DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI RIAU The Impact of Fiscal Policy on Performance of Agriculture in Riau Province Dinda Julia, Alla Asmara dan Heriyanto
DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI RIAU
The Impact of Fiscal Policy on Performance of Agriculture in Riau Province
Dinda Julia, Alla Asmara dan Heriyanto
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Jl. Kamper, Kampus IPB Dramaga, Bogor, 085278262490
[Diterima: Agustus 2015, Disetujui: November 2015]
ABSTRACT
Growth in the agricultural sector in Riau Province slowed from year to year so it needs the appropriate fiscal mechanisms. This research aims to analyze the factors affecting fiscal revenues and expenditures in the agricultural sector in the province of Riau, analyzing the impact of changes in fiscal revenues and expenditures on the performance of the agricultural sector in the province of Riau, and formulate appropriate fiscal policy conducted in the province of Riau. Econometric analysis carried out by the simultaneous equation estimation methods Two Stage Least Squares (2SLS). The results showed that (1) factors affecting fiscal revenues and expenditures is the GDP, revenue, expenditure economic sectors, the total reception area, population, population density, and the rest of the budget of the previous year with a positive impact, as well as the total regional spending and DAU with negative effects, (2) Changes in fiscal policy positive impact on the agricultural sector, especially food crops, (3) fiscal policy is appropriate to increase the performance of the agricultural sector Riau Province is the increase in spending agricultural sector 10% to the GDP agriculture increased 0.67% and agriculture increased labor absorption 0.16%.
Keywords: Fiscal policy, Agricultural performance, Simultaneous equation
ABSTRAK
Pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Riau mengalami perlambatan dari tahun ke tahun sehingga perlu adanya mekanisme fiskal yang tepat. Tujuan penelitian adalah menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran fiskal pada sektor pertanian di Provinsi Riau, menganalisis dampak perubahan penerimaan dan pengeluaran fiskal terhadap kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau, serta merumuskan kebijakan fiskal yang tepat dilakukan di Provinsi Riau. Analisis ekonometrika dilakukan dengan persamaan simultan dengan metode pendugaan Two Stage Least Squares (2SLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran fiskal adalah PDRB, PAD, pengeluaran sektor ekonomi, total penerimaan daerah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan sisa anggaran tahun sebelumnya dengan pengaruh yang positif, serta total pengeluaran daerah dan DAU dengan pengaruh negatif, (2) Perubahan kebijakan fiskal berdampak positif terhadap kinerja sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan, (3) Kebijakan fiskal yang tepat dilakukan untuk meningkatkan kinerja sektor pertanian Provinsi Riau adalah peningkatan pengeluaran sektor pertanian 10% sehingga PDRB sektor pertanian meningkat 0.67% dan penyerapan tenagakerja sektor pertanian meningkat 0.16%.
Kata Kunci: Kebijakan fiskal, Kinerja sektor pertanian, Persamaan simultan
PENDAHULUAN pertanian yang dilakukan oleh peme-rintah Sektor pertanian merupakan sektor yang
bertujuan untuk meningkatkan partum-buhan memiliki peran penting dalam perekonomian
ekonomi dan pemerataan distribusi pendapatan, Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan peran
membuka peluang dan kesempatan kerja bagi sektor pertanian dalam meningkatkan produk
masyarakat, serta memenuhi kebu-tuhan dasar domestik bruto maupun perolehan devisa negara,
masyarakat.
selain karena sebagian besar penduduk Indonesia Menurut Musgrave (1989), dalam pere- bekerja di sektor pertanian. Pemba-ngunan
konomian, pemerintah memiliki peranan yang
Dinamika Pertanian Desember 2015
meliputi peran alokasi, peran distribusi, dan efektivitas pengeluaran (expenditure) dalam peran stabilisasi. Oleh sebab itu, menurut
rangka menstimulasi dunia usaha melalui Dirgantoro (2010), pemerintah memiliki wewe-
pengembangan iklim usaha yang lebih baik dan nang
dalam pelaksanaan pembangunan. menguntungkan bagi daerahnya. Pemerintah dapat mengatur hal-hal yang ber-
PDRB Provinsi Riau dari tahun 2009 hubungan dengan pengalokasian sumberdaya,
sampai 2013 terus meningkat. Dimana sektor distribusi faktor input dan hasil-hasil pem-
pertanian merupakan sektor andalan yang bangunan serta mengatur stabilitas ekonomi.
berkontribusi besar kedua bagi PDRB setelah Pada tahap awal pembangunan dalam rangka
pertambangan. Namun kinerja sektor pertanian meningkatkan pertumbuhan ekonomi diper-
diketahui mengalami perlambatan. Berdasarkan lukan intervensi pemerintah. Intervensi tersebut
data Bank Indonesia (2013), diketahui partum- dilakukan dalam bentuk pengeluaran peme-
buhan sektor pertanian pada tahun 2011 sebesar rintah untuk membangun infrastruktur dan
4,3 persen kemudian menurun signifikan pada fasilitas pelayanan umum.
tahun 2012 menjadi sebesar 2,60 persen dan Perkembangan beberapa tahun belaka-
meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar 4,48 ngan ini menunjukkan masyarakat mengharap-
persen. Pertumbuhan sektor pertanian pada tahun kan agar potensi yang dimiliki daerah dapat
2012 merupakan pertumbuhan terendah selama dimanfaatkan secara maksimal. Oleh sebab itu,
lima tahun terakhir.
pemerintah mengeluarkan UU No. 22 Tahun Adanya perlambatan pertumbuhan sektor 1999, tentang pemerintahan daerah dan UU No.
pertanian seiring dengan perlambatan partum-
25 Tahun 1999, tentang perimbangan keuangan buhan pada seluruh subsektornya yang meliputi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
tanaman pangan, perkebunan, peternakan, Kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun
kehutanan, dan perikanan.
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. Tabel 1. Pertumbuhan Sektor Pertanian Provinsi
33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Riau, Tahun 2010-2013 (%) Daerah diberikan wewenang dalam penyeleng-
Lapangan Usaha
garan pemerintahan berdasarkan prinsip-prinsip
Pertanian
1. Tanaman Pangan
otonomi daerah dan dituntut kemandiriannya
2. Perkebunan
dalam melaksanakan pembangunan.
Pada tahun 2001, pola pembangunan
4. Kehutanan
-1.15 -3.85 -2.74 -1.51
dengan menerapkan kebijakan desentralisasi
5. Perikanan
fiskal mulai diberlakukan. Dengan adanya
Sumber:
BPS Provinsi Riau (2014)
kebijakan ini, Pemerintah Daerah mendapatkan
keleluasaan untuk menyusun secara mandiri
program-program dan melakukan realokasi dana anggaran sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan
kapasitas daerah masing-masing. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
ekonomi daerah serta mengatasi permasalahan equity agar tercipta pemerataan dalam rangka
mengurangi kesenjangan antar daerah. Bagi pemerintahan, desentralisasi fiskal yang berhasil
akan meningkatkan transparansi dan akuntabili- 2011 tas. Menurut Saefudin (2005), respon peme-
Provinsi Riau
rintah dalam menanggapi kewenangan desentra- lisasi fiskal yaitu: (1) fokus pada usaha
Gambar 1. Rasio Fiskal terhadap Total Pen- memperbesar penerimaan (revenue) melalui
dapatan Daerah Provinsi Riau intensifikasi dan perluasan pajak, retribusi
(Kementerian Keuangan, 2012) daerah, serta memanfaatkan sumberdaya yang
masih belum dimanfaatkan secara optimal Tanaman pangan mengalami perlamba-tan dengan berbagai cara, salah satunya bagi hasil,
pertumbuhan sampai tahun 2013 dengan angka dan (2) lebih berorientasi pada peningkatan
terendah yaitu sebesar 1,21 persen pada tahun
Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Riau
2012 dan 0,49 persen pada tahun 2013 (Bank Indonesia, 2013).
Gambar 1 memperlihatkan rasio fiskal terhadap total pendapatan daerah dimana rasio ini mengukur tingkat kemampuan daerah dalam mendanai program prioritas daerah tersebut. Tren rasio ruang fiskal per total pendapatan daerah Riau memiliki kecenderungan menurun pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011. Sedangkan rasio ruang fiskal terhadap total pendapatan daerah secara nasional memiliki tren yang menurun dari tahun 2007 hingga 2011. Namun demikian, rasio ruang fiskal per total penda- patan daerah Provinsi Riau lebih tinggi diban- dingkan dengan rasio secara nasional (Kementerian Keuangan, 2012).
Hal ini memperlihatkan bahwa kemam- puan Provinsi Riau telah cukup baik dalam hal kemandirian dan kemampuan daerahnya dalam membiayai berbagai program prioritas daerah seperti yang terdapat dalam misi pembangunan jangka menengah Provinsi Riau 2009-2013, diantaranya memperkuat keseimbangan antar wilayah sebagai kelanjutan dari pembangunan infrastruktur daerah, meningkatkan penanaman modal untuk mendukung lajunya pertumbuhan perekonomian, dan meningkatkan peran masya- rakat dalam pembangunan.
Perubahan kondisi fiskal yang mengalami penurunan seiring dengan adanya perlambatan pertumbuhan sektor pertanian diduga dikare- nakan kebijakan fiskal yang berlaku di Provinsi Riau menyebabkan terjadinya penurunan kinerja sektor pertanian. Oleh sebab itu, kebijakan alokasi anggaran yang dialirkan untuk sektor pertanian merupakan hal penting yang perlu diperhatikan agar tepat sasaran dan mampu meningkatkan kinerja sektor pertanian di provinsi Riau. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran fiskal di Provinsi Riau; (2) menganalisis dampak perubahan penerimaan dan pengeluaran fiskal Pemerintah Daerah terhadap kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau (3) merumuskan kebijakan fiskal yang tepat dilakukan untuk meningkatkan kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau.
Penelitian sebelumnya tentang dampak desentralisasi fiskal terhadap kinerja fiskal daerah dan ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat dilakukan oleh Wiwiek Rindayati tahun
2007, menggunakan data panel tahun 1995-2005 dengan analisis deskriptif dan simultan, metode 2SLS. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pendapatan sektor pertanian signifikan dipengaruhi positif oleh produksi gabah, tenaga kerja sektor pertanian, lag pendapatan sektor pertanian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja sektor pertanian adalah angkatan kerja dan upah sektor pertanian. Angkatan kerja yang meningkat diikuti oleh penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang semakin besar, sedangkan upah merupakan insentif bagi tenaga kerja sehingga semakin besar tingkat upah maka akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang terlibat pada sektor pertanian. Apabila pengeluaran sektor per-tanian ditingkatkan maka akan terjadi peningkatan PDRB sektor pertanian maupun non pertanian, dan selanjutnya peningkatan tersebut juga meningkatkan pendapatan per kapita. Peningkatan pengeluaran sektor pertain-an berdampak pada peningkatan kinerja pere- konomian daerah, peningkatan kinerja ketahan- an pangan, penurunan kemiskinan, dan pening- katan kinerja fiskal daerah. Peningkatan upah sektor pertnaian berdampak pada penyerapan tenaga kerja sektor pertanian.
Selain itu, Darsono et al pada tahun 2008 melakukan penelitian tentang Analisis Fiskal terhadap Kinerja Sektor Pertanian dengan Penekanan Agroindustri di Indonesia, dimana penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji kinerja sektor pertanian dan agroindustri, mengkaji hubungan kebijakan fiskal dengan kinerja sektor pertanian dan kinerja agroindus- tri, mengkaji instrument kebijakan fiskal yang efektif mempengaruhi kinerja sektor pertanian dan kinerja agroindustri, serta mengkaji keterkaitan antara kinerja sektor pertanian dengan kinerja agroindustri pada kondisi fiskal di Indonesia. Dengan menggunakan data sekun-der time series (1970.1-2005.4) dan variabel yang meliputi kebijakan fiskal, variabel inves-tasi, variabel konsumsi, variabel kinerja sektor pertanian, dan variabel kinerja agroindustry, digunakan pendekatan model Vector Auto Regresive (VAR) untuk menjawab tujuan yang kedua setelah tujuan pertama dianalisis dengan nilai-nilai rasio konvensional. Tujuan ketiga dan keempat dianalisis dengan menggunakan metode IRF dan FEVD. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja sektor pertanian menurun mulai pertengahan periode
Dinamika Pertanian Desember 2015
1980-an sampai tahun 2005 untuk semua aspek menggunakan pool data 5 kabupaten dan kota di dalam perekonomian dimana kesejahteraan
Provinsi Riau pada tahun 1995-2000. Hasil petani tertekan oleh over value nilai tukar rupiah,
penelitian menunjukkan bahwa evaluasi pelak- selain itu kinerja agroindustri terutama daya
sanaan sebelum dan sesuadah desentralisasi saingnya juga mengalami penurunan pada
fiskal dan kinerja fiskal daerah pada sisi periode 1990-an. Terkait dengan agroindustri
penerimaan diketahui terjadi peningkatan kebijakan fiskal dalam jangka panjang yang
dimana transfer dari pemerintah pusat memberi paling kuat mempengaruhi kinerja sektor
kontribusi besar, tetapi pada sisi pengeluaran pertanian dan agroindustri adalah anggaran
menunjukkan alokasi pengeluaran rutin mening- sektor pertanian, penelitian dan pengembangan
kat lebih tinggi daripada alokasi pengeluaran pertanian,
pembangunan. Penurunan alokasi pengeluaran desentralisasi fiskal meskipun respon kinerja
pembangunan ditunjukkan oleh penurunan sektor pertanian dan agroindustri atas shock
alokasi pengeluaran untuk sektor-sektor pem- instrument kebijakan fiskal untuk menca-pai
bangunan khususnya sektor pertanian dan keseimbangan relative lama, masing-masing 9
pelayanan fiskal umum. Kebijakan kenaikan dan 8 tahun. Instrumen kebijakan fiskal yang
dana alokasi umum dan bagi hasil bukan pajak efektif mempengaruhi kinerja sektor pertanian
dan realokasi pengeluaran rutin dan pemba- adalah anggaran pajak pertambahan nilai,
ngunan mendorong pertumbuhan ekonomi, anggaran penelitian dan pengembangan perta-
pemerataan pendapatan, penurunan kesenjangan nian, anggaran infrastruktur, subsidi pertanaian,
antar daerah. Secara umum, eksekutif sebagai dan desentralisasi fiskal. Sementara untuk agro-
pelaksana kebijakan desentralisasi fiskal dan industri adalah pajak penghasilan, pajak pertam-
legislatif sebagai fungsi anggaran dan kontrol bahan nilai, anggaran infrastruktur pertanian, dan
pemerintah daerah belum dapat menjalankan desentralisasi fiskal. Keterkaitan antara sektor
ketentuan Undang-Undang No.25 Tahun 1999 pertanian dengan agroindustri adalah adanya
dengan baik. Secara administrasi dan ekonomi, peran sektor pertanian dalam mem-pengaruhi
pemerintah daerah belum mampu memberikan variabilitas kinerja agroindustri me-lalui PDB
layanan publik dengan baik terbukti dengan pertanian, ekspor produk pertanian, dan impor
belum adanya perubahan mendasar terhadap produk pertanian.
layanan publik, begitu juga pada kinerja Studi yang dilakukan oleh Akai dan Sakata
administrasi, pengelolaan pembangunan dan (2002) di Amerika Serikat memper-lihatkan
kelembagaan daerah.
bukti baru bahwa desentralisasi fiskal Dirgantoro (2010) melakukan penelitian mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dengan
mengenai dampak kebijakan desentralisasi fiskal data cross section dan time series (panel data)
terhadap transformasi struktur tenaga kerja di maka terdapat 50 observasi (rata-rata tahun
Provinsi Jawa Barat menggunakan data sekunder 1992-1994 untuk time series dan 50 negara
tahun 1975-2007 dengan metode pendugaan bagian di Amerika Serikat). Penelitian empiris
2SLS. Berdasarkan latar belakang, perumusan tersebut memperlihatkan desentralisasi fiskal
masalah, dan pembahasan, diketahui bahwa memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan
Provinsi Jawa Barat mengalami trans-formasi ekonomi. Tidak seperti paper sebelum-nya,
struktur tenaga kerja selama berlang-sungnya paper ini menemukan bahwa desentralisasi fiskal
proses pembangunan. Kontribusi tenaga kerja di memainkan peranan utama dalam per-tumbuhan
sektor pertanian menurun, kontribusi tenaga ekonomi.
kerja sektor agroindustri meningkat, dan mengindikasikan bahwa ada faktor-faktor
kontribusi sektor lainnya meningkat. Selama lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan
berlangsungnya transfor-masi struktur tenaga ekonomi selain desentralisasi fiskal.
kerja, sektor pertanian tidak berkaitan erat Saefudin (2005) meneliti tentang dampak
dengan sektor agroindustri, tetapi berkaitan erat desentralisasi fiskal terhadap kinerja pere-
sektor lainnya. Penurunan kontribusi tenaga konomian dan kelembagaan di Provinsi Riau.
kerja di sektor pertanian tidak secara otomatis Alat analisis yang digunakan adalah ekono-
diikuti oleh peningkatan kontribusi tenaga kerja metrika terdiri dari 3 blok, yaitu blok peneri-
disektor agroindustri, tetapi diserap di sektor maan fiskal daerah, blok pengeluaran fiskal
lainnya, seperti sektor informal. Peningkatan daerah, blok makroekonomi daerah, dengan
pengeluaran untuk belanja pegawai dan
Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Riau
penerimaan daerah dari DAU berdampak positif an simultan dan metode estimasi Two Stage baik terhadap tenaga kerja sektor pertanian, total
Least Squares (2SLS). Pengolahan data dilaku- tenaga kerja, dan kontribusi tenaga kerja sektor
kan menggunakan program Microsoft Excel pertanian meningkat. Peningkatan pengeluaran
2013 dan SAS 9.1.3 Portable. Model dibentuk untuk sektor pertanian berdampak positif
berdasarkan studi literatur yang diantaranya terhadap tenaga kerja pertanian dan terjadi
diacu dari Akai and Sakata (2002), Asnawi peningkatan kontribusi tenaga kerja sektor
(2005), Saefudin (2005), Situmorang (2009), pertanian, tetapi berdampak negatif terhadap
Salois (2010), Dirgantoro (2010), Sumedi total tenaga kerja. Peningkatan pengeluaran
(2013), Budiyanto (2014) dan Lisna (2014). untuk infrastruktur berdampak positif terhadap
Model dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) tenaga kerja total, tetapi berdampak negatif pada
blok yaitu blok penerimaan fiskal daerah, tenaga kerja sektor pertanian dan kontribusi
pengeluaran fiskal daerah, dan kinerja sektor tenaga kerja sektor pertanian menjadi menurun,
pertanian.
yang berarti terjadi transformasi di sektor pertanian.
Blok Penerimaan Fiskal
1. TAXD = a 0 + a 1 *PDRB + a 2 *TEXP + tang Perubahan Fiskal Sektor Pertanian-Penge-
Penelitian dilakukan oleh Yao-sen ten-
a 3 *KPDK + a 4 *LTAXD + u 1 ………. (1) luaran Pendukung dan Pendapatan Petani Ber-
2. RETRD = b 0 + b 1 *INFL + b 2 *PDRB + b 3 dasarkan Teori Grey Correlation menggunakan
*DRETRD + u 2 ………………… ... (2) data tahun 2009. Hasil penelitian diantaranya
3. PAD = TAXD + RETRD + LABUD..(3) menunjukkan bahwa pengaruh pengeluaran
4. DAU = c 0 + c 1 *PDRB + c 2 *TEXP + pendukung produksi
c 3 *AKED + c 4 *LDAU + u 3 ……...… ..... (4) pendapatan petani menunjukkan trend yang
pertanian terhadap
5. BHTAXD = d 0 +d 1 *PAD + d 2 *PESE + d 3 menurun, pengaruh peningkatan pendapatan
*LBHTAX + u 4 ……………..… ............ (5) petani menunjukkan kepercayaan dan pening-
= PAD + DAU + DAK + katan pengetahuan dan penggunaan teknologi.
6. TPED
BHTAXD + BHPESDA + PELA + Penelitian Wen-yan (2010) tentang dam-
SAPBDTS…………………………. .... . (6) pak pengeluaran fiskal di China terhadap Perta-
nian dilihat dari pendapatan petani menunjuk- Blok Pengeluaran Fiskal
kan hasil bahwa peningkatan anggaran untuk
7. PERGA = e 0 + e 1 *PAD + e 2 *DAU + ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan
e 3 *DAK + e 4 *JPGO + e 5 *LPERGA dampak paling besar terhadap peningkatan pen-
u 5 ……………………………………….. (7) dapatan petani. Hal ini sesuai dengan penelitian
8. PERNGA = f 0 +f 1 *PAD + f 2 *SAPBDTS + Yao-sen yang juga dilakukan di China.
f 3 *POP + u 6 ………………………..… (8)
9. PERDA=PERGA + PERNGA …........ ... (9)
METODE PENELITIAN
10. PESPER = g 0 +g 1 *TPED + g 2 *PTKSP + g 3
*LPESPER + u 7 ………….…… ........... (10) Data yang digunakan dalam penelitian ini
Jenis dan Sumber Data
11. PESNPER = h 0 +h 1 *TPED + h 2 *PTKSNP adalah data sekunder berupa data series agregat
+h 3 *LPESNPER + u 8 …………………………. (11) Provinsi Riau tahun 1994-2013. Sumber data
=i 0 + i 1 *TPED + i 2 *PDRB + diperolah dari BPS Nasional, BPS Provinsi Riau,
12. PEINF
i 3 *KPDK + u 9 ………………...….. ...... (12) Departemen Keuangan. Data yang dimasukkan
13. PESE = PESPER + PESNPER + dalam penelitian adalah pajak daerah (TAXD),
PEINF….......................................... (13) retribusi daerah (RETRD), DAU, DAK, PAD,
14. TEXP = PERDA + PESE + PEINF. (14) total penerimaan daerah (TPED), investasi sektor
pertanian (INVSP), upah sektor pertanian Blok Kinerja Sektor Pertanian (UPSP), dan penyerapan tenaga kerja sektor
15. PDRBSTP = l 0 + l 1 *TEXP+ l 2 *PTKSTP + pertanian (PTKSP).
l3*LPDRBSTP + u 12. .................... ....... (15)
16. PDRBSPK = m 0 + m 1 *INVSPK +
Metode Analisis Data
m3*LPDRBSPK + Analisis data dalam penelitian ini meng-
m2PTKSPK
u 13 …………………………………….. (16) gunakan ekonometrika dengan sistem persama-
Dinamika Pertanian Desember 2015
PDRBSTP = PDRB Subsektor Tanaman Pa- n2*PTKSPT
17. PDRBSPT = n 0 +
n 1 *INVSPT
ngan (Rp Juta) u 14 …………………………………..… (17)
n 3 *LPDRBSPT
PDRBSPK = PDRB Subsektor Perkebunan (Rp
18. PDRBSIK = o 0 +o 1 *TEXP + o 2 *PTKSIK +
Juta)
o3*PESPER + o4*LPDRBSIK + u 15 .. (18)
PDRBSPT = PDRB Subsektor Peternakan (Rp
19. PDRBSKH = p 0 + p 1 *INVSKH +
Juta)
p 2 *PTKSKH + p3*PESPER + u 16 ....... (19)
PDRBSKH = PDRB Subsektor Kehutanan (Rp
20. PDRBSP = PDRBSTP + PDRBSPK +
Juta)
PDRBSPT + PDRBSIK + PDRBSK..... (20) PDRBSIK = PDRB Subsektor Perikanan (Rp
21. PTKSTP = u 0 + u 1 *UPSTP + u 2 *PRSTP +
Juta)
u3*PDRBSTP + u4*TEXP + u 22 ....... …(21)
PTKSP
= Penyerapan Tenaga kerja Sektor
22. PTKSPK = v 0 + v 1 *UPSPK + v 2 *PRSPK +
Pertanian (orang)
v3*PDRBSPK + v4*TEXP + u 23 ........... (22)
PTKSTP = Penyerapan Tenaga kerja Subsek-
23. PTKSPT = w 0 +w 1 *UPSPT + w 2 *PRSPT +
tor Tanaman Pangan (orang)
w3*PDRBSPT + w4*TEXP + u 23 ......... (23)
PTKSPK = Penyerapan Tenaga kerja Subsek-
24. PTKSIK = x 0 + x 1 *UPSIK + x 2 *PRSIK +
tor Perkebunan (orang)
x3*PDRBSIK + x4*TEXP + u 24 ........... (24)
PTKSPT = Penyerapan Tenaga kerja Subsek-
25. PTKSKH=y 0 + y 1 *UPSKH + y 2 *PRSKH +
tor Peternakan (orang)
y3*PDRBSKH + y4*TEXP + u 25 .......... (25)
PTKSKH = Penyerapan Tenaga kerja Subsek-
26. PTKSP = PTKSTP + PTKSPK + PTKSPT + tor Kehutanan (orang) PTKSIK + PTKSKH.............................. (26)
PTKSIK = Penyerapan Tenaga kerja Subsek- tor Perikanan (orang)
= Laba Badan Usaha Milik Daerah TAXD
Keterangan: LABUD
= Pajak Daerah (Rp Juta)
(Rp Juta)
RETRD = Retribusi Daerah (Rp Juta)
= Produk Domestik Regional Bruto PAD
PDRB
= Pendapatan Asli Daerah (Rp
(Rp Juta)
= Jumlah Pegawai Negeri Otonom DAU
Juta)
JPGO
= Dana Alokasi Umum (Rp Juta)
(orang)
DAK = Dana Alokasi Khusus (Rp Juta) PTKSNP = Penyerapan Tengaakerja Sektor BHTAXD = Bagi Hasil Pajak (Rp Juta);
Non Pertanian (orang) BHPESDA = Bagi Hasil Sumber Daya Alam
= Luas Wilayah (km) (Rp Juta)
LWIL
= Kepadatan Penduduk (jiwa/km) TPED
KPDK
= Total Penerimaan Daerah (Rp
= Jumlah Penduduk (jiwa) Juta)
POP
= Suku Bunga (persen per tahun) PERGA
SBI
= Pengeluaran Rutin Gaji (Rp
= Inflasi (persen per tahun) Juta)
INFL
= Upah Sektor Pertanian (Rp Juta) PERNGA = Pengeluaran Rutin Non Gaji (Rp
UPSP
= Upah Subsektor Tanaman Pangan Juta)
UPSTP
(Rp Juta)
PERDA = Pengeluaran Rutin Daerah (Rp
= Upah Subsektor Perkebunan (Rp Juta)
UPSPK
Juta)
PESPER = Pengeluaran Sektor Pertanian
= Upah Subsektor Peternakan (Rp (Rp Juta)
UPSPT
Juta)
PESNPER = Pengeluaran
= Upah Subsektor Kehutanan (Rp Pertanian (Rp Juta)
PEINF = Pengeluaran Infrastruktur (Rp
= Upah Subsektor Perikanan (Rp Juta)
UPSIK
Juta)
PESE = Pengeluaran Sektor Ekonomi
= Produksi Pertanian (Rp Juta) (Rp Juta)
PRSP
= Produksi Subsektor Tanaman TEXP
PRSTP
= Total Pengeluaran Daerah (Rp Pangan (Rp Juta) Juta)
PRSPK = Produksi Subsektor Perkebun-an PDRBSP = PDRB Subsektor Pertanian (Rp
(Rp Juta)
Juta) PRSPT = Produksi Subsektor Peternakan
(Rp Juta)
Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Riau
PRSKH = Produksi Subsektor Kehutanan (Rp dalam persamaan memiliki tanda yang sesuai Juta)
dengan harapan berdasarkan teori ekonomi. PRSIK = Produksi Subsektor Perikanan (Rp
Berdasarkan kriteria statistika lebih dari 70% Juta)
persamaan dalam model memiliki nilai R 2 diatas u
= Komponen error. 0,90. Nilai DW berada diantara 0,9 – 2,4 dan taraf nyata variabel eksogen adalah α < 25%.
Identifikasi model ditentukan atas dasar Secara umum hasil analisis menunjukkan order condition sebagai syarat keharusan dan variabel eksogen dan predetermined memiliki rank condition sebagai syarat kecukupan. hasil yang sesuai dengan fakta dilapangan dan Menurut Koutsoyiannis (1982, hal 358), hasil
logis.
identifikasi untuk setiap persamaan struktural Hasil statistik t menunjukkan terdapat haruslah exactly identified atau over identified variabel predetermined yang tidak berpengaruh untuk dapat menduga parameter-parameternya. nyata pada taraf nyata 25%. Namun hasil Syarat kecukupan dituangkan dalam rank estimasi tetap representatif dalam menunjukkan condition untuk identifikasi yang menyatakan kinerja sektor pertanian sebagai dampak bahwa dalam suatu persamaan teridentifikasi jika kebijakan fiskal di Provinsi Riau. Tanda dan dan hanya jika dimungkinkan untuk membentuk besaran parameter estimasi secara teoritis dan minimal satu determinan bukan nol pada order logis telah cukup sesuai dan memperkuat untuk (G-1) dari parameter struktural peubah yang analisis selanjutnya. Model fiskal Provinsi Riau tidak termasuk dalam persamaan tersebut. telah melalui tahap validasi dengan rentang Tahapan identifikasi model meliputi 26 waktu selama 8 tahun, yakni tahun 2006-2013 persamaan (G) yang terdiri dari 66 variabel atau secara agregat Provinsi Riau. Indikator validasi peubah (K) serta 8 variabel dalam suatu statistik yang digunakan adalah RMSPE (Root persamaan (M) sehingga K – M = 58 dan G – 1 Means Squares Percent Error ) dan nilai U = 25, maka (K – M) > (G – 1). Oleh sebab itu Theil’s (Theil’s Inequality Coefficient). Secara berdasarkan kriteria order condition maka keseluruhan hasil validasi cukup baik sehingga persamaan dinyatakan teridentifikasi secara model dapat digunakan untuk simulasi. berlebih (over identified) sehingga dapat diduga
parameter-parameternya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peneri-
Selanjutnya dilakukan tahap validasi
maan Fiskal Daerah
model yang bertujuan untuk mengevaluasi Blok penerimaan fiskal daerah Provinsi apakah nilai estimasi sesuai dengan nilai aktual
Riau ditunjukkan oleh pajak daerah (TAXD), masing-masing variabel endogen (Pindyck dan
retribusi daerah (RETRD), Dana Alokasi Umum Rubinfield, 1991). Apabila model sudah valid
(DAU), dana bagi hasil pajak daerah maka dapat dilanjutkan ke tahap simulasi
(BHTAXD). Hasil estimasi pada Tabel 2 kebijakan. Analisis simulasi dampak kebijakan
menunjukkan bahwa Pajak daerah (TAXD) dilakukan pada periode historis tahun 2006-
dipengaruhi oleh variabel PDRB, total penge- 2013. Simulasi 1 adalah peningkatan Dana
luaran daerah (TEXP), kepadatan penduduk Alokasi Umum (DAU) 5%, simulasi 2 adalah
(KPDK), dan pajak daerah tahun sebelumnya peningkatan Bagi Hasil Pajak Daerah
(LTAXD).
(BHTAXD) 5%, simulasi 3 adalah peningkatan Pada Tabel 2, variabel yang secara signi- pengeluaran sektor pertanian (PESPER) 10%
fikan berpengaruh nyata dan bernilai positif dan simulasi 4 adalah kombinasi kebijakan
adalah PDRB, sedangkan variabel lainnya tidak peningkatan PESPER 10% dan pengeluaran
memberikan pengaruh yang signifikan. Selan- infrastruktur (PEINF) 5%.
jutnya, pada retribusi daerah (RETRD), variabel penjelas memberikan pengaruh positif dan
HASIL DAN PEMBAHASAN signifikan adalah PDRB dan delta retribusi Hasil estimasi model ekonometrika diba-
daerah (DRETRD). Variabel penjelas lainnya gi menjadi 3 (tiga) blok yaitu blok penerimaan
yaitu inflasi (INFL) memberikan pengaruh fiskal, blok pengeluaran fiskal, dan blok kinerja
positif namun tidak signifikan. Semakin besar sektor pertanian Provinsi Riau. Keragaan secara
PDRB Provinsi Riau menyebabkan peningkatan umum hasil estimasi dalam 3 blok tersebut
restribusi daerah dengan respon jangka pendek menunjukkan hasil yang baik. Variabel eksogen
yang tidak elastis. Hal ini dikarenakan peme-
Dinamika Pertanian Desember 2015
Tabel 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Fiskal Provinsi Riau
Pajak Daerah
Elastisitas Peubah
Parm
Prob>
SR LR Intercept
0.035 -7.662 LTAXD
R 2 =0.75094 DW=1.67 α=1% Retribusi Daerah
Elastisitas Peubah
Parm
Prob>
SR LR Intercept
R 2 =0.62498 DW=0.91 α=1% Dana Alokasi Umum
Elastisitas Peubah
Parm
Prob>
SR LR Intercept
-0.02 R 2 =0.72716 DW=2.01 α*=1% Bagi Hasil Pajak Daerah
Elastisitas Peubah
Parm
Prob>
SR LR Intercept
R 2 =0.95800 DW=1.94 α*=5% α**=25%
rintah daerah berusaha meningkatkan peneri- pemerintah daerah Provinsi Riau melalui DAU maan fiskal daerah melalui mekanisme retribusi.
semakin besar. Variabel penjelas yang secara Sementara inflasi memberikan pengaruh yang
langsung mempengaruhi bagi hasil pajak daerah positif namun tidak signifikan terhadap mening-
(BHTAXD) adalah pendapatan Asli Daerah katnya retribusi daerah.
(PAD) dan pengeluaran sektor ekonomi (PESE). Selanjutya, pada estimasi DAU, total
Hasil estimasi pada Tabel 2 menunjukkan pengeluaran pemerintah (TEXP) berpengaruh
bahwa hampir seluruh penerimaan daerah yang negatif dan signifikan terhadap perubahan DAU
terdiri dari pajak, retribusi, DAU dipengaruhi dengan respon yang elastis dalam jangka pen-
secara positif dan signifikan oleh PDRB. dek, artinya semakin besar pengeluaran peme-
Kenaikan pajak dan retribusi merupakan cara rintah maka alokasi DAU untuk Provinsi Riau
pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasi- semakin kecil. Sementara PDRB memberikan
tas penerimaan fiskal daerahnya. Pada variabel pengaruh positif dan signifikan terhadap DAU.
bagi hasil pajak daerah, PAD dan pengeluaran Hal ini berarti semakin besar PDRB menye-
sektor ekonomi berpengaruh secara positif dan babkan alokasi dana pemerintah pusat untuk
signifikan. Artinya, dengan adanya peningkatan
Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Riau
pada PAD dan pengeluaran sektor ekonomi maka Pengeluaran rutin non gaji responsif terhadap akan meningkatkan dana bagi hasil pajak daerah.
perubahan PAD dan populasi namun tidak Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wahyuni
responsif terhadap perubahan SAPBDTS pada (2009) yang menyatakan bahwa volume
jangka pendek.
perolehan pajak di daerah berkaitan erat dengan Pada pengeluaran sektor pertanian tingkat pendapatan sehingga daerah dengan
(PESPER), variabel penjelas yang secara positif tingkat pendapatan tinggi akan mem-peroleh
berpengaruh signifikan adalah total penerimaan dana bagi hasil pajak yang lebih tinggi pula.
daerah (TPED) dengan pengaruh yang tidak Penerimaan daerah yang berasal dari DAU
elastis dalam jangka pendek namun elastis dalam akan menurun jika total pengeluaran dae-rah
jangka panjang. Variabel penyerapan tenaga meningkat karena semakin tinggi penda-patan
kerja sektor pertanian (PTKSP) dan pengeluaran suatu daerah maka kegiatan perekono-mian
sektor pertanian tahun sebelumnya (LPESPER) semakin baik ditandai dengan mening-katnya
memberikan pengaruh yang positif namun tidak pengeluaran daerah sehingga daerah tersebut
pengaruhnya terhadap semakin mandiri dalam mencukupi kebutuhan
secara
langsung
pengeluaran sektor pertanian. fiskalnya.
Pengeluaran sektor non pertanian (PTKSNP) dipengaruhi oleh total penerimaan
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
daerah (TPED) dan penyerapan tenaga kerja
Pengeluaran Fiskal Daerah
sektor non pertanian (PTKSNP) dengan penga- Blok pengeluaran fiskal daerah Provinsi
ruh positif yang signifikan namun tidak elastis. Riau ditunjukkan oleh pengeluaran rutin gaji
Sedangkan variabel pengeluaran sektor non (PERGA), pengeluaran rutin non gaji
pertanian tahun sebelumnya (LPESNPER) (PERNGA), pengeluaran sektor pertanian
berpengaruh positif namun tidak signifikan. (PESPER), pengeluaran sektor non pertanian
Pengeluaran infrastruktur (PEINF) dipe- (PESNPER), dan pengeluaran infrastruktur
ngaruhi dengan pengaruh yang positif dan (PEINF).
signifikan oleh total penerimaan daerah (TPED) Pada pengeluaran rutin gaji (PERGA),
dan kepadatan penduduk (KPDK). Sedangkan variabel yang berpengaruh positif dan signifikan
PDRB memberikan pengaruh yang positif adalah pendapatan asli daerah (PAD) dan
namun kurang signifikan terhadap pengeluaran pengeluaran rutin gaji tahun sebelumnya
infrastruktur. Total penerimaan daerah (TPED) (LPERGA). Dana alokasi umum (DAU) mem-
dan kepadatan penduduk (KPDK) berpengaruh berikan pengaruh yang negatif dan signifikan
positif dan signifikan serta masing-masing terhadap pengeluaran rutin gaji. Sedangkan
memiliki respon yang tidak elastis dan elastis variabel jumlah pegawai otonom (JPGO)
terhadap pengeluaran infrastruktur (PEINF). memberikan pengaruh yang positif namun tidak
Sedangkan PDRB memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengeluaran rutin gaji.
positif namun tidak signifikan terhadap Semakin besar PAD maka pemerintah
pengeluaran infrastruktur (PEINF). Hal tersebut daerah berusaha untuk meningkatkan mekanis-
menunjukkan bahwa semakin besar anggaran me fiskal daerah melalui pengeluaran rutin
yang berasal dari penerimaan daerah dan sema- terutama pengeluaran gaji (PERGA). Hal ini
kin tinggi kepadatan penduduk, maka anggaran mengindikasikan bahwa alokasi ketersediaan
yang dialokasikan untuk pembangunan infra- fiskal yang berasal dari pengeluaran rutin gaji
struktur akan meningkat.
bergantung kepada pendapatan asli daerah Peningkatan anggaran untuk pengeluaran (PAD) dimana semakin besar PAD Provinsi Riau
infrastruktur perlu dilakukan melalui mekanis- menyebabkan meningkatnya pengeluaran rutin
me fiskal karena masih minimnya infrastruktur di gaji. Peningkatan tersebut seiring dengan
Provinsi Riau khususnya transportasi/ jalan. Hal semakin bertambahnya jumlah pegawai otonom
ini menyebabkan terhambatnya kegiatan dari tahun ke tahun.
ekonomi sehingga laju pertumbuhannya pun Pada pengeluaran rutin non gaji
mengalami perlambatan. Ketika mobilisasi dan (PERNGA), seluruh variabel berpengaruh posi-
distribusi terhambat maka akan berpengaruh tif dan signifikan, yaitu pendapatan asli daerah
terhadap kegiatan operasional distribusi sektor (PAD), sisa anggaran tahun sebelumnya
pertanian maupun non pertanian. Oleh sebab itu (SAPBDTS), dan jumlah penduduk (POP).
Dinamika Pertanian Desember 2015
Tabel 3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Fiskal Provinsi Riau
Pengeluaran Rutin Gaji (PERGA) Peubah
SR LR Intercept
-0.069 -0.057 JPGO
0.164 -0.281 LPERGA
R 2 =0.98194 DW=2.03 α*=5% α*=15% Pengeluaran Rutin Non Gaji (PERNGA) Peubah
SR LR Intercept
6.537 R 2 =0.62498 DW=2.22 α=5% α=20% Pengeluaran Sektor Pertanian (PESPER) Peubah
SR LR Intercept
R 2 =0.91619 DW=2.14 α*=1% Pengeluaran Non Pertanian (PESNPER) Peubah
SR LR Intercept
-0.001 R 2 =0.93478 DW=2.19 α*=5% Pengeluaran Infrastruktur (PEINF) Peubah
SR LR Intercept
1.397 R 2 =0.91619 DW=2.14 α*=1%
alokasi anggaran APBD untuk peningkatan pangan (PTKSTP) dan PDRBSTP tahun infrastruktur penting untuk dilakukan.
sebelumnya (LPDRBSTP). Variabel-variabel tersebut tidak responsif pengaruhnya terhadap
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
PDRB subsektor tanaman pangan dalam jangka
Sektor Pertanian Provinsi Riau
pendek maupun jangka panjang. Berdasarkan hasil estimasi yang ditunjuk-
PDRB subsektor perkebunan dipengaruhi kan pada Tabel 4, Produk Domestik Regional
secara positif namun tidak signifikan oleh Bruto Sektor Tanaman Pangan (PDRBSTP)
investasi subsektor perkebunan (INVSPK). dipengaruhi dengan pengaruh positif dan signi-
Sementara variabel penyerapan tenagakerja fikan oleh total pengeluaran daerah (TEXP),
sektor perkebunan (PTKSPK) dan variabel penyerapan tenaga kerja subsektor tanaman
Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Riau
PDRBSPK tahun sebelumnya berpengaruh Variabel yang berpengaruh positif dan positif dan signifikan terhadap PDRBSPK.
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja PDRB subsektor peternakan dipengaruhi
subsektor tenaman pangan (PTKSTP) adalah secara positif dan signifikan oleh penyerapan
upah tenagakerja subsektor tanaman pangan tenagakerja subsektor peternakan (PTKSPT) dan
(UPSTP) dan produk domestik regional bruto PDRBSPT tahun sebelumnya namun bersifat
subsektor tanaman pangan (PDRBSTP). tidak responsif baik dalam jangka pendek
Sementara total pengeluaran daerah (TEXP) maupun jangka panjang. Variabel yang secara
memberikan pengaruh yang negatif. Penyarapan positif dan signifikan mempengaruhi PDRB
tenagakerja subsektor tanaman pangan bersifat subsektor kehutanan adalah penyerapan
tidak responsif terhadap perubahan variabel- tenagakerja subsektor kehutanan (PTKSKH) dan
variabel tersebut. Variabel produksi subsektor PDRBSKH tahun sebelumnya.
tanaman pangan (PRSTP) memberikan penga- Pengaruh PTKSKH bersifat tidak elastis
ruh yang negatif dan tidak signifikan. Penye- dalam jangka pendek namun elastis dalam jang-
rapan tenagakerja subsektor tanaman pangan ka panjang. Sementara investasi subsektor
bersifat tidak responsif terhadap seluruh variabel kehutanan (INVSKH) berpengaruh secara
penjelas. Semakin tinggi upah subsek-tor negatif dan pengeluaran sektor pertanian
tanaman pangan akan meningkatkan penye- (PESPER) berpengaruh secara positif dimana
rapan tenaga kerja subsektor tanaman pangan. keduanya memberikan pengaruh yang tidak
Hal ini terjadi karena upah yang tinggi dapat signifikan.
menarik minat masyarakat untuk bekerja pada Variabel yang secara positif dan signi-
subsektor tersebut.
fikan mempengaruhi PDRB subsektor perikanan Selain itu, PDRB subsektor tanaman (PDRBSIK) adalah total pengeluaran (TEXP),
pangan dan total pengeluaran daerah yang penyerapan tenagakerja subsektor perikanan
mengalami kenaikan juga menyebabkan me- (PTKSIK) dan PDRB subsektor perikanan tahun
ningkatknya penyerapan tenaga kerja subsektor sebelumnya. Variabel-variabel tersebut bersifat
tanaman pangan. Hal ini disebabkan karena tidak elastis dalam jangka pendek maupun
subsektor tanaman pangan berperan penting jangka panjang. Sementara pengeluaran sektor
dalam pemenuhan kebutuhan pangan daerah pertanian (PESPER) berpengaruh secara positif
sehingga produksinya perlu untuk ditingkatkan. namun tidak signifikan.
Penyerapan tenaga kerja subsektor perke- PDRB subsektor tanaman pangan dan
bunan dipengaruhi signifikan oleh upah, dimana perikanan meningkat dengan adanya pening-
upah yang tinggi akan menarik minat masya- katan pada total pengeluaran pemerintah dan
rakat untuk bekerja pada subsektor tersebut. penyerapan tenaga kerja. Begitu juga dengan
Kebijakan meningkatkan upah pada subsektor PDRB subsektor perkebunan dan kehutanan
perkebunan di Provinsi Riau dilakukan karena yang meningkat seiring dengan meningkatnya
subsektor tersebut berpotensi untuk ekspansi penyerapan tenaga kerja.
sehingga untuk menambah tenagakerja dilaku- Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa
kan dengan kebijakan kenaikan upah. Selain itu, subsektor-subsektor tersebut mampu menyerap
PDRB yang mengalami peningkatan juga banyak tenagakerja yang produktif dengan
menyebabkan naiknya penyerapan tenaga kerja. adanya dukungan alokasi anggaran sehingga
Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa peningkatan pengeluaran berdampak pada
penyerapan tenaga kerja subsektor perkebunan peningkatan PDRB. Adanya peningkatan pe-
mendapat porsi yang cukup besar dari PDRB. nyerapan tenagakerja tersebut mampu mening-
Pada aspek subsektor peternakan, varia- katkan output produksi yang optimal dan
bel yang secara positif dan signifikan mempe- berkontribusi bagi PDRB sektor pertanian.
ngaruhi penyerapan tenagakerja subsektor Berbeda dengan subsektor peternakan, dimana
peternakan (PTKSPT) adalah upah tenagakerja ketika terjadi peningkatan penyerapan tenaga
subsektor peternakan (UPSPT) yang bersifat kerja maka produktivitas tidak ikut meningkat
elastis, sementara total pengeluaran daerah sehingga menurunkan PDRB subsektor peterna-
(TEXP) berpengaruh secara negatif dan signify- kan. Sementara investasi subsektor peternakan
kan namun tidak elastis. Variabel produksi (INVSPT) berpengaruh positif dan tidak
subsektor peternakan dan PDRB subsektor signifikan terhadap PDRBSPT.
peternakan berpengaruh secara negatif dan tidak
Dinamika Pertanian Desember 2015
signifikan terhadap penyerapan tenagakerja variabel upah. Sementara produksi subsektor Tabel 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Riau
PDRB Subsektor Tanaman Pangan (PDRBSTP) PDRB Subsektor Perkebunan (PDRBSPK) Peubah
Parm
Prob> Elastisitas Est
│T│ SR LR Intercept
0.493 0.06 -26E-06 PESPER
R 2 = 0.99143 DW=2.12 α=1%
R 2 = 0.9872 DW=1.53 α*=10% α**=20% PDRB Subsektor Peternakan (PDRBSPT)
PDRB Subsektor Kehutanan (PDRBSKH) Intercept
-0.561 <0001* -0.001 -0.001 PTKSPT
-0.003 0.8688 0.049 0.057 R 2 = 0.99306 DW=1.32 α*=1%
R 2 = 0.99174 DW=2.4 α*=5%
PDRB Subsektor Perikanan (PDRBSIK) Penyerapan Tenagakerja Subsektor T. Pangan Intercept
-0.4786 0.9697 -0.019 PESPER
0.0262 0.0013* 0.030 R 2 = 0.98821 DW=2.4 α*=15%
R 2 = 0.99174 DW=2.4 α*=5%
Penyerapan Tenagakerja Subsektor Perkebunan Penyerapan Tenagakerja Subsektor Peternakan Intercept
-0.0009 0.8267 -0.012 PDRBSPK
-0.0234 0.9341 -0.006 TEXP
-0.0238 0.0006* -0.012 R 2 = 0.95462 DW=2.03 α*=5%
R 2 = 0.90004 DW=2.36 α*=5%
Penyerapan Tenagakerja Subsektor Kehutanan Penyerapan Tenagakerja Subsektor Perikanan Intercept
-4.1769 0.4481 -3.601 PDRBSKH
-0.0677 0.0019* -0.014 R 2 = 0.94673 DW=2.24 α*=1%
R 2 = 0.75094 DW=2.1 α*=1%
subsektor peternakan. Semakin tinggi upah kehutanan (PRSKH), PDRB subsektor kehu- tenagakerja subsektor peternakan menyebabkan
tanan, dan total pengeluaran daerah (TEXP) kenaikan pada penyerapan tenaga kerja subsek-
seluruhnya berpengaruh secara negatif dan tidak tor peternakan. Sementara kenaikan pada total
signifikan. Semakin tinggi upah subsektor kehu- pengeluaran daerah dapat menyebabkan turun-
tanan akan menyebabkan tingginya penyerapan nya penyerapan tenaga kerja subsektor peterna-
tenaga kerja subsektor tersebut. Hal ini seiring kan. Hal ini mengindikasikan bahwa penge-
dengan subsektor tanaman pangan, perkebunan, luaran daerah dialokasikan lebih banyak ke
dan peternakan, dimana upah yang tinggi dapat subsektor lain selain subsektor peternakan.
menarik minat masyarakat untuk bekerja pada Pada aspek penyerapan tenagakerja
subsektor tersebut. Pada aspek penyerapan subsektor kehutanan (PTKSKH), variabel yang
tenaga kerja subsektor perikanan (PTKSIK), berpengaruh positif dan signifikan adalah upah
variabel yang berpengaruh positif dan signifikan tenaga kerja subsektor kehutanan (UPSKH),
mempengaruhi adalah upah tenaga kerja namun penyerapan tenagakerja subsektor
subsektor perikanan (UPSIK). Sementara kehutanan tidak responsif dengan perubahan
perubahan total pengeluaran daerah (TEXP)
Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Riau
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Sebaliknya, daerah yang memiliki potensi fiskal penyerapan tenagakerja subsektor perikanan.
kecil tetapi kebutuhan fiskalnya besar akan Penyerapan tenaga kerja subsektor peri-
memperoleh alokasi DAU yang relatif besar. Hal Tabel 5. Dampak Perubahan Kebijakan terhadap Penerimaan dan Pengeluaran Fiskal di Provinsi
Penerimaan a. TEXP
0.05 0.17 0.19 4.89 b. RETRD
0.00 0.00 0.00 0.00 c. PAD
0.04 0.15 0.17 4.37 d. DAU
-1.98 -155.2 e. BHTAXD
0.08 0.40 10.2 f. TPED
0.80 2.48 -0.05 -1.91 Pengeluaran
a. PERGA
0.19 0.19 5.56 b. PERNGA
0.01 0.03 0.04 1.02 c. PERDA
0.05 0.06 1.57 d. PESPER
0.56 1.99 e. PESNPER
0.52 1.62 -0.03 -1.23 f. PEINF
0.20 0.64 -0.01 g. PESE
0.23 0.73 0.80 17.7 h. TEXP
kan-an responsif terhadap perubahan upah tersebut menyebabkan peme-rintah daerah namun tidak terhadap perubahan total penge-
berupaya meningkatkan PAD yang berasal dari luaran daerah. Sedangkan produksi subsektor
pajak dan retribusi agar tidak tergantung pada perikanan (PRSIK) dan PDRB subsektor
kebijakan peningkatan perikanan (PDRBSIK) berpengaruh secara
DAU.
Adanya
pengeluaran sektor pertanian sebesar 10 persen negatif dan tidak signifikan terhadap penye-
peneri-maan daerah rapan tenaga kerja subsektor perikanan. Adanya
menyebabkan
total
mengalami penurunan seiring dengan adanya desentralisasi fiskal, pemerintah daerah memi-
penurunan pada DAU sedang-kan total liki wewenang untuk melakukan mekanisme
pengeluaran daerah mengalami peningkatan. Hal fiskal yang mendukung kinerja sektor pertanian.
ini perlu diperhatikan agar daerah semakin Secara keseluruhan, kinerja sektor pertanian di
mandiri dalam memenuhi kebutuhan bagi Provinsi Riau dipengaruhi secara positif dan
pembangunan daerah.
signifikan oleh upah, dimana upah yang tinggi Kombinasi kebijakan peningkatan penge- dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja
luaran sektor pertanian dan infrastruktur masing- sektor pertanian.
masing sebesar 10 persen dan 5 persen menyebabkan total penerimaan daerah menu-
Dampak Kebijakan Fiskal run, sementara total pengeluaran daerah menga-
Dampak Perubahan Kebijakan terhadap Pe-
lami peningkatan, sama halnya dengan dampak
nerimaan dan Pengeluaran Fiskal di Provinsi
yang terjadi pada kebijakan peningkatan Riau pengeluaran sektor pertanian sebesar 5 persen.
Kebijakan peningkatan DAU sebesar 5 Dampak peningkatan terbesar pada pengeluaran persen berdampak pada meningkatnya total
daerah terjadi pada pengeluaran sektor ekonomi. penerimaan dan pengeluaran fiskal daerah. Total
Porsi anggaran untuk pengeluaran sektor non penerimaan daerah meningkat sebesar 0.80
pertanian menurun karena kebijakan ini persen dan total pengeluaran daerah meningkat
menyebabkan porsi anggaran untuk pertanian sebesar 0.21 persen. Daerah yang memiliki
dan infrastruktur meningkat. potensi fiskal besar tetapi kebutuhan fiskalnya
kecil akan memperoleh DAU yang relatif kecil.
Dinamika Pertanian Desember 2015
Dampak Perubahan Kebijakan terhadap
diperhatikan dari sisi kinerjanya disebabkan
Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Riau