Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Bagan Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang (1980-2000)

Penulis
Nurlailisa (090706008)
ABSTRAK
Latar belakang penulisan ini berangkat dari kehidupan nelayan yang selalu diidentikkan
dengan kemiskinan, padahal kita ketahui bahwa laut menyediakan potensi yang begitu besar,
tetapi kenapa nelayan di Indonesia belum bisa keuar juga dari lingkaran kemiskinan. Selain itu
seringnya terjadi konflik antar nelayan yang dipicu oleh alat tangkap dan zona penangkapan ikan
yang tidak jelas sehingga menyebabkan nelayan tradisional yang paling banyak terkena
dampaknya.
Bagan merupakan sebuah Dusun yang berada di desa Percut kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang. Lokasi ini menjadi tempat penelitian karena wilayah ini merupakan
wilayah pesisir yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial ekonomi nelayan di
dusun Bagan setelah mendapat bantuan kapal kepres 39 dan setelah nelayan banyak mengubah
alat tangkapnya dari jaring dengan menggunakan pukat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah nelayan pukat, nelayan jaring, penampung ikan, pencari
kerang. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap hasil temuan di
lapangan.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan informasi bahwa sebelum tahun 1980 maka
nelayan hanya mengandalkan kapal yang menggunakan layar dan dayung dalam mencari ikan.

Di tahun 1980 pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu membantu nelayan dengan
mengeluarkan kapal kepres 39 yang juga sampai ke dusun Bagan, dengan keluarnya keputusan
ini maka penggunaan trawl (pukat harimau) dilarang. Seiring dengan berjalannya waktu
peraturan tersebut pun seperti tidak ada lagi, pukat seolah dihalalkan pemakaiannya. Hal ini juga
berlaku di dusun Bagan, yang mana nelayan awalnya menggunakan pukat Layang yang
diperkenalkan oleh pak Burhan yang akhirnya nelayan lain ikut menggunakan pukat tersebut
karena hasilnya yang lumayan dibanding dengan menggunakan jaring. Yang sampai sekarang
pukat merupakan alat tangkap utama.
Kehidupan sosial nelayan dapat dilihat dari adanya sistem gotong royong yang dilakukan,
lembaga patron-klient yang sampai saat ini masih berlaku di kehidupan nelayan.

iv
Universitas Sumatera Utara