Pemulung Lansia di Kota Medan (Studi Pemulung Lansia di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan)

(1)

LAMPIRAN : DOKUMENTASI

Gambar 3 : Wawancara dengan Ibu Sukenti yang bekerja sebagai pengoyak plastik.

Gambar 4: Bapak M.Shabirin yang bekerja sebagai tukang botot tang berada dekat dengan TPA (Tempat Pengelolaan Sampah)

Gambar 5 : Wawancara dengan Bapak sukimin yang bekerja sebagai tukang botot serta menukang perabot

rumah tangga. Gambar 6 : Wawancara dengan ibu Paris yang bekerja sebagai pengoyak plastik sekaligus mencari botot ke TPA ( Tempat Pengelolaan Akhir) Sampah Kecamatan Medan Mrelan.


(2)

Gambar 5 : Ibu Tuti yang bekerja sebagai pengoyak Pelastik yang bekerja dengan sanak saudara.

Gambar 9 : Photo bersama dengan Ibu Linda yang bekerja sebagai tukang Botot di TPA (Tempat Pengelolaan Akhir) Sampah Kecamatan Medan Marelan)

Gambar 7 : Kondisi di TPA Kecamatan Medan Marelan.

Gambar 10 : Wawancara dengan Bapak Isul Pemulung yang berasal dari Pinang Baris.


(3)

Gambar 11 : Photo Bersama dengan kepala dinas UPTD Kecamatan Medan Marelan beserta staff.

Gambar 12: Peneliti bersama Bapak Poniran selaku Kepala Lingkungan 1 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan.

Gambar 13 : Kondisi pinggiran jalan menuju TPA Kecamatan Medan Marelan.

Gambar 14 : Rumah Ibu Sukenti dilihat dari depan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani . 1994. Sosiologi:skematika, teori dan terapan. Jakarta : Bumi Aksara Agusyanto, Ruddy . 2007. Jaringan Sosial Dalam Organisasi. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Damsar, 2009. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Kencana Media Group.

Dhini, Shita.2009. Strategi Bertahan Buruh Kontrak Dalam Memenuhi Kebutuhan Pokok. Skripsi. Medan : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU.

Fauzi ,Oesman. 2015. Tesis: Analisis Kemiskinan Nelayan Tradisional di

Gampong Kuala Bugak Kecamatan Pereulak Kota Kabupaten Aceh Timur

Provinsi Aceh. Medan : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU.

Fukuyama, Francis. 2002. Trust: Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta: Qalam.

Ginting.A.Lukas Ginta, 2015. Skripsi : Strategi Bertahan Hidup Masyarakat

Miskin. Medan : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU.

Kusnadi. 2000. Nelayan Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora Utama Press

Moleong, Lexi. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosta Karya.

Mukono, H. J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.

Nasution, Arif, Harahap dkk. 2008. Metodologi Penelitian. Medan : Fisip USU Press.


(5)

Sembiring,Kristina.2009. Skripsi : ”Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas(Aron) Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kaban Jahe Kabupaten Karo” Medan : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

Setia ,Resmi. 2005. Gali Lubang Tutup Lubang Itu Biasa: Strategi Buruh Menanggulangi Persoalan Dari Waktu ke Waktu . Bandung : Yayasan Akattiga.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial-Pedoman Praktis Penelitian

Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan : Grasindo Monoratama.

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rhineka Cipta Soekanto,Soejono 1987 . Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Wali Press Sumardi, M. 2004. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Rajawali: Jakarta

Suyanto. B. Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Pendekatan Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana.

ONLINE

Citra, Cici Dwi Jaya. 2013. Strategi Bertahan Hidup Keluarga Pemulung di Lingkungan TPA Pakusari. Skrisi (Online)(diakses pada tanggal 13 maret 2016 pukul 09.00 Wib). Jember : Universitas Jember

Fadillah,Nisaul dan Wenny D. 2010. Jurnal: Keluarga Pemulung Di Kelurahan Legok KecamatamTelanaipura Kota Jambi Vol 25 No 4 (Online) diakses pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 14.30 Wib

Fitrianingrum,Enita. 2014.”Strategi Bertahan Hidup Janda Lansia” Jurnal

Paradigma Vol 02 No 03 Tahun 2014 (Online) diakses pada tanggal 8


(6)

Kusumastuti, Ayu.2015. ”Modal Sosial dan Mekanisme Adaptasi Masyarakat Pedesaan dalam Pengelolaan dan Pembangunan Insfrastruktur Jurnal Sosiologi Vol 20 No 01 ( Online) diakses pada tanggal 28 April 2016 Pukul 9.00 am

Nessa. 2014.Jurnal: Startegi Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Pada Rumah Tangga Pemulung”(Online)(Diakses pada tanggal 25 Februari 2016pukul 13.00 Wib)

Suhendri,Lingga.2012. Jurnal : Kehidupan Pemulung di TPA Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara Vol 4 No 2 edisi Juni ( Online) Diakses pada tanggal 23 februari 2016 pukul 13.00 pm

Sutardji. 2009. Jurnal Geografi : Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi Pemulung,(Online) ,Vol.6,no.2

Syahra,Rusydi. 2003.”Modal Sosial:Konsep dan Aplikasi”Jurnal Masyarakat dan Budaya,Vol 5 No.1 (online) diases pada tanggal 20 Mei 2016 Pukul 12.00 am.

Wahyudi,Hendra dan Sismudjito. 2007. Jurnal Harmoni Sosial : Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi Keluarga Miskin Pasca Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ,Vol 1No.2 (Online) diakses pada tanggal 20 Mei 2016 pukul 12.00 am

Kitab Perundang-Undangan

Undang-Undang RI. 2003 .Nomor:20 Tahun 2003.Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta:Tanggal 8 Juli 2003.


(7)

Website Online

(http: 20156 pukul 17.00 WIB).

BPS penduduk 15 tahun keatas menurut status pekerjaan utama tahun 2010-2014 Sholeh,

23 Februari 2016 pukul 13.30 WIB).

trtb.pemkomedan.go.id/terasconfig/perundangan.php?file=BAB%20IV diakses pada tanggal 3 november, pukul 08. 20 Am.

november 2015, pukul 01.55 Pm.


(8)

BAB V PENUTUP

2.6 Kesimpulan

1. TPA (Tempat Pengelolaan Akhir) Samapah yang terletak di Kelurahan Terjun merupakan tempat dimana banyak orang bekerja sebagai pemulung dari berbagai daerah kota medan. Karena TPA Kecamatan Marelan ini merupakan TPA yang terbesar sehingga sampah-sampah yang ada di Kota Medan di buang kesanana.

2. Lingkungan 1 Kelurahan Paya Pasir merupakan daerah yang sangat dekat dari TPA Kecamatan Medan Marelan, sehingga penduduk di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir banyak yang berprofesi sebagai pemulung. Dan bertahan bekerja sebagai pemulung samapi mereka sudah tua atau tergolong Lansia.

3. Pemulung lansia adalah orang yang memiliki usia 55 tahun keatas yang masih mencari, memungut, mengambil, mengumpulkan dan mencari sampah ke area TPA Kecamata Medan Marelan yang memiliki resiko berbahaya dan tidak ada perlindungan kerja yang maksimal. Paling tidak mereka melindungi diri mereka dalam bekerja secara sederhana.

4. Jenis sampah yang dipungut oleh pemulung lansia adalah barang sisa yang dianggap tidak berguna lagi namun bisa di daur ulang menjadi uang seperti plastik,botol minuman, kaleng makanan, dan sejenisnya.


(9)

hidup dengan alasan para Lansia ini bekerja sebagai pemulung karena : memulung tidak memerlukan pendidikan, memulung tidak memerlukan skill, pekerjaan yang lain sangat susah, dari pada menganggur lebih baik memulung serta pekerjaan pemulung adalah pekerjaan yang mulia dan halal.

6. Pemulung lansia ini termasuk masyarakat miskin karena tidak memiliki rumah, jikapun memiliki rumah kondisi rumah mereka adalah rumah yang setengah jadi. Serta kondisi lainnya pendidikan mereka sangatlah rendah yaitu tamatan SD saja, Kondisi makan para pemulung ini apa-adanya tidak mementingkan gizi dan lain-lainnya. Ketika merekasakit mereka tidak mampu membayar rumah sakit, cara pengobatan yang mereka lakukan dengan berobat sendiri dirumah.

7. Kondisi Sosial ekonomi Pemulung lansia dilihat dari jenis pekerjaan memulung dimana pekerjaan pemulung ini terbagi dari 3 bagian yaitu memulung barang bekas, memersihkan plastik-plastik serta memulung barang bekas dan membersihkan plastik-plastik. Kedua, ditinjau dari pendidikan pemulung , pendidikan tertinggi pemulung sama-sama hanya tamat SD. Ketiga, dilihat dari pendapatan pemulung Lansia dimana pendapatan yang mereka dapat tidak cukup memenuhi kebutuhannya hidup mereka. Keempat ditinjau dari keadaan rumah tangga mereka, frekwensi makan sehari pemulung lansia ini 3 kali sehari, tetapi mereka makan dengan apa adanya karena mereka tidak mementingkan gizi dalam makanan mereka. Keempat, ditinjau dari tempat tinggaal mereka, mereka bertmpat tinggal di area TPA, dimana kondisi Area TPA tidak bagus untuk kesehatan


(10)

mereka apalagi ditambah dengan rumah mereka yang dikelilingi dengan sampah-sampah tumpukan hasil pulungan mereka. Ditinjau dari kondisi hubungan mereka, seperti halnya keikut sertaan daalam organisasi, mereka ikut di dalamnya serta hunungan yang terjadi antara sesama pemulung sangatlah baik, dan antara pemulung dengan tetangga juga baik, maupun pemulung dengan toke dan masyarakat sekitar juga sangat baik.

8. Dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka, para pemulung lansia ini memiliki strategi sendiri untuk mepertahankan kehidupan mereka dengan cara : menjalin Jaringan sosial dengaan masyarakat sekitar, karena jika mereka mengalami kesusahan mereka meminta bantuan kepada masyarakat sekitar yang paling dekat dengan mereka seperti tetangga dan toke, menjalin rasa kepercayaan antara pemulung dengan tetangga, sanak saudara maupun toke, dimana rasa kepercayaan ini yang paling nampak ketika pemulung lansia meminta bantuan berupa pinjaman baik itu kepada tetangga maupun toke atau pemiliki warung. Adanya hubungan timbal balik berupa tolong menolong yang saling menguntungkan. Ada beberapa stategi yang dilakuakan oleh pemulung lansia yaitu : strategi aktif dimana strategi ini dalam bentuk melibatkan keluarga untuk bekerja, mencarai pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Startegi Pasif berupa menabung untuk kebutuahan atau keperluan yang mendadak, karena ketika mereka sakit atau tidak bisa bekerja mereka menggunakan uang tabungan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Strategi jaringan pengaman berupa hutang yang dilakukan oleh pemulung lansia kepada


(11)

9. Jika dilihat dampak atau kondisi ekonomi pemulung lansia setelah melakukan berbagai strategi maupun memanfaatkan modal sosial mereka, terlihat bahwa pemulung lansia dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan bisa mencukupi kebutuhan yang mendesak.

2.7 Saran

1. Modal sosial harus ditingkatkan, sepertu hubungan baik dan rasa kepercayaan yang lebih baik lagi sehingga jaringan sosial yang terjadi juga semakin baik.

2. Pemulung lansia lebih kreatif lagi dalam mencari berbagai alternatif lain untuk menambah penghasilan. Tingkat kesadaran terhadap menabung perlu ditingkatkan lagi agar bisa menghadapi kebutuhan dikala tidak dapat bekerja lagi.

3. Perhatikan makanan yang dimakan, karena pemulung ini sudah berumur tua sehingga harus mendapatkan pemenuhan gizi agar dapat tetap bekerja.

4. Diperlukan perhatian pemerintah untuk lebih meningkatkan lagi kesejahteraan pemulung lansia apalagi untuk pemulung lansia yang miskin. 5. Diharapkan kepada masyarakat sekitar supaya lebih peduli pada keadaan

pemulung lansia, karena kesejahteraan pemulung lansia ini merupakan tanggung jawab kita bersama.

6. Agar strategi yang dilakukan bisa berjalan dengan lancar, diperlukan kesadaran dan kerjasama dari setiap anggota keluarga.tiap anggota keluarga juga harus bisa memahami peran serta kewajiban mereka dalam keluarga


(12)

pemulung lansia ini agar dapat membantu mereka untuk kehidupan yang lebih baik.

7. Kepada pemerintah lebih memperhatikan kehidupan pemulung lansia khususnya pemulung lansia yang berada di Lingkungan 1, Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan seperti pemberian bantuan-bantuan berupa bantuan BLT, JAMKESMAS, sembako murah dan lain-lainnya.


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.

2.1 Modal Sosial (Social Capital )

Tentang konsep modal sosial Menurut Syahra (2003: 3) mengatakan sebagai berikut :

“Konsep modal sosial dapat diaplikasikan dalam upaya percepatan peningkatan keberdayaan masyarakat sebagai salah satu langkah penting untuk mencapai keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi. Prinsip dasar dari modal sosial adalah bahwa hanya kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki seperangkat nilai sosial dan budaya yang menghargai pentingnya kerjasama yang dapat maju dan berkembang dengan kekuatan sendiri. Suatu kelompok masyarakat tidak cukup hanya mengandalkan bantuan dari luar untuk mengatasi kesulitan ekonomi, tetapi mereka sendiri juga harus secara bersama-sama memikirkan dan melakukan langkah langkah terbaik guna mengatasi masalah tersebut dengan mengerahkan segenap potensi dan sumberdaya yang dimiliki. Dengan demikian modal sosial menekankan perlunya kemandirian dalam mengatasi masalah sosial dan ekonomi, sementara bantuan dari luar dianggap sebagai pelengkap guna memicu inisiatif dan produktivitas yang muncul dari dalam masyarakat sendiri. Sebagai sebuah konsep sosiologis modal sosial merupakan pendekatan yang semakin intensif digunakan dalam mengatasi masalah kemiskinan di banyak negara, termasuk di Indonesia”.

Coleman (dalam Syahra 2003:6) lebih mengembangkan lagi pemikirannya tentang modal sosial melalui sebuah karya besarnya yang terbit dua tahun kemudian dengan judul Foundations of Social Theory Dalam bukunya itu Coleman mengatakan antara lain bahwa modal sosial, seperti halnya modal ekonomi, juga bersifat produktif. Tanpa adanya modal sosial seseorang tidak akan bisa memperoleh keuntungan material dan mencapai keberhasilan lainnya secara optimal. Sebagaimana modal-modal lainnya, seperti modal fisik dan modal manusia, modal sosial tidak selalu member manfaat dalam segala situasi, tetapi hanya terasa manfaatnya dalam situasi tertentu. Suatu bentuk modal sosial bisa


(14)

bermanfaat untuk memudahkan seseorang melakukan tindakan dalam suatu situasi, tetapi dalam situasi lain tidak ada gunanya dan bahkan bisa menimbulkan kerugian.

Putnam (dalam Syahra 2003:9) menyimpulkan modal sosial yang berwujud norma-norma dan jaringan keterkaitan merupakan prakondisi bagi perkembangan ekonomi. Selain itu juga merupakan prasyarat yang mutlak diperlukan bagi terciptanya tata pemerintahan yang baik dan efektif. Ada tiga alasan penting bagi Putnam untuk mengatakan demikian. Pertama, adanya jaringan sosial memungkinkan adanya koordinasi dan komunikasi yang dapat menumbuhkan rasa saling percaya di antara sesama anggota masyarakat. Kedua, kepercayaan (trust) memiliki implikasi positif dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan suatu kenyataan bagaimana keterkaitan orang-orang yang memiliki rasa saling percaya (mutual trust) dalam suatu jaringan sosial memperkuat norma-norma mengenai keharusan untuk saling membantu. Ketiga berbagai keberhasilan yang dicapai melalui kerjasama pada waktu sebelumnya dalam jaringan ini akan mendorong bagi keberlangsungan kerjasama pada waktu selanjutnya.

Fukuyama (dalam Syahra 2003:10) mengatakan bahwa kepercayaan muncul apabila masyarakat sama-sama memiliki seperangkat nilai-nilai moral yang memadai untuk menumbuhkan perilaku jujur pada warga masyarakat. Kelangsungan hidup organisasi dan kelembagaan besar ekonomi juga ditentukan oleh masyarakat sipil (civil society) yang sehat dan dinamis, yang pada gilirannya tergantung pula pada adat kebiasaan dan etika, sebagai hal-hal yang hanya bisa


(15)

terbentuk secara tidak langsung dengan adanya kemauan untuk itu, serta adanya kesadaran yang semakin besar dan penghargaan terhadap budaya.

James Coleman, Robert Putnam dan Francis Fukuyama merupakan tokoh-tokoh yang pemikirannya telah mendorong para pakar lainnya untuk melakukan pengkajian mengenai peranan modal sosial dalam berbagai bidang, seperti politik dan pemerintahan, pelayanan umum transaksi ekonomi, pendidikan, kesehatan, rekrutment tenaga kerja, pertanian, pengelolaan sumber air, pengentasan kemiskinan, dan sebagainya. Kajian-kajian yang telah dilakukan kemudian dijadikan sebagai titik tolak dalam mengembangkan berbagai unsur pokok modal sosial, seperti jaringan hubungan, norma-norma sosial, kepercayaan dan kemauan untuk saling berbalas kebaikan (resiprositas) guna meningkatkan kualitas dari bidang-bidang tersebut. Darii uraian diatas Ada tiga indikator modal sosial, yaitu :

1. Networking (Jaringan Sosial)

Jaringan merupakan terjemahan dari network, menurut lawang yang dikutip oleh Damsar (2009 : 158) jaringan yang dimaksud yaitu :

a. Ada ikatan antar simbul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini di ikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.

b. Ada kerja antar simbul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan sosial menjadi satu kerja sama, bukan kerja bersama–sama.


(16)

Agusyanto (2007 : 13) jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus dimana ikatan yang menghubungkan suatu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial. Berpijak pada jenis ikatan ini , maka secara tidak langsung ataupun langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia.

2. Trust ( Kepercayaan)

Dalam pandangan Fukuyama (2002), trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.

Damsar (2009) mencoba menjelaskan pengertian kepercayaan menurut beberapa ahli yaitu :

a. Torsvik (2000: 458), kepercayaaan merupakan kecendrungan perilaku tertentu yang dapat mengurangi risiko yang muncul dari prilakunya.

b. Luhmann (1979:1988), dasar terikat, bukan kepada resiko, namun kepada berbagai kemungkinan.

c. Giddens (2005 : 45) kepercayaan sebagai keyakinan akan reliabilitas seseorang atau system terkait dengan berbagai hasil atau peristiwa , dimana keyakinan itu mengekspresikan suatu iman ( faith ) terhadap integritas atau cinta kasih orang lain, atau terhadap ketepatan prinsip abstrak ( pengetahuan teknis).


(17)

d. Zucker (1986), kepercayaan sebagai seperangkat harapan yang dimiliki bersama –sama oleh semua yang berada dalam pertukaran.

e. Lawang (2004 : 36), kepercayaan merupakan hubungan antar dua belah pihak atau lebih yang mengandung salah satu pihak atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial.

3. Reciprocal (Hubungan Timbal Balik)

Dimana terjalinnya suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelaku yang memiliki hubungan tersebut, sehingga hubungan timbal balik ini akan mengasilkan keuntungan satu sama lainnya. Segala sesuatu yang dikerjakan akan mengharapkan suatu hubungan timbal balik yang akan menguntungkan satu sama lainnya dimana adanya suatu tujauan yang ingin mereka capai, hubungan timbal balik yang terjadi pada kelompok pemulung ini merupakan modal bagi mereka, hubungan saling membantu merupakan modal bagi kaum seperti pemulung. Hubungan timbal balik akan terus berlangsung terjadi dalam kehidupan mereka, saling membutuhkan satu sama lainya. Hubungan timbal balik yang terjadi pada kelompok pemulung merupakan salah satu strategi yang mereka lakukan dalam kehidupan mereka, karena dengan modal seperti ini yang hanya mereka miliki. proses terjadinya suatu reciprocal tidak hanya terjadi seperti jual beli akan tetapi melalui proses yang sudah terjadi sebelumnya dalam kehidupan masyarakat, dan hubungan seperti ini terjadi dalam jangka panjang maupun pendek. Hal seperti ini juga akan dirasakan oleh tingkat rasa sosial yang tinggi, selain itu hubungan timbal balik akan terjadi ketika orang tersebut merasa bahwa ia pernah dibantu oleh seseorang tersebut dalam artian balas budi. Setiap


(18)

kehidupan seseorang selalu mengharapkan balasan terhadap kebaikan yang ia peroleh dari orang tersebut akan tetapi hal ini juga akan terjadi dengan tingkat kepedulian sosial yang tinggi, saling membantu dan saling memperhatikan.

2.2 Kondisi Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi, Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status misalnya, pendapatan, dan pekerjaan. Status sosial ekonomi seseorang sangat berdampak bagi pemenuhan kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan mencapai kesehatan yang maksimal. Status adalah keadaan atau kedudukan seseorang, sedangkan pengertian sosial sangat berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat di lingkungan sekitar. Di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat pembeda posisi atau kedudukan seseorang maupun kelompok di dalam struktur sosial tertentu. Perbedaan kedudukan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan stilah lapisan sosial. Lapisan sosial merupakan sesuatu yang selalu ada dan menjadi ciri yang umum di dalam kehidupan manusia. Sorokin dalam Soekanto (2004:251) menyatakan bahwa lapisan sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirakri).


(19)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pengertian kondisi sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah latar belakang ekonomi pemulung lansia yang diukur dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis pekerjaan.

a. Faktor-Faktor yang Menentukan Sosial Ekonomi.

Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya sosial ekonomi seseorang di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, sandang, pangan, kesehatan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tingal, dan pemilikan kekayaan.

1. Tingkat Pendidikan

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan).


(20)

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan pemulung lansia dilihat dari jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh pemulung lansia, selain itu juga pendidikan informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain. Karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kerja dan tentunya juga pendapatan yang diperoleh.

2. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Sumardi (2004) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil. Biro Pusat statistik (dalam Sutarji 2009:128) merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut:

a. Pendapatan rata-rata harian. b. Pendapatan rata-rata bulanan. c. Pendapatan rata-rata tahunan.

3. Perumahan


(21)

keluarga dan menyimpan barang berharga dan rumah juga sebagai status lambang sosial (Mukono, 2000 : 25).

4. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu antara lain:

a. Barang-barang berharga

Menurut Abdulsyani (1994), bahwa pemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat.

b. Jenis-jenis kendaraan pribadi.

Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat sosial ekonomi pemulung lansia. Misalnya: orang yang mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi tingkat taraf ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda motor. Dalam penelitian ini, kepemilikan kekayaan yaitu harta benda yang dimiliki oleh pemulung lansia berupa harta yang bergerak berupa mobil, kendaraan bermotor dan harta yang tidak bergerak seperti tanah, sawah, rumah dll.


(22)

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup.

5. Kesehatan

Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Pasal 1 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.

6. Sandang dan Pangan

Sandang adalah pakaian manusia. Pakaian menjadi kebutuhan primer utama walaupun manusia bisa hidup tanpa pakaian, tetapi karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal yang paling penting. Sedangkan pangan adalah sumber


(23)

pekerjaan dan hal-hal yang dilakukan yang tujuannya menghasilkan pangan bagi kehidupan. Manusia hidup dalam masyarakat dan membutuhkan pekerjaan dalam menghasilkan kebutuhannya sehari-hari.

2.3 Konsep Strategi Bertahan Hidup (Coping Strategies)

Menurut Snel dan Staring (Resmi, 2005:6) menyatakan bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang menegah ke bawah secara sosial ekonomi. Melalui strategi yang dilakukan oleh seseorang, bisa menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber yang lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Selain itu, strategi bertahan hidup menerapkan pola nafkah ganda yang merupakan bagian dari strategi ekonomi. Sehingga Strategi bertahan hidup dirumuskan oleh Snel dan Traring sebagai serangkaian tindakan yang dipilih secara sadar oleh individu dan rumah tangga miskin secara sosial ekonomi. Dengan strategi ini seorang individu berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber–sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas barang dan jasa.

Dalam definisi lain, strategi bertahan hidup Bungara (dalam Resmi,2005) merupakan cara individu dan rumah tangga “ biasa” (ordinary) mengatur dirinya untuk hidup. Dalam konteks keluarga biasa, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya. Bisa juga disamakan dengan kapasitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan.


(24)

Coping strategies dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi terdapat berbagai cara yang ditempuh oleh keluarga yang diteliti (Wahyudi,2007:88) . Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Strategi Aktif Yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi

keluarga untuk (misalnya melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar dan sebagainya.

b. Strategi Pasif Yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya). c. Strategi Jaringan Misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun

formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya: meminjam uang tetangga, mengutang ke warung, memanfaatkan program anti kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank, dan sebagainya).

2.4 Strategi Adaptasi

Suparlan (dalam Ginting 2015:27) mengatakan adaptasi pada hakikatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk dapat melangsungkan hidup. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup :

a. Syarat dasar alamiah, biologi (Manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperatur tubuhnya untuk tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh


(25)

b. Syarat dasar kejiwaan, manusia memerlukan perasaan tenag yang jauh dari perasaanperasaan takut,keterpencilan, gelisah dan lain-lain.

c. Syarat dasar sosial, manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai budaya.

Vembrianto (dalam Ginting 2015:27) menambahkan adaptasi yang dilakukan manusia lewat tingkah lakunya dapat menerangkan reaksi-reaksi terhadap tuntutan atau tekanan dari lingkungannya. Karena manusia hidup dalam masyarakat, maka tingkah lakunya tentu saja merupakan adaptasi terhadap tuntutan masyarakat sosial sekitarnya. Soekanto (dalam Ginting 2015:27) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial yakni :

a. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

b. Menyesuaikan terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan. c. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. d. Mengubah agar kondisi sesuai dengan yang diciptakan

e. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.

f. Penyesuaian budaya dan aspek-aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah. Dari batasan-batasan tesebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan.


(26)

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitain oleh Ezra Edmud ZR mengenai “ Pemulung dan Kemiskinan Kota “ penelitian ini tentang kemiskinan pemulung diwilayah pekotaan kota yogyakarta, melihat dua hal pokok yang menjadi inti penelitian yakni pertama, faktor penyebab kemiskinan dan kedua strategi yang digunakan untuk bertahan hidup( internal dan eksternal). Dimana yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor apa yang menyebabkan keluarga Ibu Slamet menjadi miskin serta Situasi sosial apa yang membuat keluarga Ibu Slamet tetap bertahan hidup. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kemiskinan yang dialami keluarga ibu Slamet pada dasarnya lebih disebabkan oleh faktor struktural, kultural dan natural. Secara struktural; kemiskinan yang dialami oleh objek penelitian ini merupakan akibat terperangkap dalam kapitalisme kota serta upaya mempertahankan hidup dengan cara pengetatan pengeluaran serta pemanfaatan modal sosial yang ada.

Penelitian oleh Bedriati Ibrahim dan Murni Baheram yang berjudul strategi bertahan hidup keluarga pemulung di desa salo kabupaten kampar menyimpulkan bahwa strategi yang dilakukan oleh keluarga pemulung dengan cara menghemat konsumsi dan meminjam uang pada tetangga . hal ini disebabkan karena dengan menghemat konsumsi mereka menjaga harga diri sebab mereka tidak mau disepelekan orang lain . sedangkan cara bertahan hidup pemulung dengan meminjam kepada tetangga adalah karena mereka merasa mempunyai hubungan sosial yang dekat sehingga mereka berani dan percaya diri untuk meminjam.


(27)

Penelitian terdahulu mengenai Eksistensi keluarga pemulung di Kelurahan Legok, Kota Jambi oleh Nisaul Fadillah & Wenny Dastina menyimpulkan bahwa pemulung menjadi fenomena tersendiri sebagai potret kehidupan masyarakat migran yang tidak memiliki keterampilan dan pendidikan yang cukup sehingga kalah bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Umumnya alasan utama memilih profesi sebagai pemulung dilatarbelakangi rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya keterampilan. Di samping itu, profesi pemulung bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja, tanpa terikat aturan dan modal uang. Keluarga pemulung di Kelurahan Legok umumnya adalah pendatang dari luar Provinsi Jambi. Mereka tinggal dalam pemukiman yang eksklusif dengan berkelompok di beberapa wilayah di Kelurahan Legok dalam lingkungan dengan kelas sosial yang homogenya.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian penulis terletak pada objek yang akan diteliti yaitu khususnya pemulung lansia. Peneliti tertarik meneliti tentang faktor yang mempengaruhi lansia tetap bekerja, bagaimana kondisi sosial ekonomi mereka serta strategi bertahan hidup pemulung lansia karena di TPA Kecamatan Medan Marelan masih terdapat beberapa lansia yang bekerja sebagai pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka maupu keluarga mereka. Kondisi sosial ekonomi mereka yang sangat rendah menyebabkan mereka tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan khususnya kebutuhan hidup mereka sendiri. Masalah sosialyang terdapat dalam penelitian ini adalah para lansia yang berada dilingkungan 1 kelurahan paya pasir belum mendapatkan kebebasan diri mereka karena mereka belum termasuk kelompok lansia yang sejahtera


(28)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kecamatan medan marelan merupakan salah satu dari 21 kecamatan yang terletak di kota Medan. Kecamatan Medan Marelan merupakan satu-satunya Kecamatan yang memiliki Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Sampah terbesar setelah Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Sampah Pancur Batu. Lebih tepatnya Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Kec.Medan Marelan terletak di Kelurahan Terjun. Dimana setiap harinya TPA daerah Terjun ini didatangkan sampah kota baik itu dari sampah rumah tangga, sampah perkantoran, industri kecil, industri besar maupun limbah pabrik perusahaan.

Kelurahan Terjun terletak berdampingan dengan Kelurahan Paya Pasir. Keberadaan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) di Kelurahan Terjun memiliki dampak untuk masyarakat sekitar baik yang sudah menetap lama di daerah sekitar TPA maupun masyarakat pendatang. Dampak sebagai respon tiap masyarakat berbeda, ada yang respon negatif dan ada juga respon positif yang ditimbulkan oleh keberadaan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Kelurahan Terjun. Tetapi bagi para pemulung keberadaan TPA sampah merupakan tempat pengais rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Semenjak keberadaan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) di Kecamatan Medan Marelan ini, banyak masyarakat yang berdatangan untuk mencari bahan bekas yang dapat mereka jual kembali baik itu plastik, botol bekas maupun barang-barang rosokan lainnya.


(29)

laki sebanyak 759 orang dan perempuan 737 orang, berdasarkan jenis pekerjaan dinyatakan sebanyak 21 orang bekerja sebagai petani, 10 orang sebagai nelayan, 2 orang BUMN, 658 orang wiraswasta, 54 orang pedagang dan sebanyak 45 orang bekerja pekerjaan lainnya (Data Demografi Penduduk Tahun 2015).

Pemulung merupakan pekerjaan di sektor informal yang termasuk dalam kategori wiraswasta, karena pekerjaan pemulung ini merupakan pekerjaan yang membuka lapangan kerja sendiri. Sektor informal ini berperan sebagai penampung alternatif bagi peluang kerja dan pencari kerja. masa depan perkembangan sektor informal sangat ditentukan kemampuan sektor tersebut dengan kata lain mampu tidaknya sektor informal bersaing dengan sektor formal atau barang-barang infor , juga tergantung pada beberapa serius dan sifat serta bentuk dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki sektor informal. Kelemahan sektor informal tercemin pada kendala-kendala yang dihadapi tersebut, diantaranya yang sering terjadi adalah keterbatasan modal (khusus modal kerja), kesulitan pemasaran, penyediaan bahan baku, keterbatasan sumber daya manusia, pengetahuan minim mengenai bisnis, dan kurangnya penguasaan tekhnologi (BPS,2001).

Pemulung menurut Shalih (dalam jurnal Suhendri:2015) adalah orang yang memungut,mengambil,mengumpulkan dan mencari sampah baik perorangan maupun kelompok. Menjadi pemulung tidak memandang usia, karena jenis pekerjaan memulung bisa dilakukan oleh siapa saja baik itu anak-anak , orang dewasa maupun para lansia. Salah satunya kelompok lansia yang bekerja sebagai pemulung. Kelompok lansia ini berumur dari 55 tahun keatas. Mereka menjadi pemulung karena faktor ekonomi yang mendesak mereka untuk tetap bekerja. Kemunduran fisik tidak menjadi kendala besar para lansia ini untuk bekerja.


(30)

Dengan kondisi fisik yang sudah menurun para pemulung lansia ini tetap mau bekerja supaya mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dengan berbagai cara yang diupayakan untuk memenuhi kebutuhan mereka ada strategi mereka untuk bertahan hidup berupa strategi aktif mereka yaitu dengan memanfaatkan potensi yang mereka miliki sebagai contoh melakukan aktifitas sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan pekerjaan lain untuk menambah penghasilan. Kedua, strategi pasif berupa meminimalisir pengeluaran keluarga dengan contoh berhemat dalam kebutuhan sandang dan pangan. Ketiga, strategi jaringan yang dilakukan oleh pemulung lansia yang memanfaatkan jaringan sosial dengan contoh menjali relasi baik formal maupunon formal dengan lingkungan sosialnya sehingga pemulung lansia bisa meminta bantuan seperti bantuan hutang kepada sanak sadara, tetangga maupun sektor formal dan informal ketika mereka mengalami kesulitan.

Kondisi sosial pemulung lansia ini sangat memperhatinkan mereka yang bertempat tinggal di area TPA memiliki kesan hidup tidak sehat karena mereka terkena efek negatif langsung dari TPA seperti bau, kabut serta asap-asap akibat truk-truk yang mondar mandir tiap harinya membawa sampah ke TPA. Pemulung lansia yang bertempat tinggal disekitar TPA masih melakukan pekerjaan sebagai pemulung, mereka masih mengumpulkan barang-barang bekas dari pembuangan sampah yang ada di sekitar TPA , menolong anak-anak mereka serta sanak saudara untuk membersihkan plastik-plastik yang sudah dikumpulkan. Dengan adanya keterbatasan fisik yang mereka miliki mereka terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pemulung lansia ini tetap gigih bekerja supaya


(31)

memenuhi kebutuhan mereka ini. Dengan penghasilan tidak menentu sebesar Rp.15.000,00 sampai dengan Rp.40.000,00 perhari bagi mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Karena, ada saatnya mereka tidak mendapatkan uang seperti sering sakit-sakitan sehingga mereka tidak dapat bekerja mencari barang bekas yang dapat dijual.

Tempat tinggal mereka berada disekitar TPA, ada yang tinggal bersama anak-anak mereka dan ada pula yang tinggal dirumah sendirian. Status rumah mereka milik keluarga serta sewa atau ngontrak walaupun ada beberapa lansia yang memiliki rumah pribadi dengan ukuran yang sangat kecil serta bangunannya masih semi permanen. Dengan keadaan sekitar rumah yang banyak sampah, mereka sudah merasa nyaman tinggal dilingkungan sekitar TPA karena terbiasa. Padahal ketika pada masa usia lanjut ini, seseorang membutuhkan rasa ketentraman lahir dan batin, tidak hanya seperti kebutuhan untuk hidup saja seperti makan, minum dll melainkan keselamatan jiwa serta kenyamanan juga merupakan kebutuhan lansia agar dia tetap bertahan

Pada umumnya pemulung lansia yang bekerja di TPA Kecamatan Medan Marelan sebagai pemulung tidak memiliki keahlian yang memadai. Hal ini disebabkan oleh pendidikan mereka yang sangat rendah yaitu umumnya tamatan SD. Pada akhirnya pilihan mereka hanyalah bekerja di sektor informal seperti buruh, pedagang asongan, pemulung dan lain-lainnya seperti yang terjadi oleh pemulung lansia. Di TPA Kelurahan paya pasir Pada tahun 2015 ada sekitar 8 orang pemulung lansia yang dari awal mereka bekerja sebagai pemulung sampai mereka berumur lanjut, sedangkan pada saat ini tahun 2016 hanya ada sekitar 6 orang yang masih bekerja sebagai pemulung. Selain dengan alasan tidak memiliki


(32)

keahlian yang memadai mereka para pemulung lansia ini menyatakan bahwa bekerja sebagai pemulung merupakan pekerjaan yang tidak membutuhkan modal banyak sehingga mereka bertahan menjadi pemulung sampai berumur lanjut.

Bekerjanya lansia sebagai pemulung merupakan permasalahan sosial ekonomi. Keterbatasan keahlian yang mereka miliki menyebabkan mereka harus bekerja sampai usia tuanya, bahkan keluarga mereka sendiri juga tidak mampu menghidupi dirinya diakibatkan rendahnya pendapatan keluarga mereka sehingga para lansia ini juga ikut memulung. Pemulung lansia ini sangat sering mengalami kesulitan-kesulitan baik dalam hal sosial maupun ekonomi. Masalah-masalah yang dihadapi oleh pemulung lansia ini sering melibatkan bantuan sanak saudara, tetangga maupun masyarakat sekitar untuk mengurangi permasalahan mereka. Pemulung lansia dapat dikatakan miskin karena Menurut World Bank kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain atau dengan kata lain kehilangan kesejahteraan (deprivation o well being). Kemiskinan disebabkan ketiadaan akses serta adanya ketidak adilan maupun ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Pemulung dikatakan miskin ketika mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik itu pangan, sandang, papan yang tidak layak untuk hidup lansia.

Pemulung yang kehidupannya relatif miskin, apalagi pemulung lansia yang mengalami kemunduran fisik, mereka tetap menjalani kehidupannya dari waktu ke waktu. Sebagaimana mereka akan melakukan upaya apa saja untuk


(33)

yang sudah diuraikan pada latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam bagaimana kondisi sosial ekonomi para pemulung lansia ini yang berkaitkan dengan stategi untuk mempertahankan hidup mereka serta strategi adaptasi mereka dalam menjalani hidup mereka yang kemudian dituangkan pada penelitian dengan judul: “Pemulung Lansia di Kota Medan’’.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi para lanjut usia ( Lansia) tetap bekerja sebagai pemulung ?

2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi mereka?

3. Bagaimana strategi bertahan hidup mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

1. Ingin mengetahui faktor apa yang mempengaruhi para lanjut usia ( Lansia) tetap bekerja sebagai pemulung.

2. Ingin mengetahui Bagaimana kondisi sosial ekonomi mereka.

3. Ingin mengetahui Strategi yang dilakukan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.


(34)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pengetahuan dan

memperluas penelitian Sosiologi serta pengalaman khususnya bagi mahasiswa Dapertemen Sosiologi FISIP USU.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi perpustakaan Departemen Sosiologi.

3. Bagi penulis, penelitian ini digunakan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk jenjang pendidikan sarjana (S1). Disamping itu untuk menuangkan minat penulis yang ingin mengungkap mengenai” Pemulung Lansia Di Kota Medan. Serta diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat pemulung lansia agar lebih sejahtera.

1.5 Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah definisi, abstraksi mengenai gejala atau realita ataupun suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (moleong, 2006 : 67). Disamping berfungsi untuk memfokuskan dan mempermudah suatu penelitian, konsep juga berfungsi sebagai panduan yang nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang diteliti dan menghindari terjadinya kekacauan akibat


(35)

Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan kontek penelitian ini, antara lain adalah :

1. Pemulung : Pemulung dalam penelitian ini adalah sekumpulan individu yang memenuhi suatu wilayah yang memiliki tujuan bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun jenis-jenis pemulung antara lain :

a. pemulung lepas, yang bekerja sebagai swausaha. Pemulung ini bekerja sendiri tanpa tergantung pada orang lain, mereka mencari barang-barang bekas baik itu di TPA maupun jalan-jalan atau tempat keramaian lainnya.

b. pemulung yang tergantung pada seorang

uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung. Pemulung berbandar hanya boleh menjual barangnya ke bandar. Tidak jarang bandar memberi pemondokan kepada pemulung, biasanya di atas tanah yang didiami bandar, atau di mana terletak tempat penampungan barangnya.

2. Lansia dalam penelitian ini adalah individu yang memiliki kemunduran fisik serta tenaga yang berkurang untuk melakukan suatu usaha. pembagian lansia, antara lain : menurut Depkes RI, WHO yaitu :

a. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut : kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas, kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium, kelompok usia lanjut (lebih dari 65 tahun) sebagai senium.


(36)

b. Organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old) antara 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

3. Strategi adalah prosedur yang mempunyai alternatif-alternatif pada berbagai tahapan atau langkah. Jadi bila strategi dihubungkan dengan kelangsungan hidup maka konsep ini berkaitan dengan bagaimana seseorang menghadapi keadaan sulit dengan berbagai tantangan dan bagaimana alternatif terhadap langkah-langkah pemecahan untuk keluar dari tantangan yang dihadapi tersebut agar dapat bertahan hidup. Strategi bertahan hidup dalam penelitian ini adalah suatu cara atau langkah yang diambil dan dilakukan oleh kelompok pemulung lansia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Seperti :

a. Melibatkan bantuan anggota keluarga. b. Berhemat dalam bentuk konsumsi. c. Menabung.

d. Menambah jam kerja.

e. Meminjam uang kepada orang lain.

4. Kondisi sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah gambaran secara umum mengenai pendidikan, kesehatan serta hubungan – hubungan yang terjadi untuk mendukung kehidupan mereka mengenai modal sosial yang mereka miliki. Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai suatu


(37)

sistem ( sistem sosial ) yaitu suatu keseluruhan bagian bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam satu kesatuan.


(38)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN SOSIOLOGI

Nama : Rici Wulandari Nim : 120901023

ABSTRAK

Pemulung Lansia Di Kota Medan (Studi Pemulung Lansia yang Berada

di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan) Pemulung lansia yang berada di lingkungan I Kelurahan Paya Pasir memiliki kendala dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi sosial ekonominya sangat memperhatinkan dilihat dari pendidikan, pendapatan, perumahan, sandang, papan dan lain-lainnya. Kondisi sosial ekonomi pemulung lansia ini merupakan fenomena hidup yang sangat berat untuk dijalankan. Dengan adanya keterbatasan fisik pemulung lansia ini diharuskan untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dengan waktu bekerja tidak menentu serta upah yang didapatkan sesuai dengan lama para pemulung lansia ini bekerja terlalu kecil dibandingkan dengan kebutuhan hidup mereka. Walaupun dengan kondisi sosial ekonomi yang sangat memprihatinkan, mereka memiliki strategi untuk bertahan hidup dalam menghadapi goncangan kehidupan mereka. Walaupun di satu sisi strategi yang dibangun berdampak hal yang lain misalnya seperti hilangnya salah satu harta benda mereka demi mepertahankan kehidupan mereka sendiri. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi sosial ekonomi pemulung lansia, faktor-faktor apa yang menyebabkan pemulung lansia ini asih bekerja serta bagaimana strategi yang dilakukan oleh pemulung lansia terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan pendapatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tipe penelitian ini tergolong deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan menggambarkan pemulung lansia yang berada di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan. Penelitian ini dilakukan kepada enam orang pemulung lansia yang masih bekerja sebagai pemulung dan bertempat tinggal di sekitar TPA Kecamatan Medan Marelan Khususnya Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah studi kepustakaan, wawancara dan observasi langsung ke lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi pemulung lansia masih tergolong tidak baik, karena disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah meyebabkan mereka tidak memiliki keterampilan sehingga mereka tidak memiliki keahlian yang lain kecuali sebagai pemulung. Serta dengan pendapatan yang erndah menyebabkan mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka secara layak. Tetapi dalam mengatasi masalah tersebut mereka memiliki strategi mempertahankan hidup diantaranya strategi aktif yaitu melakukan mata pencaharian tambahan seperti, menukang serta berjualan. Strategi pasif diantaranya menghemat pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk makanan yang dikomsumsi setiap harinya. Frekuensi makan nasi dalam sehari tetap 3 kali sehari tetapi dengan lauk yang sederhana seperti ikan asin, hampir


(39)

puskesmas. Strategi jaringan pengaman oleh pemulung lansia ketika mereka mengalami kebutuhan mendesak adalah dengan cara meminjam uang ke rentenir maupun ke Bank, hal ini mereka lakukan ketika mereka tidak mendapatkan bantuan dari keluarga serta tetangga mereka. memanfaatkan program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah,

Penelitian ini menyarankan agar pemulung di Kelurahan Paya Pasir harus tetap mempertahankan hubungan kekeluargaan yang didasarkan pada hubungan gotong royong dan tolong menolong, saling percaya dan hubungan timbal balik yang bersifat kekeluargaan agar jika terjadi tekanan ekonomi dapat memanfaatkan jaringan sebagai alternatif untuk meringankan masalah keuangan. Serta diharapkan kepada pemerintah setempat agar dapat memberdayakan para pemulung khususnya pemulung lansia agar mereka dapat menjalankan hidup sebagaimana dengan para lansia lainnya.


(40)

PEMULUNG LANSIA DI KOTA MEDAN

(Studi Pemulung Lansia Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir

Kecamatan Medan Marelan)

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH:

RICI WULANDARI NIM. 120901023

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(41)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN SOSIOLOGI

Nama : Rici Wulandari Nim : 120901023

ABSTRAK

Pemulung Lansia Di Kota Medan (Studi Pemulung Lansia yang Berada

di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan) Pemulung lansia yang berada di lingkungan I Kelurahan Paya Pasir memiliki kendala dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi sosial ekonominya sangat memperhatinkan dilihat dari pendidikan, pendapatan, perumahan, sandang, papan dan lain-lainnya. Kondisi sosial ekonomi pemulung lansia ini merupakan fenomena hidup yang sangat berat untuk dijalankan. Dengan adanya keterbatasan fisik pemulung lansia ini diharuskan untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dengan waktu bekerja tidak menentu serta upah yang didapatkan sesuai dengan lama para pemulung lansia ini bekerja terlalu kecil dibandingkan dengan kebutuhan hidup mereka. Walaupun dengan kondisi sosial ekonomi yang sangat memprihatinkan, mereka memiliki strategi untuk bertahan hidup dalam menghadapi goncangan kehidupan mereka. Walaupun di satu sisi strategi yang dibangun berdampak hal yang lain misalnya seperti hilangnya salah satu harta benda mereka demi mepertahankan kehidupan mereka sendiri. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi sosial ekonomi pemulung lansia, faktor-faktor apa yang menyebabkan pemulung lansia ini asih bekerja serta bagaimana strategi yang dilakukan oleh pemulung lansia terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan pendapatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tipe penelitian ini tergolong deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan menggambarkan pemulung lansia yang berada di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan. Penelitian ini dilakukan kepada enam orang pemulung lansia yang masih bekerja sebagai pemulung dan bertempat tinggal di sekitar TPA Kecamatan Medan Marelan Khususnya Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah studi kepustakaan, wawancara dan observasi langsung ke lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi pemulung lansia masih tergolong tidak baik, karena disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah meyebabkan mereka tidak memiliki keterampilan sehingga mereka tidak memiliki keahlian yang lain kecuali sebagai pemulung. Serta dengan pendapatan yang erndah menyebabkan mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka secara layak. Tetapi dalam mengatasi masalah tersebut mereka memiliki strategi mempertahankan hidup diantaranya strategi aktif yaitu melakukan mata pencaharian tambahan seperti, menukang serta berjualan. Strategi pasif diantaranya menghemat pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk makanan yang dikomsumsi setiap harinya. Frekuensi makan nasi dalam sehari tetap 3 kali sehari tetapi dengan lauk yang sederhana seperti ikan asin, hampir tidak pernah mengomsumsi daging dalam seminggu. Pemulung lansia hanya membeli pakaian baru hanya satu kali dalam setahun dan berobat hanya di


(42)

puskesmas. Strategi jaringan pengaman oleh pemulung lansia ketika mereka mengalami kebutuhan mendesak adalah dengan cara meminjam uang ke rentenir maupun ke Bank, hal ini mereka lakukan ketika mereka tidak mendapatkan bantuan dari keluarga serta tetangga mereka. memanfaatkan program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah,

Penelitian ini menyarankan agar pemulung di Kelurahan Paya Pasir harus tetap mempertahankan hubungan kekeluargaan yang didasarkan pada hubungan gotong royong dan tolong menolong, saling percaya dan hubungan timbal balik yang bersifat kekeluargaan agar jika terjadi tekanan ekonomi dapat memanfaatkan jaringan sebagai alternatif untuk meringankan masalah keuangan. Serta diharapkan kepada pemerintah setempat agar dapat memberdayakan para pemulung khususnya pemulung lansia agar mereka dapat menjalankan hidup sebagaimana dengan para lansia lainnya.


(43)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pemulung Lansia di Kota Medan (Studi Pemulung Lansia di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan)”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, kritikan, saran, dukungan semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Skripsi ini dipersembahkan kepada orang tua penulis yang penulis banggakan serta sayangi, ibunda Eliza yang telah berjuang untuk penulis sejak kecil agar penulis bisa menjadi seorang anak yang sukses dan membanggakan orang tua dan keluarga. Terimakasih untuk setiap didikan , do’a, dan perjuangan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga ini bisa menjadi kebanggaan mu ibunda.

Dalam kesempatan ini, penulis juga menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Yaitu kepada:

1. Bapak Dr.Muriyanto Amin,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi sekaligus sebagai Dosen Penguji II dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan ide, gagasan, kritikan, dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof . Dr. M.Arif Nasution,MA selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis sekaligus dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang telah sangat baik dalam membimbing


(44)

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sebesar-besarnya telah bersedia menjadi pembimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Masukan saran dan kritikan yang luar biasa penulis dapatkan selama bimbingan serta ketersediaan waktu untuk penulis agar skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Bapak Drs. T.K. Brahmana,MSP selaku Ketua Penguji pada Ujian Komprehensif meja hijau penulis. Terimakasih atas saran, masukan, kritikan, dan sumbangan pemikiran kepada penulis yang tidak pernah penulis mengetahuinya.

5. Kepada seluruh dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama penulis menjalani studi di jurusan sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada seluruh staff dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, terutama staf edukatif dan administratif Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara. Terkhusus Kak Ernita Yanti Siregar S.sos,Bang Abel yang membantu penulis dalam mengurus persiapan untuk ujian meja hijau. 7. Ucapan yang sebesar-besarnya penulis berikan yang setinggi-tingginya untuk kedua orang tua tercinta yaitu untuk ayah penulis Bapak Alirman yang bersusah payah memberikan dukungan moril kepada penulis serta ibunda tercinta yag memeberikan semangat yang luar biasa untuk penulis. Tanpa kasih sayang dan dukungan yang sangat tinggi ibunda mungkin penulis tidak akan berada di Universitas Sumatera Utara ini.

8. Penulis ucapkan terimakasih kepada saudara-saudari saya yaitu Leni Mawarni beserta abang saya Kurnia Ridwan, Rose Ramadhani, Ramzil Huda,Widya Anisa, Rahmad Yudha, Fajri Azhar, Luthfy Fuad serta keponakan penulis Pasha Khairullah atas segala dukungannya penulis ucapkan terima kasih.

9. Terima kasih kepada para senior-senior penulis yang telah mengritik penulis dalam meyelesaikan skripsi ini serta yang telah meluangkan waktu untuk diskusi serta memberikan bahan untuk penulis berupa jurnal-jurnal,


(45)

Lusi Sos’08 dan kakanda Ismi Andari Sos’011 dan kakanda Ernita Yanti Siregar Sos’011.

10.Dan selanjutnya kepada pegawai MSP (Magister Studi Pembangunan) yaitu kak dina, kk tika serta ibuk yang selalu memberikan informasi berharga bagi penulis.

11.Terkhusus untuk teman terbaik penulis yaitu Suriadi yang bersedia meluangkan waktunya untuk penulis ditengah kesibukannya dalam perkuliahan. Terima kasih atas waktu semangat pengorbanan dan segala kebaikannya dalam membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Serta kepada sahabat penulis yang selalu ada yaitu Welny Satria yang selalu memberikan semangat yang luar biasa sehingga penulis bisa termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Dan tidak lupa kepada sahabat-sahabat penulis dari awal penulis menempuh pendidikan di universitas Sumatera Utara ini yaitu Zamri Mardian yang rela antar jemput penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini maaf untuk merepotkan ya sahabat ku, serta kepada Jumi Hartati ,Intan Aminah yang selalu memberikan kritikan dan masukan untuk penulis, Mei wulandari, yang setia menemani penulis kesana-kesini untuk keperluan dalam waktu terdesak serta selalu menemani penulis dalam penelitan ini,terima memei,selajutnya Nurainun yang selalu memberi hiburan ketika waktu penat penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini terima kasih intan,mei,inun sudah menemani selama 4 tahun ini.Terimakasih atas kebersamaan di segala suasana, walaupun kita pernah mengalami masalah tetapi itu tidak memutuskan persahabatan kita. Serta Terimakasih sahabat-sahabat seperjuangan penulis yaitu Sri Saputri yang juga bersedia membantu penulis dalam proses penelitian. Maaf ya sahabatku karna telah merepotkan kalian. Cepat nyusul ya sahabatku dan selalu semangat semoga kita nanti bisa wisuda bareng-bareng, aminnnn... 13. Buat teman seperdopingan penulis yaitu Lorina Purba, Desyani trisnawati

yang selalu mendongkrak semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan selanjutnya Aini Nahampun yang senantiasa menunggu dan mengantarkan penulis pulang ke kos selama bimbingan ,hari-hari


(46)

kebersamaan kita dalam berjuang insha allah tidak akan penulis lupakan dan terakir kepada Rinna, terima kasih atas kebersamaannya.

14.Kepada teman Sosiologi Penulis yaitu tyson, Sritaqwa, ira, taufik, afni, zultia, Wanti, Hesti, Tika, Ratna, Fastawa, Dea, Ade, Lia, Bobby dan lain-lainnya yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu. Teman jurusan Antropologi Rizky yang selalu mengingatkan penulis untuk selalu jaga kesehatan serta sering meberikan penulis dukungan semangat agar skripsi ini dapat selesai. Selanjutnya kepada teman kost penulis yang terbaik adalah adinda Husni yang selalu mengganggu penulis disela kesibukan penulis dengan kesengajaan supaya agar penulis ingat dengan waktu penulis dan kepada Nurjannah Penulis ucapakan atas dukungan serta bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

15.Kepada junior SMA penulis Fahrul Rozi, Refita Liani yang sama-sama menempuh pendidikan di Universitas ini, yang selalu menanyakan kapan wisuda kepada penulis sehingga penulis lebih termotivasi untuk giat dalam penyelesaian tugas akhir ini, semoga kalian diberikan kemudahan untuk menyelesaikan kuliahnya serta dipermudah jalannya, amiinnn.

16.Untuk para informan penulis yang telah memberikan informasi-informasi kepada penulis selama proses penelitian, yaitu kepada Bapak M.Shabirin yang telah baik memperlakukan penulis selama penelitian, Bapak Sukimin yang rela waktu kerjanya terbengkalai demi penulis, Ibu Paris yang banyak memberikan informasi kepada penulis, Ibu Sukenti, Ibu Tuti dan Ibu Linda yang memberikan informasi keapada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

17.Terakhir penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian lapangan yaitu kepada Bapak Poniran selaku Kepala Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir yang telah banyak memberikan penulis data-data serta informasi lapangan, seluruh Staff UPTD Dinas Kebersihan terkhusus kepada Bapak Hendra yang mempermudah penulis untuk melakukan penelitian sampai ke area TPA. Terimakasih banyak atas bantuannya.


(47)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan, hal ini dikarenakan oleh keterbatasan waktu, pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membaca.

Medan, 24 Juni 2016 Penulis

Rici Wulandari NIM. 120901023


(48)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Definisi Konsep ... 9

BAB II Kajian Pustaka 2.1 Modal Sosial ... 11

2.2 Kondisi Sosial Ekonomi ... 16

2.3 Konsep Strategi Bertahan Hidup ... 23

2.4 Strategi Adaptasi ... 22


(49)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Lokasi Penelitian ... 26

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 27

3.3.1 Unit Analisi ... 27

3.3.2 Informan ... 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.5 Teknik Analis Data ... 30

3.6 Jadwal Kegiatan ... 31

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 32

4.1.1 TPA (Tempat Pembuangan Akhir)Sampah ... 32

4.1.2 Gambaran Lokasi Penelitian Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir ... 35

4.2 Gambaran Penduduk Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir ... 35

4.2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

4.2 .2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 37

4.2 .3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 38

4.2 .4 Ekonomi Masyarakat ... 40

4.2 .5 Sarana dan Prasarana ... 41

4.3 Profil Informan ... 46

4.3.1. Informan Kunci ... 46


(50)

4.3.3. Informan Tambahan... 55

4.4 Deskripsi Data Penelitian ... 51

4.4.1 Gambaran Mengenai Pemulung Lansia ... 51

4.4.1 Faktor Pendorong Lansia Bekerja Sebagai Pemulung... 53

4.5. Kondisi Sosial Ekonomi Pemulung Lansia ... 59

4.6. Kepemilikan Modal Sosial Pemulung Lansia ... 86

4.6.1 Jaringan yang di Bentuk Oleh Pemulung Lansia ... 88

4.6.2 Kepercayaan yang di Bentuk Oleh Pemulung Lansia ... 89

4.6.3 Hubungan Timbal Balik Pemulung Lansia... 91

4.7 Strategi Bertahan Hidup (Coping Strategies) ... 95

4.7.1 Aktif ... 98

4.7.2 Pasif ... 99

4.7.3 Jaringan Pengaman ... 100

4.8 Adaptasi Pemulung ... 103

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 106

5.2. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(51)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Kegiatan

Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Tabel 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tabel 6 Rumah Ibadah

Tabel 7 Sarana Pendidikan

Tabel 8 Rumah dan Sarana Perekonomian Tabel 9 Organisasi Masyarakat dan LSM Tabel 10 KB

Tabel 11 Kondisi Sosial Ekonomi Pemulung Lansia Dilihat dari Tingkat pendidi Kan, Pekerjaan dan Pendapatan

Tabel 12 Pendapatan Pemulung Lansia

Tabel 13 Kondisi Sosial Ekonomi Pemulung Lansia Dilihat dari Keadaan Rumah Tangga, Status Rumah dan Kepemilikan Kekayaan

Tabel 1 4 Kondisi Sosial Ekonomi Pemulung Lansia Dilihat dari Jabatan Dalam Organisasi, Hubungan Sosial


(52)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Faktor Pendorong Menjadi Pemulung Gambar 2 Faktor Penarik Menjadi Pemulung Gambar 3 Wawancara Dengan Ibu Sukenti Gambar 4 Wawancara Dengan Bapak Sukimin Gambar 5 Photo Bapak M.Shabirin

Gambar 6 Wawancara Dengan Ibu Paris Gambar 7 Photo Ibu Tuti

Gambar 8 Photo Bersama Dengan Ibu Linda Gambar 9 Wawancara Dengan Bapak Isul

Gambar 10 Photo Bersama Dengan Staf UPTD Kecamatan Medan Marelan Gambar 11 Photo Bersama Bapak Poniran Kepala Lingkungan 1

Gambar 12 Kondisi Pinggiran Jalan Menuju TPA Gambar 13 Rumah Ibu Sukenti Dilihat Dari Depan


(53)

DAFTAR LAMPIRAN Dokumentasi

Interview Guide ( Draf Wawancara) Lembaran Bimbingan Proposal Skripsi Berita Acara Seminar Proposal

Surat Izin Rekomendasi Penelitian Badan Penelitian Dan Pengembangan Surat Izin Penelitian Camat Kecamatan Medan Marelan


(1)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Definisi Konsep ... 9

BAB II Kajian Pustaka 2.1 Modal Sosial ... 11

2.2 Kondisi Sosial Ekonomi ... 16

2.3 Konsep Strategi Bertahan Hidup ... 23

2.4 Strategi Adaptasi ... 22


(2)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Lokasi Penelitian ... 26

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 27

3.3.1 Unit Analisi ... 27

3.3.2 Informan ... 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.5 Teknik Analis Data ... 30

3.6 Jadwal Kegiatan ... 31

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 32

4.1.1 TPA (Tempat Pembuangan Akhir)Sampah ... 32

4.1.2 Gambaran Lokasi Penelitian Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir ... 35

4.2 Gambaran Penduduk Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir ... 35

4.2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

4.2 .2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 37

4.2 .3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 38

4.2 .4 Ekonomi Masyarakat ... 40

4.2 .5 Sarana dan Prasarana ... 41


(3)

x

4.3.3. Informan Tambahan... 55

4.4 Deskripsi Data Penelitian ... 51

4.4.1 Gambaran Mengenai Pemulung Lansia ... 51

4.4.1 Faktor Pendorong Lansia Bekerja Sebagai Pemulung... 53

4.5. Kondisi Sosial Ekonomi Pemulung Lansia ... 59

4.6. Kepemilikan Modal Sosial Pemulung Lansia ... 86

4.6.1 Jaringan yang di Bentuk Oleh Pemulung Lansia ... 88

4.6.2 Kepercayaan yang di Bentuk Oleh Pemulung Lansia ... 89

4.6.3 Hubungan Timbal Balik Pemulung Lansia... 91

4.7 Strategi Bertahan Hidup (Coping Strategies) ... 95

4.7.1 Aktif ... 98

4.7.2 Pasif ... 99

4.7.3 Jaringan Pengaman ... 100

4.8 Adaptasi Pemulung ... 103

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 106

5.2. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Kegiatan

Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Tabel 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tabel 6 Rumah Ibadah

Tabel 7 Sarana Pendidikan

Tabel 8 Rumah dan Sarana Perekonomian Tabel 9 Organisasi Masyarakat dan LSM Tabel 10 KB

Tabel 11 Kondisi Sosial Ekonomi Pemulung Lansia Dilihat dari Tingkat pendidi Kan, Pekerjaan dan Pendapatan

Tabel 12 Pendapatan Pemulung Lansia

Tabel 13 Kondisi Sosial Ekonomi Pemulung Lansia Dilihat dari Keadaan Rumah Tangga, Status Rumah dan Kepemilikan Kekayaan

Tabel 1 4 Kondisi Sosial Ekonomi Pemulung Lansia Dilihat dari Jabatan Dalam Organisasi, Hubungan Sosial


(5)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Faktor Pendorong Menjadi Pemulung Gambar 2 Faktor Penarik Menjadi Pemulung Gambar 3 Wawancara Dengan Ibu Sukenti Gambar 4 Wawancara Dengan Bapak Sukimin Gambar 5 Photo Bapak M.Shabirin

Gambar 6 Wawancara Dengan Ibu Paris Gambar 7 Photo Ibu Tuti

Gambar 8 Photo Bersama Dengan Ibu Linda Gambar 9 Wawancara Dengan Bapak Isul

Gambar 10 Photo Bersama Dengan Staf UPTD Kecamatan Medan Marelan Gambar 11 Photo Bersama Bapak Poniran Kepala Lingkungan 1

Gambar 12 Kondisi Pinggiran Jalan Menuju TPA Gambar 13 Rumah Ibu Sukenti Dilihat Dari Depan


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Dokumentasi

Interview Guide ( Draf Wawancara) Lembaran Bimbingan Proposal Skripsi Berita Acara Seminar Proposal

Surat Izin Rekomendasi Penelitian Badan Penelitian Dan Pengembangan Surat Izin Penelitian Camat Kecamatan Medan Marelan