BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū) Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Metode Penelitian
Metode adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.
Penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk
memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati serta sistematis untuk
mewujudkan kebenaran Mardalis (2003:24). Metode yang digunakan adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Menurut Nawawi dan Martini (1995:209), ”penelitian kualitatif adalah
rangkaian kegiatan atau proses menjaring data ataupun informasi yang bersifat sewajarnya
mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada obyeknya”.

Metode dapat juga diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud
(dalam ilmu pengetahuan, dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan Djajasudarma (2006:1). Penelitian
adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai
menyusun laporan Narbuko dan Achmadi (1997:1). Jadi metode penelitian adalah suatu
rangkaian langkah-langkah yang teratur dan terpikir baik yang dilakukan guna mendapatkan
pemecahan masalah. Dalam penelitian ini, digunakan metode kualitatif deskriptif.

Untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam penulisan tulisan ini,
penulisan menggunakan metode studi kepustakaan (library research) dan pengamatan
lapangan (field research).

3.2

Data dan Sumber Data

Universitas Sumatera Utara

Data dan sumber data untuk penulisan skripsi ini diambil dari buku-buku, jurnal,
majalah, dan sumber-sumber lainnya yang dapat memberikan informasi akurat yang
berhubungan dengan topik penulis. Data yang didapatkan melalui pengamatan lapangan
adalah hasil wawancara dan dokumentasi. Data diperoleh dari sumber primer dan sekunder.
Sumber data primer adalah:
1.

Sumber

: Effendi (Wu Chang Sung)


Profesi

: Juru Tulis Vihara

Alamat

: Jl. Binjai pasar V gg. Lapangan tua no. 14
kampung lalang

2. Sumber

: Andie Arif Wicaksono

Profesi

: Arsitek dan Konsultan Feng Shui

Alamat


: Jl. Kantal Baru no. 5 Yogyakarta

Sumber data sekunder adalah:
1. Sumber

: Solusi Feng Shui

Halaman

: 307 Halaman

Penerbit

: PT Elex Media Koputindo

Tahun

: 2008

Warna cover


: Hitam

2. Sumber

: Feng Shui Rumah

Universitas Sumatera Utara

3.3

Halaman

: 107 Halaman

Penerbit

: Griya Kreasi

Tahun


: 2011

Warna cover

: Kuning

Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan penting dalam proses penelitian karena hanya

dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai
penelitian mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang diteliti.
Teknik pengumpulan data dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu dengan cara: studi
kepustakaan (library research) dan pengamatan lapangan (field research). Library research
yaitu pengumpulan data-data dan informasi yang bersumber dari naskah, catatan, artikel,
buku-buku kepustakaan yang berkaitan dengan Feng Shui. Langkah berikutnya adalah
melakukan pencatatan yang berhubungan dengan data yang mendukung analisis penulis;
melakukan pengaturan data setelah mendapatkan data dari berbagai sumber data; menelaah
data yang sudah didapat, mengklasifikasian data-data tersebut dan penganalisisan data, serta
yang terakhir adalah menyimpulkan data. Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan

data yang relevan dengan penggarapan masalah dan untuk mengetahui sejauh mana data yang
sudah diperoleh dari peneliti terdahulu.
Teknik pengamatan lapangan (field research) dalam penelitian ini dimulai dengan
wawancara. Sebelum wawancara dilakukan maka disusun pertanyaan yang berhubungan
dengan topik penelitian. Pertanyaan ini yang nantinya akan diajukan kepada para narasumber.

Universitas Sumatera Utara

3.3.1

Lokasi Penelitian
Lokasi penlitian berada di Kota Medan, tepatnya Jl. Bandar Baru Kelurahan Sidodadi,

Kecamatan Medan Timur. Lokasi penelitian ini dihuni oleh masyarakat Tionghoa yang
sebagian besar memiliki mata pencaharian dibidang perdagangan. Alasan pemilihan lokasi
adalah karena banyaknya masyarakat Tionghoa yang bermukim disana dan mengerti dengan
Hong Shui (Feng Shui). Penduduk di daerah ini juga mayoritas bersuku Tionghoa yang pada
umumnya juga mengerti tentang Feng Shui.

3.3.2


Obervasi
Observasi berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan

indera penglihatan yang juga berarti tidak melakukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono,
1995:69). Dalam pengumpulannya pengamatan dilakukan secara langsung terhadap subyek
yang akan diteliti. Selama penelitian dilakukan tiga kali observasi ke tempat pemukiman
masyarakat Tionghoa yang menggunakan Feng Shui.

3.3.3

Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data adalah wawancara. Wawancara bertujuan untuk
mendapatkan informasi dengan bertanya secara langsung kepada narasumber. Sebagai
langkah awal penulis berpedoman pada pendapat Koentjaraningrat (1981:13) yang

Universitas Sumatera Utara

mengatakan, ”...kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

persiapan wawancara, teknik bertanya dan pencatat data hasil wawancara.”

Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat tersebut, maka penulis juga mengacu pada
pendapat Soehartono (1995:67) yang mengatakan,”...wawancara adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan langsung oleh si pewawancara,
jawaban responden akan dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder)”.
Koentjaraningrat (1981:139) juga mengemukakan bahwa wawancara terdiri dari beberapa
bagian yaitu,
”...wawancara terfokus, bebas dan sambil lalu. Wawancara terfokus diskusi berpusat
pada pokok permasalahan. Dalam wawancara bebas diskusi langsung dari suatu masalah ke
masalah lain tetapi tetap menyangkut pokok permasalahan. Wawancara sambil lalu adalah
diskusi langsung yang dilakukan untuk menambah/melengkapi data yang sudah terkumpul.”

Sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat dan Soeharto mengenai hal kegiatan
wawancara, maka sebelum wawancara dilakukan penulis mempersiapkan hal-hal yang
berhubungan dengan kegiatan wawancara demi kelancaran, yaitu alat tulis dan daftar
pertanyaan.

3.3.4


Dokumentasi
Setelah proses wawancara dengan informan, penulis melakukan pengambilan gambar.

Gambar yang diambil adalah bentuk Feng Shui yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa
yang dilakukan di lokasi penelitian. Dokumentasi dilakukan dengan Canon digital camera
bertipe IXUS 200 IS.

Universitas Sumatera Utara

3.3.5 Studi Kepustakaan
Pengumpulan data-data dan informasi yang bersumber dari naskah, catatan, artikel,
buku-buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan Feng Shui dan penerapannya. Langkah
berikutnya penulis akan melakukan pencatatan yang berhubungan dengan data yang
mendukung analisis penulis; melakukan pengaturan data setelah mendapatkan data dari
berbagai sumber data; menelaah data yang sudah didapat, mengklasifikasian data-data
tersebut dan penganalisisan data, serta yang terakhir adalah menyimpulkan data. Studi
kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data yang relevan dengan penggarapan masalah
dan untuk mengetahui sejauh mana data yang sudah diperoleh dari peneliti terdahulu dan
mendukung serta melengkapi hasil wawancara.


3.4

Teknik Analisis data
Data adalah informasi yang didapat melalui pengukuran-pengukuran tertentu, untuk

digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta. Fakta adalah
kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara empiris, antara lain melalui analisis data
(Abdurahman, 2005:104).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
kualitatif. Proses analisis data dimulai dengan mencari teori-teori yang dapat dijadikan
landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Landasan ini perlu ditegakkan agar
penelitian mempunyai dasar yang kokoh. Untuk mendapatkan informasi mengenai beberapa
hal yang disebutkan diatas, harus melakukan telaah kepustakaan. Pada umumnya lebih dari

Universitas Sumatera Utara

lima puluh persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian adalah membaca. Karena itu,
sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian (Abdurahman, 2005:17).
Setelah data diperoleh baik dari observasi, wawancara dan dokumentasi maupun
informasi mengenai Feng Shui maupun informasi mengenai yang diperoleh dari buku, jurnal,

artikel, dsb, maka penulis melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Mengklasifikasikan data yang diperoleh antara bentuk, fungsi dan makna Feng Shui.
2. Memutar ulang hasil wawancara yang didapatkan dari informan berupa rekaman dari
tape recorder, agar data yang dikumpulkan dapat digunakan dengan benar sesuai
dengan penelitian.
3. Melakukan pencatatan atas hasil wawancara, kemudian hasil dari pencatatan dibaca
berulang kali agar lebih dipahami.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

GAMBARAN UMUM FENG SHUI

4.1

Gambaran Umum Feng Shui

Secara harafiah arti kata Feng Shui dalam bahasa mandarin adalah:
Feng ( ฀ )= Angin, Shui ( 水 )= Air. Feng/Angin mewakili anasir Yang atau positif,
sedangkan Shui/Air mewakili anasir Yin/Negatif. Anasir Yang dan Yin adalah dasar filosofi
dari semua pengetahuan Tiongkok purba yang akhirnya juga diakui sebagai dasar dari logika
yang ada di dunia. Gabungan kata Feng dan Shui dijadikan simbol pengetahuan tentang
pengaruh alam lingkungan tehadap bangunan, bangunan terhadap kehidupan penghuninya.

Gambar 4.1 Hanyu Pinyin Feng Shui dalam Bahasa Indonesia
Sumber : Buku Solusi Feng Shui

Feng Shui adalah hasil penelitian empirik bangsa Tiongkok kuno. Feng Shui awalnya
tidak jauh berbeda dengan geomancy pada negara-negara barat, Weton di Jawa, Asta KosalaKosali di Bali dan Vastu di India. Feng Shui berfokus pada penataan ruang/bangunan yang
memerhatikan alam/logis, bukan sebagai ramalan nasib/mistis. Acap kali dalam Feng Shui

Universitas Sumatera Utara

terjadi penyimpangan ketika Feng Shui disalahgunakan untuk ramalan nasib manusia yang
kesannya menjadi mistik/klenik. Penerapan Feng Shui yang benar dapat mendatangkan
keberuntungan-keberuntungan fisik dan non-fisik dalam berbagi aspek dalam kehidupan
(Junianto, 2009:3).

Feng Shui memiliki intisari, intisari Feng Shui diantaranya adalah Yin-Yang. Yin
melambangkan pasif (hitam) dan Yang melambangkan aktif (putih). Yin-Yang digunakan
sebagai simbol keseimbangan dan keselarasan. Dalam Feng Shui dikenal juga lima unsur.
Lima unsur ini merupakan lima unsur utama dari alam yakni kayu, api, tanah, logam dan air.
Jika lima unsur tersebut berada dalam urutan yang benar dan posisi yang tepat, maka kelima
unsur ini akan saling mendukung dan menghasilkan dalam kehidupan manusia (Junianto,
2009:3)

Dalam praktiknya tidak lain Feng Shui adalah suatu konsep yang dapat digunakan atau
tidak digunakan dalam proses desain. Satu hal yang membedakan Feng Shui dengan konsep
desain adalah Feng Shui berporos pada pencapaian kualitas hidup yang lebih baik. Feng Shui
memiliki filosofi dasar sebagai berikut: Tian Shi, Di Li, Ren He, yang artinya: sesuai takdir
Sang Pencipta, tanah yang produktif dan didukung oleh manusia. Untuk menentukan tanah
yang produktif inilah maka Feng Shui juga disebut sebagai geomancy (geo = tanah).
Kegunaan Feng Shui bagi masyarakat kebanyakan diyakini hanya untuk kemakmuran.
Padahal tujuan Feng Shui tidaklah demikian. Terutama kesehatan pengguna untuk dapat
memperoleh kebahagiaan termasuk keharmonisan antar sesama (Mariana, 2008:6).

Universitas Sumatera Utara

Dalam penyebarannya pada zaman dahulu, Feng Shui sering kali identik dengan
mitos. Hal ini karena masyarakat zaman dahulu lebih cepat tunduk pada sesuatu yang
berhubungan dengan supranatural. Namun dalam perkembangannya saat ini, mitos dewadewa ini tidak dipercaya begitu saja oleh orang-orang. Hal ini terkait dengan semakin
rasionalnya cara berpikir manusia masa kini, walaupun pemahaman Feng Shui sebagai ilmu
empiris belum dipahami oleh semua orang. Masih ada sebagian orang yang menganggap
bahwa Feng Shui adalah mitos belaka (Wicaksono, 2010:6)

4.2

Sejarah dan Perkembangan Feng Shui

Munculnya Feng Shui tidak serta merta terjadi secara instan, namun melewati
berbagai proses yang panjang. Feng Shui merupakan sebuah metamorphosis yang telah ada
sejak lebih dari 4700 tahun yang lalu. Ilmu telah mengalami perubahan yang begitu besar jika
ditilik dari waktu ke waktu. Proses ini diawali dengan ditemukannya I Ching (kitab
perubahan), yaitu sebuah kitab kuno Cina yang sangat termasyur berisi prinsip kebenaran
yang dianggap sebagai perubahan alam dan segala isinya. Karya klasik Cina ini dimuliakan
selama ribuan tahun sebagai tuntutan atas keberhasilan dan sumber kebijakan. Hampir semua
falsafah Cina berakar dari kitab ini.

Konsep dasar I Ching berkembang dan bermula lebih dari 4900 tahun lalu oleh
Kaisar Fu Xi (2953 SM – 2838 SM) yang oleh karena pengamatannya yang baik terhadap
segala perubahan alam dan bentuk-bentuk kehidupan termasuk setiap gerakan tubuh. Kaisar
Fu Xi menyimpulkan bahwa semua pergerakan di alam semesta dengan segala isinya berubah

Universitas Sumatera Utara

mengikutu hukum kehidupan (Hukum alam/ Li). Kaisar Fu Xi berhasil menemukan
perhitungan kotak ajaib, kala itu ia menemukan kura-kura raksasa hitam merayap keluar dari
sungai Lo. Ia sangat terpukau pada pola titik-titik air yang terdapat pada punggung kura-kura
tersebut. Dari punggung kura-kura itulah perhitungan akan kotak Lo Shu didapat. Lo Shu
adalah perhitungan Feng Shui yang menggunakan pola angka 1 sampai 9. Setiap angka
terdapat pada satu kotak kecil yang terdapat pada punggung kura-kura, terdiri dari 3 vertikal
dan 3 horizontal. Jika semua vertikal maupun horizontal dijumlahkan, maka akan selalu
menghasilkan angka 15.

Gambar 4.2 Diagram Lo Shu
Sumber : Ambiente, 1994

Pada masa ini Feng Shui dikenal dengan nama Bu Zhai, yakni metode peramalan
dengan menggunakan cangkang kura-kura untuk menilai sebuah lokasi yang menguntungkan
atau tidak. Fungsi kotak Lo Shu dalam Feng Shui adalah untuk mendapatkan waktu dan arah
yang tepat ketika renovasi rumah, pindah rumah, masuk kantor baru dan hari-hari penting
lainnya. Kotak Lo Shu melambangkan Sembilan tipe energi Qi. Angka 9 menunjukkan arah
Selatan, sebagaimana dikenal dalam kompas Feng Shui.

Universitas Sumatera Utara

Peta Lo Shu berubah menjadi sumber inspirasi utama yang mempengaruhi konsep
peta manusiawi dan dimualailah era dimana Ba Gua dipakai sebagai alat memperediksi
perubahan tingkah pola kehidupan manusia. Ba Gua susunan langit awal ini sering disebut
sebagai Xian Tian Ba Gua atau peta surgawi. Ba Gua cenderung dipakai sebagai alat
memprediksi fenomena yang terjadi di alam untuk menghitung bangunan yang bersifat
monumental, seperti rumah ibadah, istana kerajaan, formasi kota, makam, dan lain-lain.
Metode utama yang digunakan pada era ini masih sederhana sekali, yaitu: mengevaluasi
bentuk-bentuk tanah dataran tinggi dan dataran rendah, kecukupan air dan pola aliran air.
Pakar Feng Shui pada masa itu disebut dengan istilah Fang Shi atau seseorang yang
mempelajari ilmu metafisika.

Gambar 4.2 Ba Gua Susunan Langit Awal
Sumber : www.taiji.net

Konsep Ba Gua/delapan trigram ini kemudian diterjemahkan dan disusun menjadi
64 Hieragram oleh Raja Wen Wang (pendiri Dinasti Zhou, 1150-249 SM) dalam bentuk Hou
Tian Ba Gua atau peta manusiawi (Ba Gua lanjutan) yang pada masa itu merupakan periode

Universitas Sumatera Utara

zaman yang lebih maju untuk memahami nama-nama benda beserta hukum alam yang harus
diketahui. Perubahan Ba Gua menjadi 64 Hieragram akhirnya disimpulkan sebagai akar
kebudayaan dan pengetahuan Cina kuno. Selanjutnya isi peta manusiawi ini disempurnakan
oleh Khong Hu Cu (551-479 SM) dan dikenal dengan nama kitab I Ching. Ia menambahkan
sepuluh sayap dalam I Ching sebagai tafsir penjelasan dan mengembangkannya secara khusus
sebagai sumber penghayatan hidup dan pendalaman spiritualitas.

Kaisar Chin Shi Huang Ti (221-206 SM) adalah pendiri Dinasti Qin, yang berkuasa
dengan masa jabatan yang singkat, tetapi merupakan kaisar lalim yang berkuasa dengan
tangan besi dan telah berhasil menyatukan Cina kembali setelah porak-poranda akibat
pertikaian dalam negeri, dimana hanya tersisa tujuh Negara yaitu : Qin, Qi, Chu, Yan, Han,
Zhao dan We. Kaisar inilah yang meninggalkan karya sejarah spektakuler berupa dua
keajaiban dunia yaitu Tembok Besar Cina dan Terracotta. Kaisar Chin juga mengharuskan
pemusnahan terhadap kitab-kitab yang tidak sesuai dengan misi kekaisaran Qin. I Ching
termasuk salah satu dari sebagian kecil kitab yang berhasil diselamatkan.

Kemunculan Dinasti Han setelah Dinasti Qin menghasilkan suatu pemerintahan yang
rapi, tertib dan teratur. Di zaman ini I Ching berkembang dengan sangat pesat dan dikenal
sebagai buku ramalan, etika dan metafisika. Ajaran Khong Hu Cu pun menjadi agama resmi
Negara dengan lima kitab pegangan (Wu Ching) dimana salah satunya adalah I Ching. Pada
masa ini ilmu Feng Shui dikenal dengan istilah Kan Yu. Kan Yu adalah istilah bahwa manusia
mengerti kehendak alam semesta, sehingga dimana saja dia tinggal dia harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Pada zaman kejayaan Dinasti Han dibangun perlintasan Jalur Sutra yang merupakan
jalur lalu lintas darat. Jalur ini dipakai sebagai jalur perlintasan luar negeri, yang
menghubungkan Cina, Turki, india bahkan sampai Afganistan. Jalur ini juga digunakan untuk
penyebaran agama Budha di Cina oleh para Biksu dari India dan akhirnya agama ini membaur
dengan agama pribumi di Cina yaitu agama Tao dan Khong Hu Cu, kemudian berkembang
kembali sebagai agama Chinesse Buddhism yang di Indonesia dikenal sebagai agama
Kelenteng. I Ching dikembangkan secara resmi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kurikulum pendidikan, bahkan dijadikan sebagai bahan pelajaran wajib yang harus dikuasai
oleh para Sia Cai (sarjana) saat mengikuti ujian tingkat nasional. Kemudian berkembang pula
I Ching versi Buddhis dan Taoisme. Perpaduan inilah yang kemudian menghasilkan teks
standar I Ching. I Ching perpaduan ini dijadikan oleh para ilmuan dunia dalam menelaah dan
kemudian mempelajari I Ching yang kemudian disusun lagi pada zaman Dinasti Tang hingga
akhirnya muncullah Feng Shui.

Perjalanan Feng Shui ini berlanjut pada zaman Dinasti Tang, dimana praktek Feng
Shui mulai diperkenalkan secara luas di Cina oleh Yang Yun Sang seorang ahli Cina kuno
(sekitar 840-888 M). Yang Yun Sang merupakan penasehat utama kaisar Hi Tsang (888 M).
Ia diakui sebagai penemu Feng Shui, ia meninggalkan warisan klasiknya berupa 3 buku
tentang Feng Shui. Ketiga buku ini bercerita tentang praktek Feng Shui yang menggunakan
metode perhitungan dikembangkan melalui metafora keberadaan sosok naga, terdiri atas :
Han Lung Ching (Seni Membangkitkan Naga), Ching Nang Ao Chih (Menentukan Letak Goa
Naga), I Lung Ching (Prinsip Mendekati Naga).

Universitas Sumatera Utara

Buku ini dikembangkan menjadi dasar-dasar Feng Shui dan dikenal sebagai Feng
Shui aliran bntuk yang mengacu pada penentuan letak Naga Hijau dan Macan Putih sebagai
faktor penentu kedudukan Nafas Kosmis (Qi/Energi Pembawa Keberuntungan). Wang Zhi
seorang ahli perbintangan yang hidup di zaman Dinasti Sung (960 M), memperkenalkan Feng
Shui aliran kompas yang berpengaruh pada planet terhadap kualitas baik buruknya suatu
tempat/lahan/bangunan. Pada akhir abad ke 19 dengan awal abad ke 20 kedua aliran yang
tadinya berjalan sendiri-sendiri ini, digabungkan menjadi prinsip perhitungan Feng Shui yang
saling mengisi dan berkaitan.

Gambar 4.2 Luo Ban yang biasa dipakai pakar Feng Shui Aliran Kompas

Sumber: www.google.id

4.3

Elemen-elemen Feng Shui

Lima unsur (Wu Xing) masing-masing merupakan elemen pokok dalam Feng Shui
yakni kayu, api, tanah, logam dan air. Kelimanya merupakan elemen yang mutlak diatas bumi

Universitas Sumatera Utara

setiap

elemen

saling

berpengaruh

dalam

siklus

produktif/menguntungkan

dan

destruktif/menghancurkan.

Gambar 4.3 Simbol Unsur Kayu, Api, Tanah, Logam dan Air (kiri ke kanan)

Sumber : www.google.id

Siklus produktif berjalan dengan urutan api, tanah, logam, air, kayu kembali ke api,
dst. Secara teoritis dapat diartikan api menghasilkan tanah (hasil proses pembakaran), tanah
melahirkan logam (lokasi barang tambang/logam-logam yang berada di perut bumi), logam
mengandung air (tetesan air yang muncul pada logam), air menumbuhkan kayu (unsur hara),
kayu menyalakan api (kayu sebagai mediator), dan seterusnya kembli ke awal. Sementara
siklus destruktif berlangsung dalam urutan kayu, tanah, air, api, logam, dan seterusnya
kembali ke awal. Artinya kayu merusak tanah (akar kayu merusak/menghancurkan batu),
tanah menyerap air, air memadamkan api, api mencairkan logam dan logam memotong kayu
(gergaji/kapak).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.3 Siklus Hubungan Antar Unsur

Sumber: www.google.id

4.4

Aspek Pengamatan dalam Feng Shui

Menurut Wicaksono (2004), aspek pengamatan dalam Feng Shui terdiri dari:

1.

Letak
Kestrategisan suatu lokasi merupakan salah satu aspek terpenting yang harus

dipertimbangkan dalam pemilihan tapak suatu bangunan. Di dalam Feng Shui, letak suatu
bangunan dapat mempengaruhi kehidupan penghuninya. Faktor letak ini seringkali juga
dikaitkan dengan arah mata angin. Salah satu aliran Feng Shui meninjau atau menilai
kebaikan dan keburukan tentang posisi suatu bangunan. Ada beberapa bangunan yang tidak
baik keberadaannya apabila bangunan tersebut terletak di depan suatu rumah tinggal, atau bila
rumah tinggal didirikan di bekas kavling tanah bangunan-bangunan seperti rumah ibadah,
kantor polisi, rumah duka, penjara, rumah jagal, dan bangunan bekas terbakar. Bangunanbangunan tersebut dinilai akan menghisap Qi positif dari penghuni rumah yang ada di
depannya yang menyebabkan menurunnya gairah hidup. Namun, sebenarnya hal ini pun dapat

Universitas Sumatera Utara

dijelaskan secara logis dalam ilmu arsitektur. Bangunan yang dapat menimbulkan damapak
negatif ini lebih pada tinjauan psikologis karena aktivitas yang ada di dalam bangunan
tersebut.
1.

Lokasi
Tiga karakteristik yang paling penting dalam hunian adalah: “lokasi, lokasi dan

lokasi” (Kau dan Sirmans, 1985: 22-23). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa lokasi
merupakan karakteristik yang paling penting dalam hunian.
Memilih lokasi yang tepat, baik untuk residensial maupun komersial sangatlah
penting. Seorang pemilik rumah dengan memilih lokasi yang tepat, mengharapkan terjadinya
kenaikan nilai. Pemilihan lokasi yang tidak tepat dapat mengarah pada penurunan nilai dan
potensi untuk dijual kembali.
Pengertian lokasi menurut Dasso dan Ring (1992) adalah “Location is the result of
fixity and concerns relationship to a property”. Bila diterjemahkan: “lokasi adalah suatu
ketetapan dan menyangkut hubungan dengan suatu properti”.
Faktor lokasi yang berkaitan dengan sebuah properti antara lain:
a. Convenience or accessibility, yaitu kemudahan mencapai suatu lokasi dari lokasi
tertentu dihitung berdasar biaya dan waktu.
b. Environment or exposure, yaitu kondisi lingkungan sekeliling yang melingkupi suatu
daerah seperti pemandangan alam, udara bersih, dan jarak dengan fasilitas.
c. Protection from externalities, yaitu perlindungan dari aspek negatif yang berasala dari
luar lokasi.
2. Bentuk dan Skala Ukuran

Universitas Sumatera Utara

a. Bentuk
Bentuk dan ukuran merupakan asosiasi yang sangat erat. Bentuk menunjukkan konfigurasi
umum suatu objek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh. Bentuk
mempunyai dua makna yakni:
1. Bentuk luar atau umum
Empat macam tipe lahan rumah dengan bentuk oktagonal, persegi, persegi panjang, dan
segitiga.
2. Bentuk rinci atau susunan bentuk yang lebih rinci dan spesifik
b. Skala ukuran
Sedangkan ukuran merupakan bagian informasi kontkstual selain bentuk dan letak. Menurut
Sutanto (1986), ukuran merupakan atribut objek yang berupa jarak, luas, tinggi,
lereng dan volume.

4.5

Arti dan Pengaruh Warna Dalam Feng Shui

Pengaruh warna dalam ajaran Feng Shui sangat penting dan kompleks sebab
perhitungannya selalu melibatkan unsur warna. Warna dalam ajaran Feng Shui dinilai sebagai
berikut:

1. Mengandung energi kekuatan dan getaran.
2. Mencerminkan sifat dan karakter magnetik dan alam semesta.
3. Secara psikologis dapat dirasakan pengaruhnya.
4. Berpengaruh terhadap prilaku seseorang.

Universitas Sumatera Utara

5. Berinteraktif dalam kehidupan (Dian, 2002:2)

Warna berdasarkan pengaruh yang dibawanya meliputi: Too (2002:166)

1. Merah
Warna merah menurut ajaran Feng Shui dianggap sebagai warna yang member kekuatan
berpengaruh dan kekuasaan.
2. Merah

dan Emas

Paduan warna merah dan emas merupakan lambang kekayaan dan kemakmuran, penggunaannya
dalam rumah tidak boleh terlalu dominan, disarankan hanya sebagai hiasan.
3. Ungu
Ungu merupakan lambang kemakmuran yang kuat. Penggunaan warna ini sebagai tema
merupakan keputusan Feng Shui yang tepat.
4. Ungu

dan Perak

Kombinasi warna tersebut merupakan kombinasi warna yang mendekati kesan Hi-Tech dan warna
ini adalah warna logam.
5. Hijau

dan Biru

Warna-warna tersebut adalah warna yang harmonis dan seimbang, merupakan perpaduan warn
yang baik bagi ruangan anak-anak yang sedang tumbuh, karena Qi pertumbuhan yang
dibawa oleh Qi kedua warna tersebut adalah pertumbuhan Qi yang sehat.
6. Hijau

dan Merah

Paduan warna tersebt merupakan paduan warna yang membawa kebahagiaan, warna ini sebaiknya
digunakan dikamar tidur dan berhubungan dengan pemenuhan satu tahap kehidupan
seseorang.

Universitas Sumatera Utara

7. Putih

dan Kuning

Warna kuning menyebarkan kehangatan dan harapan baik, warna ini bisa merupakan warna
kerajaan yang tidak sembarang orang bisa menggunakannya, karena seseorang yang
tidak kuat meggunakan warna kerajaan ini maka orang tersebut bisa keberatan
penyakit. Sedangkan warna putih merupakan warna penetralisir, maka apabila ruangan
didominasi oleh warna kuning, gunakan warna putih sebagai penetralisir.
8. Merah

dan Kuning

Kombinasi warna ini membawa keberuntungan dalam rumah, apabila penggunaannya
mndominasi ruangan maka keberuntungan akan datang.
9. Hitam

dan Putih

Paduan warna tersebut melambangkan keharmonisan, warna hitam tidak boleh mendominasi
ruangan. Warna putih merupakan warna yang mengandung semua warna pelangi
sehingga

mempunyai

keseimbangan

semua

warna,

oleh

sebab

itu

dalam

penggunaannya warna putih boleh mendominasi.
10. Hitam

dan Hijau

Warna-warna tersebut merupakan perpaduan yang menguntungkan bagi anak-anak karena kedua
warna ini membawa pengaruh pada pertumbuhan, tetapi penggunaan warna hitam
disarankan tidak terlalu berlebihan.

Universitas Sumatera Utara

BAB V

PEMBAHASAN DAN HASIL

5.1

Bentuk, Fungsi, dan Makna Berdasarkan Sektor Eksternal

Feng Shui memiliki bentuk, fungsi, dan makna. Bentuk pada Feng Shui merupakan
aturan-aturan yang digunakan dalam penerapan Feng Shui pada suatu bangunan. Fungsi dan
makna Feng Shui mengacu pada fungsi dari setiap aturan dan bagaimana Feng shui memiliki
makna dalam kehidupan penggunanya. Dalam penerapannya Feng Shui dibagi atas dua
sektor, yaitu sektor eksternal dan sektor internal. sektor internal mencakup hal-hal yang
berada di dalam bangunan. Sektor eksternal adalah keseluruhan yang berada di luar rumah
seperti jalan raya, keadaan sekitar rumah, dan juga sungai.

5.1.1

Rumah di Atas Bantaran Sungai

Sungai

dan jalan raya merupakan dua objek yang berbeda, tetapi sama-sama

merupakan sarana transportasi. Sungai dikenal sebagai sarana transportasi masa lalu dan jalan
raya sebagai transportasi yang lebih banyak digunakan pada masa kini.

Rumah yang dibangun dengan tonggak penyangga di bantaran sungai menyebabkan
sebagian atau seluruh bangunan berdiri tepat di atas sungai. Formasi ini dalam Feng Shui
memiliki makna yang tidak baik dalam Feng Shui jika bangunan tersebut dimaksudkan untuk
rumah tinggal, sebab dapat menghasilkan kesejahteraan hidup yang tidak baik. Posisi ini
dapat menyebabkan perasaan tidak tenang, karena dibayangi ketakutan akan jatuhnya rumah

Universitas Sumatera Utara

ke dalam air . Feng Shui yang paling baik adalah membangun sebuah rumah tinggal di atas
tanah, bukan air (Dian, 2008:68).

Gambar 5.1.1 Rumah di atas bantaran sungai

Sumber: Solusi Feng Shui

Perumahan pada lokasi penelitian tidak dibangun di atas bantaran sungai. Perumahan
pada penelitian ini dibangun di atas tanah kering, bukan timbunan dari perairan atau
semacamnya, karena di perumahan tersebut tidak ditemukan aliran sungai. Dalam
pembangunannya perumahan di kelurahan Sidodadi telah menerapkan Feng Shui secara
benar.

5.1.2 Air di Sekitar Rumah

Rumah yang berdekatan dengan air terjun atau dapat melihat ke air terjun memiliki nilai
tambah yang baik dalam Feng Shui. Gemericik dan aliran air terjun diyakini dapat
mendatangkan Qi/hawa murni yang sangat berguna bagi kehidupan. Mencari lokasi yang
mempunyai air terjun untuk Feng Shui yang baik ternyata sangat sulit. Oleh sebab itu, banyak

Universitas Sumatera Utara

orang yang membuat air terjun dalam bentuk miniatur dan meletakkan di sisi depan
rumahnya.

Demikian juga lokasi rumah di jalan atau sungai yang meliuk merupakan pilihan yang
baik untuk Feng Shui. Sebab gerakan meliuk akan memperlambat aliran sungai atau
kendaraan yang lalu lalang. Dengan demikian, Qi dapat berhimpun dan tidak mudah buyar
oleh gerakan yang keras. Akan tetapi, baik tidaknya lokasi bangunan di dekat jalan atau
sungai yang meliuk, harus dilihat dari mana datang dan perginya air atau kendaraan. Air yang
datang ke arah rumah nilainya baik, sebaliknya air yang menjauh pergi dinilai kurang baik
(Dian, 2008).

Perumahan pada lokasi penelitian tidak memiliki air disekitar rumah baik air terjun,
kolam ikan maupun aliran air yang mengalir ke arah rumah. Hal ini karena keterbatasan tanah
yang dimiliki oleh setiap perumahan. Perumahan dalam penelitian memiliki bentuk yang ratarata tidak memiliki ruang untuk penataan taman, karena keterbatasan ukuran tanah yang
mereka miliki. Pada kasus ini, perumahan pada lokasi penelitian tidak memenuhi standar
Feng Shui untuk masalah pengaliran air sebagai nilai tambah Feng Shui. Kasus Feng Shui
seperti ini bukan merupakan kasus yang berat dan tidak memerlukan pembenaahan, karena air
dalam kasus ini hanya merupakan nilai tambah, jika tidak ada tidak merupakan suatu masalah,
dan jika ada akan memberi value yang lebih baik.

5.1.3

Rumah Berada pada Posisi Tusuk Sate

Universitas Sumatera Utara

Rumah di ujung pertigaan jalan dan bertatapan langsung dengan jalan dikatakan
berada di posisi ujung jalan “T” atau sebutan populernya “Tusuk Sate”. Letak rumah ini
dinilai jelek dalam Feng Shui sebab sering mendatangkan kendala. Banyak orang mengatakan
bahwa rumah “tusuk sate” sangat angker sebab sering dijadikan jalan tembus bagi makhluk
halus. Akibatnya, penghuni sering sakit aneh yang berat dan harus mengeluarkan banyak
biaya untuk pengobatan sehingga mengorbankan seluruh tabungan.

Menurut logika, faktor setan dan roh halus dapat diartikan sebagai debu dan kuman
penyakit yang dibawa oleh angin, yang bergerak lurus dan langsung masuk ke rumah yang
berada di ujung jalan. Hal ini menyebabkan rumah di posisi ”Tusuk Sate” memang beresiko
tinggi dimasuki debu dan kuman penyakit, bahkan tertabrak mobil yang ngebut.

Gambar 5.1.3 Posisi Rumah Tusuk Sate

Sumber: Solusi Feng Shui

Ada beberapa cara dan siasat untuk pembenahan rumah “tusuk sate”, di antaranya:

1. Pintu rumah dibuka menhadap ke arah samping sehingga angin dan debu tidak
langsung masuk ke rumah.

Universitas Sumatera Utara

2. Membuat dinding penghalang yang solid untuk benteng perlindungan, untuk
menghindari msuknya mobil/motor secara tiba-tiba ke dalam rumah (rumah “tusuk
sate” paling sering ditabrak mobil).
3. Membuat sebuah kolam dengan bentuk cembung ke luar. Kolam dimaksudkan sebagai
filter atau penyaring udara kotor.
4. Memasang cermin di depan pintu yang digunakan ssebagai reflektor agar kendaraan
yang lewat waspada dan hati-hati. Cermin mempunyai daya pantul yang baik dan
dipercaya dapat mengusir hawa jahat/Sha Qi. Oleh sebab itu, banyak orang yang
tinggal di rumah “tusuk sate” memasang cermin cembung sebagai penangkal (Dian,
2008).

Gambar 5.1.3

Pembenahan pada rumah tusuk sate
Sumber: Solusi Feng Shui

Perumahan pada lokasi penelitian ini ditemukan satu rumah yang berada pada posisi tusuk
sate, yaitu rumah Pak Huang Da Tong, dimana rumah tersebut mengalami seperempat tusuk
sate dari jalanan (digolongkan dalam tusuk sate sebagian). Pak Huang Da Tong telah
berkonsultasi dengan ahli Feng Shui dan mendapatkan solusi dari permasalahan posisi rumah

Universitas Sumatera Utara

pada tusuk sate. Menurut konsultan Feng Shui rumah Pak Huang Ta Tung dapat
menyebabkan rejeki yang dihasilkan dari rumah tersebut akan pindah ke seberang rumah Pak
Huang Ta Tung. Konsultan Feng Shui menganjurkan agar Pak Huang Ta Tung menutup
setengah pintu rumah yang berada pada posisi tusuk sate. Pintu rumah ini dibuka ketika
hendak melakukan pekerjaan yang mengharuskan pintu terbuka, seperti keluar masuk rumah
dan mengeluarkan kendaraan.

5.1.4

Rumah di Sudut atau Hook

Posisi rumah di tikungan atau di perempatan jalan disebut “rumah sudut atau Hook”.
Posisi ini sering dikatakan jelek karena rumah dengan dua penampang dapat dikatakan
mempunyai pertahanan yang buruk karena posisinya serba terbuka. Disampaikan oleh Bapak
Huang Da Tong pada wawancara tanggal 8 Juli 2012 yang dilangsungkan di kediamannya.
Feng Shui dengan rumah di posisi Hook memang memiliki makna yang kurang baik, namun
rumah atau tanah yang berada pada posisi ini masih banyak dicari di lingkungan yang luas
lahannya terbatas seperti cluster ataupun perumahan kecil. Posisi hook dapat memberikan
ruang untuk memperluas tempat tinggal. Kasus pada posisi ini bukan termasuk kasus yang
berat.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.1.4 Rumah pada posisi Hook

Sumber : Dokumen Pribadi

5.1.5

Rumah di Ujung Jalan Buntu dan Rumah Menghadap Jalan Buntu

Rumah di ujung jalan buntu dinilai kurang baik sebab Qi menjadi stagnan dan tidak
bisa bertahan lama. Akibatnya, rezeki kehidupan juga semakin susah didapat. Rumah di ujung
jalan buntu secara umum tidak memiliki sirkulasi angin yang baik sehingga Qi berubah
menjadi Sha Qi yang jahat dan udara juga terasa lebih panas. Situasi ini sering mengundang
musibah kebakaran bahkan pencurian. Qi dapat tumbuh dan bersemai dengan baik jika dibuat
sebuah kolam dengan air terjun di depan rumah. Dengan demikian, Qi dapat bersikulasi
dengan pertumbuhan yang panjang.

Demikian juga dengan rumah yang menghadap jalan buntu, secara otomatis posisinya
berada di formasi “tusuk sate”. Tipe rumah seperti ini tidak bisa mendatangkan hawa rezeki
yang baik, usaha mudah kena tipu, dan banyak kasus sering bertemu jalan buntu. Cara

Universitas Sumatera Utara

pembenahannya tidak berbeda dengan cara menyiasati rumah “tusuk sate”. Hal yang paling
baik apabila pintu tidak dihadapkan dengan jalan buntu (Dian, 2008).

Gambar 5.1.5 Rumah berada di jalan buntu (atas), Rumah menghadap ke jalan buntu
(bawah).

Sumber: Solusi Feng Shui

Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan rumah yang berada di jalan buntu atau
rumah yang menghadap jalan buntu, karena kompek perumahan berada di pinggir jalan raya
sehingga tidak terdapat jalan buntu. Ketika penelitian dilakukan ada subuah ruko pada
komplek ini yang terletak di ujung lokasi, namun posisi ini tidak bisa dikatakan sebagai
rumah yang berada pada posisi jalan buntu. Karena pada tembok yang berada di belakang
ruko memiliki satu pintu kecil yang dapat dibuka tutup, untuk jalan tembus ke jalan raya.

Universitas Sumatera Utara

5.1.6

Rumah Berhadapan dengan Pemakaman

Rumah yang berada di dekat kuburan (khususnya yang berhadapan langsung dengan
area kuburan) atau rumah duka akan memberikan pengaruh buruk bagi orang yang tinggal di
sana sebab kuburan adalah tempat berkumpulnya energi Yin/negatif dalam kadar yang sangat
besar. Dalam dunia metafisika, rumah tinggal ini disebut sebagai tempat berkumpulnya roh.
Agar panas tubuh manusia stabil, manusia membutuhkan energi Qi dari elemen Yang/Positif.
Elemen Yin yang mendominasi kehidupan manusia mengakibatkan rasa lesu, frustasi, dan
tidak memiliki semangat juang untuk menyongsong kehidupan sebab jiwa dan fisik sering
mengalami gangguan dan tekanan berat.

Gambar 5.1.6 Rumah berhadapan dengan pemakaman

Sumber: Solusi Feng Shui

Aroma yang dikeluarkan dari lokasi pemakaman biasanya berbau khas, yaitu berau
harum yang identik dengan hal-hal mistis (terutama yang keluar dari bunga kamboja). Bau
harum dan penanaman bunga seperti melati dan kamboja di komplek pemakaman memang
memiliki dampak positif yakni menetralisir bau busuk dihasilkan dari proses pembusukan
bangkai yang terjadi di dalam tanah. Hal ini menyebabkan kamboja dianggap sebagai bunga

Universitas Sumatera Utara

kuburan dan ada pendapat dalam Feng Shui yang menganggap penanaman bunga kamboja di
lingkungan rumah karena dapat menimbulkan efek sendu (Wicaksono, 2011:76).
Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan rumah yang berhadapan dengan
kuburan, karena di dalam atau di sekitar komplek perumahan tersebut tidak terdapat
pemakaman.

5.1.7

Rumah Berhadapan dengan Rumah Ibadah
Rumah ibadah dalam Feng Shui termasuk elemen Yin besar karena bersifat spiritual

untuk alam batin, pengaruhnya kurang baik untuk rumah tempat tinggal yang sangat
membutuhkan energi Yang/positif. Dengan demikian, pengaruh elemen ini juga kurang baik
untuk rumah yang berhadapan langsung dengan rumah ibadah atau yang tinggal dalam radius
50 atau 60 meter dari objek yang dipermasalahkan.
Getaran suara doa berjemaah, nyanyian dan lonceng yang mengiringi upacara dan
seremonial lainnya sering merusak energi Sheng Qi/energi baik yang berkumpul dalam
rumah. Akibatnya, hawa rezeki untuk dunia non spiritual tidak bisa terkumpul dengan baik
dan mudah tersapu pergi. Terlalu dekat dengan alam batin yang bernuansa supranatural
memang akan memenuhi kebahagiaan batin, tetapi kalau tidak bisa mengendalikannya, timbul
penurunan konsentrasi kerja sehingga karier dan usahapun pada akhirnya akan mengalami
penyusutan (Dian, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.1.7 Rumah berhadapan dengan rumah ibadah
Sumber: Solusi Feng Shui

Menurut Bapak Effendi pada wawancara tanggal 12 Juli 2012, rumah yang terletak di depan
rumah ibadah memiliki Feng Shui yang tidak baik. Rumah ibadah adalah tempat
memanjatkan doa, oleh karena itu harus dipelihara kesuciannya. Manusia yang berada di
dalam rumah sering kali melakukan pelanggaran terhadap ajaran sang pencipta, seperti
berkata kasar, atau bertindak kurang sopan. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang
lebih rendah derajatnya dengan sang pencipta, sehingga sudah sepantasnya memelihara dan
menjaga tingkah laku agar kesucian rumah Tuhan terjaga. Feng Shui ini dinilai tidak baik
ditinjau dari hal kepantasan, sebaik-baiknya manusia pasti memiliki dosa walau sekecil
apapun, sedangkan Tuhan adalah pemilik kesempurnaan.
Bapak Effendi juga mengatakan bahwa rumah ibadah juga merupakan tempat untuk
melakukan penyembahan atau pemanjatan doa bagi orang yang meninggal dunia. Hal ini
dapat menimbulkan hati menjadi cepat sedih oleh karena rasa empati manusia yang turut
bersedih ketika melihat manusia lain bersedih ketika ditinggal oleh orang yang disayanginya.
Sesuai dengan yang disampaikan

Universitas Sumatera Utara

Wicaksono (2011:73) bahwa:
”Rumah di depan tempat ibadah tidak sepenuhnya baik. Perlu diingat bahwa ada
beberapa ritual yang membawa jenazah ke tempat ibadah sebelum di makamkan ke tempat
pemakaman. Hal ini sering membuat penghuni rumah di depan bangunan peribadatan sering
melihat dan ikut merasakan kesedihan dari prosesi jenazah yang berlangsung”.
Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan rumah yang berhadapan dengan rumah
ibadah, karena komplek perumahan tidak terdapat rumah ibadah.

5.1.8

Rumah Berhadapan dengan Gedung Tinggi
Rumah yang berhadapan dengan gedung tinggi, diibaratkan menatap gunung tinggi,

menyebabkan Qi/hawa rezki tidak dapat mengalir masuk karena terhalang rintangan besar.
Untuk jarak yang terlalu dekat, pengaruh tekanannya sangat terasa sehingga pembenahannya
sulit dilakukan (Dian, 2008).
Demikian halnya jika tempat tinggal merupakan bangunan rendah di antara dua gedung
tinggi diibaratkan terbelah pisau dari langit. Kasus ini sangat sulit dibetulkan sebab yang
menjadi penyebab adalah faktor lingkungan. Akibatnya, Qi kehidupan mendapat tekanan
yang sangat berat sehingga hawa rezeki tidak dapat masuk dan bersirkulasi dengan baik ke
rumah. Dalam posisi tertentu, sinar matahari sulit menjangkau rumah. Oleh karena itu, rumah
akan selalu tertutup oleh bayangan dari gedung di sebelahnya sehingga energi Yin lebih
mendominas dari pada unsur Yang/positif, dapat merusak sisi kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.1.8 Rumah berhadapan dengan gedung tinggi
Sumber: Solusi Feng Shui

Perumahan pada penelitian ini dibangun dari kawasan yang bebas dari gedung tinggi,
sehingga tidak satu rumahpun berada diantara gedung tinggi. Baiknya penataan rumah juga
tidak menyebabkan sinar matahari untuk masuk ke dalam rumah.

5.1.9

Dua Pintu Saling Berhadapan dari Rumah yang Berseberangan

Bapak Huang Da Tong dalam wawancara pada tanggal 8 Juli 2012 mengatakan jika
dua rumah berseberangan dengan dua pintu yang saling berhadapan mempunyai nilai Feng
Shui yang buruk sebab kedua pintu utama/pintu masuk rumah itu akan saling adu kuat dalam
menarik energi Qi/hawa rezeki kehidupan dan saling ingin mengalahkan satu dan lain.
Pemenangnya ditentukan oleh posisi rumah dan letak pintu siapa yang lebih benar serta sesuai
dengan energi magnetik pemilik (dilihat dari unsur kelahiran) yang diyakini dapat
mendatangkan lebih banyak hawa rezeki. Cara pembenahannya adalah letakkan cermin
cembung di atas pintu rumah agar hawa negatif dapat ditolak.

Universitas Sumatera Utara

Bapak Huang juga mengatakan bagi masyarakat Tionghoa kasus seperti ini banyak
diperhatikan walaupun penghuni rumah tidak menggunakan penerapan Feng Shui. Posisi
seperti ini memang sudah diperhatikan dalam tempat tinggal tanpa harus menggunakan jasajasa konsultan Feng Shui. Sebagian kecil rumah terkena kasus seperti ini dan membuat cermin
di atas pintu untuk pembenahannya. Hal seperti ini ditemui karena ada beberapa rumah yang
pintu utamanya berbentuk sliding door yang besar sehingga seluruh luas bangunan adalah
pintu masuk utama. Meskipun begitu mereka tetap menggunakan cermin pada bagian atas
rumahnya.

Gambar 5.1.9 Dua pintu saling berhadapan dari rumah yang berseberangan

Sumber: Solusi Feng Shui

5.1.10

Objek berbentuk Seram atau Aneh di Depan Rumah

Di depan rumah sering ditemukan ornamen alam atau dekorasi yang sengaja dibuat
dengan tujuan estetika. Dalam pengamatan Feng Shui, setiap benda memiliki arti yang harus
diketahui maknanya, ada yang bersifat netral, artinya tidak membawa pengaruh baik dan
jelek, dan ada juga yang bersifat menguntungkan atau merugikan.

Universitas Sumatera Utara

Janganlah memasang patung yang mencerminkan pertarungan atau peperangan agar
hawa pembunuh atau sifat kejam tidak tumbuh di sana, misalnya patung orang memanah,
singa yang siap menerkam, atau senjata meriam yang semuanya mengarah pada objek rumah.
Jangan membuat dekorasi taman dengan bebatuan aneh dan patung abstrak yang bentuknya
mirip dengan makhluk aneh serta bentuk runcing lain yang terkesan mengerikan di depan
rumah. Bentuk ini akan mengundang rasa tidak nyaman.

Gambar 5.1.10 Objek berbentuk seram di depan rumah
Sumber: Solusi Feng Shui
Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan rumah yang memiliki objek berbentuk
seram atau aneh di depan rumah.

5.1.11

Objek tajam di sekitar rumah

Objek tajam di sekitar rumah perlu diwaspadai, yang termasuk dengan objek tajam di
antaranya (Dian, 2008):

1. Papan reklame yang melintang di jalan. Bentuknya seperti kampak yang memotong.

Universitas Sumatera Utara

2. Bentuk runcing dari bangunan tetangga, seperti balkon atau dinding yang didesain
segitiga. Bentuk ini menyerupai panah yang dapat melukai bangunan di depannya.
3. Bentuk runcing dari atap tetangga yang mengarah langsung ke posisi rumah,
khususnya pintu dan jendela.
4. Jika ditarik garis lurus, perbatasan dua rumah di seberang akan berada tepat di tengah
pintu utama.

Gambar 5.1.11 Objek tajam di sekitar rumah
Sumber: Solusi Feng Shui

Bapak Cen Fang Chien dalam wawancara tanggal 5 Juli 2012 mengatakan bahwa
rumah yang terkena objek tajam akan merugikan. Pada pembenahannya pasanglah Ba Gua
yang terdapat cermin cembung di bagian tengahnya tepat di titik pukulan itu mengenai rumah.
Hal ini bertujuan agar sudut tersebut terpantul, dan malapetaka terhindar dari rumah
penghuninya.

Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan objek tajam di sekitar rumah.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.1.11 Cermin Ba Gua
Sumber: Dokumen Pribadi

5.1

Bentuk, Fungsi dan Makna Feng Shui Berdasarkan Sektor Internal
Feng Shui untuk tempat tinggal tidak hanya mengamati lahan dan faktor-faktor di

sekitar rumah saja, melainkan secara keseluruhan. Bagian-bagian dalam rumah yang juga
menjadi aspek pengamatan Feng Shui seperti pintu, kamar mandi, kamar, dapur, teras dll.

5.2.1

Pintu dan Lantai Teras

Nilai Feng Shui yang baik untuk pintu utama ditentukan oleh beberapa faktor. Letak
pintu yang terletak pada lokasi dengan gaya medan magnetik yang baik dapat
mengoptimalkan masuknya Qi/hawa rezeki ke rumah. Lantai teras yang lebih tinggi dari
ruang tamu dinilai kurang menguntungkan untuk faktor rezeki dan kesehatan. Ini ditandai
semakin menurunnya rezekinya dan banyaknya kendala/problem yang datang dan timbul
karena sulitnya membersihkan debu, kotoran dan air hujan yang masuk ke rumah.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.2.1 Lantai teras lebih tinggi dari ruang tamu

Sumber: Solusi Feng Shui

Posisi pintu utama dengan pintu belakang saling bertatapan atau tembus, dalam Feng
Shui dinilai sangat tidak baik. Posisi pintu yang seperti ini dapat menyebabkan tidak
tersebarnya sirkulasi udara secara merata ke seluruh rumah. Oleh karena itu kehidupan
biasanya berjalan dengan biaya yang tinggi/boros sebab rezeki kehidupan yang didapat sulit
dikumpulkan, terkait dengan naiknya pengeluaran dengan membeli pendingin ruangan dan
membayar tagihan listrik karena sirkulasi udara yang tidak baik. Hal ini menyebabkan rejeki
selalu habis.

Gambar 5.2.1 Pintu utama dan pintu belakang saling tembus

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Solusi Feng Shui

Tidak hanya letak pintu yang diperhatikan dalam Feng Shui, model juga tidak luput
dari perhatian. Model pintu dan kusen sebaiknya dibuat dengan model kotak. Jangan buat
bagian atasnya setengah bulat atau berbentuk cekung. Sebaiknya buatlah model pintu yang
kotak agar dapat menampilkan kekokohan batin. Bahan pintu utama sebaiknya terbuat dari
bahan yang berkualitas, seperti kayu jati atau sejenisnya, jangan ada retakan atau mata kayu
yang berlubang. Hal ini bertujan agar pintu bertahan lama dan tidak menyebabkan
pemborosan karena perbaikan pintu yang keropos. Untuk ukuran sebaiknya disesuaikan
dengan ukuran rumah, agar tidak terjadi ketimpangan. Pintu utama tidak harus dibuat terlalu
besar, cukup disesuaikan dengan ukuran rumah.

Gambar 5.2.1 Pintu Utama dengan berbentuk kotak
Sumber : Dokumen Pribadi

Pada lokasi penelitian ini separuh lebih dari rumah yang diteliti berbentuk kotak,
karena sebagian kecilnya difungsikan sebagai tempat usaha sehingga penghuni menggunakan

Universitas Sumatera Utara

sliding door. Peraturan dalam memasang pintu juga harus diperhatikan. Dalam
pemasangannya engsel pintu sebaiknya terletak di bagian penampang dalam agar rumah
terhindar dari pencurian.

5.2.2

Kamar Tidur

Dalam Feng Shui, kamar tidur yang tidak berbentuk kotak dinilai tidak baik. Kamar
tidur yang benar dalam Feng Shui ditentukan beberapa pengamatan, yaitu:

Letak kamar yang produktif/baik adalah kamar yang terletak di lahan yang wilayahnya
mempunyai medan magnetik positif. Dengan demikian, keberuntungan dan kebahagian hidup
dapat dinikmati. Jangan letakkan kamar tidur di atas dapur atau di bawah WC/kakus dan
kamar mandi. Posisi ini dapat menyebabkan hawa panas dari dapur menyebabkan kegelisahan
bagi penghuni kamar. Demikian pula jika posisi kamar terletak di bawah WC/kakus memiliki
nilai Feng Shui yang buruk. Virus dari sisa-sisa pembuangan yang dibawa oleh angin akan
naik ke atas dan menyebabkan penyakit bagi penghuni kamar. Dalam Feng Shui posisi yang
terletak di bawah kamar mandi lebih baik jika dijadikan sebagai gudang saja.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.2.2 Kamar tidur terletak di bawah kamar mandi (kiri), kamar tidur terletak di
atas dapur (kanan)
Sumber: Solusi Feng Shui

Wawancara bersama Andie Arif Wicaksono pada tanggal 8 Juli 2012, mengatakan
bahwa kamar tidur paling tidak disarankan dalam Feng Shui jika terletak di bawah kakus/WC
dan kamar mandi. Bentuk ini dapat menciptakan hawa sial yang besar sehingga karir,
kesehatan, dan hubungan keluarga meenjadi bermasalah. Komposisi ini harus dibetulkan,
yaitu dengan cara memindahkan kakus yang ada di atas jika kita ingin memfungsikan kamar
tidur. Sebaliknya, kalau kita ingin menggunakan kamar mandi/WC tersebut, lebih baik
fungsikan kamar yang terletak di bawahnya sebagai gudang, bukan sebagai kamar tidur atau
kantor.

Demikian juga peletakkan kamar tidur dalam rumah. Kamar merupakan tempat privasi
yang seharusnya berada di dalam rumah. Kamar yang terletak di bagian depan rumah dan
diberi pintu tersendiri yang langsung menghadap teras atau luar rumah dapat menghancurkan
hubungan harmonis antara anggota keluarga penghuni, misalnya anak yang pulang larut

Universitas Sumatera Utara

malam tidak ketahuan karena teras langsung menuju pintu ke kamar. Oleh karena itu dalam
Feng Shui sangat tidak dianjurkan membuat posisi seperti itu. Pintu kamar yang langsung
tembus ke depan/teras memberikan peluang bagi penghuninya untuk dapat pergi dan pulang
langsung ke ruang tidur.

Gambar 5.2.2 Pintu kamar terhubung langsung de

Dokumen yang terkait

Fungsi Dan Makna Arak Putih Dalam Budaya Masyarakat Tionghoa Di Medan 中国白酒文化对棉兰华裔的作用、意义分析 (Zhōngguó Báijiǔ Wénhuà Duì Mián Lán Huáyì De Zuòyòng, Yìyì Fēnxī)

4 145 90

Bentuk, Fungsi dan Makna Feng Shui Bagi Kehidupan Masyarakat Tionghoa Kota Medan

11 388 109

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū)

0 1 14

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū)

0 0 1

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū)

0 0 7

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū)

0 0 9

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū)

0 2 3

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū)

0 1 22

Bentuk, Fungsi dan Makna Feng Shui Bagi Kehidupan Masyarakat Tionghoa Kota Medan

0 1 9

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN

0 2 14