Analisis Fungsi Produksi ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK

Analisis Pengukuran Variabel benih Hasil uji statistik untuk variabel benih menunjukkan nilai positif tetapi tidak berpengaruh nyata secara statistik sampai pada taraf α 10 persen. Hasil analisis sebelumnya memang telah menunjukkan bahwa pemakaian pupuk oleh petani tidak tepat sesuai anjuran LPS. Bahkan mereka melebihi anjuran mencapai dua kali lipatnya. Analisis Pengukuran Tenaga Kerja Variabel tenaga kerja adalah gabungan dari penggunaan tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita dan tenaga kerja mesin atau ternak untuk pembajakan yang semuanya dikonversi dalam satuan tenaga kerja pria. Input tenaga kerja berpengaruh nyata pada taraf α satu persen dan bernilai positif. Dari data kelompok yang ada menunjukkan rata-rata pemakaian tenaga kerja berkorelasi positif dengan rata-rata produksi per kelompok. Alokasi tenaga kerja yang paling besar ada pada pengolahan lahan. Kemungkian yang bisa ditaksir dari sini adalah, penyiapan kondisi lahan dengan lebih baik mampu memberikan hasil yang positif. Selain itu, perbedaan pemakaian tenaga kerja yang mencolok terdapat pada aktivitas penanaman. Penanaman bisa membutuhkan alokasi tenaga kerja lebih besar, selain karena kondisi lahan, salah satunya adalah dalam menghitung jumlah bibit yang pas untuk setiap lubang. Karena jumlah bibit per lubang berpengaruh pada hasil produksi. Analisis Pengukuran Variabel Pupuk Secara alamiah, tanaman padi membutuhkan unsur hara dari tanah dan pada kondisi tertentu membutuhkan tambahan dari luar. Pupuk menjadi suplemen tanah yang lazim dipakai. Namun dalam kasus usahatani padi sehat petani binaan LPS, input pupuk yang berkoefisien positif sesuai dengan persamaan adalah pupuk SP-36, Phonska dan dan pupuk organik saja, masing-masing sebesar 0,007, 0,033, dan 0,216, itupun dengan standar eror yang tinggi, sehingga secara statistik tidak berpengaruh nyata. Sementara pupuk urea dan KCl bernilai negatif dan tidak signifikan. Hasil ini menunjukkan kesesuaian dengan visi pertanian sehat yang secara bertahap mengurangi masukan kimiawi. Sementara itu, tidak berpengaruhnya pupuk organik dapat dianalisis disini adalah karena dalam penelitian ini tidak dibedakan antara masukan pupuk kandang, kompos yang diolah dari jerami atau jerami yang dibusukkan tanpa pengolahan. Ketiga masukan tersebut, dalam penelitian ini dimasukkan dengan pembobotan sama yaitu perkiraan berat pada kenyataan barangnya. Analisis Pengukuran Variabel Pestisida Nabati Nilai koefisien pestisida nabati negatif dan tidak berbeda nyata dengan nol. Hal tersebut dapat disebabkan karena peran pestisida adalah dalam rangka mengendalikan hama pengganggu tanaman padi agar tidak mempangaruhi produksi. Ketika hama pengganggu tidak ada, maka peran pestisida menjadi tidak ada. Alasan utama petani yang memakai pestisida adalah prefentif, karena kondisi tanaman padi pada musim yang disurvei secara umum tidak terkena serangan hama. Oleh karena itu juga, sebagian besar petani tidak memakai pestisida karena tidak adanya serangan hama. Analisis Pengukuran Variabel Lahan Pengaruh luas lahan yang diukur ternyata tidak nyata terhadap produksi, dapat dikarenakan pertama, kondisi lahan yang berbeda-beda baik dari faktor kesuburan, lokasi maupun faktor lainnya. Ada pembagian kelas-kelas dalam menilai kondisi lahan. Kelas satu berarti paling bagus, karena dari kesuburannya dan biasanya juga terletak dekat sumber pengairan, dan memiliki tekstur bagus. Semakin besar kelas tanah semakin jelek kondisinya. Dari sisi ini, sangat rasional apabila dalam pemberian bantuan oleh LPS kepada petani menjadikan kondisi lahan sebagai pertimbangan keadilan. Petani yang mendapat lahan dengan kelas satu akan mendapat luasan yang lebih kecil dari petani yang mendapat lahan dengan kelas lebih besar. Sehingga hasil panen pedi petani tidak terpengaruh dengan perbedaan luas lahannya. Penyebab kedua yang bisa menyebabkan luas lahan menjadi tidak berpengaruh nyata adalah dikarenakan kecilnya luasan lahan yang digarap petani. Rata-rata luas lahan mereka yang digarap dengan bantuan dari program P3S LPS adalah sebesar 0,237 m 2 . Hal itu berpengaruh pada masalah pembulatan atau pengkonversian ke dalam ukuran 1 satu hektar dalam perhitungan. Petani yang mendapatkan luas lahan yang kecil akan mendapatkan lahan dalam petakan yang semakin sedikit, sementara petani yang luas lahannya lebih besar, kemungkinan memiliki petakan lebih banyak. Sehingga ketika dikonversi dalam ukuran 1 ha, rata-rata produksi mereka yang berlahan sempit menjadi lebih besar daripada petani yang mendapat lahan lebih luas dan lebih banyak petakannya. Analisis Pengaruh Variabel Dummy Variabel dummy yang dimasukkan dalam model penelitian ini adalah terhadap jenis varietas Var = 1 apabila petani menggunakan varietas Situbagendit, dan Var = 0 apabila memakai yang lainnya karena dari data yang ada 56 persen petani memakai varietas yang sama yaitu Situbagendit, dan rata-rata produktivitas dari benih tersebut tertinggi dibanding varietas lainnya. Variabel dummy yang kedua adalah terhadap penggunaan sistem tanam legowo ST = 1 dan caplak atau bukan legowo ST=0. Seperti dikaji dalam bab sebelumnya, anjuran LPS adalah pemakaian sistem legowo, tetapi 53 persen petani tidak melaksanakannya. Dampak yang diberikan secara statistik sesuai dugaan semula, karena variabel jenis varietas bernilai positif dan nyata pada α satu persen, begitu pula variabel sistem tanam bernilai positif dan nyata pada α lima persen. Selain itu, kedua variabel tersebut penting karena berpengaruh nyata pada fungsi produksi dengan memberi nilai R 2 lebih besar, yaitu sebesar 79 persen.

7.2. Analisis Efisiensi Teknik

Efisiensi teknik mengacu kepada pencapaian maksimum dari kemungkinan tingkat produksi untuk tiap kombinasi penggunaan input yang digunakan. didefinisikan sebagai rasio dari produksi aktual dari suatu perusahaan atau petani pada tingkat teknik kemungkinan produksi maksimum. Efisiensi teknik disini menyatakan kemungkinan peningkatan produksi tanpa meningkatkan ongkos atau tanpa pengaturan kembali kombinasi input yang digunakan. Suatu usaha dikatakan tidak efisien jika gagal untuk mencapai produksi maksimum apabila menggunakan sejumlah input yang ada Farrell, 1957 dalam Utama, 2003 Hasil perhitungan γ adalah 0,9999 dan secara statistik berbeda nyata pada taraf satu persen. Ini menunjukkan bahwa variasi dari kesalahan pengganggu yang dikarenakan efisiensi teknik adalah sebesar 99,99 persen. Berarti bahwa perbedaan antara produksi sesungguhnya dengan kemungkinan produksi maksimum lebih dikarenakan adanya perbedaan in-efisiensi teknik dari peda stokastik frontier. Adapun perhitungan σ 2 adalah 0,088 secara statistik berbeda nyata pada taraf α satu persen, nilai ini menunjukkan bahwa variasi produksi padi yang disumbangkan oleh efisiensi teknis adalah sebesar 8,8 persen. 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Petani N il a i Gambar 6. Tingkat Efisiensi Teknik Masing-Masing Petani Binaan LPS Hasil perhitungan nilai efisiensi teknik petani anggota kelompok tani binaan LPS menunjukkan nilai rata-rata efisiensi teknik sebesar 0.80, yang berarti praktik usahatani petani 80 persen mendekati efisien. Lebih rinci dari perhitungan tersebut adalah tingkat efisiensi terendah adalah 42,6 persen dan tertinggi adalah 99,8 persen. Dari analisis data, seperti disajikan dalam Gambar 05. dan Gambar 06., detemukan 16 persen dari petani beroperasi dengan efisiensi teknik dibawah 60 persen, 28 persen pada tingkat 60-80 persen, selebihnya, 56 persen dari petani beroperasi pada tingkat efisiensi diatas 80 persen. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat efisiensi teknik petani binaan LPS relatif cukup tinggi.