhkan kredibilitas peemerintah. e. Alat koordinasi dan komunikasi Anggaran tidak hanya memuat kegiatan atau program dari suatu instansi atau departemen, melainkan melibatkan seluruh departemen bahkan hingga unit kerja pelaksana pada level terbawah dalam struktur pemerintahan, Sehingga Universitas Sumatera Utara anggaran berfungsi sebagai alat untuk koordinasi dan berkomunikasi antar bagian lembaga eksekutif dalam pelaksanaan kegiatan. f. Alat motivasi Anggaran sebagai alat motivasi bagi pelaksananya agar bekerja secara ekonomis, efisien dan efektif dalam mencapai target atau tujua yang ditetapkan. Untuk itu, anggaran hendaknya bersifat menantang tetapi dapat dicapai. g. Alat Penilai kerja Anggaran merupakan wujud komitmen antara lembaga eksekutif dan lembaga legislatif, Sehingga kinerja lembaga eksekutif akan dinilai oleh lembaga legislatif berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. E.3.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang keuangan negara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pada proses penyusunannya memperhatikan adanya keterkaitan antara program kerja dengan kemampuan keuangan oleh pemerintah daerah sera sinkronisasi dengan berbagai kebijakan pemerintah pusat dalam perencanaan dan penganggaran negara. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 27 Tahun 2013 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana Universitas Sumatera Utara keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 3 ayat 4 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Fungsi APBD adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Otorisasi : Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. 2. Fungsi Perencanaan : Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. 3. Fungsi Pengawasan : Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 4. Fungsi Alokasi : Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian 5. Fungsi Distribusi : Anggaran daerah harus mengandung arti memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan 6. Fungsi Stabilisasi : Anggaran daerah harus mengandung arti harus menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. Universitas Sumatera Utara Struktur APBD merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari : a. Pendapatan Daerah Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Yang termasuk dalam hal ini Pendapatan Asli Daera PAD, Dana Perimbangan, Lain-lain pendapatan daerah yang sah. b. Belanja Daerah Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Yang termasuk dalam hal ini Belanja Langsung dan Belanja tidak langsung c. Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali danatau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Termasuk dalam hal ini penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan dan Sisa Lebih Pembiayaan SILPA tahun berjalan Universitas Sumatera Utara

F. Metodologi Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Elit Politik Dalam Proses Pemekaran Daerah (Studi Analisis : Pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara)

15 133 95

Pengaruh Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan Dalam Penyusunan APBD pada Pemerintahan Daerah di Provinsi Sumatera Utara

2 71 81

Peran DPRD Dalam Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah (Studi pada DPRD Provinsi Sumatera Utara Priode 2010 – 2011)Kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara

1 40 115

Tingkat Efisiensi Dan Efektivitas Sistem Pengelolaan Pendapatan Daerah Dan Belanja Daerah Di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

0 33 55

Pengaru Pendapatan Hasil Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Utara

10 74 127

Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dengan Transparansi Kebijakan Publik sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara)

0 3 80

Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara (Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 9 74

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA.

0 3 29

POLITIK ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TAHUN 2013 (Perda Nomor 6 Tahun 2012 tentang APBD TA 2013).

2 8 16

ANALISIS PROSES POLITIK PEMBAHASAN DAN PENETAPAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2016

0 1 23