Pemulung Lansia di Kota Medan (Studi Pemulung Lansia di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.

2.1

Modal Sosial (Social Capital )
Tentang konsep modal sosial Menurut Syahra (2003: 3) mengatakan

sebagai berikut :
“Konsep modal sosial dapat diaplikasikan dalam upaya percepatan
peningkatan keberdayaan masyarakat sebagai salah satu langkah penting
untuk mencapai keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi. Prinsip
dasar dari modal sosial adalah bahwa hanya kelompok-kelompok
masyarakat yang memiliki seperangkat nilai sosial dan budaya yang
menghargai pentingnya kerjasama yang dapat maju dan berkembang dengan
kekuatan sendiri. Suatu kelompok masyarakat tidak cukup hanya
mengandalkan bantuan dari luar untuk mengatasi kesulitan ekonomi, tetapi
mereka sendiri juga harus secara bersama-sama memikirkan dan melakukan
langkah langkah terbaik guna mengatasi masalah tersebut dengan
mengerahkan segenap potensi dan sumberdaya yang dimiliki. Dengan
demikian modal sosial menekankan perlunya kemandirian dalam mengatasi

masalah sosial dan ekonomi, sementara bantuan dari luar dianggap sebagai
pelengkap guna memicu inisiatif dan produktivitas yang muncul dari dalam
masyarakat sendiri. Sebagai sebuah konsep sosiologis modal sosial
merupakan pendekatan yang semakin intensif digunakan dalam mengatasi
masalah kemiskinan di banyak negara, termasuk di Indonesia”.
Coleman (dalam Syahra 2003:6) lebih mengembangkan lagi pemikirannya
tentang modal sosial melalui sebuah karya besarnya yang terbit dua tahun
kemudian dengan judul Foundations of Social Theory Dalam bukunya itu
Coleman mengatakan antara lain bahwa modal sosial, seperti halnya modal
ekonomi, juga bersifat produktif. Tanpa adanya modal sosial seseorang tidak
akan bisa memperoleh keuntungan material dan mencapai keberhasilan lainnya
secara optimal. Sebagaimana modal-modal lainnya, seperti modal fisik dan modal
manusia, modal sosial tidak selalu member manfaat dalam segala situasi, tetapi
hanya terasa manfaatnya dalam situasi tertentu. Suatu bentuk modal sosial bisa
11

Universitas Sumatera Utara

bermanfaat untuk memudahkan seseorang melakukan tindakan dalam suatu
situasi, tetapi dalam situasi lain tidak ada gunanya dan bahkan bisa menimbulkan

kerugian.
Putnam (dalam Syahra 2003:9) menyimpulkan modal sosial yang
berwujud norma-norma dan jaringan keterkaitan merupakan prakondisi bagi
perkembangan ekonomi. Selain itu juga merupakan prasyarat yang mutlak
diperlukan bagi terciptanya tata pemerintahan yang baik dan efektif. Ada tiga
alasan penting bagi Putnam untuk mengatakan demikian. Pertama, adanya
jaringan sosial memungkinkan adanya koordinasi dan komunikasi yang dapat
menumbuhkan rasa saling percaya di antara sesama anggota masyarakat. Kedua,
kepercayaan (trust) memiliki implikasi positif dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan suatu kenyataan bagaimana keterkaitan orang-orang
yang memiliki rasa saling percaya (mutual trust) dalam suatu jaringan sosial
memperkuat norma-norma mengenai keharusan untuk saling membantu. Ketiga
berbagai keberhasilan yang dicapai melalui kerjasama pada waktu sebelumnya
dalam jaringan ini akan mendorong bagi keberlangsungan kerjasama pada waktu
selanjutnya.
Fukuyama (dalam Syahra 2003:10) mengatakan bahwa kepercayaan
muncul apabila masyarakat sama-sama memiliki seperangkat nilai-nilai moral
yang memadai untuk menumbuhkan perilaku jujur pada warga masyarakat.
Kelangsungan hidup organisasi dan kelembagaan besar ekonomi juga ditentukan
oleh masyarakat sipil (civil society) yang sehat dan dinamis, yang pada gilirannya

tergantung pula pada adat kebiasaan dan etika, sebagai hal-hal yang hanya bisa

12

Universitas Sumatera Utara

terbentuk secara tidak langsung dengan adanya kemauan untuk itu, serta adanya
kesadaran yang semakin besar dan penghargaan terhadap budaya.
James Coleman, Robert Putnam dan Francis Fukuyama merupakan tokohtokoh yang pemikirannya telah mendorong para pakar lainnya untuk melakukan
pengkajian mengenai peranan modal sosial dalam berbagai bidang, seperti politik
dan pemerintahan, pelayanan umum transaksi ekonomi, pendidikan, kesehatan,
rekrutment tenaga kerja, pertanian, pengelolaan sumber air, pengentasan
kemiskinan, dan sebagainya. Kajian-kajian yang telah dilakukan kemudian
dijadikan sebagai titik tolak dalam mengembangkan berbagai unsur pokok modal
sosial, seperti jaringan hubungan, norma-norma sosial, kepercayaan dan kemauan
untuk saling berbalas kebaikan (resiprositas) guna meningkatkan kualitas dari
bidang-bidang tersebut. Darii uraian diatas Ada tiga indikator modal sosial, yaitu
:

1.


Networking (Jaringan Sosial)

Jaringan merupakan terjemahan dari network, menurut lawang yang
dikutip oleh Damsar (2009 : 158) jaringan yang dimaksud yaitu :
a. Ada ikatan antar simbul (orang atau kelompok) yang dihubungkan
dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini di ikat dengan
kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat
kedua belah pihak.
b. Ada kerja antar simbul (orang atau kelompok) yang melalui media
hubungan sosial menjadi satu kerja sama, bukan kerja bersama–sama.

13

Universitas Sumatera Utara

Agusyanto (2007 : 13) jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe
khusus dimana ikatan yang menghubungkan suatu titik ke titik lain dalam jaringan
adalah hubungan sosial. Berpijak pada jenis ikatan ini , maka secara tidak
langsung ataupun langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah

manusia.

2. Trust ( Kepercayaan)
Dalam

pandangan

Fukuyama

(2002),

trust

adalah

sikap

saling

mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling

bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal
sosial.
Damsar (2009) mencoba menjelaskan pengertian kepercayaan menurut
beberapa ahli yaitu :
a. Torsvik (2000: 458), kepercayaaan merupakan kecendrungan perilaku
tertentu yang dapat mengurangi risiko yang muncul dari prilakunya.
b. Luhmann (1979:1988), dasar terikat, bukan kepada resiko, namun kepada
berbagai kemungkinan.
c. Giddens (2005 : 45) kepercayaan sebagai keyakinan akan reliabilitas
seseorang atau system

terkait dengan berbagai hasil atau peristiwa ,

dimana keyakinan itu mengekspresikan suatu iman ( faith ) terhadap
integritas atau cinta kasih orang lain, atau terhadap ketepatan prinsip
abstrak ( pengetahuan teknis).

14

Universitas Sumatera Utara


d. Zucker (1986), kepercayaan sebagai seperangkat harapan yang dimiliki
bersama –sama oleh semua yang berada dalam pertukaran.
e. Lawang (2004 : 36), kepercayaan merupakan hubungan antar dua belah
pihak atau lebih yang mengandung salah satu pihak atau kedua belah pihak
melalui interaksi sosial.

3.

Reciprocal (Hubungan Timbal Balik)

Dimana terjalinnya suatu hubungan yang saling menguntungkan antara
pelaku yang memiliki hubungan tersebut, sehingga hubungan timbal balik ini
akan mengasilkan keuntungan satu sama lainnya. Segala sesuatu yang dikerjakan
akan mengharapkan suatu hubungan timbal balik yang akan menguntungkan satu
sama lainnya dimana adanya suatu tujauan yang ingin mereka capai, hubungan
timbal balik yang terjadi pada kelompok pemulung ini merupakan modal bagi
mereka, hubungan saling membantu merupakan modal bagi kaum seperti
pemulung. Hubungan timbal balik akan terus berlangsung terjadi dalam
kehidupan mereka, saling membutuhkan satu sama lainya. Hubungan timbal balik

yang terjadi pada kelompok pemulung merupakan salah satu strategi yang mereka
lakukan dalam kehidupan mereka, karena dengan modal seperti ini yang hanya
mereka miliki. proses terjadinya suatu reciprocal tidak hanya terjadi seperti jual
beli akan tetapi melalui proses yang sudah terjadi sebelumnya dalam kehidupan
masyarakat, dan hubungan seperti ini terjadi dalam jangka panjang maupun
pendek. Hal seperti ini juga akan dirasakan oleh tingkat rasa sosial yang tinggi,
selain itu hubungan timbal balik akan terjadi ketika orang tersebut merasa bahwa
ia pernah dibantu oleh seseorang tersebut dalam artian balas budi. Setiap
15

Universitas Sumatera Utara

kehidupan seseorang selalu mengharapkan balasan terhadap kebaikan yang ia
peroleh dari orang tersebut akan tetapi hal ini juga akan terjadi dengan tingkat
kepedulian sosial yang tinggi, saling membantu dan saling memperhatikan.

2.2 Kondisi Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi
sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,
pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi,

Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan yang
diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam
struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status misalnya, pendapatan, dan
pekerjaan. Status sosial ekonomi seseorang sangat berdampak bagi pemenuhan
kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan mencapai
kesehatan yang maksimal. Status adalah keadaan atau kedudukan seseorang,
sedangkan

pengertian

sosial

sangat

berhubungan

dengan

kehidupan


bermasyarakat di lingkungan sekitar. Di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat
pembeda posisi atau kedudukan seseorang maupun kelompok di dalam struktur
sosial tertentu. Perbedaan kedudukan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal
dengan stilah lapisan sosial. Lapisan sosial merupakan sesuatu yang selalu ada
dan menjadi ciri yang umum di dalam kehidupan manusia. Sorokin dalam
Soekanto (2004:251) menyatakan bahwa lapisan sosial adalah perbedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirakri).

16

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pengertian
kondisi sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah latar belakang ekonomi
pemulung lansia yang diukur dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis pekerjaan.

a. Faktor-Faktor yang Menentukan Sosial Ekonomi.
Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya sosial

ekonomi seseorang di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, sandang,
pangan, kesehatan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan
tempat tingal, dan pemilikan kekayaan.
1. Tingkat Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang
pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan
yang dikembangkan. Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk meningkatkan
kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu
rokhani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan
keterampilan-keterampilan).
17

Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan pemulung lansia dilihat
dari jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh pemulung
lansia, selain itu juga pendidikan informal

yang pernah diikuti berupa

kursus dan lain-lain. Karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh
terhadap kerja dan tentunya juga pendapatan yang diperoleh.
2. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan
barang. Sumardi (2004) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima
oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya.
Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan
yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai
pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan
rendah akan mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil. Biro Pusat
statistik (dalam Sutarji 2009:128) merinci pendapatan dalam kategori
sebagai berikut:
a. Pendapatan rata-rata harian.
b. Pendapatan rata-rata bulanan.
c. Pendapatan rata-rata tahunan.

3. Perumahan
Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan
membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung
18

Universitas Sumatera Utara

keluarga dan menyimpan barang berharga dan rumah juga sebagai status
lambang sosial (Mukono, 2000 : 25).

4. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk
barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan
ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu antara lain:
a. Barang-barang berharga
Menurut Abdulsyani (1994), bahwa pemilikan kekayaan
yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti
perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya
pelapisan dalam masyarakat.
b. Jenis-jenis kendaraan pribadi.
Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi
rendahnya tingkat sosial ekonomi pemulung lansia. Misalnya:
orang yang mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi tingkat
taraf ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda motor.
Dalam penelitian ini, kepemilikan kekayaan yaitu harta
benda yang dimiliki oleh pemulung lansia berupa harta yang
bergerak berupa mobil, kendaraan bermotor dan harta yang tidak
bergerak seperti tanah, sawah, rumah dll.

5. Jenis Pekerjaan

19

Universitas Sumatera Utara

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari
bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya
mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan
kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan
terpenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi
kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi
setiap individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi, kepuasan
jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup.

5. Kesehatan

Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Pasal 1
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
untuk memelihara kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat.

6. Sandang dan Pangan

Sandang adalah pakaian manusia. Pakaian menjadi kebutuhan
primer utama walaupun manusia bisa hidup tanpa pakaian, tetapi karena
manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga
pakaian adalah hal yang paling penting. Sedangkan pangan adalah sumber
makanan bagi manusia dan merupakan kebutuhan primer. Pangan meliputi
20

Universitas Sumatera Utara

pekerjaan dan hal-hal yang dilakukan yang tujuannya menghasilkan pangan
bagi kehidupan. Manusia hidup dalam masyarakat dan membutuhkan
pekerjaan dalam menghasilkan kebutuhannya sehari-hari.

2.3 Konsep Strategi Bertahan Hidup (Coping Strategies)
Menurut Snel dan Staring (Resmi, 2005:6) menyatakan bahwa strategi
bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh
individu dan rumah tangga yang menegah ke bawah secara sosial ekonomi.
Melalui strategi yang dilakukan oleh seseorang, bisa menambah penghasilan lewat
pemanfaatan sumber-sumber yang lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat
pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Selain itu, strategi bertahan
hidup menerapkan pola nafkah ganda yang merupakan bagian dari strategi
ekonomi. Sehingga Strategi bertahan hidup dirumuskan oleh Snel dan Traring
sebagai serangkaian tindakan yang dipilih secara sadar oleh individu dan rumah
tangga miskin secara sosial ekonomi. Dengan strategi ini seorang individu
berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber–sumber lain
ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas barang dan jasa.
Dalam definisi lain, strategi bertahan hidup Bungara (dalam Resmi,2005)
merupakan cara individu dan rumah tangga “ biasa” (ordinary) mengatur dirinya
untuk hidup. Dalam konteks keluarga biasa, strategi penanganan masalah ini pada
dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola
segenap aset yang dimilikinya. Bisa juga disamakan dengan kapasitas keluarga
miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan.

21

Universitas Sumatera Utara

Coping strategies dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi
terdapat

berbagai

cara

yang

ditempuh

oleh

keluarga

yang

diteliti

(Wahyudi,2007:88) . Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu:
a.

Strategi Aktif Yaitu strategi yang mengoptimalkan segala

potensi

keluarga untuk (misalnya melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang
jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar
dan sebagainya.
b.

Strategi Pasif Yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya
pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya).

c. Strategi Jaringan Misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun
formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan
(misalnya:

meminjam

uang

tetangga,

mengutang

ke

warung,

memanfaatkan program anti kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau
bank, dan sebagainya).

2.4 Strategi Adaptasi
Suparlan (dalam Ginting 2015:27) mengatakan adaptasi pada hakikatnya
adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk dapat
melangsungkan hidup. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup :
a. Syarat dasar alamiah, biologi (Manusia harus makan dan minum untuk
menjaga kestabilan temperatur tubuhnya untuk tetap berfungsi dalam
hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh
lainnya).
22

Universitas Sumatera Utara

b. Syarat dasar kejiwaan, manusia memerlukan perasaan tenag yang jauh dari
perasaanperasaan takut,keterpencilan, gelisah dan lain-lain.
c. Syarat dasar sosial, manusia membutuhkan hubungan untuk dapat
melangsungkan keturunan untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar
mengenai budaya.
Vembrianto (dalam Ginting 2015:27) menambahkan adaptasi yang
dilakukan manusia lewat tingkah lakunya dapat menerangkan reaksi-reaksi
terhadap tuntutan atau tekanan dari lingkungannya. Karena manusia hidup dalam
masyarakat, maka tingkah lakunya tentu saja merupakan adaptasi terhadap
tuntutan masyarakat sosial sekitarnya. Soekanto (dalam Ginting 2015:27)
memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial yakni :
a. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
b. Menyesuaikan terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan.
c. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
d. Mengubah agar kondisi sesuai dengan yang diciptakan
e. Memanfaatkan

sumber-sumber

yang

terbatas

untuk

kepentingan

lingkungan dan sistem.
f. Penyesuaian budaya dan aspek-aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah.
Dari batasan-batasan tesebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi
merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun
unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang
diciptakan.

23

Universitas Sumatera Utara

2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitain oleh Ezra Edmud ZR mengenai “ Pemulung dan Kemiskinan
Kota “ penelitian ini tentang kemiskinan pemulung diwilayah pekotaan kota
yogyakarta, melihat dua hal pokok yang menjadi inti penelitian yakni pertama,
faktor penyebab kemiskinan dan kedua strategi yang digunakan untuk bertahan
hidup( internal dan eksternal). Dimana yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Faktor apa yang menyebabkan keluarga Ibu Slamet menjadi
miskin serta Situasi sosial apa yang membuat keluarga Ibu Slamet tetap bertahan
hidup. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kemiskinan yang dialami keluarga
ibu Slamet pada dasarnya lebih disebabkan oleh faktor struktural, kultural dan
natural. Secara struktural; kemiskinan yang dialami oleh objek penelitian ini
merupakan

akibat

terperangkap

dalam

kapitalisme

kota

serta

upaya

mempertahankan hidup dengan cara pengetatan pengeluaran serta pemanfaatan
modal sosial yang ada.
Penelitian oleh Bedriati Ibrahim

dan Murni Baheram yang berjudul

strategi bertahan hidup keluarga pemulung di desa salo kabupaten kampar
menyimpulkan bahwa strategi yang dilakukan oleh keluarga pemulung dengan
cara menghemat konsumsi dan meminjam uang pada tetangga . hal ini disebabkan
karena dengan menghemat konsumsi mereka menjaga harga diri sebab mereka
tidak mau disepelekan orang lain . sedangkan cara bertahan hidup pemulung
dengan meminjam kepada tetangga adalah karena mereka merasa mempunyai
hubungan sosial yang dekat sehingga mereka berani dan percaya diri untuk
meminjam.

24

Universitas Sumatera Utara

Penelitian terdahulu mengenai
Kelurahan Legok, Kota Jambi oleh

Eksistensi keluarga pemulung di
Nisaul Fadillah & Wenny Dastina

menyimpulkan bahwa pemulung menjadi fenomena tersendiri sebagai potret
kehidupan masyarakat migran yang tidak memiliki keterampilan dan pendidikan
yang cukup sehingga kalah bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih
layak.

Umumnya

alasan

utama

memilih

profesi

sebagai

pemulung

dilatarbelakangi rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya keterampilan. Di
samping itu, profesi pemulung bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja,
tanpa terikat aturan dan modal uang. Keluarga pemulung di Kelurahan Legok
umumnya adalah pendatang dari luar Provinsi Jambi. Mereka tinggal dalam
pemukiman yang eksklusif dengan berkelompok di beberapa wilayah di
Kelurahan Legok dalam lingkungan dengan kelas sosial yang homogenya.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian penulis terletak pada
objek yang akan diteliti yaitu khususnya pemulung lansia. Peneliti tertarik
meneliti tentang faktor yang mempengaruhi lansia tetap bekerja, bagaimana
kondisi sosial ekonomi mereka serta strategi bertahan hidup pemulung lansia
karena di TPA Kecamatan Medan Marelan masih terdapat beberapa lansia yang
bekerja sebagai pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka maupu
keluarga mereka. Kondisi sosial ekonomi mereka yang sangat rendah
menyebabkan mereka tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan khususnya
kebutuhan hidup mereka sendiri. Masalah sosialyang terdapat dalam penelitian ini
adalah para lansia yang berada dilingkungan 1 kelurahan paya pasir belum
mendapatkan kebebasan diri mereka karena mereka belum termasuk kelompok
lansia yang sejahtera
25

Universitas Sumatera Utara