BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Dividen - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Saham LQ45 Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Dividen

  Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan perusahaan. Menurut Hanafi (2004:112), dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan. Stice et al., (2004: 902) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

  Menurut Brigham dan Houston (2001:84 ) prosedur pembayaran dividen antara lain: a.

  Tanggal pengumuman (declaration date) Tanggal deklarasi, yaitu tanggal pada saat dividen secara resmi diumumkan oleh Dewan Direksi.

  b. Tanggal pencatatan pemegang saham (holder of record date) Tanggal pencatatan, yaitu tanggal yang menunjukkan kapan buku transfer ditutup untuk menentukan investor mana yang akan menerima pembayaran dividen. Biasanya tanggal pencatatan adalah 2 atau 3 minggu setelah tanggal pengumuman, pada tanggal tersebut disiapkan daftar pemegang saham saat itu.

  c. Tanggal ex-dividen (ex-dividend date) Tanggal ex-dividen, yaitu tanggal dimana saham diperdagangkan tanpa hak menerima dividen, dalam teori tanggal ex-dividen adalah tanggal setelah tanggal pencatatan. Namun, dalam praktik pasar modal memajukan tanggal pencatatan untuk memberikan kesempatan pemindahan kepemilikan saham.

  d. Tanggal pembayaran Tanggal pembayaran, yaitu merupakan tanggal saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut, para investor sudah dapat mengambil dividen sesuaidengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai/dividen saham).

  Menurut Baridwan (2001:434) dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan dapat terbagi dalam beberapa jenis, yaitu: a.

  Dividen kas Dividen yang paling umum dibagikan oleh perusahaan adalah dalam bentuk kas. Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas ialah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen kas ini dibuat pada tanggal pengumuman dan pembayaran. b.

  Dividen aktiva selain kas Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas, dividen dalam bentuk ini disebut Property Dividends. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut. Akan tetapi perusahaan yang membagi Property Dividends akan mencatat dividen ini sebesar nilai buku aktiva yang dibagikan.

  c.

  Dividen utang Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak mencukupi. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan Scrip Dividens. Yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang.

  d.

  Dividen likuidasi Yang dimaksud dividen likuidasi adalah dividen sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dicatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai pengurang modal saham. Dalam perusahaan yang memiliki wasting assets yang tidak akan diganti, bisa membagi dividen likuidasi secara periodik.

  e.

  Dividen saham Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya. Dividen saham bisa dibagikan sebagai berikut:

  1. Dividen saham berupa saham yang jenisnya sama, misalnya dividen saham biasa untuk pemegang saham biasa, atau dividen saham prioritas, disebut saham biasa 2. Dividen saham berupa saham yang jenisnya berbeda, misalnya dividen saham prioritas untuk pemegang saham biasa atau dividen saham biasa untuk pemegang saham prioritas, disebut dividen saham spesial.

2.1.2 Jenis-jenis Kebijkan Dividen

  Jenis-jenis kebijakan dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham ditinjau dari jumlah yang dibayarkan, terdiri dari (Sundjaja dan Barlian 2002: 342): 1.

  Kebijakan dividen dengan rasio pembayaran konstan Merupakan kebijakan dividen yang didasarkan dengan persentase tertentu dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik setiap periode pembagian dividen.

  Masalah dengan kebijakan ini adalah jika pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen menjadi rendah atau tidak ada.

  Karena deviden merupakan indikator dari kondisi perusahaan yang akan datang maka mungkin dapat berdampak buruk terhadap harga saham.

  2. Kebijakan dividen teratur Merupakan kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode.

  3. Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra Merupakan kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur, ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. Jika pendapatan lebih tinggi dari biasanya pada periode tertentu, perusahaan boleh membayar tambahan dividen. Dengan dividen rendah tapi teratur dibayar setiap periode, perusahaan memberi investor pendapatan stabil yang dibutuhkan untuk membangun kepercayaan pada perusahaan dan dividen ekstra diberikan sebagai pembagian hasil pada periode yang baik.

2.1.3 Teori Kebijakan Dividen

  Ada beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu. Ada 3 (tiga) teori tentang kebijakan dividen (Brigham dan Houston, 2001: 315) : 1.

  Dividend Irrelevance Theory (Dividen Tidak Relevan) Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut tidak relevan. Pendukung dari tidak relevannya kebijakan dividen adalah Modigliani-Miller (MM). Mereka berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan dividen itu memang tidak mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dan asset perusahaan tersebut.

  Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

2. Teori Bird in The Hand

  Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956) dalam (Brigham dan Houston, 2001: 315) yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen. Gordon dan Litner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal. MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividen, yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen dengan keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai kekeliruan bird-in-the-hand, yakni: mendasarkan pada pemikiran bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan mempunyai nilai perusahaan yang tinggi pula.

  Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen.

  3. Teori Preferensi Pajak Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang tinggi, yaitu: 1.

  Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan dividen. Untuk itu investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.

  2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu.

  3. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.

  Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

  Beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan dividen menurut Sjahrial (2002, 311) antara lain:

  1. Posisi likuiditas perusahaan Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.

  2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.

  3. Rencana perluasan usaha Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.

  4. Pengawasan terhadap perusahaan Kebijakan pembiayaan: untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber intern antara lain laba. Dengan pertimbangan apabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.

  Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen (Sundjaja dan Barlian, 2002: 339):

  1. Peraturan hukum a.

  Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba-laba tahun yang lalu dan laba tahun berjalan. b.

  Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para kreditur dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal.

  c.

  Peraturan mengenai tidak mampu membayar. Peruahaan boleh tidak membayar dividen jika tidak mampu (bankrut) atau jumlah utang lebih banyak daripada jumlah harta.

2. Posisi likuiditas

  Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang- barang lainnya. Bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu, suatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak membayar dividen karena keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang sedang tumbuh biasanya kekurangan dana. Dalam situasi seperti itu mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam bentuk uang tunai.

3. Membayar pinjaman

  Bila perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan.

  4. Kontrak pinjaman Kontrak pinjaman apalagi menyangkut pinjaman jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.

  5. Pengembangan aktiva Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan tidak dibayarkan.

  6. Tingkat pengembalian Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan pemegang saham baik ditanamkan kembali didalam perusahaan maupun ditempat lain.

7. Stabilitas keuntungan

  Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan bagaimana keuntunngan dikemudian hari. Maka perusahaan seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntunannya dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.

8. Pasar modal

  Perusahaan besar dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau mudah memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya.

  9. Kendali perusahaan Jika perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern maka pembayaran dividen akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasa akan mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh golongan pemegang saham.

  Selain itu, penjualan saham tambahan akan memperbesar resiko berfluktuasinya keuntungan bagi para pemegang saham.

  10. Keputusan kebijakan dividen Hampir semua perusahaan ingin mempertahankan dividen per saham pada tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naiknya keuntungan. Artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar tampak cukup permanen.

2.2 Dividend Payout Ratio

  Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan (Pribadi dan Sampurno, 2012). Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham yang berupa dividen kas.

  Apabila laba yang ditahan untuk keperluan operasional perusahaan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil.

  Sebaliknya jika perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal tersebut akan mengurangi porsi laba ditahan dan mengurangi sumber pendanaan intern. Namun, dengan lebih memilih membagikan laba sebagai dividen tentu saja akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan terus menanamkan sahamnya untuk perusahaan tersebut.

  Dividen Kas per Lembar Saham Dividend Payout Ratio =

  Laba per Lembar Saham

  2.3 Profitabilitas

  Menurut Sartono (2008:122) rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin tingginya profitabilitas. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan

  Return on Asset . Menurut Hanafi (2000:83) Return on Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset

  

(kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk

menandai asset tersebut. Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja

perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar.

  Return on Asset =

  2.4 Leverage

  Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja sering terjadi karena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut. Debt to equity ratio adalah rasio yang mengukur sejauhmana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri. (Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 200). Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total utang terhadap total modal yang dimiliki perusahaan.

  Semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan komposisi total utang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima karena kewajiban (beban tetap) tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen (Marlina dan Danica, 2009).

  Debt to Equity Ratio =

2.5 Likuiditas

  Menurut Munawir (2004:31) Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih.

  Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut berada dalam keadaan likuid. Hanya perusahaan yang memiliki likuiditas baik yang akan membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Sebaliknya, pihak manajemen perusahaan akan menggunakan potensi likuiditas yang ada untuk melunasi kewajiban jangka pendek atau mendanai operasi perusahaannya. Penelitian ini memproksikan likuiditas perusahaan dengan Current Ratio. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini mengindikasikan bahwa dari setiap hutang lancar dapat ditutupi oleh aktiva-aktiva yang diperkirakan bisa diubah menjadi uang tunai dalam waktu singkat (Brigham, 2007:103). Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.

  

Current Ratio = x 100%

  2.6 Firm Size Firm Size adalah besar kecilnya perusahaan yang dilihat dari total

  aktivanya, dimana besarnya aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat memainkan peran dalam menjelaskan rasio pembayaraan dividen pada perusahaan (Hatta, 2002). Perusahaan besar cenderung membagikan dividen yang lebih besar untuk menjaga reputasi dikalangan investor aktual maupun potensial. Tindakan ini dilakukan untuk memudahkan perusahaan memasuki pasar modal apabila berencana melakukan emisi saham baru. Sedangkan perusahaan yang memiliki aset sedikit akan cenderung membagikan dividen yang rendah karena laba dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah asset perusahaan.

  

Firm Size = Ln Total Aset

  2.7 Penelitian Terdahulu

  Penelitian-penelitian yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini antara lain :

1. Marlina dan Danica (2009)

  Penelitian yang dilakukan oleh Marlina dan Danica berjudul “Analisis pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Asset terhadap

  

Dividend Payout Ratio ”. Penelitian ini menggunakan 24 perusahaan

  manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2004- 2007 sebagai sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda, dan uji asumsi klasik. Berdasarkan hasil uji parsial (uji statistik t) variabel Cash Position dan Return on Asset memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Debt to Equity

  

Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout

Ratio .

2. John and Muthusamy (2010)

  Penelitian yang dilakukan oleh John and Muthusamy berjudul “Leverage,

  

Growth and Profitability as Determinants of Dividend Payout Ratio – Evidence

from Indian Paper Industry. Variabel independen yang digunakan dalam

  penelitian ini adalah Growth in Sales, Earning per Share, Price Earning Ratio,

  

Market Value to Book Value Ratio, Cash Flow, Leverage, Liquidity, Return on

Asset . Penelitian ini menggunakan 90 perusahaan yang terdaftar di Bombay

  Stock Exchange sebagai sampel. Teknik analsis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian, hanya variabel Cash

  

Flow yang berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan

  variabel Growth in Sales, Earning per Share, Price Earning Ratio, Market

  

Value to Book Value Ratio, Leverage, Liquidity, Return on Asset berpengaruh

negatif terhadap Dividend Payout Ratio.

  3. Kadir (2010) Penelitian yang dilakukan oleh Kadir berjudul “ Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Credit Agencies Go

  

Public di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan 10 Perusahaan

Credit Agencies yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel.

  Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on

  

Investment, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Asset Turnover. Teknik

  analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian variabel Return on Investment, Debt to Equity Ratio, Asset Turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap Deviden Payout Ratio. Sedangkan variabel Current Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

  Dividend Payout Ratio.

  4. Pribadi dan Sampurno (2012) Penelitian yang dilakukan oleh Pribadi dan Sampurno berjudul “Analisis pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan

  

Return on Asset terhadap Dividend Payout Ratio”. Penelitian ini menggunakan

  15 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008 – 2011 sebagai sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda, dan uji asumsi klasik. Berdasarkan hasil penelitian variabel

  

Ownership , dan Return on Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap

  

Payout Deviden Ratio . Sedangkan variabel Firm Size dan Cash Position

  berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Namun,

  

Growth Opportunity berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

Dividend Payout Ratio .

5. Lopolusi (2013)

  Penelitian yang dilakukan oleh Lopolusi (2013) berjudul “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas, likuiditas, ukuran badan usaha, utang, pertumbuhan, free cash flow. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian variabel profitabilitas, likuiditas, utang, pertumbuhan, free cash flow berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel ukuran badan usaha berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

  Regresi Linear Berganda 1.

  Return on Investment, Debt to Equity Ratio, Asset Turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

  Regresi Linear Berganda 1.

  Dependen: Dividend Payout Ratio Independen: Return on Investment, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Asset Turnover

  3. Kadir (2010) Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Credit Agencies Go Public di Bursa Efek Indonesia

  2. Growth in Sales, Earning per Share, Price Earning Ratio, Market Value to Book Value Ratio, Leverage, Liquidity, Return on Asset berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio.

  Cash Flow berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.

  Dependen: Dividend Payout Ratio Independen: Growth in Sales, Earning per Share, Price Earning Ratio, Market Value to Book Value Ratio, Cash Flow, Leverage, Liquidity, Return on Asset

  No Peneliti / Tahun Judul Penelitian Variabel Metode Analisis Data Hasil penelitian

  Leverage, Growth and Profitability as Determinants of Dividend Payout Ratio – Evidence from Indian Paper Industry

  2. John Muthusamy (2010)

  2. Debt to Equity Ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

  Cash Position dan Return on Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

  Regresi Linear Berganda 1.

  Dependen: Dividend Payout Ratio Independen: Cash Position , Debt to Equity Ratio , dan Return on Asset

  1. Marlina dan Danica (2009) Analisis pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio , dan Return on Asset terhadap Dividend Payout Ratio

  2. Current Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

  Lanjutan tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti / Tahun Judul Penelitian Variabel Metode Analisis Data Hasil penelitian

  Dependen: Kebijakan Dividen Independen: profitabilitas, likuiditas, ukuran badan usaha, utang, pertumbuhan, free cash flow

  Return on Asset (ROA) menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen

  Mondigliani-Miller menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang, berdasarkan teori tersebut menunjukkan bahwa penghasilan yang tinggi melalui aset yang dimiliki yang tercermin dalam

  2. Profitabilitas, likuiditas, utang, pertumbuhan, free cash flow berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

  Ukuran badan usaha berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

  Regresi Linear Berganda 1.

  5. Ita Lopolusi (2013) Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011

  4. Pribadi dan Sampurno (2012) Analisis pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return on Asset terhadap Dividend Payout Ratio

  3. Growth Opportunity berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio

  2. Firm Size dan Cash Position berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

  Ownership dan Return on Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

  Regresi Linear Berganda 1.

  , dan Return on Asset

  Dependen: Dividend Payout Ratio Independen: Cash Position, Growth Opportunity, firm size, ownership

2.8 Kerangka Konseptual

2.8.1 Pengaruh Return on Asset terhadap Dividend Payout ratio

  yang tercermin dalam Dividend Payout Ratio (DPR). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sartono (2001: 122) yang menyatakan semakin tinggi

  Return on Asset maka kemungkinan pembagian dividen semakin besar. Menurut

  Marlina dan Danica (2009) dan Pribadi dan Sampurno (2012), Return on Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Dengan demikian ROA diprediksi berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.

  2.8.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

  tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya.

  Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen (Riyanto, 2001:267).

  Menurut Kadir (2010), Debt to Equit Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Dengan demikian Debt to Equit Ratio diprediksi berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.

  2.8.3 Pengaruh Current Ratio terhadap Dividend Payout ratio (DPR)

  Current Ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio ) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (current assets) dengan

  hutang atau kewajiban lancar (current liability). Menurut Munawir (2004 : 72),

  current ratio menunjukan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut.

  

Perusahaan untuk membayar dividen memerlukan aliran kas keluar, sehingga

harus tersedia likuiditas yang cukup. Karena pembagian dividen dibayar dengan

kas, dan tidak dengan laba ditahan, untuk itu perusahaan harus memiliki dana kas

tersedia untuk pembayaran dividen. Oleh karena itu, posisi likuiditas perusahaan

menanggung langsung kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada

para investor pada saat jatuh tempo. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, maka perusahaan dinilai mampu untuk melakukan pembayaran dividen (Puspitaningtyas, 2012). Menurut Puspita (2009), Current Ratio berpengaruh

  positif terhadap Dividend Payout Ratio. Dengan demikian Current Ratio diprediksi berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.

2.8.4 Pengaruh Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio

  Brigham dan Houston (2006: 119) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai rata-rata total aktiva untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun.

  Ukuran perusahaan mencerminkan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil sebaliknya. Perusahaan yang besar dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal, maka perusahaan tersebut akan mampu mendapatkan dana dalam waktu yang relatif cepat. Oleh karena itu, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar diperkirakan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan earning yang lebih besar, sehingga akan mampu membayar deviden yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil (Hatta, 2002). Menurut Puspita (2009) dan Hatta (2002) Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

  Dengan demikian Firm Size diprediksi berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.

  Return on Asset Debt to Equity Ratio Dividend Payout Ratio Current Ratio

  Firm Size

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.9 Hipotesis

  Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah Return on Asset, Debt

  

to Equity Ratio , Current Ratio, Firm Size berpengaruh terhadap Dividend Payout

Ratio Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia.

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Rumah Tangga 2.1.1 Definisi Limbah Rumah Tangga - Fitoremediasi Limbah Rumah Tangga oleh Tanaman Wlingen (Scirpus grossus), Kiapu (Pistia stratiotes), dan Teratai (Nymphea firecrest)

0 1 33

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota - Fitoremediasi Limbah Rumah Tangga oleh Tanaman Wlingen (Scirpus grossus), Kiapu (Pistia stratiotes), dan Teratai (Nymphea firecrest)

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh - Gambaran Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja di Desa Lidah Tanah Kecamatan Perbaungan

0 0 11

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan - Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara(Studi Pada Lingkungan Sekretariat Daer

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara(Studi Pada Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 1 19

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Analisis Kebutuhan Kapasitas Produksi Jangka Menengah (RCCP) Dalam Sistem Make To Order di PT. Growth Sumatera Industry

0 0 34

Analisis Kebutuhan Kapasitas Produksi Jangka Menengah (RCCP) Dalam Sistem Make To Order di PT. Growth Sumatera Industry

0 0 15

2. REVIEW OF RELATED LITERATURE 2.1 What’s Gerund - The Analysis Of Gerund Used In The Tempo Magazine

0 1 17

BAB II LETAK DAN LOKASI PENELITIAN 2.1 Kota Medan - RADIO STREAMING ETNIK ( Studi Etnografi mengenai Siaran Radio Streaming Berbasis Etnik di Kota Medan )

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - RADIO STREAMING ETNIK ( Studi Etnografi mengenai Siaran Radio Streaming Berbasis Etnik di Kota Medan )

0 0 29